Efek Kejibeling (Sericocalyx crispus L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa.

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

EFEK KEJIBELING (Sericocalyx crispus L) TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA

Ilonna Gunawan,

Pembimbing I: Prof.DR.H. R. Muchtan Sujatno.,dr.Sp.FK.(K) Pembimbing II: Kartika Dewi, dr, Sp.AK., M. Kes., PA.(K)

Latar Belakang melihat tingginya angka penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) di Indonesia, maka banyak sekali cara yang digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi tersebut. Salah satunya dengan pengobatan herbal yaitu Kejibeling (Sericocalyx crispus L).

Tujuan Penelitian adalah untuk menilai efek Kejibeling (Sericocalyx crispus L) dalam menurunkan tekanan darah pria dewasa.

Metode Penelitian bersifat kuasi eksperimental dan bersifat komparatif menggunakan rancangan pre-test dan post-test. Subjek penelitian sebanyak 30 orang. Parameter yang dinilai adalah tekanan darah sistol maupun diastol. Analisis data menggunakan T berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum minum Kejibeling) adalah 115,77/76,20 mmHg, sedangkan setelah minum Kejibeling menjadi 107,13/72,00 mmHg. Dengan demikian, rerata tekanan darah sistol setelah minum Kejibeling mengalami penurunan sebesar 7,46% dan rerata tekanan darah diastole mengalami penurunan sebesar 5,51% yang berbeda bermakna secara statistik ( p < 0,001).

Simpulan dari penelitian ini adalah Kejibeling menurunkan tekanan darah sistol dan diastol pria dewasa.


(2)

Universitas Kristen Maranatha v

ABSTRACT

THE EFFECT OF KEJIBELING (Sericocalyx crispus L)

TOWARD BLOOD PRESSURE LOWERING IN MEN

Ilonna Gunawan,

Supervisor 1st: Prof.DR.H. R. Muchtan Sujatno.,dr.Sp.FK.(K) Supervisor 2nd: Kartika Dewi, dr, Sp.AK., M. Kes., PA.(K)

Background : Increased incidence of hypertension in Indonesia increase and thus gives rise to a greater variety of treatment for hypertension. One of the treatment is by consuming a herb named Kejibeling (Seriococalyx crispus L).

Objective : The research objective was to observe the effect of kejibeling on blood pressure lowering in men.

Method : The design of this study was comparative quasi-experimental with the design of pre and post test. The data measured was systole and diastole blood pressure on 30 men. Analysis of data used T-test with a = 0.05.

Result : The results showed that the blood pressure after consuming kejibeling (107.13/72.00 mmHg) was lower by 7.46% for systole and 5.51% for diastole than before consumed kejibeling (115.77/76.20 mmHg). The difference was highly significant (p < 0.001).

Conclusion : The conclusion of this study is kejibeling can lower blood pressure in men.

Key Words : Kejibeling (Sericocalyx crispus L), systole blood pressure, diastole blood pressure


(3)

Universitas Kristen Maranatha v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Ilmiah……….. 2

1.4.2 Manfaat Praktis……….. 2

1.5 Kerangka Pemikiran……….. 2

1.6 Hipotesis Penelitian ... 3

1.7 Metodologi Penelitian ... 3

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejibeling ... 4

2.1.1 Kejibeling ... 4

2.1.2 Taksonomi Tanaman Kejibeling ... 6

2.1.3 Manfaat Kejibeling ... 6

2.2 Efek Kejibeling Terhadap Tekanan Darah ... 7

2.3 Tekanan Darah ... 9


(4)

Universitas Kristen Maranatha v

2.3.1.1 Faktor Utama Yang Mempengaruhi Tekanan Darah .. 10

2.3.1.2 Faktor Tambahan Mempengaruhi Tekanan Darah ... 13

2.3.2 Pemeriksaan Tekanan Darah……….16

2.4 Hipertensi………...19

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat dan Subjek Penelitian ... 24

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 24

3.1.2 Subjek penelitian ... 24

3.2 Metode Penelitian ... 25

3.2.1 Desain Penelitian ... 25

3.2.2 Variabel Penelitian ... 25

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 25

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 25

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 25

3.2.4 Prosedur Kerja ... 26

3.2.5 Cara Pemeriksaan ... 26

3.2.6 Metode Analisis ... 26

3.2.6.1 Hipotesis Penelitian ... 26

3.2.6.2 Kriteria Uji ... 27

3.2.7 Aspek Etik Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.2 Pembahasan ... 31

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 31

4.3.1 Hal-hal Yang Mendukung ... 32


(5)

Universitas Kristen Maranatha v

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36


(6)

Universitas Kristen Maranatha v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII...22 Tabel 4.1 Tekanan darah sistol sebelum dan sesudah minum kapsul

kejibeling...29 Tabel 4.2 Tekanan darah diastol sebelum dan sesudah minum kapsul


(7)

Universitas Kristen Maranatha v

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Kejibeling...5 Gambar 2.2 Bagan alur efek kejibeling terhadap penurunan tekanan darah...8 Gambar 2.3 Pengukuran tekanan darah cara auskultasi...19 Gambar 2.4 Pengukuran tekanan darah cara Osilasi...19


(8)

Universitas Kristen Maranatha v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Minum Kapsul

kejibeling………...37 Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Diastol Sebelum dan

Sesudah Minum Kapsul

kejibeling………39

Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent) ...41 Lampiran 4 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian...42


(9)

36

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1

Uji Statistik Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Minum Kapsul kejibeling

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Perlakuan

1.5 60 0.50422 0.06509 Hasil 111.45 60 8.21414 1.06044

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Perlakuan

& Hasil 60 -0.53 0

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Upper Lower

Pair 1

Perlakuan –


(10)

37

Universitas Kristen Maranatha

t df

Sig. (2-tailed) -100.29 59 1.28E-67


(11)

38

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2

Uji Statistik Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah Minum Kapsul kejibeling

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Perlakuan 1.5 60 0.50422 0.06509

Hasil 74.1 60 6.56054 0.84696

Pair 2 Perlakuan

1.5 60 0.50422 0.06509

Hasil 74.1 60 6.56054 0.84696

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Perlakuan

& Hasil 60 -0.323 0.012 Pair 2 Perlakuan

& Hasil

60 -0.323 0.012

Paired Samples Test

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Upper Lower Pair

1

Perlakuan -

Hasil -72.6 6.74022 0.87016 -74.341 -70.859

t df

Sig. (2-tailed)


(12)

39

Universitas Kristen Maranatha -83.433 59 6.16E-63

Lampiran 4


(13)

40

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 5


(14)

41

Universitas Kristen Maranatha RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ilonna Gunawan

NRP : 0810065

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 7 Juli 1989

Alamat : Jl Kangkung Kaler no 21, bandung Riwayat Pendidikan

TK Santo Aloysius, lulus tahun, 1998 SD Santo Yusuf, lulus tahun 2002  SMP Santo Aloysius I, lulus tahun 2005  SMA Santa Angela, lulus tahun 2008

 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung angkatan 2008


(15)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu kondisi yang mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga kali pembacaan melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi atau hipertensi. Tekanan darah yang tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk penyakit-penyakit seperti : stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis (WHO, 2010).

