KADAR PROTEIN TERLARUT DAN KUALITAS TEMPE BENGUK DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN Kadar Protein Terlarut Dan Kualitas Tempe Benguk Dengan Penambahan Ampas Tahu Dan Daun Pembungkus Yang Berbeda.

KADAR PROTEIN TERLARUT DAN KUALITAS TEMPE BENGUK
DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN
DAUN PEMBUNGKUS YANG BERBEDA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:
ARIEF VENDY SETYAWAN
A 420 110 071

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

KADAR PROTEIN TERLARUT DAN KUALITAS
TEMPE BENGUK DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU
DAN DAUN PEMBUNGKUS YANG BERBEDA
Arief Vendy Setyawan (1), A 420 110 071, Triastuti Rahayu (2),
(1)

Mahasiswa, (2) Staf Pengajar, Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2015. 11 halaman.
ABSTRAK
Tempe benguk dengan penambahan ampas tahu merupakan inovasi dalam
pembuatan tempe. Daun pembungkus tempe yang digunakan antara lain daun
pisang, daun waru dan daun jati, yang masing-masing mempunyai kerakteristik
berbeda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar protein terlarut dan
kualitas tempe benguk dengan penembahan ampas tahu dan daun pembungkus
yang berbeda. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor, faktor 1 yaitu perbandingan koro benguk : ampas tahu
(A0=100%:0%, A1=80%:20%, A2=75%:25%, A3=70%:30%) dan faktor 2 yaitu
daun pembungkus (B1=daun pisang, B2=daun waru, B3=daun jati) dengan 12
perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ampas tahu dan
pembungkus yang berbeda dapat mempengaruhi kadar protein terlarut tempe
benguk. Kadar protein terlarut tertinggi tempe benguk pada perlakuan tempe
benguk dengan perbandingan 70% koro benguk : 30% ampas tahu dan
pembungkus daun jati (A3B3) yaitu sebesar 4,781%. Kadar protein terlarut
terendah tempe benguk pada perlakuan tempe benguk dengan perbandingan 80%

koro benguk : 20% ampas tahu dan pembungkus daun pisang (A1B1) yaitu sebesar
2,637%. Kualitas tempe benguk dengan penambahan ampas tahu dan daun
pembungkus yang berbeda menghasilkan tekstur agak keras-keras, aroma tempe
segar-agak langu dan warna putih rata-tidak rata hingga kecoklatan.

Kata kunci: tempe benguk, ampas tahu, daun pembungkus, protein terlarut,
kualitas tempe.

THE SOLUBLE PROTEIN CONTENT AND QUALITY
OF MUCUNA TEMPE WITH ADDITION TOFU RESIDUE
AND WRAPPER DIFFERENT LEAF
Arief Vendy Setyawan (1), A 420 110 071, Triastuti Rahayu (2),
(1)
College Student, (2) Lecturer, Biology Education Program,
Faculty of Education and Teacher Training,
Muhammadiyah University of Surakarta,
2015, 11 sheet.
ABSTRAK
Mucuna tempe with addition of tofu residue is an innovation in make of
tempe. Wrapper leaf tempe used include banana leaves, hibiscus leaves and leaf

teak, which each have different specific. The purpose of this research was to
determine the levels of soluble protein and mucuna tempe quality with addition
tofu residue and wrapper different leaf. The method used in this reasearch is
Completely Randomized Design (CRD) with two factors, factor 1 is ratio mucuna
seed : tofu residue (A0=100%:0%, A1=80%:20%, A2=75%:25%, A3=70%:30%)
and factor 2 is wrapper leaf (B1=banana leaves, B2=hibiscus leaves, B3=teak
leaves) with 12 treatment. The result of this reasearch has showed that addition
tofu residue and wrapper different leaf can affect the levels of soluble protein
mucuna tempe. The highest soluble protein in the treatment of mucuna tempe with
a ratio of 70% mucuna seed : 30% tofu residue and teak leaf wrappers (A3B3) that
is equal to 4.781%. The lowest soluble protein in the treatment of mucuna tempe
with a ratio of 80% mucuna seed : 20% tofu residue and banana leaf wrappers
(A1B1) that is equal to 2.637%. The quality of mucuna tempe with the addition tofu
residue and different wrapper leaf has texture rather loud-loud, the flavor of fresh
tempeh-bit unpleasant and white color flat-uneven until browned.
Keywords: mucuna tempe, tofu residue, wrapper leaf, soluble protein,
quality tempe.

