PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah
suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus
gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang
tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan
berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP atau NPB merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health
Organization

(WHO)

menyatakan

kira-kira

150

jenis


gangguan

muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan
nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan
fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial
penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya
adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling
banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini
berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai
dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010),
dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang
banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia
(WHO, 2003).
LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak
dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara
maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang
paling penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime)
populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%,
dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan
LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis

(Jalaluddin, 2008).





Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam
satu tahun berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan
pasien ke dokter adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun
terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam
5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai
15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan
sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus tersebut
85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun (Wheeler, 2013). Di Swedia,
LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65
tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia 65 tahun
keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama
ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk
bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa
mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun (Amroisa,

2006).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002
di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah
penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598
orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun
data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri
punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan
13,6% (Meliawan, 2009).
LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri
yang dirasakan

dapat

membuat

penderita


mengalami

penurunan

kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja,
dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia lanjut,

 



sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan
(Yudiyanta, 2007).
Penelitian tentang nyeri punggung bawah yang berhubungan
dengan keterbatasan fungsional aktivitas kehidupan sehari-hari belum
banyak dilakukan. Dari 180 penderita nyeri punggung akut yang di ikuti
selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang
menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi
oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi,

rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan
faktor yang berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan
terbatasnya mobilitas spinal (Thomas, 1999).
Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah
mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga
terhadap

penderita

ketidakmampuan

perlu

dilakukan

disfungsional

yang

evaluasi

terjadi

seberapa

dan

faktor

besar
yang

mempengaruhinya (Liebenson, 1999).
LBP juga memiliki implikasi yang luas dalam bidang ekonomi,
terutama segi pembiayaan. Di Amerika Serikat keterbatasan fungsional
karena LBP merupakan alasan kedua setelah commond cold yang
menyebabkan seseorang tidak masuk kerja dan merupakan penyebab
keterbatasan fungsional yang paling sering pada usia di bawah 45 tahun.
Biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk diagnosis dan pengobatan LBP
mencapai 23,5 milyar pada tahun 1990 dan kerugian secara tidak langsung
pada


tahun

yang sama

termasuk

karena

hilangnya

penghasilan

diperkirakan mencapai 35 milyar (Amroisa, 2006).
Dari data diatas maka penulis ingin mengetahui hubungan antara
intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada
penderita Low Back Pain (LBP)

 




B. Rumusan Masalah
1. Di Indonesia LBP merupakan keluhan kedua paling banyak ditemukan
setelah nyeri kepala.
2. LBP merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan penurunan
produktivitas manusia.
3. Intensitas nyeri yang berat sebagai faktor penyebab dari keterbatasan
fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP
4.

Penderita LBP yang di follow up selama satu tahun ternyata 38%
mengalami keterbatasan fungsional yang menetap.

5. LBP mempunyai implikasi yang luas dari segi ekonomi, terutama segi
pembiayaan
Dari data diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan
keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita Low Back
Pain (LBP)?”


C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan
fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP.
2. Tujuan Umum
Menilai

sejauh

mana

intensitas

nyeri

dapat

mengakibatkan


keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang kedokteran
tentang nyeri.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dan manfaat bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.

 



2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan perhatian klinisi pada rehabilitasi pasien-pasien
dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari akibat
penyakit muskuloskeletal untuk mengurangi keterbatasan yang
dialami.
b. Diharapkan klinisi dapat memberikan pilihan pengobatan yang lebih
baik pada penderita LBP.


 

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI Hubungan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Dengan Kualitas Tidur Di Rsud Dr. Moewardi.

0 3 12

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI Hubungan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Dengan Kualitas Tidur Di Rsud Dr. Moewardi.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Dengan Kualitas Tidur Di Rsud Dr. Moewardi.

0 3 4

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 2 15

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 1 13

PENDAHULUAN Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 0 22