Silabus PA Hindu SMP 20012017 Ok

MODEL SILABUS MATA PELAJARAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP)

MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA, 2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
I.

II.

III.

IV.


i

PENDAHULUAN
A. Rasional
B. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti di Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
C. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Pertama
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti Sekolah Menengah Pertama
E. Pembelajaran dan Penilaian
1. Pembelajaran
2. Penilaian
F. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai Kondisi Lingkungan dan Siswa

1

2
3

4
7
12
15

KOMPETENSI DASAR, MATERI POKOK, DAN PEMBELAJARAN
A. Kelas VII
B. Kelas VIII
C. Kelas IX

17
19
21

MODEL SILABUS SATUAN PENDIDIKAN
A. Kelas VII
B. Kelas VIII
C. Kelas IX

24

25
26

MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

-i-

28

I.

PENDAHULUAN

A. Rasional
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Dalam rangka mewujudkan insan Indonesia tersebut,
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam Agama Hindu, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis siswa.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir berkaitan dengan
pola pembelajaran, yaitu: 1) berpusat pada siswa; 2) pembelajaran interaktif
(interaktif guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam sumber/media lainnya); 3)
pembelajaran dirancang secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja
dan dari mana saja yang dapat dihubungi, serta dapat diperoleh melalui internet); 4)
pembelajaran bersifat aktif (siswa didorong untuk aktif mencari informasi melalui
pendekatan saintifik); 5) belajar kelompok (berbasis tim); 6) pembelajaran berbasis
multimedia; 7) pembelajaran berbasis pengguna (users) dengan memperkuat
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa; 8) pola pembelajaran
menggunakan ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) pembelajaran yang
mengembangkan berpikir kritis.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1) mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2) sekolah merupakan
bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana, di mana
siswa menerapkan apa yang dipelajari ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar; 3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) memberi

waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan; 5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; 6) kompetensi inti
menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana
semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi inti; 7) kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan
harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan
berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran,
pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan karakter siswa
lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh
berkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang menempatkan
pengetahuan sebagai perilaku (behavior ), tidak hanya berupa hafalan (verbal).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa: Pendidikan Agama berfungsi
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan
hubungan inter dan antarumat beragama (Pasal 2 ayat (1). Selanjutnya, disebutkan
-1-

bahwa Pendidikan Agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan siswa dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal 2 ayat (2).
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sangat cepat
menumbuhkan budaya-budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perkembangan yang pesat tersebut menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak baik
yang mempengaruhi dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan agama merupakan
pendidikan yang berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa. Pendidikan Agama Hindu memiliki berbagai konsep yang dapat
memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk mengendalikan diri dari
pengaruh negatif perkembangan zaman.
Sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma
Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma
Indonesia Tahun 1963, tersurat dan tersirat secara langsung maupun tidak langsung,
mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di antaranya:
1. agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan harmonis

antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
alam lingkungan);
2. agama Hindu selalu menekankan ajaran Tat Twam Asi (toleransi antar sesama)
bahwa dalam diri manusia memiliki sumber hidup yang sama;
3. agama Hindu selalu menekankan persaudaraan pada semua makhluk (Vasudaiva
Kutumbhakam);
4. agama Hindu selalu menjauhkan diri dari fanatisme sempit, perilaku radikalisme
dan anarkisme yang menyimpang dari nilai-nilai Dharma; dan
5. agama Hindu selalu menekankan ajaran Suśīla, Dharma dan Satya.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga
mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan
agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan
substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence)
materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip
keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh
guru (teachable); mudah dipelajari oleh siswa (learnable); terukur pencapainnya
(measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk
kehidupan dan kelanjutan pendidikan siswa
Silabus ini merupakan acuan bagi guru dalam melakukan pembelajaran agar siswa
mampu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai ajaran agama

Hindu. Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta
mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen
silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif
kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan
alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan
silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses
pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan
siswa.
B. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti pada Pendidikan Dasar dan Menengah

-2-

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di sekolah diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Jenjang

SD

SMP

SMA/
SMK

Sikap
Memiliki perilaku
yang mencerminkan
sikap orang beriman
(Sraddha ),
berakhlak mulia
(Susila), berilmu,
percaya diri, dan
bertanggung jawab

dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam di
lingkungan rumah,
sekolah, dan tempat
bermain.
Memiliki perilaku
yang mencerminkan sikap orang
beriman (Sraddha),
berakhlak mulia
(Susila), berilmu,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam
dalam jangkauan
pergaulan dan

keberadaannya
Memiliki perilaku
yang mencerminkan
sikap orang beriman
(Sraddha),
berakhlak mulia
(Susila), berilmu,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam serta
dalam menempatkan
diri sebagai
cerminan bangsa
dalam pergaulan
dunia.

Pengetahuan
Memiliki pengetahuan
faktual, dan konseptual
tentang ajaran agama
Hindu, berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan
budaya dalam wawasan
kema-nusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian di
lingkungan rumah,
sekolah, dan tempat
bermain.
Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual, dan
prosedural tentang ajaran
agama Hindu dalam ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian
yang tampak mata.

