Studi Deskriptif Mengenai Penyesuaian Sosial Pada Remaja Yang Tinggal di Asrama Putri "X" Bandung.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Penyesuaian Sosial Pada Remaja yang Tinggal di Asrama Putri “X” Bandung”. Penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan penyesuaian sosial pada
remaja yang tinggal di Asrama Putri “X” Bandung. Rancangan penelitian yang
diajukan menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah penyesuaian sosial. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan ukuran sampel 40 orang.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penyesuaian sosial merupakan alat ukur penyesuaian sosial yang dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian berdasarkan teori dari Schneiders (1964), dimana alat ukur tersebut terdiri dari 46 item. Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan rumus Rank Spearman dan Alpha Cronbach. Hasil penelitian disajikan dengan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasilnya adalah sebanyak 21 asramawati (55%) kurang mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama, dan sebanyak 19 asramawati (45%) mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah lebih banyak responden yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial daripada responden yang mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama, kurangnya kemampuan responden dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama lebih terlihat pada aspek kemauan menerima otoritas, kapasitas menerima tanggung jawab, batasan dan larangan serta usaha menolong keluarga.
Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah bagi peneliti lain yang tertarik tentang penyesuaian sosial disarankan untuk memperluas penelitian tentang penyesuaian sosial pada asrama lain sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan kemampuan penyesuaian sosial jika berada pada tempat yang berbeda. Serta disarankan melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial.
Sedangkan saran praktis bagi pengurus Asrama Putri “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial para responden dengan cara melakukan pendekatan dan pendampingan agar para responden yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial di asrama lebih dapat menerima otoritas, tanggung jawab, batasan dan larangan, serta lebih memiliki kesediaan untuk menolong sesama penghuni di asrama.
(2)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR...v
ABSTRAK...viii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR BAGAN...xii
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1Latar Belakang Masalah...1
1.2Identifikasi Masalah...7
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian...7
1.4Kegunaan Penelitian...7
1.5Kerangka Pemikiran...8
1.6Asumsi Penelitian...17
BAB II TINJAUAN TEORI...18
2.1 Penyesuaian Sosial...18
2.1.1 Pengertian Penyesuaian Sosial...18
2.1.2 Macam-macam Bentuk Penyesuaian...18
2.1.3 Penyesuaian Terhadap Lingkungan Sosial...20
2.1.4 Bentuk-bentuk Penyesuaian Sosial...21
(3)
2.1.5.1 Determinal Lingkungan Penyesuaian Sosial...27
2.2 Masa Remaja...32
2.2.1 Definisi Masa Remaja...32
2.2.2 Batasan Masa Remaja...32
2.2.3 Ciri-ciri Masa Remaja...33
2.2.4 Tugas Perkembangan Masa Remaja...35
2.2.5 Karakteristik Masa Remaja...36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...38
3.1 Rancangan Penelitian...38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...38
3.2.1 Variabel Penelitian...38
3.2.2 Definisi Operasional...38
3.3 Alat Ukur...39
3.3.1 Distribusi Alat Ukur Penyesuaian Sosial...39
3.3.2 Sistem Penilaian...41
3.3.3 Data Penunjang...42
3.3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...42
3.3.4.1 Validitas Alat Ukur...42
3.3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur...43
3.4 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi...44
3.4.1 Populasi Sasaran...44
3.4.2 Karakteristik Populasi...45
(4)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...46
4.1 Gambaran Responden...46
4.2 Data Hasil Penelitian...47
4.2.1 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial...47
4.2.2 Tabulasi Penyesuaian Sosial dan Aspek-aspeknya...48
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...57
5.1 Kesimpulan...57
5.2 Saran...58
5.2.1 Saran Teoritis...58
5.2.2 Saran Praktis...58
DAFTAR PUSTAKA...60
DAFTAR RUJUKAN...61 LAMPIRAN
(5)
DAFTAR BAGAN
1.1 Skema Kerangka Pemikiran...16 3.1 Bagan Rancangan Penelitian...38
(6)
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel distribusi Indikator dan Item Penyesuaian Sosial...40
3.2 Tabel skor Item Positif dan Negatif...42
3.3 Tabel Kriteria Reliabilitas...44
4.1 Tabel Pendidikan Responden...46
4.2 Tabel Usia Responden...46
4.3 Tabel Lama Tinggal di Asrama...47
4.4 Tabel Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial...47
(7)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1, Kuesioner Pengambilan Data Lampiran 2, Tabel Validitas Alat Ukur Lampiran 3, Tabel Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4, Data Mentah
Lampiran 5, Tabel Pengelompokan Kemampuan Penyesuaian Sosial Lampiran 6, Tabel Tabulasi Penyesuaian Sosial dan faktor yang
Mempengaruhi
Lampiran 7, Tabel Tabulasi Penyesuaian Sosial dan Data Penunjang Lampiran 8, Gambaran Asrama Putri “X” Bandung
(8)
(9)
Lampiran 1
IDENTITAS PRIBADI
• Usia : • Pendidikan saat ini :
• Sudah berapa lama tinggal di asrama :
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan kehidupan berkeluarga di asrama.
1. Bagaimana suasana kehidupan bersama seluruh penghuni asrama (pengurus asrama dan asramawati)?
a) Saling memahami hak masing-masing b) Saling menuntut hak masing-masing
2. Bagaimana sikap dan harapan pengurus asrama selaku orang tua di asrama terhadap Anda?
a) Memberikan kebebasan b) Membatasi tingkah laku
3. Bagaimana pengaruh sesama penghuni asrama terhadap gaya hidup, perilaku, dan kemampuan Anda dalam melakukan penyesuaian sosial?
a) Memberikan pengaruh yang baik terhadap saya b) Memberikan pengaruh yang buruk terhadap saya
4. Bagaimana hubungan Anda dengan sesama penghuni asrama (pengurus asrama dan asramawati)?
a) Erat b) Tidak erat
(10)
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan kehidupan berkeluarga Anda di rumah.
1. Bagaimana suasana kehidupan bersama anggota keluarga di rumah? 2. a) Saling memahami hak masing-masing
3. b) Saling menuntut hak masing-masing
2. Bagaimana sikap dan harapan orang tua terhadap Anda? a) Memberikan kebebasan
b) Membatasi tingkah laku
3. Bagaimana pengaruh anggota keluarga terhadap gaya hidup, perilaku, dan kemampuan Anda dalam melakukan penyesuaian sosial?
a) Memberikan pengaruh yang baik terhadap gaya hidup, tingkah laku dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial
b) Memberikan pengaruh yang buruk terhadap gaya hidup, perilaku, dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial
4. Bagaimana hubungan Anda dengan orang tua dan saudara Anda di rumah? a) Erat
(11)
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan dengan 4 pilihan jawaban, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai (TS). Saudara diminta untuk memberi tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang PALING
menggambarkan keadaan diri saudara SAAT INI.