gembus merupakan hasil dari pengolahan


PENDAHULUAN
Tempe benguk adalah tempe yang

limbah yang masih dianggap kualitasnya

terbuat dari koro benguk sebagai bahan

yang rendah. Oleh karena itu, ampas tahu

dasarnya. Berdasarkan penelitian Mugendi

dengan disubtitusikan pada pembuatan tempe

(2010), isolat protein dari koro benguk

benguk diharapkan dapat meningkatkan nilai

memiliki kandungan yang tinggi dan

ekonomi ampas tahu tersebut.


in vitro lebih bagus

Proses pembuatan tempe selain

dibanding isolat protein kedelai, sehingga

membutuhkan bahan baku, juga dibutuhkan

koro benguk dapat sebagai sumber protein

ragi tempe untuk proses fermentasinya. Ragi

nabati alternatif. Tempe benguk masih belum

tempe juga dikenal sebagai laru atau usar

banyak diproduksi secara luas, sehingga

merupakan kumpulan spora kapang yang


tempe benguk belum sepopuler tempe

digunakan untuk bahan pembibitan dalam

kedelai. Nilai gizi per 100 gram dari tempe

pembuatan tempe. Mikroba yang sering

benguk terutama proteinnya 10,2 gram,

dijumpai pada laru tempe adalah kapang

masih rendah dibanding protein tempe

Rhizopus oligosporus atau kapang dari jenis

kedelai 18,5 gram per 100 gram (Haryoto,

Rhizopus oryzae (Suprihatin, 2010). Produk


2000). Oleh karena itu, perlunya adanya

ragi tempe dapat diperoleh dipasaran sudah

inovasi dalam pembuatan tempe benguk

berupa serbuk yang mengandung spora

untuk menambah nilai gizi dari tempe

kapang.

kecernaan secara

Spora kapang tempe secara alami juga

benguk itu sendiri.
Ampas tahu merupakan limbah padat


dapat ditemukan di permukaan daun waru

sisa pengolahan kedelai menjadi tahu. Ampas

dan daun jati, sehingga daun waru dan daun

tahu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

jati

dasar tempe karena kandungan gizinya yang

pembungkus dengan atau tanpa penambahan

masih tinggi. Direktorat Gizi Departeman

ragi lagi. Ragi tempe sebagai benih kapang

Kesehatan RI (1979) dalam buku Astawan


penting dalam proses fermentasi dalam

(2009), ampas tahu mengandung protein 26,6

pembuatan tempe, karena tanpa ragi bahan

gram per 100 gram. Tempe dari ampas tahu

dasar yang difermentasi akan busuk

ini disebut sebagai tempe gembus. Tempe

(Sarwono, 2010). Kualitas tempe dapat

gembus dipasarkan dalam harga yang

diketahui melalui munculnya miselium-

rendah, hal ini mungkin dikarenakan tempe


miselium pada permukaan bahan dasar

juga

dapat

digunakan

sebagai

tempe secara merata atau tidak. Berdasarkan
penelitian Dewi (2011) daun waru dan daun
jati dapat dipakai sebagai usar yang
mengandung
Rhizopus

Rhizopus

oligosporus


oligosporus.
lebih

banyak

mensintesis enzim protease (pemecah
protein) dibanding dengan Rhizopus oryzae
yang lebih mensintesis alfa amilase (pemecah
pati), sehingga lebih baik digunakan
keduanya dengan konsentrasi R. oligosporus
lebih banyak (Hayati, 2009).
Berdasarkan uraian di atas peneliti
ingin menganalisis kadar protein terlarut dan
kualitas tempe benguk dengan penambahan
ampas tahu dan daun pembungkus yang
berbeda.