Saat ini angka prevalensi hipertensi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Prevalensi hipertensi masih mencapai 31,7% di seluruh Indonesia (WHO, 2010). Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi tanpa efek samping kimia yang tinggi. Salah satunya dengan pengobatan herbal, misalnya saja menggunakan tumbuhan Kejibeling (Sericocalyx crispus L.).

Kejibeling biasanya ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman yang berkhasiat obat. Dalam masyarakat, daun kejibeling ini biasanya digunakan sebagai obat untuk batu ginjal, kencing manis. Daun kejibeling mempunyai kandungan polifenol, saponin, alkaloid, kalium dan kalsium. Selain itu juga ditemukan kumarin, flavonoid, iridoid, triterpen dan sterol (Sudarsono dkk, 2002). Di samping kandungan tersebut, daun kejibeling juga berkhasiat atau berefek diuretik (Sarjono O.S., 1989).

Salah satu obat-obatan untuk hipertensi adalah obat diuretik, oleh karena itu adanya efek diuretik pada tumbuhan Kejibeling, diharapkan dengan mengkonsumsi ekstrak daun kejibeling dapat berguna untuk mengobati hipertensi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kejibeling dalam pengobatan hipertensi.


(16)

Universitas Kristen Maranatha 2

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas :

Apakah daun kejibeling dapat berpengaruh menurunkan tekanan darah pada pria dewasa.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengukur apakah ekstrak daun kejibeling dapat berpengaruh menurunkan tekanan darah pada pria dewasa.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai kandungan diuretik pada daun kejibeling yang berguna untuk menurunkan tekanan darah.

1.4.2 Manfaat praktis

Untuk mendapatkan data farmakodinamik dalam menurunkan tekanan darah yang berguna untuk penelitian lanjutan kepada manusia sebagai anti hipertensi.

1.5Kerangka Pemikiran

Tanaman kejibeling tumbuh tegak dengan tinggi 0,5 m sampai 1 m. bertangkai pendek, dengan panjang daun 9cm sampai 18cm. Kejibeling merupakan tumbuhan yang mudah tumbuh pada kondisi tanah yang subur.

Daun Kejibeling mempunyai kandungan berupa polifenol, saporin, alkaloid, kalium dan kalsium. Selain itu juga ditemukan kumarin, dan flavonoid (Sudarsono dkk, 1996).

Kandungan kalium dalam ekstrak daun kejibeling berfungsi sebagai diuretik. Salah satu obat untuk penyakit hipertensi adalah dengan obat-obatan diuretik. Telah dipelajari bahwa diuretik dapat berfungsi untuk mengeluarkan air dalam tubuh manusia. Terjadinya hipertensi salah satunya disebabkan karena adanya retensi Na


(17)

Universitas Kristen Maranatha 3

dan H20 sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler (WHO 2010). Kandungan kalium dalam kejibeling berfungsi sebagai diuretik. Dimana kalium yang tinggi dalam darah akan menyebabkan penurunan kontraksi otot polos vaskuler yang kemudian menyebabkan penurunan aldosteron dan penurunan kontraksi miokardium. Penurunan kontraksi miokardium ini kemudian akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Begitu pula dengan penurunan aldosteron yang nantinya akan mengakibatkan peningkatan ekskresi garam dan air oleh ginjal maka volume cairan intravaskuler akan menurun sehingga menyebabkan penurunan cardiac output yang disertai dengan penurunan tekanan darah (Guyton and Hall, 2007; Houssay, 1955).

1.6Hipotesis penelitian

Ekstrak daun kejibeling menurunkan tekanan darah sistol pada pria dewasa. Ekstrak daun kejibeling menurunkan tekanan darah diastol pada pria dewasa.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental yang bersifat komparatif dengan penilaian pretest dan posttest. Parameter yang diukur adalah tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data menggunakan uji statistik T berpasangan dengan α = 0.05. Tingkat kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p ≤ 0.05.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Waktu penelitian : Desember 2010 – Desember 2011


(18)

4

Universitas Kristen Maranatha BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEJIBELING (Sericocalyx crispus L) 2.1.1 Kejibeling

Tumbuhan Kejibeling (Sericocalyx crispus L) mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah dengan kondisi ekologis dengan syarat sebagai berikut:

 Hidupnya di ketinggian tempat 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 2.500 mm - 4.000 mm/tahun

 iklimnya bulan basah (di atas 100 mm/bulan) 8 bulan - 9 bulan,  bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) 3 bulan - 4 bulan,

 hidup di suhu udara 200 C - 250 C dengan kelembapan sedang,  penyinaran sedang,

 tekstur tanah pasir sampai liat,  drainase sedang – baik,

 kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah,

 kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah, kemasaman (pH) 5,5

– 7 kesuburan sedang. (Jaka S, 2002).

Tumbuhan kejibeling tergolong tumbuhan semak, biasanya hidup menggerombol, tinggi 1-2 meter pada tumbuhan dewasa. Morfologi dari tumbuhan kejibeling yaitu memiliki batang beruas, bentuk batangnya bulat dengan diameter antara 0,12 - 0,7 cm, berbulu kasar, percabangan monopodial. Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau pada waktu muda dan berubah jadi coklat setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal, berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang helaian daun berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah


(19)

5

Universitas Kristen Maranatha hijau muda. Bunganya tergolong bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota bunga bentuk corong, benang sari empat, dan warna bunga putih agak kekuningan. Kejibeling memiliki buah berbentuk bulat, buahnya jika masih muda berwarna hijau dan setelah tua atau masak berwarna hitam. Untuk bijinya berbentuk bulat, dan ukurannya kecil. Sistem perakarannya tunggang, bentuk akar seperti tombak, dan berwarna putih. Tanaman Kejibeling adalah tanaman yang biasa ditanam masyarakat sebagai tanaman pagar, dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini juga sebagai tanaman herba liar hidup menahun yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dalam penyembuhan beberapa penyakit. Dalam bahasa lokal Kejibeling dikenal dengan sebutan keci beling di Jawa dan picah beling di Sunda (Hariana, Arief, 2003).

Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain: kalium, natrium, kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida, dan polilenoi. Kalium berfungsi melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan kandung kemih. Natrium berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan volume darah. Kalsium berfungsi membantu proses pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel. Sedangkan asam silikat berfungsi mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya (Soewito,1989).


(20)

6

Universitas Kristen Maranatha 2.1.2 Taksonomi Tanaman Kejibeling

Nama Ilmiah

Strobilanthes crispus Bl

Sinonim

Sericocalyx crispus (L.)

Taksonomi Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Sub Kelas: Asteridae Ordo: Scrophulariales Famili: Acanthaceae

Genus: Strobilanthes

Spesies: Strobilanthes crispus L (Jaka S, 2002)

2.1.3 Manfaat Kejibeling

Menurut Soewito (1989), tanaman Kejibeling mengandung beberapa zat gizi yang berkhasiat dalam mengobati beberapa penyakit, seperti batu ginjal, diabetes mellitus, maag dan sebagai laksatif (mengatasi sembelit). Menurut Mutschler (1991) Na, K, Ca termasuk dalam golongan senyawa-senyawa mineral. Mineral dalam ilmu kimia makanan ialah zat anorganik yang terdapat dalam bahan makanan serta merupakan senyawa gizi esensial bagi tubuh. Secara umum fungsi mineral dalam tubuh, yaitu:

 Sebagai bagian dari biokatalis dalam proses kimia, misalnya Fe dalam hemoglobin, Co dalam vitamin B12.


(21)

7

Universitas Kristen Maranatha  Sebagai elektrolit untuk mengatur tekanan osmosis.

 Sebagai bahan pembangun kerangka.

Kalium memiliki peranan, dan sifat yang berbeda-beda sebagai berikut: Kalium

Kalium biasanya lebih banyak berada di dalam sel, karena itu lebih mudah menyimpan dan menjaganya. Peranan kalium mirip dengan natrium, yaitu kalium bersama-sama dengan natrium membantu menjaga tekanan osmosis dan keseimbangan asam basa. Perbedaanya yaitu kalium menjaga tekanan osmosis dalam cairan intraseluler dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivitasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolism karbohidrat. Selain itu kalium mudah untuk diserap tubuh, yaitu sekitar 90% dari yang dicerna akan diserap dalam usus kecil. (Mutschler, 1991)

2.2 Efek Kejibeling terhadap Tekanan Darah

Kejibeling memiliki kandungan kalium yang berperan pada mekanisme penurunan tekanan darah, yang mana kalium yang tinggi dalam darah akan menyebabkan penurunan kontraksi otot polos vaskuler yang kemudian menyebabkan penurunan aldosteron dan penurunan kontraksi dari miokardium. Penurunan kontraksi dari miokardium ini kemudian akan menyababkan penurunan tekanan darah. Begitu pula dengan penurunan aldosteron yang nantinya akan mengakibatkan peningkatan ekskresi garam dan air oleh ginjal lalu volume cairan intravaskuler akan menurun sehingga menyebabkan penurunan cardiac output yang disertai dengan penurunan tekanan darah. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1 di bawah ini :


(22)

8

Universitas Kristen Maranatha Gambar 2.2 Bagan Alur Efek kejibeling Terhadap Tekanan Darah

Kejibeling

( Sericocalyx

TPR Ekskresi garam dan air oleh

ginjal

Cardiac output

vasodilatasi KALIUM

Kontraksi otot polos

vaskuler

aldosteron

Volume cairan intravaskuler

Kontraksi miokardium


(23)

9

Universitas Kristen Maranatha BP = CO x TPR

2.3 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg). Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

BP : Blood Pressure (mmHg) CO : Cardiac Output (ml/ menit)

TPR : Total Peripheral Resistance (Guyton, 1997).

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Tetapi walaupun jarang digunakan tekanan darah dapat juga dinyatakan dalam sentimeter air (cm H2O). Satu millimeter air raksa sama dengan 1,36 cm H2O karena berat jenis air raksa adalah 13,6 kali berat jenis air dan 1 sentimeter adalah 10 kali lebih besar dari 1 milimeter (Guyton and Hall, 1997).

Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran yang menetap. Jantung bekerja sebagai pompa darah karena dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga dapat menimbulkan perubahan tekanan darah di dalam sirkulasinya. Darah dipompakan ke aorta dan arteri pulmonalis ketika sistol ventrikel. Perekaman tekanan di dalam sistem arteri di saat itu menunjukkan kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya 120 mmHg. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan di dalamnya sedikit menurun. Tekanan aorta pada saat diastol ventrikel


(24)

10

Universitas Kristen Maranatha cenderung menurun hingga 80 mmHg. Tekanan inilah yang dikenal sebagai tekanan diastol pada pemeriksaan tekanan darah. Perubahan pada siklus jantung tersebut yang menyebabkan terjadinya aliran darah di dalam sistem sirkulasi tertutup pada tubuh manusia (Ibnu Masud, 1996).

2.3.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan darah terdiri atas dua faktor, yaitu faktor utama dan faktor tambahan. Faktor utama adalah jantung, volume darah, tahanan perifer, viskositas darah dan distensibilitas pembuluh darah. Sedangkan faktor tambahan adalah umur, jenis kelamin, kerja otot, emosi, sikap badan, keadaan setelah makan, tidur, susunan saraf otonom, sistem renin angiotensin dan refleks baroreseptor.

2.3.1.1 Faktor Utama yang Mempengaruhi Tekanan Darah Jantung

Sistem kardiovaskuler mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh dan menyalurkannya kembali ke jantung, yaitu dengan cara jantung berkontraksi dan berelaksasi. Perubahan hemodinamik dalam sistem tersebut menyebabkan perubahan tekanan dan mengakibatkan terjadinya peristiwa aliran darah di dalam sistem kardiovaskular tersebut.