No. Pertanyaan SS S KS TS
1. Saya akan menolak dengan keras pendapat asramawati yang berbeda dengan saya
2. Saya bersedia mengantri untuk menggunakan fasilitas umum yang ada di asrama
3. Saya senang bergaul dengan sesama asramawati 4. Saya bersedia untuk menolong pengurus asrama
apabila dibutuhkan
5. Saya bangga apabila pengurus asrama mempercayakan saya untuk melakukan sesuatu 6. Lebih baik saya berpura-pura sibuk daripada harus
memberikan bantuan kepada pengurus asrama
7. Saya merasa dibatasi dengan adanya batasan dan larangan yang diberikan oleh pengurus asrama 8. Saya bersedia menjelaskan tentang suatu pelajaran
yang ditanyakan oleh sesama asramawati
9. Saya merasa tidak nyaman bila berada diantara pengurus asrama
10. Saya menghargai hukuman yang diberikan oleh pengurus asrama kepada saya apabila saya melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan disiplin di asrama
11. Saya menyetujui aturan mengenai tata cara berpakaian yang dikeluarkan oleh pihak asrama 12. Saya bersedia untuk menjaga ketenangan pada saat
sesama asramawati sedang belajar untuk menghadapi ujian
13. Saya tidak bersedia berbagi kesenangan dengan sesama asramawati
14. Saya tidak akan memaafkan asramawati yang berbuat kesalahan terhadap saya
15. Saya merasa tidak nyaman bila berada diantara asramawati
16. Membantu asramawati untuk memahami suatu mata pelajaran merupakan tindakan yang membuang waktu
(12)
saya kepada asramawati yang membutuhkan
18. Saya menghargai peraturan yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua kami di asrama 19. Saya pikir sudah seharusnya bagi saya untuk
membantu pengurus asrama
20. Saya merasa terbebani apabila pengurus asrama mempercayakan saya untuk melakukan sesuatu 21. Saya bersedia menyimpan makanan bagi asramawati
yang tidak dapat hadir pada jam makan bersama 22. Saya merasa dekat dengan pengurus asrama layaknya
saya dengan orang tua kandung saya sendiri
23. Saya merasa terganggu dengan adanya larangan untuk tidak menerima tamu pada saat “jam tenang” 24. Saya akan tetap mendengarkan musik dengan volume
yang sayainginkan meskipun di saat jam tenang 25. Lebih baik saya berbohong kepada pengurus asrama
daripada saya diberikan hukuman karena melanggar peraturan dan disiplin yang berlaku di asrama
26. Membantu pengurus asrama adalah tindakan untuk mencari muka saja
27. Saya enggan menyumbangkan uang saya untuk kepentingan acara kegiatan bersama yang akan diadakan di asrama
28. Saya merasa malu bila berhadapan dengan pengurus di asrama
29. Saya akan menerima dan melaksanakan hukuman dari pengurus asrama jika saya melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan disiplin di asrama
30. Saya merasa terganggu apabila asramawati meminta bantuan kepada saya
31. Saya merasa keberatan untuk selalu meminta ijin kepada pengurus asrama ketika hendak bepergian atau keluar dari asrama
32. Saya menerima pembatasan pihak asrama untuk tidak membawa teman (selain asramawati) masuk ke dalam kamar pribadi saya
33. Saya merasa asramawati-asramawati adalah saudara saya sendiri
34. Saya bersedia membantu sesama asramawati tanpa diminta terlebih dahulu
35. Saya selalu menghadiri rapat BKA yang diadakan setiap minggunya
36. Saya tidak segan untuk menceritakan masalah pribadi saya kepada pengurus asrama
(13)
37. Saya mentaati setiap peraturan yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua kami di asrama 38. Saya bersedia menolong pengurus asrama tanpa
diminta terlebih dahulu
39. Saya merasa keberatan dengan adanya larangan untuk tidak menerima telpon dari HP di area kamar pada saat “jam tenang”
40. Saya bersedia menjaga kebersihan fasilitas umum yang ada di asrama
41. Saya selalu menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan asrama meskipun sudah ada petugas kebersihan
42. Saya hanya bersedia memberikan bantuan kepada asramawati yang dekat dengan saya saja
43. Saya merasa terpaksa menjadi anggota seksi dalam kepengurusan BKA
44. Saya merasa sungkan jika harus berbicara dengan pengurus asrama mengenai hal-hal yang tidak bersangkutan dengan asrama
45. Saya terganggu apabila pengurus asrama meminta bantuan kepada saya
46. Saya akan memohon dengan sangat kepada pengurus asrama untuk tidak memberikan hukuman ketika saya melanggar peraturan dan disiplin yang berlaku di asrama
47. Saya terbebani dengan adanya peraturan dan disiplin yang diberikan oleh pengurus asrama
48. Saya merasa malu ketika bertemu dengan sesama asramawati
49. Saya selalu berusaha untuk menghindari perselisihan diantara sesama asramawati
50. Saya enggan menjalankan tanggung jawab yang diberikan oleh pengurus asrama
51. Saya tidak akan mengikuti rapat BKA yang diadakan setiap bulan karena membosankan
52. Saya merasa keberatan dengan adanya peraturan jam pulang terlambat di hari Sabtu dan Minggu
53. Saya merasa sedih apabila asramawati lain sedang mengalami kesulitan
54. Saya bersedia mendengarkan permasalahan atau keluh kesah sesama asramawati
55. Saya akan bertanggung jawab atas pelanggaran yang telah
saya lakukan
56. Saya bangga memiliki orang tua di asrama seperti pengurus asrama saat ini
(14)
pengurus asrama merasa kasihan dan tidak jadi memberikan hukuman ketika saya melanggar peraturan dan disiplin yang berlaku di asrama
58. Saya akan selalu mengingat hukuman dari pengurus asrama sehingga membuat saya berpikir dua kali untuk melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan disiplin di asrama
59. Saya menerima dan melaksanakan arahan atau nasehat yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua di asrama
60. Saya merasa canggung bila berada diantara asramawati
(15)
Lampiran 2, Validitas Alat Ukur
No Item Validitas Keterangan
1 0.49 Diterima
4 0.55 Diterima
6 0.70 Diterima
7 0.50 Diterima
8 0.53 Diterima
9 0.68 Diterima
10 0.48 Diterima
11 0.42 Diterima
12 0.30 Diterima
13 0.47 Diterima
14 0.39 Diterima
15 0.40 Diterima
16 0.60 Diterima
17 0.52 Diterima
18 0.46 Diterima
19 0.32 Diterima
20 0.53 Diterima
21 0.60 Diterima
22 0.63 Diterima
23 0.41 Diterima
24 0.36 Diterima
25 0.55 Diterima
26 0.35 Diterima
29 0.46 Diterima
30 0.50 Diterima
31 0.54 Diterima
33 0.32 Diterima
34 0.38 Diterima
35 0.40 Diterima
36 0.56 Diterima
37 0.52 Diterima
38 0.51 Diterima
42 0.46 Diterima
43 0.55 Diterima
45 0.54 Diterima
46 0.54 Diterima
47 0.78 Diterima
50 0.34 Diterima
51 0.34 Diterima
52 0.64 Diterima
(16)
55 0.52 Diterima
56 0.52 Diterima
57 0.43 Diterima
59 0.62 Diterima
60 0.38 Diterima
Lampiran 3, Reliabilitas Alat Ukur Cronbach's Alpha N of Items
0,9282 46
Lampiran 4, Data Mentah
1 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 3 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 2 5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 6 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 7 3 4 4 2 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 3 8 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 9 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 10 3 3 2 1 4 1 3 3 4 4 3 4 4 3 3 11 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 12 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 14 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 15 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 16 4 4 4 1 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 2 17 3 3 4 1 3 2 1 3 3 4 3 4 4 4 3 18 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 19 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 21 3 3 2 1 3 1 4 3 3 4 3 4 3 3 3 22 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 24 1 3 4 3 2 3 2 1 3 4 4 4 4 2 2
(17)
25 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 26 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 27 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 28 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 29 4 3 3 2 3 3 1 3 4 3 3 4 3 3 2 30 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 31 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 32 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 33 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 34 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 35 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 36 4 3 3 2 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 37 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 38 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 40 4 3 2 1 3 1 3 3 4 4 4 4 4 4 3
