PENDAHULUAN Uji Daya Antifungi Jus Buah Pare (Momordica Charantia L) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Candida albicans ( C. albicans) adalah mikroorganisme normal
dalam rongga mulut yang bersifat oportunistik patogen, yaitu tidak patogen
pada individu sehat tetapi akan menjadi patogen pada individu dengan
kondisi
immunokompromis.
Candida
albicans
akan
berpoliferasi
menyebabkan virulensinya meningkat dan berubah menjadi patogen,
sehingga dapat menimbulkan infeksi (handayani dkk, 2010).
Kandidiasis merupakan suatu infeksi oleh jamur Candida , yang
sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai
monilitas merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga
mulut manusia, dan prevalensi 20% -75% dijumpai pada manusia sehat tanpa
gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71% -79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang
dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagian (Prasetya, 2011). Infeksi Candida albicans pada rongga
mulut tampak sebagai bercak putih pada gingiva, lidah, dan membran mukosa
oral yang jika dikerok meninggalkan permukaan yang merah dan berdarah
(Carranza dkk., 2012).
Infeksi jamur seperti Candida diakui abad yang lalu sebagai
indikator penyakit yang jauh lebih besar yang mendasari seperti diabetes
melintus, tumor ganas, dan infeksi kronis. Kerusakan pada selaput lendir dan
kelenjar ludah juga memungkinkan kolonisasi Candida . Mulut kering
(xerostomia), mengganggu keseimbangan mikroorganisme didalam rongga
mulut. Bila keseimbangan bakteri normal dan abnormal terganggu,
pertumbuhan berlebih dari jamur ini dapat terjadi contohnya pada penderita
HIV/AIDS (Pappas, 2009). Candida albicans biasanya timbul pada penderita
stomatitis pada gigi tiruan, angular cheilitis, median rhomboid glossitis dan
erythema gingival linear (Samaranayake L, 2012).
1
Banyaknya kasus kandidiasis baik di negara maju maupun negara
berkembang mendorong para peneliti untuk terus mengembangkan obat
untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit ini. Penggunaan obat
antifungi yang terbuat dari bahan kimia seperti ini ketokonazol, nistatin dan
amfoterisin telah banyak yang berhasil. Namun dalam penggunaan jangka
pajang obat yang mengandung bahan kimia ini dapat menyebabkan beberapa
efek samping, diantaranya jamur dapat menjadi resisten terhadap obat, cara
penggunaan obat yang sulit dan juga harganya relatif mahal. Oleh karena itu
diperlukan alternatife agen antifungi yang lebih aman dan murah (Gholib,
2009; Rintiswati dkk, 2004).
Saat ini mulai dikembangkan pembuatan obat berbahan alami
(herbal medicine) sebagai alternatif agen antifungi (Rintiswati dkk, 2004).
Indonesia merupakan negara agraris yaitu sebagian besar penduduknya
bermata pencarian sebagai petani. Beraneka ragam tanaman dapat hidup
subur di wilayah ini termasuk tanaman pare (Wijayakusuma, 2002).
Buah pare (Momordica charantia ) dapat menyembuhkan demam,
malaria, batuk, luka, diabetes, bisulan, sembelit, sariawan dan obat cacing
(Gupta dkk., 2011). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam
pengobatan adalah saponin 12.12 %, flavonoid 27.34 %, alkaloid 31 %,
triterpenoid/steroid 6 % (Prarthna dkk., 2014). Tanaman pare memiliki
kandungan senyawa dan zat aktif yang dipakai sebagai pengobatan. Namun
pada tanaman pare lebih banyak kandungan pada daging buah dibandingkan
daun pare, buah pare lebih mudah didapat dan banyak manfat yang dipakai
dalam pengobatan (Subahar, 2004).