Ketrampilan
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
produktif dan kreatif
berdasarkan ajaran
agama Hindu dalam
ranah abstrak dan
konkret sesuai dengan
yang ditugaskan
kepadanya.

Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual,
prosedural, dan
metakognitif tentang
ajaran agama Hindu
dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab serta dampak
fenomena dan kejadian.

Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif
berdasarkan ajaran
agama Hindu dalam
ranah abstrak dan
konkret sebagai
pengembangan dari
yang dipelajari di
sekolah secara mandiri.

Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif
berdasarkan ajaran
agama Hindu dalam
ranah abstrak dan
konkret sesuai dengan
yang dipelajari
disekolah dan sumber
lain sejenis.

C. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kompetensi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu siswa mampu:

-3-

Jenjang

SMP

Kelas VII
memahami dan
menjabarkan kitab suci
Weda, Avatara, Deva,
dan Bhatara,
Karmaphala, Sad
Atatayi, Kepemimpinan
dan Pañca Yajñā

Kelas VIII
memahami,
menguraikan dan
mengetahui sifat-sifat
Atman, Sapta Timira,
Tri Guna, Panca
Mahabhuta, dan Sejarah
Perkembangan Agama
Hindu

Kelas IX
memahami dan
menguraikan Parwa
dalam Bhagawadgita,
budaya hidup sehat,
Asta Aiswarya, Panca
Yama dan Nyama
Bratha dan Dasa Mala.

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diberikan sejak SD sampai SMA/SMK
sebagai mata pelajaran, dan nilai-nilainya terintegrasi dalam proses pembelajaran di
sekolah. Nilai-nilai tersebut diperkuat melalui pengkodisian aktivitas siswa di
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pada sekolah menengah pertama
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mengembangkan dasar-dasar agama dan
budi pekerti secara rasional.
Kerangka Pengembangan Kurikulum Agama Hindu Dan Budi Pekerti Kelas VII
sampai dengan Kelas IX mengikuti elemen pengorganisasi Kompetensi Dasar, yaitu
Kompetensi Inti.
KOMPETENSI INTI
Kompetensi
Inti
KI 1

KI 2

KI 3

KI 4

Kelas VII

Kelas VIII

Kelas IX

Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Memahami
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata

Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Memahami dan
menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
Mengolah, menyaji,
dan menalar dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan

Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Memahami dan
menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
Mengolah, menyaji,
dan menalar dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan

Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan

-4-

membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori

membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori

membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori

Pengembangan Kompetensi Dasar (KD) tidak dibatasi oleh rumusan Kompetensi Inti
(KI), tetapi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi, lingkup
materi dan psiko-pedagogi. Kompetensi sikap spiritual dan sosial dicapai melalui
pembelajaran langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran langsung (direct
teaching) artinya melalui proses atau kegiatan pembelajaran, sedangkan tidak
langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Ruang Lingkup Agama Hindu dan Budi Pekerti Pendidikan Dasar dan Menengah
mengajarkan konsep-konsep yang dapat menumbuhkan keyakinan agama siswa
Konsep-konsep tersebut yakni; Kitab Suci, Tattwa, Suśīla, Acara, dan Sejarah Agama
Hindu.
Kelima lingkup materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2013 meliputi.
1. Pemahaman Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup, serta memahami parwaparwa dalam Kitab Mahābhārata, sehingga dalam menjalankan kehidupan
menjadi lebih baik.
2. Tattwa merupakan pemahaman tentang Sraddha, yakni pemahaman tentang widhi
tattwa melalui pembelajaran Avatara, Deva, dan Bhatara, dan Asta Aiswarya,
memahami Atman yang tertuang dalam kitab Bhagavadgita, Karmaphala sebagai
hukum sebab akibat, sehingga keyakinan kita menjadi lebih percaya dan yakin
akan agamanya.
3. Suśīla yang penekanannya pada ajaran pengendalian diri dari perilaku Sad
Atatayi, Sapta Timira, Dasa Mala, serta melakukan upaya pengendalian diri
dengan meningkatkan perilaku Panca Yama, dan Nyama Bratha untuk
membentuk karakter, sehingga Tri Gunadalam diri menjadi seimbang.
4. Acara yang penekanannya pada pelaksanaan Pañca Yajñā dalam kehidupan,
mampu memimpin, mengetahui Panca Mahabhuta, sehingga menciptkan budaya
hidup sehat dalam kitab suci.
5. Sejarah Agama Hindu menekankan pada pengetahuan sejarah perkembangan
Agama Hindu di Asia.

