HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN FREKUENSI KEJANG PADA PASIEN EPILEPSI DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Frekuensi Kejang Pada Pasien Epilepsi Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN FREKUENSI KEJANG
PADA PASIEN EPILEPSI DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Disusun Oleh :
RESKY AULIA NISA
J500110080
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN FREKUENSI KEJANG
PADA PASIEN EPILEPSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Resky Aulia Nisa, Ani Rusnani Fibriani, Budi Hernawan
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang: Epilepsi sudah dikenal masyarakat sejak abad ke-19, namun
pemahaman mengenai penyakit ini masih sangat kurang sehingga penderita
penyakit epilepsi tidak terdiagnosa dan tidak mendapat pelayanan dengan baik.
Epilepsi dapat ditemukan di semua usia dan dapat menyebabkan mortalitas,
paling banyak ditemukan di negara berkembang dibandingkan di negara maju
yang disebabkan oleh berbagai macam faktor risiko seperti gangguan infeksi
sistem saraf pusat, faktor lainnya yang dapat mempengaruhi terjadinya bangkitan
berhubungan dengan tidur yaitu kurang tidur. Tidur merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi untuk proses pemulihan tubuh.
Kualitas tidur merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mempertahankan
agar tetap tertidur, mendapatkan jumlah jam tidur yang cukup, dan merasakan
kelelapan dalam tidurnya. Pasien epilepsi mempunyai keterkaitan dengan tidur
begitu pula sebaliknya tidur dapat mempengaruhi terjadinya serangan pada
pasien epilepsi, sehingga terdapat hubungan yang timbal balik diantara
keduanya dan berdampak terhadap kualitas hidup penderita epilepsi.
Tujuan: Menjelaskan hubungan antara Kualitas Tidur dengan frekuensi kejang
pada pasien epilepsi di RSUD Dr. Moewardi.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
didapatkan 44 pasien, terdiri dari 22 pasien dengan kualtas tidur yang baik dan
22 pasien dengan kualitas tidur yang buruk. Pengambilan sampel dengan
menggunakan cara non random sampling.
Hasil: Analisa data menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p=0,003
(p1 (70,45%) lebih banyak
dari penelitian Sammaritano (2001),
dibandingkan
yang ditinjau dari jenis kejang, onset
kejang 1,
hubungan
dengan
pada
tidur
pasien
yang
dengan
yang
telah
analisa
tidur
kejang
berhubungan
Pada pasien epilepsi keluhan
yang
buruk
frekuensi
mana
dapat
umum yang sering dijumpai yaitu
meningkatkan risiko sebesar 10 kali
kantuk siang hari yang berlebihan,
terutama
bermasalah terhadap pemeliharaan
dengan kontrol kejang yang buruk.
pada
pasien
epilepsi
tidur, dan kualitas tidur yang buruk
(Yazdi et al., 2013). Epilepsi dan
DAFTAR PUSTAKA
pengobatannya juga berpengaruh
Agustin D. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Tidur
pada Pekerja Shift di PT
Krakatau Tirta Industri
Cilegon. Depok: Universitas
Indonesia
terhadap kualitas tidur, yang dapat
berefek pada perilaku, fungsi kognitif
dan mengontrol kejang. Kurang tidur
merupakan
salah
satu
pemicu
penting bagi terjadinya serangan
epilepsi (Aneja dan Gupta, 2005).
Berdasarkan hasil yang telah
diterangkan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa kualitas tidur
yang buruk mempunyai pengaruh
terhadap
terjadinya
bangkitan
kejang pada penderita epilepsi, dan
Al-Biltagi. M. A., et al.,2014.
Chldhood
Epilepsy
and
Sleep. World Journal of
Clinical Pediatrics. 3 : 45-47
Aneja S and Gupta M. 2005. Sleep
and Childhood Epilepsy.
Indian Journal of Pediatrics.
72: 687-689
BA
Malow. 2002. Sleep and
Epilepsy: Something Else We
Did Not Know. Neurology.
59:48-49
Purwanto S. 2008. Mengatasi
Insomnia dengan Terapi
Relaksasi. Jurnal Kesehatan.
1:141-45
Chen. N. C., et al., 2011. Sleep
Quality
and
Daytime
Sleepiness in Patients with
Epilepsy. Acta Neurologica
Taiwanica. 20 : 249-251
Silbernagl S dan Lang F. 2006. Teks
dan
Atlas
Berwarna
Patofisiologi. Jakarta.EGC
Hantoro. R., 2013. Buku Pintar
Keperawatan
Epilepsi.
Yogyakarta : Cakrawa Ilmu
Lumbantobing
M.
S.,
2008.
Gangguan Tidur. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia. Pp 15.
Notoatmodjo S., 2012. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta. Pp
168-199
Prayitno. A., 2002. Gangguan Pola
Tidur Pada Kelompok Usia
Lanjut
dan
Penatalaksanaanya. Jurnal
Kedokter Trisakti. 21 :23-25
Vendrame. M., et al., 2013.
Insomnia and Epilepsy : A
Questionnaire-Based Study.
Journal of Clinical Sleep
Medicine. 9 :
WHO., 2012. Neurological Disorders
Public Health Challenges.
Pp. 56-57
Wickboldt. A. W., et al., 2012. Sleep
Physiology, Abnormal States,
and
Therapeutic
Interventions.
Academic
Division
of
Ochsner
Foundation. 12 : 123-125
Yazdi. Z, Haghighi. K. S, Naimian. S,
Zohal. M. A, Ghaniri. M.