Jantung dapat mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan dengan curah jantung. Curah jantung dapat berubah – ubah bergantung pada tingkat aktivitas seseorang, usia, tingkat metabolisme tubuh dan ukuran tubuh. Ada dua faktor yang mempengaruhi curah jantung, yaitu isi sekuncup dan denyut jantung. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh rangsang saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsang pada saraf simpatis akan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan kontraktilitas miokardium sehingga akan menambah isi sekuncup.

Sedangkan hasil sebaliknya didapat pada saraf parasimpatis (Guyton and Hall, 1997).


(25)

11

Universitas Kristen Maranatha Menurut Frank Starling, apabila jumlah darah yang mengalir ke jantung meningkat, maka akan menyebabkan dinding ruang jantung meregang sehingga otot berkontraksi lebih kuat lagi. Oleh karena itu, semua penambahan darah yang kembali ke jantung akan dipompa masuk lagi ke sirkulasi secara otomatis (Guyton and Hall, 1997).

Tahanan Perifer

Tahanan adalah penghalang terhadap aliran darah dalam pembuluh, tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan dalam pembuluh. Sedangkan tahanan perifer total adalah keseluruhan tahanan yang terdapat di sirkulasi sistemik (Guyton and Hall, 1997).

Pengaruh tahanan perifer pada tekanan darah disebabkan oleh perubahan diameter pembuluh darah tepi, terutama pada arteriol. Perubahan pada diameter arteriol akan mengakibatkan perubahan pada tahanan perifer total sehingga terjadi perubahan tekanan darah. Karena tekanan darah dapat ditentukan oleh perkalian curah jantung dengan tahanan perifer. Adanya perubahan pada salah satu dari kedua faktor tersebut dapat mengubah nilai tekanan darah (Guyton and Hall, 1997).  Volume Darah

Volume darah dalam tubuh dipengaruhi oleh volume cairan ekstraseluler, sehingga peningkatan volume cairan ekstraseluler akan meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah akan meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata yang kemudian akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung ini pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah.

Bila kehilangan darah terlalu banyak, maka tekanan darah menurun, seperti pada kasus perdarahan. Bila perdarahan tidak terlalu banyak maka dengan penambahan cairan atau darah jumlah darah akan kembali normal.


(26)

12

Universitas Kristen Maranatha Sebaliknya, bila perdarahan banyak dan penambahan cairan atau darah tidak dapat mengembalikan volume darah, maka tekanan darah tidak akan meningkat kembali sehingga organ - organ vital akan kekurangan darah. (Guyton and Hall, 1997)

Viskositas Darah

Viskositas darah adalah kekentalan darah sebagai zat cair yang banyak mengandung unsur kimia. Viskositas darah dipengaruhi oleh hematokrit sehingga peningkatan hematokrit akan meningkatkan viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat maka diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah pada jarak tertentu dan alirannya akan lebih lambat. Hal ini disebabkan karena gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Gesekan ini menentukan ukuran koefisien angkat viskositas, sebaliknya bila viskositas darah menurun, maka gesekan antara lapisan darah dan pembuluhnya akan menurun dan tekanan darah akan turun (Guyton and Hall, 1997).

Distensibilitas Dinding Pembuluh Darah

Ciri khas sistem vaskular yang penting adalah semua pembuluh darah bersifat distensibilitas, misalnya arteriol akan berdilatasi dan menurunkan tegangannya ketika tekanan di dalam arteriol meningkat. Hal ini mengakibatkan bila terjadi peningkatan aliran darah berarti disebabkan tidak hanya peningkatan tekanan darah tetapi juga akibat penurunan tahanan.

Peran penting lain distensibilitas vaskular adalah dalam sistem sirkulasi, contohnya yaitu sifat distensibilitas arteri memungkinkan vaskular untuk menyalurkan curah jantung yang bersifat pulsatil dan merata-ratakan pulsasi tekanan. Hal ini menimbulkan aliran darah yang berlangsung terus-menerus dan hampir lancar sempurna melalui pembuluh darah yang sangat kecil dalam jaringan.


(27)

13

Universitas Kristen Maranatha Pembuluh darah yang memiliki distensibilitas tertinggi yaitu vena, bahkan dengan peningkatan tekanan yang sedikit saja sudah dapat menampung 0,5-1 liter darah tambahan, oleh karena itu, vena menyediakan fungsi penampung untuk menyimpan sejumlah besar darah yang dapat digunakan kapan saja dibutuhkan di manapun dalam sirkulasi (Guyton and Hall, 1997).

2.3.1.2Faktor Tambahan yang Mempengaruhi Tekanan Darah Umur

Umumnya tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya distensibilitas dinding pembuluh darah atau menjadi kaku (Webber, 2007).

Jenis kelamin

Tekanan darah pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah pada wanita karena pria mempunyai hormon testosteron yang menyebabkan pembuluh darah tidak seelastis pembuluh darah pada wanita dan memiliki Total Peripheral Resistance yang tinggi. Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron yang membuat pembuluh darah lebih elastis, tetapi setelah menopause, tekanan darah akan meningkat karena pembuluh darah menjadi tidak elastis (Guyton and Hall, 1997).

Kerja otot

Pada saat melakukan pekerjaan yang mengerahkan kekuatan fisik, jantung akan memompa lebih banyak darah agar memenuhi kebutuhan kerja otot tersebut sehingga tekanan darah akan meningkat pula (Guyton and Hall, 1997).


(28)

14

Universitas Kristen Maranatha Bentuk tubuh

Orang gemuk kebanyakan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang yang bertubuh normal. Kegemukan menginduksi sekresi insulin yang berlebihan yang berakibat terjadinya penebalan dinding pembuluh darah, peningkatan curah jantung karena peningkatan adrenalin, peningkatan volume darah karena reabsorpsi air dan garah dari ginjal yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Viviali, 2003).  Emosi

Respon kardiovaskular berhubungan dengan kebiasaan serta emosi yang dimediasi melalui jalur hipotalamus-serebral korteks. Berhubungan dengan respon simpatis yang akan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah (Sherwood, 2007).