19 20 21 22 23 24 25 26 29 30 31 33 34 35 36 1 3 3 2 1 2 1 2 3 3 3 2 4 4 3 1 2 3 3 4 1 3 4 3 4 2 3 2 3 2 3 1 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4 1 5 3 3 3 1 2 4 4 3 2 3 3 4 4 4 2 6 2 3 3 3 2 4 4 3 3 4 2 4 4 3 2 7 2 3 4 2 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 8 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 9 2 3 3 1 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 10 2 3 3 1 2 4 4 2 4 4 3 4 3 3 1 11 2 3 2 2 1 4 4 4 3 3 1 4 2 1 1 12 2 2 3 1 1 4 3 4 3 3 3 3 3 3 1 13 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 2 3 4 1 3 14 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 2 15 2 4 2 1 3 4 3 4 3 3 2 4 3 2 1 16 1 3 3 1 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 17 3 3 3 2 4 4 3 4 2 4 1 4 3 4 2 18 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 19 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 4 1 20 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 21 2 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 22 3 2 4 2 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 1
(18)
23 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 24 3 3 3 2 2 4 3 1 3 4 2 3 3 4 1 25 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 26 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 27 2 3 3 2 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2 28 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 29 2 4 3 2 2 3 3 4 4 3 2 3 4 4 2 30 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 31 1 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 32 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 33 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 34 2 3 3 1 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 1 35 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 36 3 4 2 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 37 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 38 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 39 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 40 2 3 2 1 1 3 3 4 3 4 1 4 3 4 1
37 38 42 43 45 46 47 50 51 52 53 55 56 57 59 60 1 2 2 3 2 3 4 2 2 4 1 2 2 2 4 1 2 2 3 2 2 3 3 4 2 4 4 1 2 2 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 2 2 4 3 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 5 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 6 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 7 1 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 8 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 9 3 1 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3 3 4 10 2 1 3 3 2 3 2 4 4 1 3 3 1 1 1 4 11 2 1 3 2 3 3 3 3 4 1 2 4 1 1 2 3 12 2 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 4 13 3 2 4 4 3 4 2 3 3 1 3 3 1 3 3 4 14 3 2 4 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 4 3 4 15 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 1 1 2 4 16 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 4 17 3 3 4 4 4 3 3 3 4 1 3 3 1 4 3 4 18 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 19 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
(19)
21 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 1 4 3 4 22 3 2 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 23 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 24 3 3 3 1 2 3 4 3 3 1 4 4 3 4 2 4 25 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 27 3 2 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 3 2 3 4 28 3 3 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 29 2 2 4 4 4 4 3 4 4 1 3 4 1 3 3 4 30 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 1 3 3 4 31 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 2 4 3 4 32 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 33 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 34 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 35 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 36 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 2 4 37 4 3 2 3 3 2 3 3 4 1 4 4 3 2 4 2 38 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 40 3 1 4 3 2 3 2 4 4 1 2 4 2 3 3 4
(20)
Lampiran 5, Tabel Pengelompokan Kemampuan Penyesuaian Sosial
No ∑ Skor Peny.Sosial
1 118 Krg Mampu
2 129 Krg Mampu
3 164 Mampu
4 127 Krg Mampu
5 140 Krg Mampu
6 146 Krg Mampu
7 149 Mampu
8 148 Mampu
9 146 Krg Mampu
10 126 Krg Mampu
11 116 Krg Mampu
12 128 Krg Mampu
13 138 Krg Mampu
14 164 Mampu
15 128 Krg Mampu
16 149 Mampu
17 141 Krg Mampu
18 172 Mampu
19 164 Mampu
20 135 Krg Mampu
No ∑ Skor Peny.Sosial
21 129 Krg Mampu
22 134 Krg Mampu
23 147 Mampu
24 130 Krg Mampu
25 163 Mampu
26 176 Mampu
27 150 Mampu
28 159 Mampu
39 139 Krg Mampu
30 169 Mampu
31 152 Mampu
32 169 Mampu
33 156 Mampu
34 152 Mampu
35 171 Mampu
36 148 Mampu
37 141 Krg Mampu
38 143 Krg Mampu
39 146 Krg Mampu
(21)
Lampiran6, Tabulasi Penyesuaian Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi Tabel 4.6 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Konstelasi
Keluarga di Asrama
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Slg Memahami 19 51% 18 49% 37 100%
Slg Menuntut 0 0% 3 100% 3 100%
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.7 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Peran Sosial Dalam Keluarga di Asrama
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Bebas 4 44,5% 5 55,5% 9 100%
Terbatas 15 48,5% 16 51,5% 31 100%
TOTAL 19 47,5 21 52,5 40 100%
Tabel 4.8 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Pengaruh Anggota Keluarga di Asrama
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Pengaruh Baik 17 46% 20 54% 37 100%
Pengaruh Buruk 2 67% 1 33% 3 100%
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.9 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Kohesivitas Keluarga di Asrama
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Erat 19 50% 19 50% 38 100%
Tidak Erat 0 0 2 100% 2 100%
(22)
Tabel 4.10 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Konstelasi Keluarga Inti
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Slg Memahami 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Slg Menuntut 0 0 0 0 0 0
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.11 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Peran Sosial dalam Keluarga Inti
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Bebas 16 44% 20 56% 36 100%
Terbatas 3 75% 1 25% 4 100%
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.12 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Pengaruh Anggota Keluarga Inti
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Pengaruh Baik 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Pengaruh Buruk 0 0 0 0 0 0
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.13 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Faktor Kohesivitas Keluarga Inti
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Faktor ∑ % ∑ % ∑ %
Erat 18 47% 20 53% 38 100%
Tidak Erat 1 50% 1 50% 2 100%
(23)
Lampiran 7, Tabulasi Penyesuaian Sosial dan Data Penunjang
Tabel 4.14 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Pendidikan Responden
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Pendidikan ∑ % ∑ % ∑ %
SMP 1 100% 0 0 1 100%
SMA 18 46% 21 54% 39 100%
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.15 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Usia Responden
Peny.Sos Mampu Kurang Mampu TOTAL
Usia ∑ % ∑ % ∑ %
11-14 1 33% 2 67% 3 100%
15-18 18 49% 19 51% 37 100%
TOTAL 19 47,5% 21 52,5% 40 100%
Tabel 4.16 Gambaran Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Lama Tinggal di Asrama
Peny.Sos Lama tinggal
Mampu Kurang Mampu TOTAL
∑ % ∑ % ∑ %
6-12 bulan 8 47% 9 53% 17 100%
1-2 tahun 7 54% 6 46% 13 100%
2-3 tahun 4 40% 6 60% 10 100%
(24)
Lampiran 8, Gambaran Asrama Putri “X” Bandung
1. Sejarah Berdirinya Asrama Putri “X” di Kota Bandung
Di awal tahun 1930-an kebutuhan akan panti asuhan bagi anak-anak yatim piatu terasa sangat mendesak, menyadari hal itu para suster memutuskan untuk mendirikan sebuah asrama panti asuhan yang berlokasi di kota Bandung. Tahun terus berjalan, zaman berubah dan kota Bandung mulai didatangi oleh kaum muda dari berbagai daerah yang ingin menuntut ilmu lebih tinggi. Pada tahun 1955 atas saran seorang uskup para suster memutuskan untuk membuka asrama untuk mahasiswi. Demikianlah pelayanan para suster bergeser dari anak yatim piatu ke para remaja putri yang berada di persimpangan jalan menuju kematangan pribadi sebagai perempuan yang akan menghadapi dunia lebih luas sehingga mereka perlu membekali diri sambil berjalan terus. Bagi mereka para suster ingin menjadi seorang pendamping dalam perjalan hidup para remaja putri, seorang tempat berkeluh kesah, seorang kakak yang mungkin bisa membantu dalam mempersiapkan diri untuk menjadi calon sarjana dan calon ibu, seorang yang membantu mereka untuk berelasi dengan Allah dan menjadi seorang beriman sejati. Asrama putri “X” ingin menjadi sebuah ‘home’ yang hangat kekeluargaan, bebas, banyak kemungkinan, banyak pilihan, banyak memaafkan dan aman bagi penghuninya.