Peta Materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP)
Kelas VII
Kitab Suci Veda
 Veda sebagai ajaran
utama umat Hindu
 Nilai-nilai yang
terkandung dalam
kitab suci Veda

Kelas VIII
Atman dalam kitab
Bhagavadgita
 Atman sebagai sumber
hidup seluruh makhluk
 Sloka-sloka terkait
Atman
-5-

Kelas IX
Parwa-parwa dalam kitab
Mahābhārata
 Kedudukan Mahābhārata
dalam Veda
 Parva dalam kitab
Mahābhārata



Metode mengajarkan
kitab suci veda pada
masyarakat
 Maharsi penyusun
kitab Suci Veda
Avatara, Deva, dan
Bhatara
 Avatara, Deva, dan
Bhatara sebagai
bagian dari Sraddha
 Hubungan Avatara,
Deva dan Bhatara
dengan Sang Hyang
Widhi
 Perbedaan Avatara,
Deva dan Bhatara
 Ceritera turunya dasa
Avatara ke dunia
Karmaphala
 Karmaphala sebagai
bagian dari Sraddha
 Jenis-jenis
Karmaphala
 Ceritera-ceritera
perilaku Karmaphala
dalam kehidupan
 Akibat
perilakuperilaku Karmaphala

 Sifat-Sifat Atman

 Upaya-upaya mengenal
atman sebagai sumber 
hidup
Sapta Timira
 Sapta Timira dalam diri
 Contoh perilaku Sapta
Timira
 Dampak perilaku Sapta
Timira
 Ceritera-ceritera terkait
Sapta Timira dalam
kehidupan
 Upaya-upaya
menghindari
Sapta
Timira.
Tri Guna
 Tri Gunadalam diri
 Ciri-ciri Tri Guna dalam
diri
 Pengaruh Tri Gunapada
manusia
 Ceritera-ceritera terkait
Tri Gunadalam
kehidupan
 Upaya-upaya
menyeimbangkan
Tri
Guna
Panca Mahabhuta
 Pañca Mahābhūta
sebagai pembentuk alam
semesta
 Contoh-contoh Pañca
Mahābhūta pada alam
semesta.
 Ceritera-ceritera terkait
unsur-unsur pembentuk
alam semesta
 Upaya-upaya
menyelaraskan diri dan
alam

Ceritera perjalanan
pandawa ke surga
Mahābhārata
dalam
kehidupan sehari-hari

Budaya hidup sehat
 Hidup sehat menurut
kitab suci Veda
 Budaya hidup sehat
nenurut kitab suci Veda
 Manfaat hidup Sehat
dalam kehidupan
 Penerapan hidup sehat
dalam kehidupan

Asta Aiswarya
 Kemahakuasaan Sang
Hyang Widhi sebagai
Asta Aiswarya
 Sloka dan mantram
terkait Asta Aiswarya
 Ceritera kemahakuasaan
Sang Hyang Widhi
 Upaya menghayati
kemahakuasaan Sang
Hyang Widhi sebagai
Asta Aiswarya
Sad Atatayi
Panca Yama, dan Nyama
Brata
 Sad atatayi yang harus
dikendalikan
 Pancā Yamā dan Nyamā
Bratā sebagai pembentuk
 Ceritera-ceritera yang
karakter
terkait Sad Atatayi
 Penerapan Pancā Yamā
 Upaya menghindarkan
dan Nyamā Bratā dalam
diri dari akibat Sad
kehidupan untuk
Atatayi
membentuk karakter
 Sloka-sloka

Contoh Pancā Yamā dan
kemahakusaan Sang
Nyamā Bratā dalam
Hyang Widhi
masyarakat
 Ceritera-ceritera perilaku
Pancā Yamā dan Nyamā
Bratā
Kepemimpinan
Sejarah perkembangan
Dasa Mala
 Kepemimpinan dalam agama Hindu di Asia
 Perilaku Dasa Mala yang
 Ceritera singkat sejarah
ajaran Agama Hindu
harus dihidari
agama
Hindu
di
Asia
 Tipologi
 Sloka-sloka terkait Dasa
 Perkembangan Agama
kepemimpinan Hindu
Mala dalam Kitab Suci
Hindu di Asia
 Contoh-contoh
 Contoh perilaku Dasa
 Peninggalan-Peninggalan
kepemimpinan Hindu
Mala yang harus dihindari
Agama
Hindu
di
Asia
dalam kehidupan
 Tokoh-tokoh
Hindu
melestarikan  Upaya
menghindarkan
yang dapat dijadikan  Upaya
teladan
peninggalan
agama
diri dari pengaruh Dasa
Hindu
Mala
Pañca Yajñā
 Landasan dasar
berYajňa dalam agama
Hindu
 Bentuk-bentuk Yajňa
-6-

 Syarat-syarat Yajňa
yang Satwika dalam
kitab suci
 Contoh-contoh
pelaksanaan Yajňa
dalam masyarakat

E. Pembelajaran dan Penilaian
1.

Pembelajaran
Kerangka Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mengacu
pada berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang tertuang dalam
Kompetensi Inti 3 (KI-3) harus diimplementasikan dalam kompetensi Inti 4 (KI4) disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan di setiap jenjang
sesuai dengan silabus Kurikulum 2013.
Agar dapat mengaplikasikan nilai-nilai sikap yang tertuang dalam Kompetensi
Inti 1 (KI-1) dan Kompetensi Inti 2 (KI-2) yang berkaitan dengan materi
pembelajaran yang diajarkan sesuai dengan tingkat satuan pendidikan dan
jenjang masing-masing kelas, pendidik dapat menerapkan berbagai pendekatan
dan model dalam proses pembelajaran, yang dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Pendekatan Saintifik
Langkahlangkah
Mengamati

Menanya

Mengeksplor

Mengasosiasi
Mengomunikasi
kan

b.