Faktor 1: koro benguk : ampas tahu (A)
A0 : Koro benguk 100 % : Ampas tahu 0%
(koro benguk 250 g dan ragi 0,5 g)
A1: Koro benguk 80 % : Ampas tahu 20%
(koro benguk 200 g, ampas tahu 50 g
dan ragi 0,5 g)
A2: Koro benguk 75 % : Ampas tahu 25%
(koro benguk 187,5 g, ampas tahu 62,5
g dan ragi 0,5 g)
A3 : Koro benguk 70 % : Ampas tahu 30%
(koro benguk 175 g, ampas tahu 75 g
dan ragi 0,5 g)
Faktor 2: Daun pembungkus (B)
B1 : Daun pisang
B2 : Daun waru
B3 : Daun jati
Tabel 1. Rancangan Percobaan.
B
B1
B2
A
A0B1
A0B2
A0
A1B1
A1B2
A1
A2 B1
A2 B2
A2
A3 B1
A3 B2
A3

B3
A0B3
A1B3
A2 B3
A3 B3

METODE PENELITIAN
Penelitian

ini

dilaksanakan

di

Laboratorium Biologi FKIP UMS untuk
pembuatan tempe dan uji sensori (tekstur,
aroma dan warna) dan di Laboratorium
Pangan dan Gizi Fakultas Pertanian UNS
untuk uji protein terlarut.
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan rancangan penelitian
menggunakan Rancangan Acak Rengkap
(RAL) pola faktor yang terdiri dari 2 faktor.
Ada 12 kombinasi perlakuan, adapun faktor
perlakuan sebagai berikut:

Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dengan menguji kadar protein
terlarut di Lab. Pangan dan Gizi Fakultas
Pertanian UNS dan uji sensori (warna, aroma,
dan tekstur) pada tempe benguk dengan
penambahan ampas tahu dan daun
pembungkus yang berbeda di Lab. Biologi
FKIP UMS dengan menggunakan panelis
agak terlatih sekitar 20 orang panelis. Uji
protein terlarut akan dianalisis menggunakan
analisis secara kuantitatif dengan uji
normalitas dan homodenitas data untuk
menentukan statistik parametrik atau non

parametrik dengan bentuan aplikasi SPSS
versi 16.0 serta uji sensori tempe benguk
dengan analisis secara diskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian uji protein terlarut
tempe benguk dengan penambahan ampas
tahu dan daun pembungkus berbeda,
diperoleh kadar protein terlarut rata-rata
seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Kadar Protein Terlarut Tempe Benguk dengan Penambahan Ampas Tahu dan
Daun Pembungkus yang Berbeda.
Perlakuan

Rata-rata kadar
protein terlarut
(% wb)

A0B1

2,723

Koro benguk 100% dengan pembungkus daun pisang.

A1B1

2,637*

Koro benguk 80% dan ampas tahu 20% dengan pembungkus daun pisang.

A2 B1

3,760

Koro benguk 75% dan ampas tahu 25% dengan pembungkus daun pisang.

A3 B1

4,277

Koro benguk 70% dan ampas tahu 30% dengan pembungkus daun pisang.

A0B2

3,467

Koro benguk 100% dengan pembungkus daun waru.

A1B2

2,924

Koro benguk 80% dan ampas tahu 20% dengan pembungkus daun waru.

A2B2

3,559

Koro benguk 75% dan ampas tahu 25% dengan pembungkus daun waru.

A3B2

3,781

Koro benguk 70% dan ampas tahu 30% dengan pembungkus daun waru.

A0B3

4,421

Koro benguk 100% dengan pembungkus daun jati.

A1B3

4,147

Koro benguk 80% dan ampas tahu 20% dengan pembungkus daun jati.

A2 B3

4,051

Koro benguk 75% dan ampas tahu 25% dengan pembungkus daun jati.

A3 B3

4,781**

Koro benguk 70 % dan ampas tahu 30% dengan pembungkus daun jati.

Keterangan

Keterangan:
* : protein terendah pembungkus daun pisang.
** : protein tertinggi pembungkus daun pisang.
Uji sensori tempe benguk dengan

keras kompak), aroma (tempe segar, agak

penambahan ampas tahu dan daun

langu, langu) dan warna (putih rata, putih

pembungkus

tidak rata, putih kecoklatan), diperoleh hasil

yang

berbeda

meliputi:

penilaian tekstur (lunak, agak keras kompak,

seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Hasil Uji Sensori Tempe Benguk dengan Penambahan Ampas Tahu dan Daun
Pembungkus yang Berbeda.
Perlakuan

Tekstur

Aroma

Warna

A0B1
A1B1
A2B1
A3B1
A0B2
A1B2
A2B2
A3B2
A0B3
A1B3
A2B3
A3B3

Agak keras kompak
Agak keras kompak
Agak keras kompak
Agak keras kompak
Keras kompak
Agak keras kompak
Agak keras kompak
Agak keras kompak
Keras kompak
Agak Keras kompak
Agak keras kompak
Agak keras kompak