Menurut penelitian YinYin Chia dan Waisum Yap (2011) didapatkan
hasil ekstrak buah pare (Momordica charantia L) 25%, 30%, 50 %, 80% dan
100% daya hambat maksimum terhadap antimikroba. Penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui uji daya antifungi jus daging buah pare
sebagai zona hambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro, karena
buah pare telah lama digunakan masyarakat Indonesia dalam pengobatan
2
tradisional. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dalam pengembangan jus buah pare untuk digunakan dalam
rangka peningkatan kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan apakah
terdapat jus buah pare (Momordica charantia ) mempunyai daya antifungi
terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mengkaji uji daya antifungi jus buah pare (Momordica charantia l)
terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui uji daya antifungi jus buah pare (Momordica
charantia l) terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans secara
in vitro.
b. Mengetahui konsentrasi jus buah pare yang mulai menghambat
pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan menggunakan jus daging buah pare ini belum pernah
dilakukan di bidang kedokteran gigi khususnya mengenai proses antifungi
candida albicans terhadap kandidiasis oral, namun ada beberapa penelitian lain
yang membahas tentang antimikroba yang menggunakan ekstrak buah pare tetapi
dalam penelitian ini menggunakan jus buah pare, dari penelitian tersebut dapat
dijadikan referensi untuk keaslian penelitian. Diantaranya dengan judul In vitro
Antimicrobial Activity of Hexane: Petroleum Ether Extracts from Fruits of
Momordica charantia L (YinYin Chia dan WaiSum Yap, 2011), Dan
Comparative Studies On Antifungal, Antioxidant And Phytochemical Potential Of
Momordica
Charantia
And
Moringa
Oleifera
(Jonathan SG,dkk.,2012).
3
Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang uji daya antifungi jus buah pare
(Momordica charantia L) terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans
belum pernah dilakukan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan kelak menambah informasi dan
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan gigi dan mulut berbasis herbal.
2. Manfaat Aplikatif
a. Menjadi dasar penelitian lebih lanjut, baik secara in vitro maupun in
vivo untuk mengembangkan pemanfaatan buah pare.
b. Menjadikan Buah Pare (Momordica charantia L) sebagai bahan
pertimbangan masyarakat sebagai bahan alternatif pencegahan kandidiasis.
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Candida albicans ( C. albicans) adalah mikroorganisme normal
dalam rongga mulut yang bersifat oportunistik patogen, yaitu tidak patogen
pada individu sehat tetapi akan menjadi patogen pada individu dengan
kondisi
immunokompromis.
Candida
albicans
akan
berpoliferasi
menyebabkan virulensinya meningkat dan berubah menjadi patogen,
sehingga dapat menimbulkan infeksi (handayani dkk, 2010).
Kandidiasis merupakan suatu infeksi oleh jamur Candida , yang
sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai
monilitas merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga
mulut manusia, dan prevalensi 20% -75% dijumpai pada manusia sehat tanpa
gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71% -79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang
dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagian (Prasetya, 2011). Infeksi Candida albicans pada rongga
mulut tampak sebagai bercak putih pada gingiva, lidah, dan membran mukosa
oral yang jika dikerok meninggalkan permukaan yang merah dan berdarah
(Carranza dkk., 2012).
Infeksi jamur seperti Candida diakui abad yang lalu sebagai
indikator penyakit yang jauh lebih besar yang mendasari seperti diabetes
melintus, tumor ganas, dan infeksi kronis. Kerusakan pada selaput lendir dan
kelenjar ludah juga memungkinkan kolonisasi Candida . Mulut kering
(xerostomia), mengganggu keseimbangan mikroorganisme didalam rongga
mulut. Bila keseimbangan bakteri normal dan abnormal terganggu,
pertumbuhan berlebih dari jamur ini dapat terjadi contohnya pada penderita
HIV/AIDS (Pappas, 2009). Candida albicans biasanya timbul pada penderita
stomatitis pada gigi tiruan, angular cheilitis, median rhomboid glossitis dan
erythema gingival linear (Samaranayake L, 2012).