Aktivitas guru
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pengamatan dilingkungan sekitar sesuai materi
pokok pembelajaran.
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami terkait materi
pembelajaran yang sedang dibahas, maupun hal-hal yang
berkaitan dengan materi yang dibahas.
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan sesuai dengan
materi pembelajaran.
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menganalisis materi pembelajaran yang sedang dibahas.
siswa dapat menyampaikan hasil proses pembelajaran dari
materi pembelajaran dalam tertulis maupun lisan.

Model Pembelajaran Kooperatif
Langkahlangkah
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Menyajikan
informasi
Mengorganisasi
kan siswa ke

Aktivitas guru
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai,
menekankan pentingnya topik, dan memotivasi siswa
belajar.
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
membentuk kelompok dan membimbing setiap kelompok
-7-

dalam
kelompokkelompok
belajar
Membimbing
kelompok
bekerja dan
belajar
Evaluasi

agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
siswa mengerjakan tugas.

Guru mengevaluasi hasil kerja siswa tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Memberikan
Guru mecari cara untuk menghargai upaya atau hasil
penghargaan
belajar individu maupun kelompok
Sumber: (Rusman: 2014:211)

c.

Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Inquiry)
Langkahlangkah
Tahap 1
Orientasi

Aktivitas guru

Guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan,
dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai
oleh siswa, menjelaskan pokok- pokok kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
Tahap 2
Guru membimbing dan memfasilitasi siswa untuk
Merumuskan
merumuskan dan memahami masalah nyata yang
masalah
telah disajikan.
Tahap 3
Guru membimbing siswa untuk mengembangkan
Merumuskan
kemampuan berhipotesis dengan cara
hipotesis
menyampaikan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
Tahap 4
Guru membimbing siswa dengan cara
Mengumpulka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
n data
mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
Tahap 5
Guru membimbing siswa dalam proses menentukan
Menguji
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
hipotesis
data dan informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa
atas jawaban yang diberikan.
Tahap 6
Guru membimbing siswa dalam proses
Merumuskan
mendeskripsikan temuan yang diperoleh
kesimpulan
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya
guru mempu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
Sumber: Modul Pelatihan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;51)
d.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah
-8-

Langkahlangkah
Tahap 1
Orientasi
terhadap
masalah
Tahap 2
Organisasi
belajar

Aktivitas guru
Guru menyajikan masalah nyata kepada siswa.

Guru memfasilitasi siswa untuk memahami masalah
nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa
yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan
apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Siswa berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Guru membimbing siswa melakukan pengumpulan
data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui
berbagai macam cara untuk menemukan berbagai
alternatif penyelesaian masalah.

Tahap 3
Penyelidikan
individual
maupun
kelompok
Tahap 4
Guru membimbing siswa untuk menentukan
penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai
Pengembanga
alternatif pemecahan masalah yang siswa temukan.
n dan
Siswa menyusun laporan hasil penyelesaian masalah,
penyajian hasil
misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau
penyelesaian
Power Point slides.
masalah
Tahap 5
Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan refleksi
Analisis dan
atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah
evaluasi
yang dilakukan.
proses
penyelesaian
masalah
Sumber: Modul Pelatihan K13 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;49)
e.

Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Langkahlangkah
Tahap 1
Persiapan
Tahap 2
Stimulasi/pe
mberian
rangsangan

Tahap 3
Identifikasi
masalah

Tahap 4
Mengumpul
kan data
Tahap 5
Pengolahan
data
Tahap 6
Pembuktian

Aktivitas guru
Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi
karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan
Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih
dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah)
Guru Membantu siswa mengumpulan dan
mengeksplorasi data.
Guru membimbing siswa dalam kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya
Guru membimbing siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan
-9-

dengan hasil
Sumber: Modul Pelatihan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;52)