Tempe segar
Tempe segar
Tempe segar
Agak langu
Agak langu
Agak langu
Agak langu
Agak langu
Agak langu
Agak langu
Agak langu
Agak langu

Putih rata
Putih tidak rata
Putih tidak rata
Putih kecokelatan
Putih tidak rata
Putih tidak rata
Putih tidak rata
Putih kecokelatan
Putih tidak rata
Putih kecokelatan
Putih tidak rata
Putih tidak rata

sampel (Purwoko, 2006). Kadar protein

1. Kadar Protein Terlarut
suatu

terlarut dalam tempe benguk dengan

oligopeptida atau asam-asam amino yang

penambahan ampas tahu dan daun

mudah diserap oleh sistem pencernaan

pembungkus berbeda diukur menggunakan

sedangkan,

metode Lowry dengan alat spektrofotometer

Protein

terlarut

protein

adalah

total

merupakan

dengan hasil sebagai berikut:

Rata-rata kadar
protein terlarut (%)

pengukuran kandungan nitrogen (N) dalam
6,000

B1 : Daun Pisang

B2 : Daun Waru

B3 : Daun Jati

4,000
2,000
0,000
A0

A1

A2

A3

Perlakuan

Gambar 1. Grafik Rata-rata Kadar Protein Terlarut Tempe Benguk dengan Penambahan
Ampas Tahu dan Daun Pembungkus yang Berbeda.
Hasil pengujian kadar protein terlarut

pada perlakuan A1B1 (koro benguk 80 % +

yang terlihat pada Gambar 1. menunjukan

ampas tahu 20 % dengan pembungkus daun

bahwa kadar protein terlarut tertinggi 4,781%

pisang). Perbandingan koro benguk dengan

terdapat pada perlakuan A3B3 (koro benguk

ampas tahu kadar protein tertinggi terdapat

70 % + ampas tahu 30 % dengan

pada perbandingan A3 (koro benguk 70 % +

pembungkus daun jati), sedangkan kadar

ampas tahu 30 %), diurutkan dari yang

protein terlarut terendah 2,637% terdapat

tertinggi ke rendah yaitu tempe dengan

pembungkus daun jati, daun waru, daun

kapang Rhizopus oligosporus dan dibantu

pisang.

ragi yang mengandung spora Rhizopus sp.
Ampas tahu memiliki kandungan

protein yang cukup tinggi untuk penambahan

juga, sehingga protein yang dipecah lebih
banyak.

bahan dasar tempe benguk. Dinas Peternakan

Daun waru mengandung kapang

Provinsi Jawa Timur (2011) dalam penelitian

Rhizopus oryzae lebih banyak mensintesis

Noor (2012), terdapat laporan bahwa

alfa amilase yang berfungsi memecah pati,

kandungan ampas tahu yaitu protein 8,66%.

sehingga protein yang terpecah tidak begitu

Hasilnya terlihat pada Gambar 1. bahwa

maksimal (Hayati, 2009). R. arrhizu

semakin banyak konsentarsi ampas tahu yang

mensintesis lipase yang memecah lipid

ditambahkan dapat miningkatkan kadar

menjadi asam lemak dan gliserol (Dobrev,

protein terlarut tempe.

2011). Pada tempe yang dibungkus daun

Daun pembungkus tempe yang

pisang sebagai kontrol dengan fermentasi dari

berbeda mempengaruhi kadar protein terlarut.

ragi yang mengandung R. oligosporus,

Permukaan daun jati dan waru mengandung

mengandung protein terlarut yang hampir

spora kapang yang berbeda. Dewi (2011),

sama tempe yang dibungkus daun waru

isolat dari daun jati ditemukan kapang

seperti yang terlihat pada Gambar.1.

