01 pengantar perpajakan international
PENGANTAR
PAJAK INTERNASIONAL
Latar Belakang
Se8ap negara mempunyai Undang‐Undang Perpajakan
tersendiri.
Kekuatan modal dikelompokkan:
a. Capital Expor8ng Countries.
b. Capital Impor8ng Countries.
Kedua kekuatan tsb dapat saling berhubungan melalui
pemasukan modal, tetapi dapat pula terhambat karena
sistem perpajakan yang berbeda.
Sistem Perpajakan yang berbeda akan menimbulkan
pengenaan pajak berganda diantara dua kekuatan tsb.
Latar Belakang
• Perlu mengurangi resiko terjadinya Pajak
ganda dan arus modal dari suatu negara ke
negara lain.
• Rekonsiliasi yurisdiksi Pajak dari negara yang
bersangkutan (Tax Treaty atau Tax
Convention).
• Di Bidang Perpajakan Internasional tidak ada
ketentuan atau kaidah yang membatasi hak
pemajakan suatu negara terhadap objek pajak
dan subjek pajak luar negeri.
Model P3B
• Dalam Perpajakan Internasional Terdapat dua
model persetujuan :
a. OECD Model (Organization for
Economic Cooperation and Development).
b. UN (United Nations).
• UN model di Indonesia dijadikan acuan utama
dalam perundingan P3B
• Persetujuan pada hakekatnya rekonsiliasi dari
2 hukum pajak yang beda sehingga
kedudukannya diatas UU Nasional.
Sistem Perpajakan Internasional
• Setiap negara mengatur perlakuan pajak OP
dan Badan yang beraktivitas di Luar Negeri
atau sebaliknya.
• Sistem Perpajakan Internasional berbeda satu
negara dan lainnya tetapi beberapa prinsip
terdapat kesamaan pengertian perpajakan.
• Kesamaan Pengertian dirumuskan dalam P3B.
• Kebanyakan negara menganut prinsip
Teritorial.
Sistem Perpajakan Internasional
• Perlakuan Teritorial membenarkan aplikasi
jurisdiksi pemajakan teritorial (Sumber
Pemajakan).
• Indonesia tidak secara terbatas hanya
mengaplikasikan prinsip pemajakan teritorial.
• Dengan landasan pertalian personal
(subjektif) Indonesia mengenakan Pajak atas
Penghasilan Luar Negeri yang diperoleh OP
dan Badan Indonesia (WPDN).
Sistem Perpajakan Internasional
Norma dalam Sistem Perpajakan Internasional
yang diterima dan diiku8 secara global yaitu
untuk:
• Menyerahkan hak pemajakan utama (Primary
Taxing Right) kepada negara sumber.
• Mempertahankan wewenang pemajakan
residual (Residual Tax Claim) kepada negara
domisili.
Manfaat dan Tujuan
• Pajak Internasional memuat ketentuan pajak
internasional yang merujuk pada aspek
internasional dari ketentuan perpajakan suatu
negara.
• Aspek Internasional dari sistem perpajakan
negara yang utama adalah P3B (Tax Treaty).
• P3B bersifat membatasi hak pemajakan negara
para pihak. Tidak mengenakan atau meringankan
beban pajak.
• Cara lain selain P3B yaitu kerjasama ekonomi,
kontrak bagi hasil.
Ketentuan Pajak Internasional
Melipu8 2 dimensi yaitu:
1) Pemajakan terhadap WPDN atas
Penghasilan Luar negeri.
2) Pemajakan terhadap WPLN atas
Penghasilan dari Dalam Negeri
(Domes8k).
Tujuan Ketentuan Pajak Internasional.
• Memperoleh bagian penerimaan dari
transaksi lintas perbatasan secara adil.
• Meningkatkan keadilan (fairness) dalam
perpajakan.
• Memperkuat daya saing ekonomi domes8k.
• Netralisasi ekspor modal (Capital Export
Neutrality) dan netrality impor modal.
Pajak Penghasilan Badan.
• Dalam UU KUP maupun UU PPh 8dak
memberikan penger8an Badan secara
konsepsional.
• Penger8an Badan digunakan pendekatan
daVar (Lis8ng Approach). Sedangkan pada
KUP mendasarkan pada keperluan
administrasi pengenaan pajak.
Penghasilan Kena Pajak.
• Dari Source Concept of Income menjadi Accre0on
Concept of Income atau Komprehensif
(Comprehensive Concept of Income).
• Dalam Penger8an Income terdapat 4 unsur :
1. Pengakuan (Income Recogni8on).
2. Cakupan Geografis (Geographical Source of
Income).
