HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
AMALIA KARTIKA SYAFRI
J410131024

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI
Amalia Kartika Syafri*, Giat Purwoatmojo**, Sri Darnoto***
*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS,
***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS

ABSTRAK
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor risiko
penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik
rumah dengan kejadian Tuberkulosis paru (TB paru) di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak
Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode surve analitik dengan rancangan kasus kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TB paru dan bukan penderita TB paru yang
berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis
menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan
dengan kejadian TB Paru p value = 0,003 dan OR 8,125. Tidak ada hubungan antara luas ventilasi
p value = 0,230, kelembaban p value = 0,319, kepadatan hunian konstan, jenis lantai konstan, dan
jenis dinding p value = 0,230. Disarankan pada pihak-pihak terkait untuk berpartisipasi dalam
mengurangi kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.
Kata kunci


: Kondisi fisik rumah, TB Paru

ABSTRACT
Tuberculosis is a direct contagion that caused by Mycrobacterium Tuberculosis. Houses without
health requirement are one of risk factor of pulmonary tuberculosis. This study determines
correlation between physical condition of houses with the event of pulmonary tuberculosis cases in
work area of health center in Ngemplak Boyolali. This research is survey analytic study with case
control studies. The population were patients with pulmonary TB and non pulmonary TB,
amounting to 38 people. Sampling technique applied total sampling. Analysis by using Chi-square
test shows that there are correlations of lighting intensity with pulmonary TB cases p value =
0,003 and OR 8,125. No correlation between ventilation vast p value = 0,230, humidity p value =
0,319, population density constant, floor types constant, and wall types p value = 0,230. It is
advised that relevant parties to participate in reducing pulmonary TB cases in work area of Health
Center in Ngemplak Boyolali.
Key words : Physical House Condition, TB Paru

Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiya Surakarta

1


ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali

PENDAHULUAN
World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa situasi
Tuberkulosis (TB) dunia semakin
memburuk, dimana jumlah kasus TB
meningkat dan banyak yang tidak
berhasil
disembuhkan.
WHO
mencanangkan TB sebagai kegawatan
dunia (Global Emergency), terutama
karena
epidemi
Human

Immunodeficiency
Virus/Acquired
Immuno
Deficiency
Syndrome
(HIV/AIDS) dan kasus Multi Drug
Resistance (MDR) (Depkes RI, 2009).
Diperkirakan
sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi TB
Paru dengan menyerang 10 juta orang
dan menyebabkan 3 juta kematian
setiap tahun. Di negara maju, TB paru
menyerang 1 per 10.000 populasi. TB
paru paling sering menyerang
masyarakat Asia, Cina, dan India
Barat. Demikian juga, kematian
wanita akibat TB lebih banyak dari
pada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas. Sekitar 75%

pasien TB merupakan kelompok usia
yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Diperkirakan seorang
pasien TB dewasa, akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya tiga sampai
empat bulan. Hal tersebut berakibat
pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika
ia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial,
seperti stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat. Orang lanjut usia, orang
yang malnutrisi, atau orang dengan
penekanan sistem imun (infeksi HIV,
diabetes melitus, terapi kortikosteroid,
alkoholisme, limfoma intercurrent)


lebih mudah terkena (Kemenkes RI,
2011).
Menurut
WHO
dalam
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Direktorat
Jenderal
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
(2011),
Indonesia sekarang berada pada
ranking kelima negara dengan beban
TB tertinggi di dunia. Estimasi
prevalensi TB semua kasus sebesar
660,000 dan estimasi insidensi

berjumlah 430,000 kasus baru per
tahun. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 61,000 kematian per
tahunnya.
Meskipun memiliki beban
penyakit TB yang tinggi, Indonesia
merupakan negara pertama diantara
High Burden Country (HBC) di
wilayah WHO South-East Asian yang
mampu mencapai target global TB
untuk deteksi kasus dan keberhasilan
pengobatan pada tahun 2006. Pada
tahun
2009,
tercatat
sejumlah
sejumlah 294.732 kasus TB telah
ditemukan dan diobati (data awal Mei
2010) dan lebih dari 169.213
diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan

demikian, Case Notification Rate
untuk TB BTA+ sebesar 73 per
100.000 (Case Detection Rate 73%).
Rerata pencapaian angka keberhasilan
pengobatan selama 4 tahun terakhir
sekitar 90% dan pada kohort tahun
2008 mencapai 91%. Pencapaian
target global tersebut merupakan
tonggak
pencapaian
program
pengendalian TB nasional yang utama
(Kemenkes, 2011).
Pada tahun 2013 ditemukan
jumlah kasus baru BTA positif
(BTA+) sebanyak 196.310 kasus,
menurun bila dibandingkan kasus baru
BTA+ yang ditemukan tahun 2012
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiya Surakarta


2

ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali

yang sebesar 202.301 kasus. Jumlah
kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di provinsi dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Kasus baru BTA+ di tiga provinsi
tersebut hampir sebesar 40% dari
jumlah seluruh kasus baru di
Indonesia (Depkes, 2014).
Prevalensi Tuberkulosis per
100.000 penduduk Provinsi
Jawa