Rhizopus oligosporus dan Olivia (1998)

Mugendi (2010) isolat protein dari

dalam penelitian Dewi (2011), isolat dari

koro benguk memiliki kandungan yang

daun waru ditemukan kapang R. arrhizu dan

tinggi dan kecernaan secara in vitro lebih

R. oryzae. Berbagai kapang tersebut

bagus dibanding isolat protein kedelai. Protein

memungkinan hasil fermentasi yang berbeda

yang terkandung di dalam koro benguk oleh

pula karena perbedaan enzim yang

enzim yang dimiliki Rhizopus sp. protein

dihasilkan.

mudah dipecah menjadi molekul yang lebih

Hayati (2009), R. oligosporus lebih

sederhana sehingga mempengaruhi kadar

banyak mensintesis enzim protease yang

protein yang terlarut. Koro benguk juga

berfungsi sebagai pemecah protein menjadi

memiliki kandungan asam amino esensial

molekul yang lebih sederhana atau asam

yang sangat tinggi sebesar 55,5% persen jauh

amino. Terlihat pada hasil uji kadar protein

lebih tinggi daripada kedelai yang hanya

terlarut tertinggi terdapat pada tempe yang

sebesar 40% (Pranata, 2008 dalam Sudiyo,

dibungkus daun jati yang mengandung

2010).

a

b

c

d

Gambar 2. Perbandingan penampakan trikomata antara daun jati dengan daun waru;
a) trikomata daun jati perbesaran 10 x 4,
b) trikomata daun waru perbesaran 10 x 4,
c) trikomata daun jati perbesaran 10 x 10,
d) trikomata daun waru perbesaran 10 x 10.
Berdasarkan perbandingan trikomata
antara daun jati dan daun waru pada Gambar

2. Kualitas Tempe
a. Tekstur

2. menunjukkan bahwa kerapatan antar

Sarwono (1996) dalam makalah

trikomata daun jati lebih rapat dibandingkan

penelitian Haryoko (2009), tempe yang bagus

dengan trikomata daun waru. Hal ini

yaitu tempe nampak keras dan tidak kering.

memungkinkan spora jamur yang melekat

Hasil rata-rata uji sensori tempe yang paling

pada trikomata daun jati lebih banyak

baik pada perlakuan A0B2 (koro benguk

dibandingkan spora yang melekat pada

100% dengan pembungkus daun waru) dan

trikomata daun waru, sehingga banyaknya

A0B3

jamur yang tumbuh pada tempe yang

pembungkus daun jati) yang memiliki tekstur

dibungkus

dapat

keras kompak. Tekstur perlakuan yang lain

menghasilkan jumlah enzim protease yang

(Tabel 3.) rata-rata memiliki tekstur agak

lebih banyak untuk memecah protein

keras kompak.

daun

jati,

yang

(koro

benguk

100%

dengan

menjadi asam-asam amino. Hasil ini

Menurut Handajani (2008) dalam

ditujukkan pada Gambar 1. dimana protein

penelitian Sudiyono (2010), kandungan

terlarut terbesar terdapat pada tempe yang

karbohidrat yang tinggi menyebabkan koro

dibungkus dengan daun jati.

benguk memiliki tekstur keras, sehingga
pemasakan dilakukan agar teksturnya
menjadi

lunak.

Pada

penelitian

ini,

pemasakan koro benguk dalam pembuatan

tempe benguk dimasak dalam air mendidih

benguk 75% + ampas tahu 25% dengan

selama 30 menit dan 25 menit, belum begitu

pembungkus daun pisang) yang menunjukan

berpengaruh pada tekstur tempe sehingga

aroma tempe segar, sedangkan pada

perlu waktu yang lebih lama lagi.

perlakuan yang lain memiliki aroma tempa

Tempe benguk dengan penambahan

agak langu.

ampas tahu dapat mengurangi tekstur tempe

Aroma langu pada tempe dipengaruhi

benguk yang keras. Menurut Fairuji (2013),

oleh proses fermentasi yang berjalan terlalu

tempe dari bahan dasar ampas tahu

lama mengakibatkan suhu fermentasi juga

mempunyai tekstur yang lebih lembut dan

naik. Suhu yang tinggi ini mengakibatkan

kenyal dibandingkan tempe yang berasal dari

meningkat proses hidrolisis suatu senyawa

kedele.

oleh

kapang

Rhizopus

sp.

yang

kompak

mengakibatkan aroma langu pada tempe.

dipengaruhi oleh miselia jamur yang

Aroma langu diakibatkan juga oleh enzim

menghubungkan antara biji-biji atau bahan

lipoksidase pada kedelai yang menguraikan

dasar tempe (Fairuji, 2013). Winarno (2005)

lemak kedelai menjadi senyawa-senyawa

dalam penelitian Asngad (2011), tempe yang

penyebab bau langu (Koswara, 2009). Hal ini

baik dan bermutu tinggi seharusnya memiliki

berarti bahan tambahan ampas tahu yang

flavor, aroma dan tekstur yang khusus dan

berasal dari kedelai dapat mempengaruhi

sangat karakteristik, harus padat dengan

aroma tempe benguk.