2. Visi dan Misi Asrama Putri “X” Bandung
Visi: Terbentuknya pribadi yang beriman, mandiri dan berkualitas dalam kasih persaudaraan kristiani yang dijiwai semangat Santa Angela.
(25)
Misi:
-Menanamkan nilai-nilai religius
-Mewujudkan kasih Allah dengan memberi perhatian kepada setiap pribadi -Menanamkan nilai-nilai etika moral dan estetika dalam kegiatan sehari-hari -Menciptakan suasana belajar dan motivasi asramawati agar berhasil dalam studi -Menumbuh-kembangkan kasih persaudaraan dalam hidup sehari-hari
-Mengembangkan kreativitas dan ketrampilan sesuai bakat dan minat asramawati -Melatih asramawati untuk menjadi kader yang terlibat dan peduli serta
bertanggung jawab dalam kegiatan sehari-hari
3. Ketentuan harian bagi setiap remaja putri penghuni asrama (asramawati) a. Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan asrama.
b. Kamar tidur adalah ruang pribadi. Tidak digunakan untuk menerima tamu/ membawa teman, semua tamu diterima di ruang tamu, kecuali:
-Dengan ijin Suster Ibu asrama (Pengurus asrama).
-Ibu/kakak-adik perempuan diperkenankan menginap selama satu/dua malam,
lebih dari dua malam ijin khusus yaitu jika asramawati yang bersangkutan sakit dan perlu ditemani oleh keluarga.
-Ruang umum (kecuali gudang) tidak digunakan untuk meletakkan
barang-barang pribadi.
-Kamar mandi: digunakan hanya untuk mandi dan cuci kaki. -Kamar cuci: disiapkan untuk mencuci pakaian dan sepatu, dll.
(26)
c. Sopan santun
Cara berpakaian dilarang:
-Keluar dari kamar mandi berbalut handuk meski hanya setengah badan
-Berpakaian daster/piyama/baju tidur ke ruang makan, meskipun pada hari
libur. Di luar kamar tidur asramawati diminta berpakaian rapih, bersih dan sopan.
Jam tenang:
-Siang: pukul 15.00 – 17.30 WIB -Malam: pukul 20.00 – 06.30 WIB
Pada saat jam tenang tidak boleh ada telp atau bel tamu. Handphone dalam keadaan silent atau vibrate. Pembicaraan handphone dapat dilakukan di kebun/ di luar area kamar-kamar tidur asramawati. Gunakan earphone untuk mendengarkan musik di kamar.
Wismaria/ saraswati/ aula goretti tempat yang paling ideal untuk diskusi/ kerja kelompok/ kebersamaan yang membutuhkan suara di saat jam tenang. d. Kewajiban sebagai asramawati:
-Menjadi anggota salah satu seksi dalam kepengurusan BKA (Badan
Kesejahteraan Asramawati), hadir setiap kali rapat BKA.
-Makan malam bersama minggu s/d jumat pukul 18.15 s/d 18.45 WIB. Jika
berhalangan hadir karena kegiatan sekolah, wajib memberitahu koordinator meja makan dan mintalah sesama asramawati menyimpan makanan jika diinginkan.
(27)
bepergian/ keluar asrama di hari Senin s/d Jumat
pulang terlambat dan ijin menginap hanya dari Suster Ibu asrama. Mahasiswi paling lambat pukul 23.00 WIB.
SMA hanya Sabtu paling lambat pukul 20.00 WIB, Minggu paling lambat pukul 18.00 WIB.
-Menulis di papan/ buku yang tersedia kemana akan pergi dan menginap -Belajar bersama khusus asramawati SMA kelas X dan XI:
Hari Minggu s/d Kamis pukul 19.00 – 20.30 WIB Setiap Jumat wajib belajar sendiri
-Memberitahu hari itu juga kepada Suster Ibu asrama bila asramawati tidak
berangkat sekolah, dipersilahkan menggunakan alat komunikasi yang terjangkau.
-Selesaikan keperluan sekolah yang membutuhkan tanda tangan/ surat ijin/
surat keterangan/ persetujuan Suster ibu asrama pada waktu siang, sore, atau malam hari (sampai jam 21.00).
e. Asramawati dianjurkan mengikuti:
-Misa harian setiap hari pukul 05.45 (untuk yang beragama katolik) di kapel
susteran
-Misa hari Minggu di Paroki sesuai dengan jadwal
-Doa Taize (untuk siapa saja yang berminat) setiap hari Jumat sore pukul
18.00 di ruang doa asrama
-Kursus-kursus ketrampilan yang mengembangkan hobby, mendukung
(28)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001) dorongan atau motif sosial pada manusia, mendorong manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Agar hubungan interaksi berjalan baik diharapkan manusia mampu untuk menyesuaikan diri, baik penyesuaian terhadap dirinya sendiri maupun penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya sehingga mereka dapat menjadi bagian dari lingkungan tanpa menimbulkan masalah pada dirinya.
Lingkungan keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama bagi individu oleh karena itu keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial pada seseorang. Penyesuaian sosial pada remaja merupakan sesuatu hal yang penting, terutama bagi remaja putri yang diyakini lebih memiliki sifat mengasihi, bersahabat, rendah diri, suka menolong di saat-saat sedih, dan lebih sering mengekspresikan ketakutan dan kesedihan ketika berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya (Santrock 1966:378). Menurut Schneiders (1964:51) definisi penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk bertingkah laku dalam lingkungan sosial secara efektif dan sehat sesuai dengan realitas. Kemampuan penyesuaian sosial pada remaja akan mempengaruhi
(29)
2
mereka dalam kehidupan kesehariannya. Remaja yang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan diterima di lingkungannya. Hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi remaja, karena remaja akan lebih mampu melakukan penyesuaian dalam relasi sosialnya. Selain itu penyesuaian sosial yang baik juga menjadi salah satu bekal penting bagi remaja karena akan membantu mereka pada saat terjun dalam masyarakat luas.