f.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
LangkahAktivitas guru
langkah
Tahap 1
Guru bersama dengan siswa menentukan tema/topik
Penentuan
projek
projek
Tahap 2
Guru memfasilitasi Siswa untuk merancang langkahPerancangan
langkah kegiatan penyelesaian projek beserta
langkahpengelolaannya
langkah
penyelesaian
projek
Tahap 3
Guru memberikan pendampingan kepada siswa
Penyusunan
melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah
jadwal
dirancangnya
pelaksanaan
projek
Tahap 4
Guru memfasilitasi dan memonitor siswa dalam
Penyelesaian
melaksanakan rancangan projek yang telah dibuat
projek dengan
fasilitasi dan
monitoring
guru
Tahap 5
Guru memfasilitasi Siswa untuk mempresentasikan
Penyusunan
dan mempublikasikan hasil karya
laporan dan
presentasi/
publikasi hasil
projek
Tahap 6
Guru dan siswa pada akhir proses pembelajaran
Evaluasi proses melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas
dan hasil
projek
projek
Sumber: Modul Pelatihan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;50)
Abad 21 membawa kita pada perubahan yang signifikan maka diperlukan juga
keterampilan yang memadai pada abad 21 (21st Century Skills) adalah (1)
keterampilan hidup dan berkarir (life and career skills), (2) Keterampilan belajar
dan inovasi (learning and innovation skills), dan (3) Keterampilan literasi
informasi, media dan teknologi (Information media and technology skills).
Keterampilan hidup dan berkarir (life and career skills) meliputi (a) fleksibilitas
dan adaptabilitas (flexibility and adaptability), (b) inisiatif dan mengatur diri
sendiri (initiative and self-direction), (c) interaksi sosial dan budaya (social and
crosscultural interaction), (d) produktivitas dan akuntabilitas (productivity and
accountability).
Keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills) meliputi (a)
berpikir kritis dan mengatasi masalah (critical thinking and problem solving), (b)
komunikasi dan kolaborasi (communication and collaboration), (c) kreativitas
dan inovasi (creativity and innovation).
Keterampilan literasi informasi, media dan teknologi (information media and
technology skills) meliputi (a) literasi informasi (information literacy), (b) literasi
medi (media literacy) dan (c) literasi ICT (information and communication
technology literacy
- 10 -

Keterampilan Abad 21
No
1

Keterampilan Abad 21
Keterampilan hidup dan
berkarir

2

Keterampilan Belajar dan
Berinovasi

3

Keterampilan teknologi
dan media informasi

Deskripsi
1. Fleksibilitas dan adaptabilitas: Siswa mampu
mengadaptasi perubahan dan fleksibel dalam
belajar dan berkegiatan dalam kelompok
2. Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri
sendiri: Siswa mampu mengelola tujuan dan
waktu, bekerja secara independen dan
menjadi siswa yang dapat mengatur diri
sendiri.
3. Interaksi sosial dan antar-budaya: Siswa
mampu berinteraksi dan bekerja secara
efektif dengan kelompok yang beragam.
4. Produktivitas dan akuntabilitas: Siswa mampu
menglola projek dan menghasilkan produk.
5. Kepemimpinan dan tanggungjawab: Siswa
mampu memimpin teman-temannya dan
bertanggungjawab kepada masyarakat luas
1. Berpikir kritis dan mengatasi masalah: siswa
mampu mengunakan berbagai alasan (reason)
seperti induktif atau deduktif untuk berbagai
situasi; menggunaan cara berpikir sistem;
membuat keputusan dan mengatasi masalah.
2. Komunikasi dan kolaborasi: siswa mampu
berkomunikasi dengan jelas dan melakukan
kolaborasi dengan anggota kelompok
lainnya.
3. Kreativitas dan inovasi: siswa mampu berpikir
kreatif, bekerja secara kreatif dan
menciptakan inovasi baru.
1. Literasi informasi: siswa mampu mengakses
informasi secara efektif (sumber nformasi)
dan efisien (waktunya);mengevaluasi
informasi yang akan digunakan secara kritis
dan kompeten; mengunakan dan mengelola
informasi secara akurat dan efektf untuk
mengatasi masalah.
2. Literasi media: siswa mampu memilih dan
mengembangkan media yang digunakan
untuk berkomunikasi.
3. Literasi ICT: siswa mampu menganalisis
media informasi; dan menciptakan media
yang sesuai untuk melakukan komunikasi

Selain pendekatan di atas, dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti di SMP menggunakan metode 6 D. Adapun keenam
metode tersebut antara lain.
a. Metode Dharma Wacana atau Metode Ceramah adalah metode mengajar
dengan ceramah secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan
menggunakan media visual. Pendidik berperan sebagai sumber
pengetahuan utama atau dominan. Belajar dengan strategi Dharma Wacana
dapat memperoleh ilmu agama. Metode Dharma Wacana termasuk dalam
ranah pengetahuan dalam dimensi Kompetensi Inti 3.
b. Metode Dharma Gītā adalah metode mengajar dengan pola menyanyi atau
melantunkan sloka, palawakya, dan tembang. Pendidik dalam proses
pembelajaran melibatkan rasa seni yang dimiliki setiap siswa, terutama seni
suara atau menyanyi, sehingga dapat menghaluskan budi pekerti dan dapat
memahami ajaran Agama.
- 11 -

c.

d.

e.

f.

2.

Metode Dharma Tula atau metode diskusi adalah metode mengajar
dengan melibatkan dua atau lebih siswa, untuk berinteraksi, seperti saling
bertukar pendapat dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan
masalah sehingga didapatkan kesepakatan di antara mereka. Metode
Dharma Tula digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Dengan menggunakan
strategi Dharma Tula, siswa dapat memberikan kontribusi dalam
pembelajaran.
Metode Dharma Yatra atau karya wisata adalah metode pembelajaran
dengan mengajak siswa mengunjungi suatu tempat guna menambah
wawasan peserta didik, kemudian membuat laporan dan membukukan
hasil kunjungan tersebut dalam bentuk tugas. Mengunjungi tempat-tempat
suci atau pergi ke tempat-tempat yang dianggap terkait perkembangan
Agama Hindu. Strategi Dharma Yatra baik digunakan pada saat
menjelaskan materi tempat suci, hari suci, budaya, dan sejarah
perkembangan Agama Hindu.
Metode Dharma Shanti adalah metode pembelajaran untuk menanamkan
sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh yang penuh dengan rasa
toleransi. Metode Dharma Shanti dalam pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa, untuk saling mengenali temannya, sehingga
menumbuhkan rasa saling menyayangi.
Metode Dharma Sadhana adalah metode pembelajaran untuk
menumbuhkan kepekaan sosial siswamelalui pemberian atau pertolongan
yang tulus ikhlas dan mengembangkan sikap berbagi kepada sesamanya