Tekstur

tempe

yang

jahitan misellia yang rapat dan kompak. Hal

Pembungkus tempe dari daun pisang

ini menunjukkan kualitas tempe benguk

dapat mengurangi bau langu pada tempe. Hal

disemua perlakuan berdasarkan tekstur masih

ini dibuktikan dengan adanya tiga perlakuan

termasuk dalam kualitas baik.

pembuatan tempe benguk (A0B1, A1B1 dan

b. Aroma

A2B1) yang beraroma tempe segar. Mastuti

Hasil uji sensori aroma yang

(2014), daun pisang mengandung senyawa

ditunjukkan pada Tabel 3. penilaian

flavor yang dapat memberikan aroma khas,

terbanyak terdapat pada perlakuan. Pada

sehingga daun pisang yang digunakan

perlakuan A0B1 (koro benguk 100% dengan

sebagai pembungkus dapat memberikan

pembungkus daun pisang), A1B1 (koro

aroma khas tempe. Hal ini menunjukkan

benguk 80% + ampas tahu 20% dengan

kualitas tempe dengan daun pembungkus

pembungkus daun pisang) dan A2B1 (koro

daun pisang lebih memberi aroma khas

pembungkus daun jati) dan A2B1 (koro

tempe segar.

benguk 75% + ampas tahu 25% dengan
pembungkus daun pisang) yang berwarna

c. Warna
Uji sensori warna yang ditunjukkan

putih kecoklatan dan pada perlakuan yang

pada Tabel 3. pada perlakuan A3B2 (koro

lain (Tabel 3.) berwarna putih agak

benguk 70% + ampas tahu 30% dengan

kecoklatan, kecuali perlakuan A0B1 (koro

pembungkus daun waru), A1B3 (koro benguk

benguk 100% dengan pembungkus daun

80% + ampas tahu 20% dengan

pisang) yang berwarna putih rata.

Gambar 3. Hasil Fermentasi Tempe Benguk dengan Penambahan Ampas Tahu dan Daun
Pembungkus yang Berbeda.
a), b), c) dan d) dibungkus dengan daun pisang
e), f), g) dan h) dibungkus dengan daun waru
i), j), k) dan l) dibungkus dengan daun jati
a), e) dan i) koro benguk 100%
b), f) dan j) koro benguk 80% : ampas tahu 20%
c), g) dan k) koro benguk 75% : ampas tahu 25%
d), h) dan l) koro benguk 70% : ampas tahu 30%.
Kasmidjo (1990) dalam penelitian
Astuti (2009), mutu tempe yang baik harus

menjadikan tempe memiliki tekstur kompak,
seperti yang terlihat pada Gambar 3.

memenuhi syarat secara fisik dan kimiawi.

Tempe benguk dengan penambahan

Tempe dikatakan memiliki mutu fisik jika

ampas tahu, dilihat dari hasil fermentasi

memiliki ciri-ciri warna putih, tekstur tempe

mengahasilkan tempe kecoklatan dan tidak

kompak dan rasa serta aroma khas tempe.

rata seperti yang terlihat pada Gambar 3. Hal

Warna putih disebabkan adanya miselia

ini dipengaruhi oleh warna koro benguk dan

kapang yang tumbuh di permukaan biji,

ampas tahu yang memiliki warna dasar

menghubungkan

kecoklatan.

antar

biji

sehingga

Daun pembungkus pada daun jati dan

menghasilkan tekstur agak keras -keras,

waru memiliki tekstur permukaan yang lebih

aroma tempe segar-agak langu dan warna

kasar daripada pembungkus daun pisang

putih rata-tidak rata hingga kecoklatan.

yang memiliki lapisan lilin. Daun jati
memiliki trikomata (bulu halus) dan kelenjar