Sikap Badan

Pengukuran tekanan darah akan berbeda pada berbagai sikap badan. Tekanan setiap pembuluh di bawah jantung akan lebih tinggi dan pembuluh di atas jantung lebih rendah akibat adanya efek gravitasi. Hal inilah yang mempengaruhi tekanan darah, umpamanya seseorang berdiri mempunyai tekanan arteri 100 mmHg pada setinggi jantung maka tekanan arteri di kaki akan menunjukkan 190 mmHg (Guyton and Hall, 1997).  Keadaan Setelah Makan

Setelah seseorang makan maka aktivitas motorik, sekretorik, dan absorbsi semuanya meningkat. Aliran darah juga akan meningkat selama 1 jam berikutnya atau lebih, kemudian turun kembali ke tingkat istirahat setelah 2 sampai 4 jam kemudian (Guyton and Hall, 1997).

Keadaan tidur

Pada saat tidur, kerja saraf simpatis menurun sehingga menurunkan tonus otot, termasuk tonus otot jantung sehingga tekanan darah menurun.


(29)

15

Universitas Kristen Maranatha Tetapi tekanan akan kembali normal jika sudah bangun kembali. Mimpi buruk akan meningkatkan tekanan darah karena pengeluaran hormon stress.

Susunan saraf otonom

Sistem saraf otonom dibagi dua yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Jantung secara langsung dirangsang oleh sistem saraf autonom, yang selanjutnya akan memperkuat pemompaan jantung. Pada sistem ini yang banyak berperan adalah sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis juga menyebabkan pelepasan hormon norepinefrin dari ujung saraf simpatis sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran saraf terhadap natrium dan kalsium, yang pada akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut jantung. Sistem saraf simpatis juga memberi pengaruh langsung untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas otot jantung (Guyton and Hall, 1997).

Sistem Renin Angiotensin

Renin merupakan enzim proteolitik yang disekresikan oleh sel jukstaglomeruler cell ginjal sebagai respon terhadap berbagai macam stimulus (termasuk penurunan volume intravaskular dan tekanan darah). Renin bekerja pada angiotensinogen untuk merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I dengan membebaskan 10 peptida asam amino. Peptida ini kemudian bekerja dengan pengaruh Angiotensin Converting Enzyme (ACE) untuk memecah angiotensin I menjadi angiotensin II dengan membentuk 8 peptida asam amino.

Angiotensin I merupakan vasokonstriktor lemah dan tidak mempunyai pengaruh yang cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi sirkulasi. Sedangkan angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang poten sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah, selain itu angiotensin II juga merupakan stimulan utama yang berperan dalam pelepasan hormon aldosteron dari zona glomerulosa cortex


(30)

16

Universitas Kristen Maranatha ginjal. Hormon aldosteron ini akan mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air dan ion Na serta sekresi ion K. Hal ini akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan Anti Diuretic Hormon (ADH) yang berfungsi meningkatkan retensi air dan garam serta mengkonstriksikan arteriol eferen glomerulus dan secara langsung merangsang reabsorbsi natrium terutama di tubulus proksimal akibatnya akan terjadi peningkatan volume ke ekstra seluler dan tekanan darah (Guyton and Hall, 1997).

Refleks Baroreseptor

Peningkatan tekanan akan meregangkan baroreseptor dan menyebabkan menjalarnya sinyal menuju sistem saraf pusat, dan dengan adanya sinyal

“umpan balik” akan menyebabkan dikirimnya kembali melalui sistem

saraf autonom ke sirkulasi untuk mengurangi tekanan darah tadi kembali ke nilai normal. Baroreseptor memberi respon dengan sangat cepat terhadap perubahan tekanan, pada kenyataan kecepatan impuls meningkat selama sistol dan menurun lagi selama diastol. Selanjutnya baroreseptor lebih banyak berespon terhadap tekanan yang berubah cepat daripada tekanan yang menetap (Guyton and Hall, 1997).

2.3.2 Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah selalu diukur dalam milimeter (mmHg) karena manometer air raksa merupakan standar manometer yang dipakai dalam pengukuran tekanan darah.

Tekanan darah dapat diukur dengan 2 cara: 1. Cara Langsung

Cara ini biasanya digunakan untuk mengukur tekanan darah pada hewan dan tidak diterapkan pada manusia. Caranya dengan memasukkan kanula atau jarum steril intra arteri sehingga perubahan tekanan dapat diukur secara langsung dengan manonemter merkuri atau dengan oskilografi yang hasilnya dapat dibaca grafik yang tercatat di kertas.


(31)

17

Universitas Kristen Maranatha 2. Cara Tidak Langsung

Manometer air raksa atau yang lebih dikenal dengan nama sphygmomanometer atau tensimeter ditemukan oleh Riva-Rocci pada tahun 1896. Pada tahun 1905 Korotkov menemukan cara untuk menentukan tekanan sistol dan diastol. Atas dasar suara yang timbul (sound of Korotkov). Suara ini ditimbulkan oleh adanya turbulensi sebagai akibat pembuluh darah yang menyempit karena ditekan oleh manset. Sound of Korotkov terdiri atas:

a. suara pertama yang menandakan tekanan sistol b. murmur lemah (soft murmur)

c. murmur kuat (loud murmur)

d. murmur meredam (muffling of murmur)

e. suara hilang (disappearance of sound) yang menandakan tekanan darah diastol.

Ada 3 cara yang berlainan pada pengukuran secara tidak langsung, yaitu:

1. Cara Palpasi (Palpatory Method)

Cara ini hanya dapat mengukur tekanan darah sistol saja tanpa tekanan darah diastol. Cara melakukannya dengan memompakan manset yang dibalutkan pada lengan atas sampai denyut nadi arteri radialis hilang, lalu tekanan manset diturunkan sedikit demi sedikit sampai denyut nadi terasa untuk pertama kali. Pada saat denyut nadi untuk pertama kali teraba merupakan tekanan darah sistol. Hasil pengukuran dengan metode ini kurang teliti karena hasilnya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan pengukuran dengan menggunakan metode auskultasi.

2. Cara Auskultasi (Auscultatory Method)

Cara ini dapat mengukur baik tekanan darah sistol maupun tekanan darah diastol. Prosedur pengukurannya adalah, sebagai berikut:

- Manset dibalutkan pada lengan atas.

- Stetoskop ditempelkan pada arteri brachialis yang letaknya lebih distal dari manset, untuk mendengarkan suara.


(32)

18

Universitas Kristen Maranatha - Manset dipompa sampai suara hilang.