Tidak semua remaja dapat berkumpul setiap saat bersama dengan keluarganya di rumah, hal tersebut dapat terjadi karena berbagai macam sebab seperti misalnya harus tinggal di luar kota karena melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi remaja yang tinggal terpisah dari keluarga karena alasan pendidikan dapat memanfaatkan sarana tempat tinggal yang tersedia, salah satunya adalah asrama pelajar. Asrama pelajar merupakan salah satu sarana dalam memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi pelajar. Pada saat tinggal di asrama, remaja akan tinggal bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang keluarga dan budaya yang berbeda yang nantinya akan menjadi satu kesatuan keluarga dengan pengurus asrama sebagai pengganti orang tua mereka. Dalam asrama, remaja juga akan menemui berbagai macam peraturan yang wajib ditaati. Secara tidak langsung remaja yang tinggal di asrama dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik agar dapat bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya.
Salah satu asrama yang cukup dikenal oleh masyarakat kota Bandung adalah asrama putri “X”. Asrama putri “X” merupakan salah satu sarana tempat tinggal yang memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal khusus
(30)
3
bagi pelajar putri. Hingga saat ini asrama putri “X” dihuni oleh 42 pelajar putri yang berusia 14-22 tahun, dimana sebanyak 1 remaja putri merupakan pelajar SMP, 39 remaja putri merupakan pelajar SMA, dan 2 remaja putri lainnya merupakan mahasiswa perguruan tinggi. Asrama putri “X” dipimpin oleh seorang suster kepala yang merupakan pengganti orang tua remaja yang sebenarnya. Dalam pelaksanaannya suster kepala dibantu oleh wakilnya yang juga seorang suster (pengurus asrama). Mereka memiliki kewajiban untuk menjaga dan membimbing para remaja putri yang tinggal di asrama (asramawati) agar menjadi individu yang bermoral, bertanggung jawab, disiplin dan taat beragama. Setiap minggu di dalam asrama putri “X” diadakan kegiatan bersama yang wajib dihadiri oleh seluruh asramawati. Kegiatan tersebut berupa games yang sengaja dibuat agar tercipta kekompakan diantara para asramawati. Kegiatan tersebut disusun oleh panitia BKA (Badan Kesejahteraan Asramawati), dimana anggota dari panitia BKA tersebut adalah asramawati dari asrama putri “X” itu sendiri, yang setiap tahunnya ditunjuk untuk menjadi panitia BKA. Untuk menyusun kegiatan bersama, panitia BKA wajib mengadakan rapat minimal satu minggu sekali. Setiap minggu ke empat setiap bulannya panitia BKA juga mengadakan rapat yang wajib dihadiri oleh seluruh asramawati. Dalam rapat tersebut akan dibicarakan mengenai pesan, kesan, kelebihan dan kekurangan dari panitia BKA. Dalam rapat tersebut seluruh asramawati juga boleh menyampaikan pendapat, masukan, keluhan dan kritikan kepada sesama asramawati.
Asramawati yang mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik terhadap lingkungan asrama akan memiliki relasi yang sehat dengan sesama
(31)
4
penghuni asrama lainnya sebagai satu kesatuan keluarga, mereka juga memiliki kemauan untuk menerima otoritas dari pengurus asrama sebagai orang tua mereka di asrama, mereka juga memiliki kapasitas untuk menerima tanggung jawab dan menerima batasan dan larangan yang diberikan oleh pengurus asrama, dan memiliki usaha untuk menolong sesama penghuni asrama untuk mencapai tujuan individual maupun bersama, serta memiliki emansipasi (Schneiders, 1964:451).
Sedangkan asramawati yang tidak mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik terhadap lingkungan asrama akan mengalami kesulitan dalam menjalin relasi yang sehat dengan sesama penghuni asrama lainnya sebagai satu kesatuan keluarga. Bukan tidak mungkin dapat terjadi perselisihan atau konflik diantara sesama penghuni asrama yang kemudian dapat berujung pada terjadinya penolakan sehingga asramawati tidak memiliki teman di asrama, tidak dapat mengembangkan persahabatan dengan sesama penghuni asrama, dan dapat dikucilkan dari lingkungan asrama yang pada akhirnya akan menyebabkan remaja merasa kesepian, sedih, stres, frustrasi, dan munculnya rasa permusuhan. Asramawati yang tidak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik terhadap lingkungan asrama juga enggan menerima otoritas yang diberikan oleh pengurus asrama sebagai orang tua mereka di asrama, mereka juga kurang memiliki kapasitas untuk menerima tanggung jawab, batasan dan larangan, serta kurangnya usaha untuk menolong sesama penghuni asrama mencapai tujuan individual maupun bersama, dan kurangnya emansipasi (Schneiders, 1964:451).
Menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 asramawati yang tinggal di asrama putri “X” Bandung, diketahui jika 100% asramawati berusaha
(32)
5
untuk bersikap saling menghormati dan menghargai sesama penghuni asrama. Seperti misalnya tidak berlama-lama menggunakan kamar mandi di pagi hari dan saling tidak ikut campur permasalahan orang lain.
Hasil wawancara juga menunjukkan jika 10 asramawati (100%) tidak menyukai dan terpaksa menerima peraturan yang berlaku di asrama. Sebanyak 10 asramawati (100%) pernah melanggar peraturan yang berlaku di asrama. Sebanyak 8 asramawati (80%) diantaranya hingga saat ini masih sering melanggar peraturan yang berlaku di asrama. Peraturan yang sering dilanggar oleh asramawati adalah peraturan jam keluar, setiap hari asramawati wajib segera pulang ke asrama setelah jam pulang sekolah. Peraturan tersebut membuat asramawati tidak bebas melakukan kegiatan bersama dengan teman sekolahnya, seperti misalnya melakukan kegiatan belajar kelompok di luar jam sekolah. Pada hari Sabtu asramawati juga sering pulang terlambat dari jam yang telah ditentukan. Mereka menyatakan jika sebagai remaja mereka memiliki kebutuhan untuk bergaul bersama teman-teman mereka, sehingga mereka merasa lebih baik melanggar peraturan jam pulang yang berlaku di asrama daripada harus meninggalkan acara-acara seru bersama teman-teman
Sebanyak 4 asramawati (40%) yang merupakan anggota kepanitiaan BKA merasa terpaksa menjadi panitia BKA. Mereka sering tidak menghadiri rapat yang diadakan setiap minggu untuk menyusun acara bersama. Hal tersebut dikarenakan mereka enggan menghadiri rapat yang diadakan setiap pulang sekolah karena pada saat pulang sekolah mereka sudah merasa lelah dan ingin beristirahat di kamar. Sebanyak 7 asramawati (70%) sering tidak mengikuti kegiatan bersama
(33)
6
yang diadakan oleh asrama. Mereka menyatakan kegiatan tersebut tidak menarik dan tidak begitu penting bagi mereka sehingga tidak bersedia ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Begitu pula dengan rapat yang diadakan oleh BKA pada minggu ke empat setiap bulan, sebanyak 8 asramawati (80%) menyatakan mereka enggan menghadiri rapat yang wajib dihadiri tersebut.
