HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN
KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA
PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh:
Nuansa Bunga Atmantika
J500100056

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN
KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA
PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI DI
SURAKARTA

Nuansa Bunga Atmantika1 , Ani Rusnani Fibriani2 , Nur Mahmudah3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2Dokter
Ahli Neurologi RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 3Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

1

ABSTRAK
Latar Belakang. Low Back Pain (LBP) merupakan gangguan muskuloskeletal
terbanyak yang dapat menyebabkan nyeri, inflamasi berkepanjangan dan
keterbatasan fungsional. Intensitas nyeri yang berat pada LBP menyebabkan
keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari, sehingga dapat menurunkan
produktivitas manusia..
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas
nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Metode. Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik observasi dengan
pendekatan cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 51
sampel dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dari pengisian
kuesioner Visual Analogue Scale (VAS) dan The Oswestry Low Back Pain

Disability Questionnaire
Hasil. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Gamma dan
Sommers’d, didapatkan nilai korelasi antar variabel sangat kuat (r = 0,803) dan
nilai kemaknaan 0,00 (p < 0,05).
Kesimpulan. Terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan
fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta.
Kata kunci: Low Back Pain, intensitas nyeri, keterbatasan fungsional aktivitas

RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF PAIN WITH
FUNCTIONAL LIMITATIONS OF DAILY ACTIVITY IN PATIENT
WITH LOW BACK PAIN IN DR. MOEWARDI HOSPITAL IN
SURAKARTA
Nuansa Bunga Atmantika1 , Ani Rusnani Fibriani2 , Nur Mahmudah3
1
Student of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta,
2
Neurologist in PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta, 3College Instructor
of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT

Background. Low back pain is the most musculoskeletal disorders that can
causing a pain, inflammation and prolonged functional limitations. Severe pain
intensity in patient low back pain as a causative of functional limitations in the
daily activities, so as to reduce in human productivity.
Objective. The aimed of this study is to understand the relationship between the
intensityof pain with functional limitations of daily activities in patient with LBP
in Dr. Moewardi hospital Surakarta.
Metode. The type of research is an observational analytic with approach to Cross
Sectional. The number of samples that used are 51 samples with simple random
sampling techniques. Data were obtained from questioners Visual Analogue Scale
(VAS) and The Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire
Result . After analysis of data using Gamma and Sommer’d test, it obtained a
value of the correlation between variables which very strong (r = 0,803) and
significance value 0,00 (p < 0,05)
Conclusion. There is a relationship between the intensity of pain with fuctional
limitations of daily activities in patients with LBP in Dr. Moewardi hospital in
Surakarta.
Key word: Low Back Pain, pain intensity, functional limitations activities

PENDAHULUAN

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu
gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya
sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun
sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu,
2012). LBP atau NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai di masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira
150 jenis gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang
menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau
keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial
penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah
keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak
ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan
penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian
(Bone and Joint Decade 2000-2010), dimana penyakit gangguan musculoskeletal
telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan
di seluruh dunia (WHO, 2003).
LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan
pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah
mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua
negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan

prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada
usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7%
yang menjadi kronis (Jalaluddin, 2008).
Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun
berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter
adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000
kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik
sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai 15 - 45% dengan titik prevalensi
30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2
minggu. Dari 500.000 kasus tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun
(Wheeler, 2013). Di Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada
usia kurang dari 65 tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia
65 tahun keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama
ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk bekerja
disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa mencapai 45%
dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun (Amroisa, 2006).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah
sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri
sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%)

merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP
(Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai
LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara
65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki
18,2% dan pada perempuan 13,6% (Meliawan, 2009).

LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas
kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri yang dirasakan
dapat membuat penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari, problema kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja pada usia
produktif maupun usia lanjut, sehingga merupakan alasan terbanyak dalam
mencari pengobatan (Yudiyanta, 2007).
Penelitian tentang nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan
keterbatasan fungsional aktivitas kehidupan sehari-hari belum banyak dilakukan.
Dari 180 penderita nyeri punggung akut yang di ikuti selama satu tahun ternyata
38% mengalami keterbatasan fungsional yang menetap. Keterbatasan fungsional
yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor
premorbid faktor distress psikologi, rendahnya aktivitas fisik, merokok,
ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang berhubungan dengan lamanya
gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas spinal (Thomas, 1999).

Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah
mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap
penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan disfungsional
yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999).
LBP juga memiliki implikasi yang luas dalam bidang ekonomi, terutama
segi pembiayaan. Di Amerika Serikat keterbatasan fungsional karena LBP
merupakan alasan kedua setelah commond cold yang menyebabkan seseorang
tidak masuk kerja dan merupakan penyebab keterbatasan fungsional yang paling
sering pada usia di bawah 45 tahun. Biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk
diagnosis dan pengobatan LBP mencapai 23,5 milyar pada tahun 1990 dan
kerugian secara tidak langsung pada tahun yang sama termasuk karena hilangnya
penghasilan diperkirakan mencapai 35 milyar (Amroisa, 2006).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai
hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas seharihari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri
dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD
Dr. Moewardi di Surakarta
TINJAUAN PUSTAKA
Intensitas Nyeri
International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan bahwa

nyeri adalah suatu sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Fawcett, 2011).
Intensitas nyeri adalah beratnya nyeri yang dirasakan penderita (Tamsuri,
2007), dan merupakan suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita LBP,
walaupun hal ini merupakan salah satu aspek nyeri yang sulit karena tidak dapat
diukur secara pasti. Evaluasi intensitas nyeri tergantung pada pernyataan pasien
dan kemampuan pemeriksa dalam menilai kepribadian pasien dan status fisiknya,
sebab sering dijumpai keluhan subjektif yang tidak sebanding dengan
kelainannya. Pada seseorang dengan kelainan struktur yang minimal mungkin

keluhannya sangat hebat, tetapi sebaliknya pada yang lain dengan kelainan
struktur yang hebat keluhannya sedikit sekali (Loeser, 2001).
Keterbatasan Fungsional / Disabilitas
Keterbatasan fungsional atau disabilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat karena alasan yang
secara medis dapat ditentukan karena adanya gangguan fisik atau mental,
diperkirakan akan berlangsung atau telah berlangsung terus-menerus dalam
periode tidak kurang dari 12 bulan (Dorland, 2010).
Disabilitas merupakan suatu keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang

dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari yang dianggap dapat dilakukan
oleh orang normal akibat dari adanya impairment. Secara sederhana, disabilitas
dapat diartikan sama dengan ketidakmampuan dalam bekerja (Robinson, 2001).
Dalam menentukan disabilitas, beberapa tolak ukur subjektif dan
terkadang tidak akurat harus dipertimbangkan. Faktor non medis seperti jenis
kelamin, pelatihan sebelumnya, keahlian, pengalaman, pendidikan, lingkungan
sosial, ketersediaan pekerjaan yang cocok, masalah transportasi dari dan ke
tempat kerja, serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain (Gilbovsky,
2006).
Low Back Pain (LBP)
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan
bukan merupakan suatu diagnosis, pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan
diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar
kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012).
Nyeri punggung bawah kronis adalah nyeri punggung bawah yang terjadi
sekurang-kurangnya 12 minggu. Nyeri punggung bawah akut adalah nyeri
punggung bawah yang terjadi kurang dari 6 minggu. Nyeri punggung bawah sub
akut adalah nyeri punggung yang terjadi antara 6 sampai 12 minggu. Disamping
itu ada pula nyeri punggung bawah ulang (current low back pain), yaitu setelah
nyeri pinggang bawah akut sembuh setelah 6 minggu, nyeri pinggang bawah

terjadi lagi, masih bisa melakukan fungsi dan aktivitas sehari-hari (Lamsuddin,
2001).
Hubungan Antara Intensitas Nyeri dengan Keterbatasan Fungsional Pada
Penderita LBP
Nyeri dapat menyebabkan impairment dan disabilitas atau keterbatasan
fungsional. Impairment adalah abormalitas atau hilangnya fungsi anatomik,
fisiologik, maupun psikologik, sedangkan disabilitas atau keterbatasan fungsional
adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (Setyohadi, 2009).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan disabilitas pada penderita LBP,
antara lain nyeri (intensitas, durasi, dan perluasan nyeri), kurangnya aktivitas fisik
dan gerakan lumbal, faktor psikososial, stress, depresi (terutama pada LBP
kronis), serta ketidakpuasan dalam bekerja (Kambodji, 2002).
Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah
mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap

penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan disfungsional
yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik saraf RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September hingga
tanggal 15 November 2013. Data penelitian diperoleh dari pengisian kuesionare.
Populasi aktual adalah semua pasien rawat jalan yang menderita LBP di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Sampel yang hendak diteliti adalah yang memenuhi
kriteria inklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Total jumlah sampel minimal 51. Kriteria restriksi pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusinya adalah pasien LBP spondilogenik baik akut maupun kronis
yang dirawat jalan di bagian neurologi RS, jenis kelamin laki-laki dan
perempuan usia 15-55 tahun, bersedia menandatangani persetujuan dalam
mengikuti penelitian.
2. Kriteria Eksklusi adalah pasien LBP viserogenik, berusia lebih dari 55 tahun,
tidak bersedia menandatangani persetujuan dalam mengikuti penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri
sebagai variabel bebas, keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada
penderita LBP sebagai variabel terikat.
Intensitas nyeri didefinisikan sebagai suatu gambaran mengenai seberapa
berat atau parah nyeri yang dirasakan oleh individu (Tamsuri, 2007). LBP
ditentukan berdasarkan dokter spesialis saraf di RSUD DR. Moewardi Surakarta.
Skala pengukuran variabel penelitiannya ordinal.
Keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat karena alasan yang secara medis dapat ditentukan karena adanya
gangguan fisik atau mental, diperkirakan akan berlangsung atau telah berlangsung
terus menerus dalam periode tidak kurang dari 12 bulan. Skala pengukuran
variabel: ordinal
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian pada tanggal 20 September 2013 sampai
dengan tanggal 15 November 2013 dengan sampel penelitian memenuhi kriteria
inklusi, sebanyak 51 orang. Berikut ini distribusi data hasil dari penelitian:
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase (%)
Laki-laki
20
39,2%
Perempuan
31
60,8%
Jumlah
51
100%