- Udara di dalam manset dikeluarkan sedikit demi sedikit sampai timbul suara untuk pertama kali.

- Suara yang timbul pertama kali menandakan tekanan darah sistol, sedangkan suara yang terakhir kali terdengar menandakan tekanan darah diastol.

Gambar 2.3 Pengukuran Tekanan Darah Cara Auskultasi (nursinbegin, 2010)

Cara palpasi dan auskultasi dapat digabungkan dalam pengukuran tekanan darah. Langkah-langkahnya yaitu dengan menaikkan tekanan tensimeter setelah denyut nadi a. radialis tidak teraba pada cara palpasi. Langkah selanjutnya dengan cara auskultasi seperti prosedur di atas. Keuntungan metode gabungan ini dapat menghindari tekanan darah palsu. 3. Cara Osilasi (Oscillometric Method)

Cara ini hampir sama dengan cara auskultasi. Akan tetapi, cara ini ini tidak menggunakan stetoskop dan tensimeter, hanya menggunakan osilometer. Penentuan tekanan darah sistol dan tekanan darah diastol dapat dilihat dari osilasi jarum pada osimeter. Saat osilasi pertama kali meningkat menandakan tekanan darah sistol, sedangkan osilasi maksimum menandakan tekanan darah diastol (Guyton and Hall, 2007).


(33)

19

Universitas Kristen Maranatha Gambar 2.4 Pengukuran Tekanan Darah Cara Osilasi (hartmann.info 2010)

2.4 Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah, hipertensi ditegakkan pada tekanan sistolik 140 mmHg/lebih saat beristirahat, tekanan diastolik 90 mmHg/lebih saat beristirahat atau keduanya (Sigarlaki, 2006).

Epidemiologi

Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal dari ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNC VII, ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kelompok ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks massa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi. Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia (Kuswardhani, 2006).


(34)

20

Universitas Kristen Maranatha Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah pheochromosita, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; dapat memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

 Stenosis arteri renalis  Pielonefritis

 Glomerulonefritis  Tumor-tumor ginjal


(35)

21

Universitas Kristen Maranatha  Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

 Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)  Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal

 Hiperaldosteronisme  Sindroma Cushing  Pheochromosita 3. Obat-obatan

 Pil KB

 Kortikosteroid  Siklosporin  Eritropoietin  Kokain

 Penyalahgunaan alkohol

 Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab Lainnya

Koartasio aorta

 Preeklamsi pada kehamilan  Porfiria intermiten akut

 Keracunan timbal akut (Isnanta, 2011).

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa di atas 18 tahun menurut JNC VII dapat dilihat pada Tabel 2.1


(36)

22

Universitas Kristen Maranatha Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah (mmHg)

Sistolik Diastolik

Normal < 120 (dan) < 80

Pre-hipertensi 120-139 (atau) 80-89

Stadium 1 140-159 (atau) 90-99

Stadium 2 ≥ 160 (atau) ≥ 100

Gejala Klinik

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud seperti sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang dapat saja terjadi pada seseorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, dapat timbul gejala seperti stroke, arteriosklerosis, serangan jantung, gagal jantung serta gagal ginjal akibat terdapatnya kerusakan pada organ-organ tersebut. Pada keadaan hipertensi yang berat dapat juga terjadi ensefalopati hipertensif yang menyebabkan penderita tidak sadarkan diri bahkan koma (Isnanta, 2011).

Pengobatan

Pada pasien yang menderita hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi obat yang diberikan hanya untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pengobatan awal yang biasa dilakukan adalah merubah pola hidup penderita ke arah pola hidup sehat seperti penurunan berat badan pada pasien obese menuju berat badan yang ideal, pengurangan konsumsi garam, mengkonsumsi makanan sehat rendah lemak yang kaya akan vitamin dan mineral, penghentian konsumsi alkohol dan rokok, serta melakukan olahraga aerobik secara teratur dan tidak terlalu berat. Selain


(37)

23

Universitas Kristen Maranatha perubahan pola hidup, terapi untuk penderita hipertensi dapat diberikan bermacam-macam obat yang dapat mengontrol tekanan darah penderita seperti pemberian : (Isnanta, 2011).

- Ace Inhibitor :

o Untuk pasien dengan tekanan darah yang sangat tinggi:

benazepril, enalapril, and lisinopril

o Untuk pasien dengan kelainan jantung : captopril, and

enalapril

o Habis terkena serangan jantung: lisinopril o Untuk pasien dengan diabetes: ramipril

o Untuk pasien dengan kelainan ginjal : benazepril, and

ramipril

- Golongan Beta Bloker / penghambat adrenergik seperti :

o Propranolol o Atenolol o Bisoprolol

- Golongan diuretik Thiazide seperti :

o HCT

- Golongan Kalsium Antagonis seperti :

o Amlodipin o Verapamil o Diltiazem

- Penghambat angiotensin II :

o Losartan o Valsartan

- Vasodilator lainnya


(38)

24

Universitas Kristen Maranatha BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1.1Bahan, Alat dan Subjek Penelitian

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian

 1 butir kapsul kejibeling 63mg/kapsul  Spigmomanometer

 Stetoskop  Gelas  Air 3.1.2 Subjek penelitian

Subjek penelitian ini diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusi:  Jenis kelamin pria  Usia antara 18-25 tahun

 Memiliki tekanan darah (sistol <139 mmHg dan diastol < 89 mmHg)  BMI antara 20 - 25

 Sehat secara fisik

 Bersedia secara sukarela menjadi subjek penelitian sejak awal hingga akhir

Kriteria eksklusi:

 Mempunyai riwayat penyakit ginjal  Mempunyai riwayat kelainan jantung


(39)

25

Universitas Kristen Maranatha 3.2Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dan bersifat komparatif dengan rancangan pre-test dan post-test.

3.2.2 Variabel Penelitian

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel Variabel perlakuan : Kejibeling

Variabel respon : Tekanan darah sistol dan diastol 3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel

Ekstrak daun kejibeling yang sudah berupa kapsul diminum sebanyak 1 butir setiap hari selama 7 hari.

Tekanan darah sistol dan diastol dalam mmHg yang diukur pada arteri brachialis dengan cara gabungan (auskultasi dan palpatoir) dengan posisi subjek penelitian duduk, kaki menyentuh lantai, sebelum dan 7 hari setelah pemberian bahan uji.