Penilaian
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun
2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, bahwa ruang lingkup penilaian
mencangkup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Adapun penilaian-penilaian tersebut antara lain.
a. Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku siswa
dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang
meliputi sikap spiritual dan sosial.
1) Sikap spiritual
Penilaian sikap spiritual (KI-1) antara lain: (1) ketaatan melakukan
sembahyang (puja Tri sandhya); (2) berperilaku sopan dan santun; (3)
berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan (makan, tidur,
bepergian); dan (4) toleransi dalam beribadah; (5) konsentrasi/sadar
penuh (duduk hening sebelum dan sesudah pembelajaran, serta
konsentrasi saat proses pembelajaran).
2) Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: (1) jujur, yaitu perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; (2) disiplin,
yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan; (3) tanggung jawab, yaitu sikap dan
perilaku siswa untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,
negara dan Tuhan Yang Maha Esa; (4) santun, yaitu perilaku hormat
pada orang lain dengan bahasa yang baik; (5) peduli, yaitu sikap dan
- 12 -

tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain atau
masyarakat yang membutuhkan; (6) menghargai, maksudnya menghargai
pendapat orang lain dan berbagai perbedaan yang ada; (7) percaya diri, yaitu
suatu keyakinan atas kemampuannya sendiri untuk melakukan kegiatan
atau tindakan; (8) tekun, yaitu sikap dan perilaku siswa yang selalu
berusaha melakukan tugas dengan sungguh-sungguh; (9) mandiri, yaitu
perilaku yang dapat mengatur dirinya sendiri tanpa harus selalu
diingatkan; dan (10) kerjasama, yaitu perilaku siswa yang
memperlihatkan semangat kebersamaan.
Penilaian sikap menggunakan teknik observasi, penilaian diri dan
penilaian antarteman. Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti pada ranah sikap meliputi sikap bersembahyang, perilaku
toleran, jujur dalam berpikir, berkata, dan berbuat, menunjukkan
ketaatan dalam menjalankan Yajňa, selalu mengucapkan syukur
kehadapan Sang Hyang Widhi.
b.

Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan
siswa yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam
berbagai tingkatan proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran
berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi kesulitan belajar (assesment as
learning ), penilaian sebagai proses pembelajaran (assessment for learning ),
dan penilaian sebagai alat untuk mengukur pencapaian dalam proses
pembelajaran (assessment of learning). Melalui penilaian tersebut
diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu,
digunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang
akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan, dan penugasan. Prosedur penilaian
pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan
instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan, dan pelaporan,
serta pemanfaatan hasil penilaian. Untuk mengetahui ketuntasan belajar
(mastery learning), penilaian ditujukan untuk mengidentifikasi kelemahan
dan kekuatan (diagnostic) proses pembelajaran. Hasil tes diagnostic,
ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik (feedback) kepada siswa,
sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu
pembelajaran. Penilaian pengetahuan menggunakan angka dengan rentang
capaian/nilai 0 sampai dengan 100 dan deskripsi. Deskripsi dibuat dengan
menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa
yang bernada positif. Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang sangat
baik dan/atau baik dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya belum
optimal. Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, lisan, dan
penugasan.
Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ranah kognitif meliputi aspek Kitab Suci, Tattva,
Suśīla, Acara dan Sejarah, yang tertuang dalam pembelajaran Mahābhārata,
Awatara, Dewa dan Bhatara, Asta Aiswarya, Atman, Karmaphala, Sad
Atatayi, Sapta Timira, Tri Guna, Panca Yama, dan Nyama Bratha, Dasa
Mala, Panca Yajňa, Panca Mahabhuta, dan Budaya Hidup Sehat dan Sejarah
perkembangan Hindu di Asia.

c.

Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik
kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian
yang sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian
- 13 -

kinerja, penilaian proyek, atau portofolio. Penentuan teknik penilaian
didasarkan pada karakteristik kompetensi keterampilan yang hendak diukur.
Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan
pengetahuan siswadapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian
keterampilan menggunakan angka dengan rentang skor 0 sampai dengan 100
dan deskripsi. Teknik penilaian yang digunakan sebagai berikut.
1) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk
melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan
mengaplikasikan atau
mendemonstrasikan
pengetahuan
dan
keterampilan yang dibutuhkan. Pada penilaian kinerja, penekanan
penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian
kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian produk,
sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut
penilaian praktik (praktik). Penilaian praktik, misalnya; memainkan alat
musik, melakukan pengamatan suatu objek dengan menggunakan
mikroskop, mekidung/menyanyi, bermain peran, menari, dan
sebagainya. Penilaian produk, misalnya: poster, kerajinan, puisi, dan
sebagainya.
2)

Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode / waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, penyajian data, dan pelaporan.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan pengumpulan data, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan
inovasi
dan
kreativitas
serta
kemampuan
menginformasikan siswa pada muatan tertentu secara jelas.
3) Penilaian Portofolio
Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian.
Portofolio sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen yang berisi
hasil penilaian prestasi belajar, penghargaan, karya siswa dalam bidang
tertentu yang bersifat reflektif-integratif dalam kurun waktu tertentu.
Pada akhir periode, portofolio tersebut diserahkan kepada guru pada
kelas berikutnya dan orang tua sebagai bukti otentik perkembangan
siswa.
Portofolio sebagai teknik penilaian dilakukan untuk menilai karyakarya siswa dan mengetahui perkembangan pengetahuan dan
keterampilan siswa. Diakhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru bersama-sama dengan siswa.
Berkaitan dengan tujuan penilaian portofolio, tiap item dalam
portofolio harus memiliki suatu nilai atau kegunaan bagi siswadan bagi
orang yang mengamatinya. Guru dan siswa harus sama-sama
memahami maksud, mengapa suatu item (dokumen) dimasukkan ke
koleksi portofolio. Selain itu, sangat diperlukan komentar dan refleksi
dari guru atas karya yang dikoleksi.
Berdasarkan informasi perkembangan kemampuan siswa yang dibuat
oleh guru bersama siswa yang bersangkutan, dapat dilakukan perbaikan
secara terus menerus. Dengan demikian portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui
karyanya.
- 14 -

Penilaian keterampilan mencakup dua aspek yaitu keterampilan abstrak
dan keterampilan konkret. Keterampilan abstrak adalah bentuk
keterampilan belajar berupa kemampuan dalam hal mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi/data, menalar/mengasosiasi, dan
mengomuniksikan. Keterampilan konkret adalah kemampuan persepsi,
dan gerak yang dapat diamati seperti: (1) memberi penghormatan
(salam panganjali), (2) melakukan Puja Tri Sandhya (3) Dainika
Upasana (menghafalkan mantra sehari-hari); Dharmagita (mekidung,
bhajan, kirtan), (4) membuat puisi, (5) keterampilan bercerita, (6)
menata sarana dan prasarana sembahyang, (7) melantunkan sloka-sloka,
(8) berdarma wacana, dan (9) bermeditasi dan berjapa.
F. Kontekstualisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Sesuai
Kondisi Lingkungan dan Siswa
Indonesia sebagai negara kesatuan yang terdiri atas berbagai suku bangsa, agama,
budaya, ras, dan kelas sosial merupakan kekayaan yang patut disyukuri dan dipelihara
agar tetap menjadi sumber kekuatan. Jika tidak disikapi dengan bijak, keberagaman
itu dapat menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, berbagai kearifan lokal yang telah
mengakar di masyarakat harus dipelihara dan dikembangkan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama Hindu, toleran,
demokratis, multikultural, dan berwawasan kebangsaan.
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sesuai ruang lingkup aspek
materi yang diajarkan harus mampu menumbuhkan sikap nasionalisme, mampu
berkomitmen, berkontribusi, dan mampu merancang cita-citanya sehingga berhasil
dalam hidup berdasarkan Dharma Agama (aturan agama) dan Dharma Negara
(aturan negara).
Kontekstualisasi pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sebagai
berikut:
1. pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dilakukan dengan
menyusun perencanaan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), membuat media pembelajaran pendukung yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan pembelajaran, sehingga materi pelajaran dapat terserap
dengan baik sesuai kompetensi dasar;
2. pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diharapkan dapat
membangun sikap bangga terhadap agamanya, sehingga tumbuh sikap toleran,
sehingga terhindar dari sikap fanatisme sempit dan radikalisme. Guna
menumbuhkan sikap toleran (tat tvam Asi) melalui ruang lingkup materi Kitab
Suci Veda, Tattva (filsafat), Suśīla (etika), Acara dan Sejarah. Pembelajaran
yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada
akhirnya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme;
3. pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti selalu berkomitmen
untuk menumbuhkan perilaku yang anti radikalisme yang meyimpang dari
dharma, dengan memberikan porsi materi Suśīla atau etika sebesar 35% dari
materi-materi yang lain. Dengan memberikan pembelajaran etika yang lebih
banyak, dapat menumbuhkan sikap toleran dan bersikap sesuai norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Siswa yang memiliki etika yang bagus dapat
menciptakan keharmonisan di masyarakat; dan
4. kontribusi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mampu memberikan
sumbangsih yang positif terhadap agama, bangsa dan negara.
Sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21 yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
- 15 -