Tengah tahun 2013 sebesar 60,68
lebih rendah dibanding tahun 2012
(106,42). Prevalensi tuberkulosis
tertinggi berada di Kota Magelang
(265,14 per 100.000 penduduk) dan
terendah di Kabupaten Boyolali
(22,38 per 100.000 penduduk) (Dinkes
Jawa Tengah, 2014).
Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun
2013, jumlah pasien TB paru jumlah
pasien TB sebanyak 404 kasus. Dari
404 kasus tersebut 213 pasien berobat
di puskesmas dan 191 pasien berobat
di rumah sakit. Di Kabupaten Boyolali
terdapat 29 puskesmas yang tersebar
di 19 kecamatan. Dari 29 puskesmas
tersebut,
puskesmas
Ngemplak

merupakan
puskesmas
yang
mempunyai jumlah kasus dan
penemuan TB tertinggi di Kabupaten
Boyolali dengan jumlah kasus 20
pasien pada rentang waktu Januari
hingga Desember 2013 ( Dinkes
Kabupaten Boyolali, 2014).
Kesehatan
perumahan
merupakan kondisi fisik, kimia, dan
biologik di lingkungan rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan
penghuni
atau
masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Menurut profil kesehatan
Kabupaten Boyolali tahun 2013,
jumlah rumah yang ada sebanyak

221.886 unit, sedangkan kategori
rumah yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 4.352 rumah
(66,10%) dari 6.584 rumah yang
dilakukan pemeriksaan. Sisanya 2.232
belum memenuhi syarat kesehatan.
Dari rumah yang belum memenuhi
syarat
kesehatan
tersebut,
kemungkinan besar terdapat penderita
TB paru.
Dari hasil penelitian Rosiana
(2012) didapatkan
bahwa
ada
hubungan yang signifikan antara jenis
lantai, jenis dinding, intensitas
pencahayaan, kelembaban dengan
kejadian TB paru. Tidak ada
hubungan antara kepadatan hunian
ruang tidur dan luas ventilasi dengan
kejadian TB paru.
Dari
Hasil
penelitian
Mayangsari dan Korneliani (2013)
penelitian menunjukkan rata-rata usia
responden 40-45 tahun, responden
laki-laki 38% dan perempuan 62%.
menunjukkan bahwa ada hubungan
kepadatan hunian, ada hubungan
kepadatan kamar tidur, ada hubungan
jendela kamar tidur, ada hubungan
ventilasi dengan kejadian TB Paru.
METODE
Jenis penelitian adalah penelitian
Survei Analitik, dengan rancangan Case
Control untuk membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
status paparannya. Lokasi penelitian ini
adalah di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali yang dilaksanakan
pada bulan Januari 2015.
Populasi kasus pada penelitian ini
adalah
seluruh
penderita
yang
dinyatakan tuberkulosis paru BTA + yang
datang ke puskesmas dan bertempat
tinggal diwilayah Kecamatan Ngemplak
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiya Surakarta

3

ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali

dan tercatat di register TB UPK
Puskesmas Ngemplak Boyolali pada
periode Januari 2014 – Oktober 2014
sebanyak 19 orang. Tehnik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode Total
Sampling Dengan perbandingan antara
kasus : kontrol = 1:1, dimana sampel
terdiri dari 19 responden sebagai
kelompok kasus dan 19 responden sebagai
kelompok kontrol, sehingga jumlah sampel
secara keseluruhan adalah 38 sampel,
dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi
a. Kelompok kasus
:
Seluruh
penderita TB Paru yang berusia >
15 tahun dan dinyatakan dengan
BTA + yang bertempat tinggal di
wilayah
kerja
Puskesmas
Ngemplak Boyolali
b. Kelompok kontrol : orang terdekat
dari penderita kasus yang
bermukim di sekitar rumah
penderita TB paru yang tidak
menderita TB paru dan memiliki
kondisi lingkungan yang sama
dengan penderita TB paru.
2. Kriteria Ekslusi
Penderita TB Paru BTA + yang tidak
bersedia untuk menjadi responden
atau telah pindah dari wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak Boyolali.
Adapun analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat dilakukan
untuk mengetahui distribusi frekuensi
dan presentase setiap variabel yang
kemudian disajikan dalam bentuk
tabel dan di interpretasikan. Pada
analisis bivariat, dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan
atau menggunakan uji statistik Chi
Square
(Χ2)
dengan
derajat
kepercayaan 95% (α=0,05). Hubungan
dikatakan bermakna apabila P

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 2 7

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Gambaran Kondisi Fisik Rumah Pasien Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Karanganyar.

0 2 16

Gambaran Kondisi Fisik Rumah Pasien Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Karanganyar Gambaran Kondisi Fisik Rumah Pasien Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Karanganyar.

0 1 12

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPOR 1

0 0 62