3.2.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel yang digunakan adalah 26 orang dihitung berdasarkan rumus: n = σd2(Z1 –�/2+ Z1 –β)

2

(Woolson, Robert F, 1987; Dahlan M. S, 2009) (μd)2

Cadangan drop out = 20 % Keterangan :

σd = Standar deviasi

Z1 - �/2dan Z1 –β diperoleh pada tabel distribusi normal standar Untuk taraf kepercayaan 95 %, nilai Z1 –α = 1,64

Power test 80 % Z1–β = 0,84 Diasumsikan ��

�� = 0,6 (Walpole R. E & Myers R. H, 1995) 24


(40)

26

Universitas Kristen Maranatha 3.2.4 Prosedur Kerja

Persiapan sebelum tes

 Harus cukup istirahat dan cukup tidur.

 Tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan

 Tidak mengkonsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi tekanan darah seperti kopi, alkohol, coklat, obat antihistamin, obat anti hipertensi, obat anti inflamasi.

Persiapan pada saat akan tes

 Tes dilakukan minimal 2 jam setelah makan makanan ringan atau 4 jam setelah makan makanan berat

3.2.5 Cara Pemeriksaan

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling selama 7 hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 4 kali selang waktu 15 menit dan diambil rata-ratanya menggunakan alat sphygmomanometer dengan metode gabungan. Subjek penelitian duduk istirahat selama 10 menit, posisi duduk, dan kaki menempel pada lantai.

3.2.6 Metode Analisis

Data hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling, dianalisis dengan uji T berpasangan dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

3.2.6.1 Hipotesis Penelitian  Tekanan darah sistol:

H0 : Tidak terdapat perbedaan tekanan darah sistol sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling.


(41)

27

Universitas Kristen Maranatha H1 : Terdapat penurunan tekanan darah sistol sesudah minum kapsul

ekstrak daun kejibeling.  Tekanan darah diastol

H0 : Tidak terdapat perbedaan tekanan darah diastole sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling.

H1 : Terdapat penurunan tekanan darah diastole sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling.

3.2.6.2 Kriteria Uji

 Dengan membandingkan nilai p dengan α = 0,05 Jika p < 0,05 maka H0 ditolak

Jika p > 0,05 maka H0 diterima 3.2.7 Aspek Etik Penelitian pada manusia

 Penelitian yang menggunakan orang percobaan ini akan memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian FK UKM - RSI. Penelitian ini relatif aman karena LD50 125 mg/100 g berat badan (Adjirni, Pudjiastuti, Wahjoedi B 2003). Sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapsul dengan kandungan ekstrak etanol kejibeling 70% 63 mg/beratbadan. (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial 2003). Selain itu didasarkan pada etik eskperimental kedokteran menurut Nurenberg Code, 1946, yang berisi antara lain :

Informed consent amat esensial

 Penelitian sudah didahului oleh percobaan binatang  Penelitian menghindari penderitaan fisik dan mental  Penelitian dilakukan oleh seorang ahli

 Peserta peneliti berhak menolak untuk ikut serta

 Penelitian akan dihentikan bila ada dugaan akibat penelitian, seperti : cacat, cedera atau kematian.


(42)

Universitas Kristen Maranatha 33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Kapsul kejibeling dapat menurunkan tekanan darah sistol pada pria dewasa dimana terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan antara sebelum minum kapsul kejibeling dengan sesudah minum kapsul kejibeling.

• Kapsul kejibeling dapat menurunkan tekanan darah diastol pada pria dewasa dimana terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan antara sebelum minum kapsul kejibeling dengan sesudah minum kapsul kejibeling.

. 5.2 Saran

• Lakukan penelitian lanjutan menggunakan kapsul kejibeling dengan penderita hipertensi sebagai subjek penelitian.

• Memberikan informasi tentang khasiat kejibeling sebagai obat herbal kepada masyarakat luas .


(43)

33

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adjirni, Pudjiastuti, Wahjoedi B.2003. Toksisitas subkronis ekstrak kejibeling (Strobilanthus crispus BL) pada tikus putih. Jurnal Bahan Alam

Indonesia, 4(2) : 1-3

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hal 210-2, 214, 217, 234-5, 266, 268, 285-7.

Hariana, Arief. 2003. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.

Houssay. 1955. Human Physiology. Second Edition. McGraw-Hill Book Company.p.175, 182-185, 199-208, 220-226.

Ibnu Masud, 1996. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC. Hal. 110-9.

Isnanta, R. 2011. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html. (5 Mei 2011)

Jaka Sulaksana. 2002. Kejibeling. Jakarta : Penebar Swadaya.

Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw Hill.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi 5. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Sherwood, Lauralee. 2007. Human physiology sixth edition. USA: Thomson Brooks/Cole. p. 373.

Sigarlaki, Herke J.O. 2006. Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di desa bocor, kecamatan bulus pesantren, kabupaten kebumen, jawa tengah, tahun 2006. Makara, Kesehatan, 10(2): 78.

http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/05_KARAKTERISTIK%20DAN%20F AKTOR.PDF, 20 April 2011.

Sudarsono dkk. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan

Penggunaan, Pusat Penelitian Obat Tradisional, Universitas Gajah Mada (PPOT-UGM)


(44)

34

Universitas Kristen Maranatha Soewito D. 1989. Manfaat dan Khasiat Flora. Jakarta : Stella Maris.

Viviali. 2003. High blood pressure and obesity. http://www.blood-pressure-hypertension.com/special-cases/high-blood-pressure-obesity.shtml, 12 April 2011.

Walpole, R.E, dan Myers, R.H. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Edisi ke 4. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Wahyudi Bambang. 2003. Penelitian Pengembangan Tanaman Kejibeling (Strobilanthes criptus BL) sebagai Fitofarmaka Kencing

Batu. http://digilib.gunadarma.ac.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-grey-2001- bambang-79-kejibeling. (20 Desember 2010)

Webber MD. 2007. Hipertension In Elderly. The American Jurnal Of Geriatric Cardiology, 9 (1) : 11.


(1)

25

Universitas Kristen Maranatha 3.2Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dan bersifat komparatif dengan rancangan pre-test dan post-test.

3.2.2 Variabel Penelitian

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel Variabel perlakuan : Kejibeling

Variabel respon : Tekanan darah sistol dan diastol 3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel

Ekstrak daun kejibeling yang sudah berupa kapsul diminum sebanyak 1 butir setiap hari selama 7 hari.