Sebanyak 10 asramawati (100%) menyatakan mereka bersedia untuk membantu sesama penghuni asrama, meskipun tidak semua pekerjaan dapat mereka bantu. Mereka akan melihat kemampuan yang mereka miliki terlebih dahulu. Sebanyak 1 asramawati (10%) menyatakan jika dirinya sering membantu sesama asramawati yang mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah. Bagi asramawati yang saling bersahabat mereka juga saling membantu bahkan dalam permasalahan pribadi.
Dari hasil wawancara dapat diketahui juga bahwa 10 asramawati (100%) merasa cukup terikat dengan peraturan-peraturan yang diberikan oleh pihak asrama. Seperti misalnya banyak jadwal seperti jam makan bersama, belajar bersama, rapat BKA, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang wajib dihadiri. Sedangkan sebagai remaja mereka ingin memiliki sedikit kebebasan untuk menikmati waktu bersama dengan teman-teman di luar asrama.
Berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan diatas mengenai remaja yang tinggal di asrama putri “X” dan dilihat betapa pentingnya peran penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di asrama, maka peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih lanjut mengenai penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung.
(34)
7
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: Bagaimanakah kemampuan penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung.
1.3Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai kemampuan penyesuaian sosial dan faktor-faktor yang berkaitan dengan penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung.
1.4Kegunaan
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
-Sebagai masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan. -Sebagai masukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjut
(35)
8
1.4.2 Kegunaan Praktis
-Sebagai masukan bagi para remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung sehingga dapat menjadi bahan untuk pengenalan diri, dan bagi yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian sosialnya.
-Sebagai masukan bagi pengurus asrama putri “X” Bandung mengenai penyesuaian sosial sehingga dapat melakukan pendekatan dan pendampingan terhadap asramawati yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial asramawati tersebut.
1.5Kerangka Pemikiran
Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Elizabeth B. Hurlock (Singgih D. Gunarsa dan Y. Singgih D. Gunarsa 1983), adolescence sebagai suatu periode peralihan, dimana seorang individu mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis, dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa. Penyesuaian sosial pada remaja juga merupakan sesuatu hal yang penting, terutama bagi remaja putri yang diyakini lebih memiliki sifat mengasihi, bersahabat, rendah diri, suka menolong di saat-saat sedih, dan lebih sering mengekspresikan ketakutan dan kesedihan ketika berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya (Santrock 1966:378). Menurut Schneiders (1964:51), penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk bertingkah laku dalam lingkungan sosial secara efektif dan sehat sesuai dengan
(36)
9
realitas, agar tingkah laku dapat diterima oleh lingkungan, sehingga kebutuhan secara sosial dapat terpenuhi dan terpuaskan. Dalam hal ini penyesuaian individu terhadap lingkungan sosialnya merupakan kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di lingkungannya, sehingga seseorang mampu untuk memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya.
Berdasarkan lingkungan tempat orang melakukan penyesuaian, penyesuaian sosial terdiri dari tiga area yaitu: penyesuaian sosial di rumah, sekolah dan lingkungan sosial atau masyarakat. Penyesuaian yang buruk di lingkungan rumah akan segera diikuti kesulitan di sekolah dan ketidakmampuan untuk bergaul dengan teman atau suatu perkumpulan yang akan mengganggu situasi di dalam rumah (Schneiders, 1964:451). Namun tidak semua remaja dapat berkumpul bersama dengan keluarganya di rumah. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai macam sebab seperti misalnya harus tinggal di luar kota karena melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi remaja yang tinggal terpisah dari keluarga karena alasan pendidikan dapat memanfaatkan sarana tempat tinggal yang tersedia, salah satunya adalah asrama pelajar. Asrama pelajar merupakan salah satu sarana dalam memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi pelajar. Pada saat tinggal di asrama, remaja akan tinggal bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang keluarga dan budaya yang berbeda yang nantinya akan menjadi satu kesatuan keluarga dengan pengurus asrama sebagai orang tua mereka. Dalam asrama remaja juga akan menemui berbagai macam peraturan yang wajib ditaati. Secara tidak langsung remaja yang
(37)
10
tinggal di asrama (asramawati) akan dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik agar dapat bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya.
Asramawati dikatakan memiliki kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama apabila asramawati memiliki relasi yang sehat dengan sesama penghuni asrama sebagai satu kesatuan keluarga, memiliki kesediaan menerima otoritas yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua, memiliki kapasitas untuk menerima tanggung jawab keluarga di asrama dan menerima batasan dan larangan yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua, memiliki usaha menolong sesama penghuni asrama, dan memiliki emansipasi.
Pertama, asramawati memiliki relasi yang sehat dengan sesama penghuni asrama sebagai satu kesatuan keluarga. Perasaan-perasaan yang tidak enak antara pengurus asrama (selaku orang tua) dengan asramawati, atau antara asramawati dengan asramawati, seperti misalnya kemarahan terhadap disiplin yang diberikan oleh pengurus asrama, penolakan, permusuhan dan rasa iri adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi kemampuan penyesuaian pada situasi asrama. Asramawati yang tidak menyukai pengurus asrama atau merasa iri pada perhatian yang diberikan pengurus asrama kepada asramawati yang lain, akan mempengaruhi kehidupan bersama sebagai satu kesatuan keluarga di dalam asrama.
Kedua, Asramawati memiliki kesediaan menerima otoritas yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua di asrama. Asramawati yang tidak menyukai peraturan dan disiplin yang diberikan oleh pengurus asrama, atau
(38)
11
menerimanya dengan setengah hati hanya karena ia tidak dapat melaksanakan peraturan dan disiplin tersebut termasuk remaja yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial dalam asrama.
Ketiga, asramawati memiliki kapasitas untuk menerima tanggung jawab keluarga di asrama dan menerima batasan dan larangan yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua. Dalam hal ini asramawati yang menolak dan melalaikan tanggung jawab yang diberikan atau selalu mencoba untuk melanggar batasan yang diberikan oleh pengurus asrama menunjukkan penyesuaian yang buruk di lingkungan asrama, karena tanggung jawab atau pembatasan adalah aspek yang benar-benar realistik dalam kehidupan keluarga yang normal.
Keempat, asramawati memiliki usaha menolong sesama penghuni asrama. Seperti misalnya membantu sesama asramawati dalam mencapai sukses di sekolah. Asramawati yang lebih tua yang tidak dapat merasakan minat dan usaha asramawati yang lebih muda menunjukkan kehidupan berkeluarga yang tidak sehat. Secara umum asramawati sebagai satu kesatuan keluarga perlu mengembangkan minat-minat bersama dan saling bekerja sama.