SARAN

rambut di bagian permukaan bawahnya

Korelasi populasi jamur tempe pada

(Novitasari, 2010). Permukaan bawah daun

daun pembungkus tempe dengan kualitas

waru, juga memiliki trikomata (bulu halus)

tempe dan korelasi kerapatan trikomata pada

yang dilekati spora dan miselium kapang

daun pembungkus tempe dengan kualitas

(Sarwono, 2010). Permukaan daun yang

tempe perlu penelitian lebih lanjut. Ampas

kasar mengakibatkan miselium kapang

tahu yang ditambahkan dalam pembuatan

tempe

daun

tempe benguk dapat dicoba dalam bentuk

pembungkusnya sehingga tempe kelihatan

tepung ampas tahu dengan pencampuran

berwarna putih tidak rata, seperti yang terlihat

pada ragi tempe.

ikut

melekat

pada

pada Gambar 3. Hal ini menunjukkan

Faktor perbedaan lama fermentasi

kualitas tempe dengan daun pembungkus

tempe dapat ditambahkan untuk mengetahui

yang berbeda tidak begitu mempengaruhi

pengaruh lama fermentasi pada daun

warna tempe yang dilihat dari miselium

pembungkus

kapang.

perendaman biji koro benguk dapat

yang

berbeda.

Lama

diperlama lagi untuk memperoleh tekstur
tempe yang tidak begitu keras. Penggunaan

SIMPULAN
Ada pengaruh penambahan ampas

daun pembungkus yang mengandung

tahu dan daun pembungkus yang berbeda

trikoma dapat digunakan daun dari tumbuhan

terhadap kadar protein terlarut tempe benguk.

dengan familia Cucurbitaceae yang berdaun

Protein terlarut tertinggi 4,781% dengan

lebar.

perbandingan konsentari bahan baku 70%
koro benguk dan 30% ampas tahu dengan
pembungkus daun jati.
Kualitas fisik tempe benguk dengan
penambahan penambahan ampas tahu dan
daun

pembungkus

yang

berbeda

DAFTAR PUSTAKA
Asngad, Aminah, Suparti dan Priyonggo
Budi Laksono. 2011. “Uji Kadar Serat,
Karbohidrat, dan Sifat Organoleptik
Pada Pembuatan Tempe Dari Bahan
Dasar Kacang Merah (Vigna
umbellate) dengan Penambahan
Bekatul”. Jurnal Penelitian Sains dan
Teknologi. 12 (1): 23 - 36.
Astawan, Made. 2009. Sehat Dengan
Hidangan Kacang Dan Biji-bijian.
Jakarta: Penebar Swadaya. Hal: 133.
Astuti, Nurita Puji. 2009. “Sifat Organoleptik
Tempe Kedelai yang Dibungkus
Plastik, Daun Pisang dan Daun Jati”.
Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dewi, Ratna Stia dan Saefuddin Aziz. 2011.
" Isolasi Rhizopus Oligosporus Pada
Beberapa Inokulum Tempe
Di
Kabupaten
Banyumas".
Jurnal
Molekul. 6 (2): 93 - 104 .
Dobrev, G., B. Zhekova, P. nedelcheva, R.
chochkov and A. Krastanov. 2011.
Characterization Of Crude Lipase From
Rhizopus arrhizus And Purification Of
Multiplicity Forms Of The Enzyme.
Biotechnology & Biotechnological.
25(1): 2295-2300.
Fairuji, Dede. 2013. “Agribisnis Tempe
Analisis Diversifikasi Produk”. Laporan
Kegiatan On Farm. Jember: Politeknik
Negeri
Jember
dan
Pusat
Pengembangan Dan Pemberdayaan
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Pertanian.