Tekanan darah sistol dan diastol dalam mmHg yang diukur pada arteri brachialis dengan cara gabungan (auskultasi dan palpatoir) dengan posisi subjek penelitian duduk, kaki menyentuh lantai, sebelum dan 7 hari setelah pemberian bahan uji.

3.2.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel yang digunakan adalah 26 orang dihitung berdasarkan rumus: n = σd2(Z1–�/2+ Z1–β)2 (Woolson, Robert F, 1987; Dahlan M. S, 2009) (μd)2

Cadangan drop out = 20 % Keterangan :

σd = Standar deviasi

Z1 - �/2dan Z1–β diperoleh pada tabel distribusi normal standar Untuk taraf kepercayaan 95 %, nilai Z1–α = 1,64

Power test 80 % Z1–β = 0,84 Diasumsikan ��

�� = 0,6 (Walpole R. E & Myers R. H, 1995)


(2)

26

Universitas Kristen Maranatha 3.2.4 Prosedur Kerja

Persiapan sebelum tes

 Harus cukup istirahat dan cukup tidur.

 Tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan

 Tidak mengkonsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi tekanan darah seperti kopi, alkohol, coklat, obat antihistamin, obat anti hipertensi, obat anti inflamasi.

Persiapan pada saat akan tes

 Tes dilakukan minimal 2 jam setelah makan makanan ringan atau 4 jam setelah makan makanan berat

3.2.5 Cara Pemeriksaan

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling selama 7 hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 4 kali selang waktu 15 menit dan diambil rata-ratanya menggunakan alat sphygmomanometer dengan metode gabungan. Subjek penelitian duduk istirahat selama 10 menit, posisi duduk, dan kaki menempel pada lantai.

3.2.6 Metode Analisis

Data hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling, dianalisis dengan uji T berpasangan dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

3.2.6.1 Hipotesis Penelitian  Tekanan darah sistol:

H0 : Tidak terdapat perbedaan tekanan darah sistol sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling.


(3)

27

Universitas Kristen Maranatha H1 : Terdapat penurunan tekanan darah sistol sesudah minum kapsul

ekstrak daun kejibeling.  Tekanan darah diastol

H0 : Tidak terdapat perbedaan tekanan darah diastole sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling.

H1 : Terdapat penurunan tekanan darah diastole sesudah minum kapsul ekstrak daun kejibeling.

3.2.6.2 Kriteria Uji

 Dengan membandingkan nilai p dengan α = 0,05 Jika p < 0,05 maka H0 ditolak

Jika p > 0,05 maka H0 diterima 3.2.7 Aspek Etik Penelitian pada manusia

 Penelitian yang menggunakan orang percobaan ini akan memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian FK UKM - RSI. Penelitian ini relatif aman karena LD50 125 mg/100 g berat badan (Adjirni, Pudjiastuti, Wahjoedi B 2003). Sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapsul dengan kandungan ekstrak etanol kejibeling 70% 63 mg/beratbadan. (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial 2003). Selain itu didasarkan pada etik eskperimental kedokteran menurut Nurenberg Code, 1946, yang berisi antara lain :

Informed consent amat esensial

 Penelitian sudah didahului oleh percobaan binatang  Penelitian menghindari penderitaan fisik dan mental  Penelitian dilakukan oleh seorang ahli

 Peserta peneliti berhak menolak untuk ikut serta

 Penelitian akan dihentikan bila ada dugaan akibat penelitian, seperti : cacat, cedera atau kematian.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Kapsul kejibeling dapat menurunkan tekanan darah sistol pada pria dewasa dimana terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan antara sebelum minum kapsul kejibeling dengan sesudah minum kapsul kejibeling.

• Kapsul kejibeling dapat menurunkan tekanan darah diastol pada pria dewasa dimana terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan antara sebelum minum kapsul kejibeling dengan sesudah minum kapsul kejibeling.

.

5.2 Saran

• Lakukan penelitian lanjutan menggunakan kapsul kejibeling dengan penderita hipertensi sebagai subjek penelitian.

• Memberikan informasi tentang khasiat kejibeling sebagai obat herbal kepada masyarakat luas .


(5)

33

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adjirni, Pudjiastuti, Wahjoedi B.2003. Toksisitas subkronis ekstrak kejibeling (Strobilanthus crispus BL) pada tikus putih. Jurnal Bahan Alam

Indonesia, 4(2) : 1-3

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hal 210-2, 214, 217, 234-5, 266, 268, 285-7.

Hariana, Arief. 2003. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.

Houssay. 1955. Human Physiology. Second Edition. McGraw-Hill Book Company.p.175, 182-185, 199-208, 220-226.

Ibnu Masud, 1996. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC. Hal. 110-9.

Isnanta, R. 2011. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html. (5 Mei 2011)

Jaka Sulaksana. 2002. Kejibeling. Jakarta : Penebar Swadaya.

Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw Hill.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi 5. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Sherwood, Lauralee. 2007. Human physiology sixth edition. USA: Thomson Brooks/Cole. p. 373.

Sigarlaki, Herke J.O. 2006. Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di desa bocor, kecamatan bulus pesantren, kabupaten kebumen, jawa tengah, tahun 2006. Makara, Kesehatan, 10(2): 78.

http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/05_KARAKTERISTIK%20DAN%20F AKTOR.PDF, 20 April 2011.

Sudarsono dkk. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan

Penggunaan, Pusat Penelitian Obat Tradisional, Universitas Gajah Mada (PPOT-UGM)


(6)

34

Universitas Kristen Maranatha Soewito D. 1989. Manfaat dan Khasiat Flora. Jakarta : Stella Maris.

Viviali. 2003. High blood pressure and obesity. http://www.blood-pressure-hypertension.com/special-cases/high-blood-pressure-obesity.shtml, 12 April 2011.

Walpole, R.E, dan Myers, R.H. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Edisi ke 4. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Wahyudi Bambang. 2003. Penelitian Pengembangan Tanaman Kejibeling (Strobilanthes criptus BL) sebagai Fitofarmaka Kencing

Batu. http://digilib.gunadarma.ac.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-grey-2001- bambang-79-kejibeling. (20 Desember 2010)

Webber MD. 2007. Hipertension In Elderly. The American Jurnal Of Geriatric Cardiology, 9 (1) : 11.