Kelima, Emansipasi yang meningkat di asrama, dan kebebasan yang makin bertambah untuk asramawati dalam asrama juga penting. Pengurus asrama selaku orang tua juga harus belajar bagaimana mengemansipasi diri mereka dari ikatan emosional yang mengikat diri mereka terhadap asramawati. Alasan dari syarat ini adalah bahwa emosional, intelektual, kebebasan mengungkapkan kemauan terutama pada remaja akhir dan dewasa awal akan memupuk kedewasaan yang mana selalu menjadi pengaruh dalam kemampuan penyesuaian,
(39)
12
disamping kepentingan untuk mengantisipasi diri mereka dari ikatan emosional yang mengikat mereka pada anak-anak. Ukuran tertentu dari afeksi keluarga, kehangatan, penerimaan dan perasaan memiliki merupakan sesuatu yang penting dan bermanfaat untuk kehidupan keluarga yang sehat, tetapi ketika ikatan antara kelurga terlalu dekat, maka hambatan emosional akan terjadi, dan seseorang menjadi sulit menyesuaikan diri secara adekuat untuk tuntutan apapun yang mungkin muncul. Bila emansipasi gagal terjadi, maka kemampuan penyesuaian di luar rumah umumnya juga terganggu.
Schneiders (1964), mengungkapkan bahwa banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian manusia. Rumah dan keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial karena keluarga dan rumah merupakan kelompok sosial yang pertama bagi individu, dimana individu menjadi bagiannya. Keluarga merupakan unit dan individu sendiri merupakan bagian integral dari unit tersebut. Menurut Schneiders (1964:145), terdapat beberapa karakteristik dalam kehidupan keluarga yang berpengaruh pada penyesuaian sosial, yaitu: Pertama, Family Constelation (kumpulan keluarga). Tindakan individu dan cara individu merespon kebutuhan internal atau tuntutan dari lingkungan akan selalu ditentukan oleh karakteristik dari kelompok utama yang dimiliki oleh individu. Dalam organisasi keluarga yang lebih kompleks, anggota keluarga harus menyesuaikan perilaku mereka terhadap hak-hak dan harapan orang lain. Situasi ini mungkin baik untuk melakukan penyesuaian, pembelajaran dan sosialisasi. Namun bisa saja situasi tersebut menciptakan adanya kecemburuan, persaingan, permusuhan, atau perkelahian. Asrama
(40)
13
termasuk organisasi keluarga yang kompleks, dalam hal ini setiap asramawati harus menyesuaikan perilaku mereka terhadap hak-hak dan harapan sesama penghuni asrama lainnya. Jika antar individu yang tinggal di asrama tidak dapat menyesuaikan perilaku mereka terhadap hak-hak dan harapan sesama penghuni asrama lainnya maka mereka akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian sosialnya.
Kedua, Social Roles Within Family (peran sosial dalam keluarga). Sikap dan harapan dari keluarga sering kali akan mendasari konsep atau tindakan seseorang. Dimana konsep tersebut akan mempengaruhi kemampuan dalam melakukan penyesuaian. Harapan-harapan yang diberikan oleh orang tua di rumah seperti misalnya ketika seorang ayah menginginkan seorang anak laki-laki. Ia mungkin berharap atau bahkan menuntut anak perempuannya untuk menjalani peran seorang anak laki-laki, bahkan dengan memberikan nama panggilan yang bersifat maskulin terhadap anak perempuannya. Begitu juga halnya dengan pola usia, anak yang lebih tua diharapkan untuk dapat memikul peran wewenang dan tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua, yang mana hal wewenang dan tanggung jawab tersebut tidak diberikan kepada anak yang lebih muda. Tindakan tersebut sering membantu dalam proses kematangan, kecuali jika anak menjadi iri dengan kebebasan yang lebih besar pada anak yang lebih besar. Perlindungan yang berlebihan (overprotective) juga dapat mempengaruhi kemampuan dalam melakukan tindakan penyesuaian. Penelitian menunjukkan jika perlindungan yang berlebihan pada seorang anak memungkinkan terjadinya penolakan terhadap orang tua dan dapat memberontak secara terbuka atau terperosok ke dalam
(41)
14
ketidakdewasaan patologis, yang sepenuhnya dapat melumpuhkan tanggung jawab dan penyesuaian mereka sebagai orang dewasa.
Ketiga, Group Membership (anggota keluarga). Pengaruh dari kehidupan berkeluarga adalah adanya pengaruh keluarga (kelompok) terhadap individu (anggota kelompok) yang dimulai segera sejak seseorang lahir ke dunia dan berlanjut hingga sisa hidupnya. Dalam hal ini keluarga dapat mempengaruhi gaya hidup, perilaku, dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian bagi seseorang. Dimana pengaruh yang diberikan oleh keluarga dapat bersifat baik atau buruk. Hal ini menunjukkan bahwa suatu kelompok “memiliki cara” bagaimana membentuk suatu perilaku dari anggotanya. Kelompok juga bisa menjadi sumber pengaruh sosialisasi yang kuat, cita-cita tinggi, kode moral yang ketat, dan sikap dan kepentingan yang penyesuaian kondisi dengan cara yang memungkinkan. Hubungan antara keanggotaan kelompok dan perilaku individu adalah contoh khusus dari prinsip umum bahwa perkumpulam menentukan karakter atau fungsi dari bagian-bagian yang dimiliki itu. Selain sebagai anggota kelompok dari keluarga inti yang sesungguhnya, asramawati juga merupakan anggota kelompok dari keluarga di asrama. Kehidupan berkeluarga di dalam asrama dapat mempengaruhi gaya hidup, perilaku dan kemampuan dalam melakukan suatu penyesuaian pada asramawati.
Keempat, Family Cohesion (kepaduan keluarga). Kepaduan dan perpecahan keluarga merupakan dasar yang penting bagi kemampuan penyesuaian sosial dan kesehatan mental. Perpisahan keluarga dapat menjadi pengaruh yang paling buruk terhadap kesejahteraan psikologis seorang anak yang dependen.
(42)
15
Untuk mencapai penyesuaian dan stabilitas psikologis yang sehat bagi anak, sangat penting bagi mereka untuk dapat mengembangkan rasa aman dan rasa memiliki yang secara alami sebuah rumah keluarga yang utuh mampu menyediakan hal itu. Asramawati yang tinggal di asrama putri „X‟ merupakan remaja putri yang harus tinggal terpisah dari keluarganya dikarenakan alasan pendidikan. Dalam hal ini, iklim, suasana, dan kondisi yang ada di dalam asrama memiliki pengaruh bagi asramawati untuk melakukan suatu penyesuaian. Sebagai contoh kecil permasalahan yang cukup sering terjadi di dalam asrama yaitu ketika asramawati mengalami pertengkaran atau perselisihan dengan sesama penghuni asrama lainnya, hal ini akan mempengaruhi perasaan atau kondisi psikologis asramawati yang pada akhirnya berdampak terhadap berkurangnya rasa aman, nyaman dan memiliki diantara sesama penghuni asra ma.
Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di asrama putri ”X” Bandung, dapat digambarkan pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
(43)
16
Bagan 1.1 Skema kerangka Pemikiran Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial: konstelasi keluarga, peran sosial dalam keluarga, pengaruh anggota keluarga, kohesivitas keluarga.