1
Banyaknya kasus kandidiasis baik di negara maju maupun negara
berkembang mendorong para peneliti untuk terus mengembangkan obat
untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit ini. Penggunaan obat
antifungi yang terbuat dari bahan kimia seperti ini ketokonazol, nistatin dan
amfoterisin telah banyak yang berhasil. Namun dalam penggunaan jangka
pajang obat yang mengandung bahan kimia ini dapat menyebabkan beberapa
efek samping, diantaranya jamur dapat menjadi resisten terhadap obat, cara
penggunaan obat yang sulit dan juga harganya relatif mahal. Oleh karena itu
diperlukan alternatife agen antifungi yang lebih aman dan murah (Gholib,
2009; Rintiswati dkk, 2004).
Saat ini mulai dikembangkan pembuatan obat berbahan alami
(herbal medicine) sebagai alternatif agen antifungi (Rintiswati dkk, 2004).
Indonesia merupakan negara agraris yaitu sebagian besar penduduknya
bermata pencarian sebagai petani. Beraneka ragam tanaman dapat hidup
subur di wilayah ini termasuk tanaman pare (Wijayakusuma, 2002).
Buah pare (Momordica charantia ) dapat menyembuhkan demam,
malaria, batuk, luka, diabetes, bisulan, sembelit, sariawan dan obat cacing
(Gupta dkk., 2011). Kandungan kimia buah pare yang berkhasiat dalam
pengobatan adalah saponin 12.12 %, flavonoid 27.34 %, alkaloid 31 %,
triterpenoid/steroid 6 % (Prarthna dkk., 2014). Tanaman pare memiliki
kandungan senyawa dan zat aktif yang dipakai sebagai pengobatan. Namun
pada tanaman pare lebih banyak kandungan pada daging buah dibandingkan
daun pare, buah pare lebih mudah didapat dan banyak manfat yang dipakai
dalam pengobatan (Subahar, 2004).
Menurut penelitian YinYin Chia dan Waisum Yap (2011) didapatkan
hasil ekstrak buah pare (Momordica charantia L) 25%, 30%, 50 %, 80% dan
100% daya hambat maksimum terhadap antimikroba. Penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui uji daya antifungi jus daging buah pare
sebagai zona hambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro, karena
buah pare telah lama digunakan masyarakat Indonesia dalam pengobatan
2
tradisional. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dalam pengembangan jus buah pare untuk digunakan dalam
rangka peningkatan kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan apakah
terdapat jus buah pare (Momordica charantia ) mempunyai daya antifungi
terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mengkaji uji daya antifungi jus buah pare (Momordica charantia l)
terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui uji daya antifungi jus buah pare (Momordica
charantia l) terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans secara
in vitro.
b. Mengetahui konsentrasi jus buah pare yang mulai menghambat
pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan menggunakan jus daging buah pare ini belum pernah
dilakukan di bidang kedokteran gigi khususnya mengenai proses antifungi
candida albicans terhadap kandidiasis oral, namun ada beberapa penelitian lain
yang membahas tentang antimikroba yang menggunakan ekstrak buah pare tetapi
dalam penelitian ini menggunakan jus buah pare, dari penelitian tersebut dapat
dijadikan referensi untuk keaslian penelitian. Diantaranya dengan judul In vitro
Antimicrobial Activity of Hexane: Petroleum Ether Extracts from Fruits of
Momordica charantia L (YinYin Chia dan WaiSum Yap, 2011), Dan
Comparative Studies On Antifungal, Antioxidant And Phytochemical Potential Of
Momordica
Charantia
And
Moringa
Oleifera
(Jonathan SG,dkk.,2012).
3
Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang uji daya antifungi jus buah pare
(Momordica charantia L) terhadap daya hambat pertumbuhan Candida albicans
belum pernah dilakukan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan kelak menambah informasi dan
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan gigi dan mulut berbasis herbal.
2. Manfaat Aplikatif
a. Menjadi dasar penelitian lebih lanjut, baik secara in vitro maupun in
vivo untuk mengembangkan pemanfaatan buah pare.
b. Menjadikan Buah Pare (Momordica charantia L) sebagai bahan
pertimbangan masyarakat sebagai bahan alternatif pencegahan kandidiasis.
4