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan usia
Umur
Jumlah
Presentase (%)
15 – 24
1
2,0%
25 – 34
6
11,8%
35 – 44
17
33,3%
45 – 54
19
37,3%
55
8
15,7%
Jumlah
51
100%
Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah
Presentase (%)
Bengkel
1
2,0%
Guru
1
2,0%
Ibu Rumah Tangga
13
25,5%
Karyawan
5
9,8%
Mahasiswa
1
2,0%
Pedagang
4
7,8%
Pengangguran
8
15,7%
Pengusaha
1
2,0%
Penjahit
1
2,0%
Pensiun
2
4,0%
Pensiun Guru
2
3,9%
Petani
2
3,9%
PNS
4
7,8%
Wiraswasta
6
11,8%
Jumlah
51
100%
Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan intensitas nyeri
Intensitas Nyeri
Jumlah
Presentase (%)
Nyeri Ringan
8
15,7%
Nyeri Sedang
21
41,2%
Nyeri Berat
19
37,3%
Nyeri Sangat Berat
3
5,9%
Jumlah
51
100%
Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan keterbatasan fungsional
aktivitas sehari-hari
Keterbatasan
Fungsional Aktivitas
Minimal
Sedang
Berat
Sangat Berat

Jumlah

Presentase (%)

9
24
16
2

17,6%
47,1%
31,4%
3,9%

Jumlah

51

100%

Tabel 6. Hasil Crosstabulation antara Intensitas Nyeri dengan
Keterbatasan Fungsional Aktivitas
CrossKesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Total
tabulation
Minimal Sedang
Berat
Sangat
Berat
Nyeri
8
0
0
0
8
Ringan
Nyeri
1
24
2
0
27
Sedang
Nyeri Berat 0
0
14
1
15
Nyeri
0
0
0
1
1
Sangat Berat
Total
9
24
16
2
51
Tabel 7. Hasil uji korelasi Gamma dan Somers’d
Hubungan
Nilai Korelasi
Kemaknaan
(+) 0,803
0,000
Intensitas Nyeri
(Variabel
Independen)
Disabilitas Aktivitas
(+) 0,869
0,000
(Variabel Dependen)
Korelasi antar variabel ordinal penelitian menggunakan uji korelasi
Gamma dan Sommers’d, sehingga dapat diketahui bentuk hubungan dan tingkat
kemaknaan antara dua variabel. Koefisien korelasi disimbolkan dengan huruf r,
dimana semakin tinggi nilai r (semakin mendekati 1), maka tingkat ditafsirkan
sangat kuat (r > 0,8), kuat (0,6 – 0,79), sedang (0,4 – 0,59), lemah (0,2 – 0,39) dan
sangat lemah (0,0 – 0,19). Bentuk hubungan antara dua variabel dengan tanda
negatif (-) menunjukkan arah hubungan berbanding terbalik, yaitu peningkatan
nilai dari satu variabel akan diikuti dengan penurunan nilai variabel yang lain.
Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan searah, yaitu peningkatan nilai dari
satu variabel akan diikuti juga dengan peningkatan variabel yang lain. Untuk
menilai tingkat kemaknaan korelasi antara dua variabel dilambangkan dengan
p(sig.), dimana terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel jika nilai p <
0,05 (Dahlan, 2010).
Hasil yang dapat dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa hipotesis nol
(H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima yang berarti ada hubungan antara
intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada
penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.
Intensitas nyeri dipakai sebagai variabel bebas dan keterbatasan fungsonal
aktivitas sehari-hari sebagai variabel tergantung, maka diketahui dari hasil uji
korelasi Gamma dan Somers’d mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,803 yang

menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat (r > 0,8)
antara dua variabel, dengan nilai kemaknaan 0,000 (p.sig < 0,05), hal ini
menunjukkan bahwa korelasi antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas
sehari-hari secara statistika bermakna karena nilai p

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI Hubungan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Dengan Kualitas Tidur Di Rsud Dr. Moewardi.

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA CARPAL TUNNEL SYNDROME Hubungan Intensitas Nyeri Dengan Disabilitas Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Carpal Tunnel Syndr.

0 1 15

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA CARPAL TUNNEL SYNDROME Hubungan Intensitas Nyeri Dengan Disabilitas Aktivitas Sehari-Hari Pada Penderita Carpal Tunnel Syndr.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 1 13

PENDAHULUAN Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG Hubungan antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari pada pasien NPB di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

0 0 22