Remaja yang tinggal di
asrama putri “X” Bandung
Penyesuaian Sosial di Asrama
Kurang Mampu
Aspek:
- Relasi yang sehat
- Kemauan menerima otoritas - Kapasitas menerima tanggung
jawab, batasan dan larangan - Usaha menolong keluarga - Emansipasi
(44)
17
1.6Asumsi Penelitian
1. Remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang berbeda-beda.
2. Penyesuaian sosial remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung dilihat berdasarkan beberapa aspek, yaitu: memiliki relasi yang sehat dengan sesama penghuni asrama sebagai satu kesatuan keluarga, memiliki kesediaan menerima otoritas yang diberikan oleh pengurus asrama, memiliki kapasitas untuk menerima tanggung jawab dan menerima batasan dan larangan yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua, memiliki usaha untuk menolong sesama penghuni asrama, dan adanya emansipasi yang meningkat di asrama.
3. Karakteristik lingkungan asrama memiliki lebih banyak kesamaan dengan lingkungan keluarga di rumah daripada dengan lingkungan masyarakat.
(45)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pengolahan data dan pembahasan terhadap remaja yang tinggal di Asrama Putri “X” Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Lebih banyak asramawati yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial daripada asramawati yang mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama.
2. Kurangnya kemampuan asramawati dalam melakukan penyesuaian sosial di ligkungan asrama lebih terlihat pada aspek kemauan menerima otoritas, kapasitas menerima tanggung jawab, batasan dan larangan serta usaha menolong keluarga.
3. Faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan kemampuan penyesuaian sosial asramawati di lingkungan asrama adalah suasana kehidupan bersama seluruh penghuni asrama, sikap dan harapan yang diberikan oleh pengurus asrama terhadap asramawati, dan hubungan yang terjalin antara asramawati dengan sesama penghuni asrama, serta sikap dan harapan yang diberikan oleh orang tua di rumah terhadap asrmawati.
(46)
58
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberi saran bagi peneliti selanjutnya. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
5.2.1 Saran Teoritis
- Bagi peneliti lain yang tertarik tentang penyesuaian sosial disarankan untuk memperluas penelitian tentang penyesuaian sosial pada asrama lain sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan kemampuan penyesuaian sosial pada asrama yang lain.
- Bagi peneliti lain yang tertarik tentang penyesuaian sosial, disarankan melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial.
5.2.2 Saran Praktis
- Bagi pengurus Asrama Putri “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial para asramawati dengan cara melakukan pendekatan dan pendampingan agar para asramawati yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial di asrama lebih dapat menerima otoritas, tanggung jawab, batasan dan larangan, serta lebih memiliki kesediaan untuk menolong sesama penghuni di asrama.
- Bagi pengurus Asrama Putri “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan kesediaan menerima tanggung jawab, batasan dan larangan dengan cara melakukan pendekatan dan pendampingan
(47)
59
kepada asramawati yang sudah memiliki kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A, Byrne, D. 1997. Social Psychology (8th ed). Boston: Allyn & Bacon.
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi.Jakarta: Radja Grafindo Persada.
Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Grasindo.
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Nazir, Moh. 2003. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2004. Life Span Development, ninth edition. New York: Mc. Graw. Hill Companies.
Schneiders, Alexander A. 1964. Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt Rineheart and Winston.
(49)
DAFTAR RUJUKAN
http://www.e-psikologi.com/epsi/individual, penyesuaian diri remaja, diakses 12 februari 2010.
http://www.google.co.id/penyesuaian+sosial+pada+remaja, remaja dan masalahnya, diakses 12 februari 2010.
http://eprints.undip.ac.id, hubungan kualitas kehidupan sekolah, diakses 12 februari 2010.
(1)
17
Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi Penelitian
1. Remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang berbeda-beda.
2. Penyesuaian sosial remaja yang tinggal di asrama putri “X” Bandung dilihat berdasarkan beberapa aspek, yaitu: memiliki relasi yang sehat dengan sesama penghuni asrama sebagai satu kesatuan keluarga, memiliki kesediaan menerima otoritas yang diberikan oleh pengurus asrama, memiliki kapasitas untuk menerima tanggung jawab dan menerima batasan dan larangan yang diberikan oleh pengurus asrama selaku orang tua, memiliki usaha untuk menolong sesama penghuni asrama, dan adanya emansipasi yang meningkat di asrama.
3. Karakteristik lingkungan asrama memiliki lebih banyak kesamaan dengan lingkungan keluarga di rumah daripada dengan lingkungan masyarakat.
(2)
57 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pengolahan data dan
pembahasan terhadap remaja yang tinggal di Asrama Putri “X” Bandung, maka
dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Lebih banyak asramawati yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial daripada asramawati yang mampu melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama.
2. Kurangnya kemampuan asramawati dalam melakukan penyesuaian sosial di ligkungan asrama lebih terlihat pada aspek kemauan menerima otoritas, kapasitas menerima tanggung jawab, batasan dan larangan serta usaha menolong keluarga.
3. Faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan kemampuan penyesuaian sosial asramawati di lingkungan asrama adalah suasana kehidupan bersama seluruh penghuni asrama, sikap dan harapan yang diberikan oleh pengurus asrama terhadap asramawati, dan hubungan yang terjalin antara asramawati dengan sesama penghuni asrama, serta sikap dan harapan yang diberikan oleh orang tua di rumah terhadap asrmawati.
(3)
58
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberi saran bagi peneliti selanjutnya. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
5.2.1 Saran Teoritis
- Bagi peneliti lain yang tertarik tentang penyesuaian sosial disarankan untuk memperluas penelitian tentang penyesuaian sosial pada asrama lain sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan kemampuan penyesuaian sosial pada asrama yang lain.
- Bagi peneliti lain yang tertarik tentang penyesuaian sosial, disarankan melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial.
5.2.2 Saran Praktis
- Bagi pengurus Asrama Putri “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai informasi untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial para asramawati dengan cara melakukan pendekatan dan pendampingan agar para asramawati yang kurang mampu melakukan penyesuaian sosial di asrama lebih dapat menerima otoritas, tanggung jawab, batasan dan larangan, serta lebih memiliki kesediaan untuk menolong sesama penghuni di asrama.
- Bagi pengurus Asrama Putri “X” Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai informasi untuk meningkatkan kesediaan menerima tanggung jawab, batasan dan larangan dengan cara melakukan pendekatan dan pendampingan
(4)
59
Universitas Kristen Maranatha kepada asramawati yang sudah memiliki kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan asrama.
(5)
60 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A, Byrne, D. 1997. Social Psychology (8th ed). Boston: Allyn & Bacon.
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi.Jakarta: Radja Grafindo Persada.
Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Grasindo.
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Nazir, Moh. 2003. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2004. Life Span Development, ninth edition. New York: Mc. Graw. Hill Companies.
Schneiders, Alexander A. 1964. Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt Rineheart and Winston.
(6)
61 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
http://www.e-psikologi.com/epsi/individual, penyesuaian diri remaja, diakses 12 februari 2010.
http://www.google.co.id/penyesuaian+sosial+pada+remaja, remaja dan masalahnya, diakses 12 februari 2010.
http://eprints.undip.ac.id, hubungan kualitas kehidupan sekolah, diakses 12 februari 2010.