3. Pemanfaatan.
4. Sifat Penger8an.
TERIMA KASIH
PAJAK INTERNASIONAL
Latar Belakang
Se8ap negara mempunyai Undang‐Undang Perpajakan
tersendiri.
Kekuatan modal dikelompokkan:
a. Capital Expor8ng Countries.
b. Capital Impor8ng Countries.
Kedua kekuatan tsb dapat saling berhubungan melalui
pemasukan modal, tetapi dapat pula terhambat karena
sistem perpajakan yang berbeda.
Sistem Perpajakan yang berbeda akan menimbulkan
pengenaan pajak berganda diantara dua kekuatan tsb.
Latar Belakang
• Perlu mengurangi resiko terjadinya Pajak
ganda dan arus modal dari suatu negara ke
negara lain.
• Rekonsiliasi yurisdiksi Pajak dari negara yang
bersangkutan (Tax Treaty atau Tax
Convention).
• Di Bidang Perpajakan Internasional tidak ada
ketentuan atau kaidah yang membatasi hak
pemajakan suatu negara terhadap objek pajak
dan subjek pajak luar negeri.
Model P3B
• Dalam Perpajakan Internasional Terdapat dua
model persetujuan :
a. OECD Model (Organization for
Economic Cooperation and Development).
b. UN (United Nations).
• UN model di Indonesia dijadikan acuan utama
dalam perundingan P3B
• Persetujuan pada hakekatnya rekonsiliasi dari
2 hukum pajak yang beda sehingga
kedudukannya diatas UU Nasional.
Sistem Perpajakan Internasional
• Setiap negara mengatur perlakuan pajak OP
dan Badan yang beraktivitas di Luar Negeri
atau sebaliknya.
• Sistem Perpajakan Internasional berbeda satu
negara dan lainnya tetapi beberapa prinsip
terdapat kesamaan pengertian perpajakan.
• Kesamaan Pengertian dirumuskan dalam P3B.
• Kebanyakan negara menganut prinsip
Teritorial.
Sistem Perpajakan Internasional
• Perlakuan Teritorial membenarkan aplikasi
jurisdiksi pemajakan teritorial (Sumber
Pemajakan).
• Indonesia tidak secara terbatas hanya
mengaplikasikan prinsip pemajakan teritorial.
• Dengan landasan pertalian personal
(subjektif) Indonesia mengenakan Pajak atas
Penghasilan Luar Negeri yang diperoleh OP
dan Badan Indonesia (WPDN).
Sistem Perpajakan Internasional
Norma dalam Sistem Perpajakan Internasional
yang diterima dan diiku8 secara global yaitu
untuk:
• Menyerahkan hak pemajakan utama (Primary
Taxing Right) kepada negara sumber.
• Mempertahankan wewenang pemajakan
residual (Residual Tax Claim) kepada negara
domisili.
Manfaat dan Tujuan
• Pajak Internasional memuat ketentuan pajak
internasional yang merujuk pada aspek
internasional dari ketentuan perpajakan suatu
negara.
• Aspek Internasional dari sistem perpajakan
negara yang utama adalah P3B (Tax Treaty).
• P3B bersifat membatasi hak pemajakan negara
para pihak. Tidak mengenakan atau meringankan
beban pajak.
• Cara lain selain P3B yaitu kerjasama ekonomi,
kontrak bagi hasil.
Ketentuan Pajak Internasional
Melipu8 2 dimensi yaitu:
1) Pemajakan terhadap WPDN atas
Penghasilan Luar negeri.
2) Pemajakan terhadap WPLN atas
Penghasilan dari Dalam Negeri
(Domes8k).
Tujuan Ketentuan Pajak Internasional.
• Memperoleh bagian penerimaan dari
transaksi lintas perbatasan secara adil.
• Meningkatkan keadilan (fairness) dalam
perpajakan.
• Memperkuat daya saing ekonomi domes8k.
• Netralisasi ekspor modal (Capital Export
Neutrality) dan netrality impor modal.
Pajak Penghasilan Badan.
• Dalam UU KUP maupun UU PPh 8dak
memberikan penger8an Badan secara
konsepsional.
• Penger8an Badan digunakan pendekatan
daVar (Lis8ng Approach). Sedangkan pada
KUP mendasarkan pada keperluan
administrasi pengenaan pajak.
Penghasilan Kena Pajak.
• Dari Source Concept of Income menjadi Accre0on
Concept of Income atau Komprehensif
(Comprehensive Concept of Income).
• Dalam Penger8an Income terdapat 4 unsur :
1. Pengakuan (Income Recogni8on).
2. Cakupan Geografis (Geographical Source of
Income).
3. Pemanfaatan.
4. Sifat Penger8an.
TERIMA KASIH