Haryoto. 2000. Teknologi Tepat Guna
Tempe Benguk. Yogyakarta: Kanisius.
Hal: 12-19.
Hayati, Salma. 2009. “Pengaruh Waktu
Fermentasi Terhadap Kualitas Tempe
Dari Biji Nangka (Arthocarpus
heterophyllus) dan Penentuan Kadar
Zat Gizinya. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Koswara, Sutrisno. 2009. “Teknologi
Pengolahan Kedelai (Teori dan
Praktek)”.
http://tekpan.unimus.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/TeknologiPengolahan-Kedelai-Teori-danPraktek.pdf. Diakses Minggu, 7
Februari 2015 pukul 23.15 WIB.
Kusnanto, Febri Agus Sutanto dan H. R.A.
Mulyani. 2013. “Pengaruh Waktu
Fermentasi Terhadap Kadar Protein dan
Daya Terima Tempe Dari Biji Karet
(Hevea brasiliensis) Sebagai Sumber
Belajar Biologi SMA Pada Materi
Bioteknologi Pangan”. Bioedukasi.
Vol. 4 (1): 21-27.
Mastuti, Titri Siratantri, dan Ratna Handayani.
2014. “Senyawa Kimia Penyusun
Ekstrak Ethyl Asetat Dari Daun Pisang
Batu Dan Ambon Hasil Distilasi Air”.
Prosiding SNST ke-5. Semarang:
Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
Mugendi, J. B. W., Njagi E. N. M., Kuria, E.
N., Mwasaru, M. A., Mureithi, J. G. and
Apostolides, Z. 2010. “Nutritional
quality and physicochemical properties
of Mucuna bean (Mucuna pruriens L.)
protein isolates”. International Food
Research Journal. 17: 357-366.

Noor, Tami Fara Dilla. 2012. “Pemanfaatan
Tepung Ampas Tahu Pada Pembuatan
Produk Cookies (Chocolate Cookies,
Bulan Sabit Cookies, dan Pie Lemon
Cookies)”. Proyek Akhir. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Novitasari, Dewi dan A. Padmitasari K. A.
2010. “Pembuatan Serbuk Zat Warna
Alami Tekstil Dari Daun Jati Dengan
Metode Spray Dryer”. Laporan Tugas
Akhir. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Purwoko, Tjahjadi Dan Noor Soesanti
Handajani. 2006. “Kandungan Protein
Total Dan Terlarut Kecap Manis Tanpa
Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi
R. oryzae Dan R. oligosporus”.
Penelitian Dosen Muda.Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Sarwono, Bambang. 2010. Usaha Membuat
Tempe dan Oncom. Jakarta: PT. Niaga
Swadaya. Hal: 29-30.
Sudiyono. 2010. “Penggunaan Na2HCO3
Untuk Mengurangi Kandungan Asam
Sianida (HCN) Koro Benguk Pada
Pembuatan Koro Benguk Goreng”.
Agrika. 4 (1): 48-53.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Press. Hal 40-41.

Dokumen yang terkait

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KORO PEDANG DENGAN PENAMBAHAN BEKATUL DAN KONSENTRASI Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Koro Pedang Dengan Penambahan Bekatul Dan Konsentrasi Ragi Tempe Yang Berbeda.

0 5 10

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KORO PEDANG DENGAN PENAMBAHAN BEKATUL DAN KONSENTRASI Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Koro Pedang Dengan Penambahan Bekatul Dan Konsentrasi Ragi Tempe Yang Berbeda.

0 6 17

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KOMPOSISI KORO BENGUK DAN BEKATUL PADA VARIASI Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Komposisi Koro Benguk Dan Bekatul Pada Variasi Daun Pembungkus.

0 2 9

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KOMPOSISI KORO BENGUK DAN BEKATUL PADA VARIASI Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Komposisi Koro Benguk Dan Bekatul Pada Variasi Daun Pembungkus.

0 2 15

PENDAHULUAN Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Komposisi Koro Benguk Dan Bekatul Pada Variasi Daun Pembungkus.

0 2 5

DAFTAR PUSTAKA Kadar Protein Dan Kualitas Tempe Komposisi Koro Benguk Dan Bekatul Pada Variasi Daun Pembungkus.

0 4 5

KADAR PROTEIN TERLARUT DAN KUALITAS TEMPE BENGUK DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN Kadar Protein Terlarut Dan Kualitas Tempe Benguk Dengan Penambahan Ampas Tahu Dan Daun Pembungkus Yang Berbeda.

0 3 15

PENDAHULUAN Kadar Protein Terlarut Dan Kualitas Tempe Benguk Dengan Penambahan Ampas Tahu Dan Daun Pembungkus Yang Berbeda.

0 2 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Protein Terlarut Dan Kualitas Tempe Benguk Dengan Penambahan Ampas Tahu Dan Daun Pembungkus Yang Berbeda.

0 2 16

DAFTAR PUSTAKA Kadar Protein Terlarut Dan Kualitas Tempe Benguk Dengan Penambahan Ampas Tahu Dan Daun Pembungkus Yang Berbeda.

0 3 4