2013. Prevalence of Sleep
Disorders and theirn Effects
on Sleep Quality in Epileptic
Patients. Basic and Clinical
Nouroscience. 4 : 37-39
PADA PASIEN EPILEPSI DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Disusun Oleh :
RESKY AULIA NISA
J500110080
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN FREKUENSI KEJANG
PADA PASIEN EPILEPSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Resky Aulia Nisa, Ani Rusnani Fibriani, Budi Hernawan
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang: Epilepsi sudah dikenal masyarakat sejak abad ke-19, namun
pemahaman mengenai penyakit ini masih sangat kurang sehingga penderita
penyakit epilepsi tidak terdiagnosa dan tidak mendapat pelayanan dengan baik.
Epilepsi dapat ditemukan di semua usia dan dapat menyebabkan mortalitas,
paling banyak ditemukan di negara berkembang dibandingkan di negara maju
yang disebabkan oleh berbagai macam faktor risiko seperti gangguan infeksi
sistem saraf pusat, faktor lainnya yang dapat mempengaruhi terjadinya bangkitan
berhubungan dengan tidur yaitu kurang tidur. Tidur merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi untuk proses pemulihan tubuh.
Kualitas tidur merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mempertahankan
agar tetap tertidur, mendapatkan jumlah jam tidur yang cukup, dan merasakan
kelelapan dalam tidurnya. Pasien epilepsi mempunyai keterkaitan dengan tidur
begitu pula sebaliknya tidur dapat mempengaruhi terjadinya serangan pada
pasien epilepsi, sehingga terdapat hubungan yang timbal balik diantara
keduanya dan berdampak terhadap kualitas hidup penderita epilepsi.
Tujuan: Menjelaskan hubungan antara Kualitas Tidur dengan frekuensi kejang
pada pasien epilepsi di RSUD Dr. Moewardi.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
didapatkan 44 pasien, terdiri dari 22 pasien dengan kualtas tidur yang baik dan
22 pasien dengan kualitas tidur yang buruk. Pengambilan sampel dengan
menggunakan cara non random sampling.
Hasil: Analisa data menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p=0,003
(p1 (70,45%) lebih banyak
dari penelitian Sammaritano (2001),
dibandingkan
yang ditinjau dari jenis kejang, onset
kejang 1,
hubungan
dengan
pada
tidur
pasien
yang
dengan
yang
telah
analisa
tidur
kejang
berhubungan
Pada pasien epilepsi keluhan
yang
buruk
frekuensi
mana
dapat
umum yang sering dijumpai yaitu
meningkatkan risiko sebesar 10 kali
kantuk siang hari yang berlebihan,
terutama
bermasalah terhadap pemeliharaan
dengan kontrol kejang yang buruk.
pada
pasien
epilepsi
tidur, dan kualitas tidur yang buruk
(Yazdi et al., 2013). Epilepsi dan
DAFTAR PUSTAKA
pengobatannya juga berpengaruh
Agustin D. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Tidur
pada Pekerja Shift di PT
Krakatau Tirta Industri
Cilegon. Depok: Universitas
Indonesia
terhadap kualitas tidur, yang dapat
berefek pada perilaku, fungsi kognitif
dan mengontrol kejang. Kurang tidur
merupakan
salah
satu
pemicu
penting bagi terjadinya serangan
epilepsi (Aneja dan Gupta, 2005).
Berdasarkan hasil yang telah
diterangkan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa kualitas tidur
yang buruk mempunyai pengaruh
terhadap
terjadinya
bangkitan
kejang pada penderita epilepsi, dan
Al-Biltagi. M. A., et al.,2014.
Chldhood
Epilepsy
and
Sleep. World Journal of
Clinical Pediatrics. 3 : 45-47
Aneja S and Gupta M. 2005. Sleep
and Childhood Epilepsy.
Indian Journal of Pediatrics.
72: 687-689
BA
Malow. 2002. Sleep and
Epilepsy: Something Else We
Did Not Know. Neurology.
59:48-49
Purwanto S. 2008. Mengatasi
Insomnia dengan Terapi
Relaksasi. Jurnal Kesehatan.
1:141-45
Chen. N. C., et al., 2011. Sleep
Quality
and
Daytime
Sleepiness in Patients with
Epilepsy. Acta Neurologica
Taiwanica. 20 : 249-251
Silbernagl S dan Lang F. 2006. Teks
dan
Atlas
Berwarna
Patofisiologi. Jakarta.EGC
Hantoro. R., 2013. Buku Pintar
Keperawatan
Epilepsi.
Yogyakarta : Cakrawa Ilmu
Lumbantobing
M.
S.,
2008.
Gangguan Tidur. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia. Pp 15.
Notoatmodjo S., 2012. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta. Pp
168-199
Prayitno. A., 2002. Gangguan Pola
Tidur Pada Kelompok Usia
Lanjut
dan
Penatalaksanaanya. Jurnal
Kedokter Trisakti. 21 :23-25
Vendrame. M., et al., 2013.
Insomnia and Epilepsy : A
Questionnaire-Based Study.
Journal of Clinical Sleep
Medicine. 9 :
WHO., 2012. Neurological Disorders
Public Health Challenges.
Pp. 56-57
Wickboldt. A. W., et al., 2012. Sleep
Physiology, Abnormal States,
and
Therapeutic
Interventions.
Academic
Division
of
Ochsner
Foundation. 12 : 123-125
Yazdi. Z, Haghighi. K. S, Naimian. S,
Zohal. M. A, Ghaniri. M.
2013. Prevalence of Sleep
Disorders and theirn Effects
on Sleep Quality in Epileptic
Patients. Basic and Clinical
Nouroscience. 4 : 37-39