dalam Kurikulum 2103 juga memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai media dan sumber belajar.
Pemanfaatan Teknologi, Imformasi dan komunikas (TIK) mendorong siswa dalam
mengembangkan kreativitas dan berinovasi serta meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti memanfaatkan berbagai
sumber belajar seperti buku teks yang tersedia dalam bentuk buku guru dan buku
siswa. Sesuai dengan Karakteristik Kurikulum 2013, buku teks bukan satu-satunya
sumber belajar. Guru dapat menggunakan buku pengayaan atau referensi lainnya dan
mengembangkan bahan ajar sendiri seperti LKS (Lembar Kerja Siswa). Dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, LKS bukan hanya
kumpulan soal melainkan visualisasi pemahaman materi sesuai dengan Kompetensi
Dasar.
Hal ini diharapkan secara khusus siswa meningkatkan keyakinan, mengenali
peninggalan-peninggalan buddhis sehingga dapat melestarikannya. Secara umum
siswa dapat lebih akrab dengan lingkungan alam (maritin, agraris, Niaga/jasa), sosial,
dan budaya daerah tempat mereka berada, memiliki sikap dan perilaku yang selaras
dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka sebagai habitat,
sebagai sumber penghidupan dan kehidupan, sumber kesejahteraan dan kejayaan
bangsa, serta menunjang pembangunan nasional.

- 16 -

II. KOMPETENSI DASAR, MATERI POKOK, DAN PEMBELAJARAN
A. Kelas VII
Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu
Kompetensi Sikap Spiritual dam Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui
pembebelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching)
pada Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan dan
kondisi siswa.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan sebagai
berikut ini.
Kompetensi Dasar
Siswa mampu:
1.1 menghayati ajaran
Kitab Suci Veda
sebagai tuntunan hidup
2.1 memperilaku disiplin
dalam mengamalkan
ajaran Kitab Suci Veda
sebagai tuntunan hidup
3.1 memahami Kitab Suci
Veda sebagai tuntunan
hidup
4.1 mengkodifikasi Kitab
Suci Veda sebagai
tuntunan hidup

Materi Pokok
Kitab Suci
Veda sebagai
tuntunan
hidup









Siswa mampu:
1.2 menghayati konsep
Avatara, Deva, dan
Bhatara dalam agama
Hindu
2.2 menunjukkan ajaran
Avatara, Deva, dan
Bhatara dalam
kehidupan sehari-hari
3.2 menjabarkan konsep
Avatara, Deva, dan
Bhatara dalam agama
Hindu
4.2 menyajikan ceriteraceritera Avatara, Deva,
Bhatara dalam agama
Hindu

Siswa mampu:
1.3 meyakini konsep

Konsep
Avatara,
Deva, dan
Bhatara
dalam agama
Hindu









Konsep
- 17 -



Pembelajaran
Membaca buku/artikel dari berbagai
sumber tentang Kitab Suci Veda
sebagai tuntunan hidup
Mencermati artikel-artikel tentang
Veda sebagai ajaran utama umat
Hindu.
Mengamati dengan seksama nilainilai yang terkandung dalam kitab
Suci Veda
Mencari tahu/informasi dengan
mewawancarai beberapa narasumber
di lingkungan sekolah berkaitan
dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam kitab suci Veda
Menyampaikan hasil telaah nilai-nilai
yang terkandung dalam kitab suci
Veda
Menceritakan kembali Kitab Suci
Veda sebagai tuntunan hidup
Membaca buku teks atau sumber lain
yang relevan tentang Konsep Avatara,
Deva, dan Bhatara dalam agama
Hindu
Mendengarkan penjelasan guru
tentang Konsep Avatara, Deva, dan
Bhatara dalam agama Hindu
Mencari informasi dengan
mewawancarai beberapa narasumber
di lingkungan sekolah terkait
perbedaan Avatara, Deva dan
Bhatara, dalam pandangan agama
Hindu.
Menyimpulkan hasil diskusi terkait
hubungan Avatara, Deva dan Bhatara
dengan Sang Hyang Widhi
Membuat laporan tertulis hasil telaah
hubungan Avatara, Deva dan Bhatara
dengan Sang Hyang Widhi
Membaca buku teks atau sumber lain
yang relevan tentang Konsep

Kompetensi Dasar
Karmaphala sebagai
hukum sebab akibat
dalam ajaran agama
Hindu
2.3 menunjukkan konsep
Karmaphala sebagai
hukum sebab akibat
dalam ajaran agama
Hindu
3.3 menjabarkan konsep
Karmaphala sebagai
hukum sebab akibat
dalam ajaran agama
Hindu
4.3 menyajikan konsep
Karmaphala sebagai
hukum sebab akibat
dalam ajaran agama
Hindu
Siswa mampu:
1.4 menghargai orang yang
dapat menghindari
ajaran Sad Atatayi
dalam kehidupan
sehari-hari
2.4 menghargai hak orang
lain sebagai wujud
pengendalian diri untuk
menghindari perilaku
Sad Atatayi
3.4 memahami Sad Atatayi
sebagai perbuatan yang
harus dihindari dalam
kehidupan
4.4 menyajikan ceritera
singkat perilaku terkait
ajaran Sad Atatayi
yang harus dihindari
Siswa mampu:
1.5 menghayati
kepemimpinan dalam
konsep agama Hindu
2.5 menghargai perilaku
pemim