Disfagia pada Kelainan Sistem Saraf Pusat08052017101012

1i

Snow JB' BronchoesoPhagologY
Head

of

OtorhinolarYngologY

Manual
ln Ballenger's
Neck SurgerY

and

Disfagia Pada Kelainan Sistem Saraf Pusat
Yuliarni Syafrita
Bagian Neurologi FK-Unand/RS DR M Djamil Padang

ZOO3;P 554-555'


Pendahuluan

Disfagia adalah gangguan menelan, baik yang di dapat
maupun bawaan, dapat disebabkan oleh gangguan struktural
dan fungsional yang mengakibatkan kesulitan dalam
memindahkan makanan dan atau cairan dari rongga mulut
ke rongga perut.r'2 Sayangnya disfagia adalah gangguan
neuromuskular yang masih belum mendapat perhatian serius,
meskipun konsekuensinya sering berhubungan dengan
tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas akibat berbagai
komplikasi yang diakibatkannya.
Secara klinis, disfagia dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis utama: disfagia orofaring, disfagia esofagus, dan disfagia

fungsional. Namun disini kita akan menyingung hany.a
disfagia orofarigeal, karena ini yang berhubungan dengan
kelainan pada sistem persarafan terutama sistem saraf pusat.

Diperkiraan prevalensi disfagia orofaringeal bervariasi
secara luas (mulai dari 10% sampai 8O%) sesuai dengan


metode skrining yang digunakan dan jents

populasi
penelitian3. Disfagia sering ditemukan pada berbagai penyakit
neurologi, seperti Penyakit Parkinson, Multipel Sklerosis (MS),
Amiotropik Laterosklerosis(AlS), Alzheimer dan yang paling
sering terjadi pada Stroke2a.

Berikut Tabel penyakit Neuro yang berhubungan dengan
kejadan disfagia (tabel

124\'{,r::;li?"i#;!f ;!i'

1)a

"*r::';li#::!;ilwlns

5


E E "! d

i -E E E

Ei E d E H E E E P P rt Sh
'HE*6#Hq;399,p.
Or: cOl 6.>r.Y-rr O_ rr
_ cP
-c
(o; X !8t
-T) y-.(/)
cda=;8
E#=PEP
;*kE:E6Eb'EP
;i s€
pt:,=pEe-Fix5;-st sI"
sSE#s€es€=ri=*
CL
: u
;-Y

X cD
tgoY;p_'_?sbr
,o o.r] g= b c?:
a._
: ro
r=."' o
; i'o
i r- _.;

E 9,3 S E

#

8EI
:$tr-sP.
cxE g3E-t=,*
-=EHba@-dgc':
=:E:;:fi
I
At

e
A ef
c,oi H'E P6
te fi02'-:- ^\
(U-;L

(u

_d>

g,=

--

V

>ro-X'
u )r-

r0


-Y

o.)

())--np

-o

orC
oo=
vL^

QE
qH8

-a)

L F;
C

fOYi/m--)

.9qro
(J)

E

S$

egu

_!_.1

c.,h fun

p)LnnU
^.y'U-a)
L
LLL-


!0)

so

-C
=

(fo-C)c)
Or
! c
co-(udr

Xco
.vro>"
LV-

O

-,Uu)
OrC rr

C *C!
Ol{uC(of
(.))(-)
CP
Lo_OcOY L =
P
o
I- O+l= c o o)-u
o)^
EHF
a=:-Y-Q- a.- -fi

lu
-=

L={U
(u-!
^rvO(-'v

o


'

s3

,oE

-A\)pl)l

!ro0)
(u.>!cc
: oto

E--89,.t
c: o

-

PP
uuo

*fD

o)6H -

ogo C

o'

.ll))aA-)P-'
o=;

,Jq=
a Qtw
.\

() J

n

EE

(, ro+ f'Y

COC
(!(r)(o

C

- o)-roc co O
_c
I-.i-c
xp99tr:CI
- jO C
l)9:= Ortr
Ct - -O (o
(J.j.ml

a o i
-Ys
(.)6'::^
: rI !-!
Y
ro ro plJ
'- Ln -l< -

2

-xi

3E

I BE i e fi E r Pp
tg€S
! g E fr P& !
= -?
E3 Ei;IE

utC

ocorci$-s
o- oooQo)

L

P6:b

er

P
ro L!

!P.o9.6
;- aji

FC>IU
C-n>Y

(Ll-L--

C';

'=

a

.Ei Et
-,o HH*b .e
- ),-- ci

5aEqe3*

Lv6l-

ALL-

C.C

8,
ac

g

o:gp9:.goroEs.

E

rOp
-(u
Lr,Sil

tn

:iroEo'"cJe
*tor,,
jY q.r-5* c-X9ro
qc 6t
or_r
ro c
Y^l(0..r _olY!
--PO)0)r-C

daEE5b

(o

-

;r-r(O

c

-0-lOFr:o
rolO-?O')
!(u-;-1o9o
_)< rD O) - U il=
c6c X
0oo- a -o
I vi^60.)
r0 : F
tl
9r: 6;>^

*:rororqo)o
tvD-!-!
,o'E
HaEg
: -_V
r9iiE

EE9
93
(OYrU-

Z

til*6p5=

a
X-XgF
.hYl!-l-:

l<

*(u

u-6Cc--n -:

ro

o

f

L
0):
!lU())A

L-^vl.\-!L^

C
L

O

ro b9
06=-

6coo(n6Fogrn!---'!-uCQ
ro#
-ji tr t- i tE o,-d
; 3Ebo =


!e.EEE
{u }: ro i

a) L
'-a,-\w)

C

(0

''

L!ULLh
'=
r0-O

-

e O O.Y OrO UF

gP

E

jc
I-9---:_V-roo
)Yta orniY
r-C c-l
-.!O_y,e_HroEhSoo
=-c?!=*
Jq99'o55,
tr

(e F EE
=
pa,(uu)-;
9Eb
fi itu9-o
(J r

t>FEh

o

g rr

{).x-^Ut

rL:h

C
C

E:9
P
:tc(a_
=

hoc96.;
.ij
o-Y
9 NF
c r-.
Q)
rn

!lnr 0t
x rD r- o)Y/

ro

ovcL

u,

lu

,y
u) (74\v-

- lv
-:
a(Dr-='7
tr
o',()
CI
e l(
C

C

t^

!lU=D
;^
vr!\
'-^AD -

(no"

€Et,E EE,! rE
t)Xo-rocutc.6

q

o

9troctni
l-P^
J;-

b

rooa
;
-'!:--(u--! Ottr !

a
Or
E

reb

sc

ut

,o,no o
6
\o hoo-ro
lu.- (/) u)>

3 a;h;3
fi(_vL

LiLL

O
Z

Eg
:o

orooC)c
trlci

.ot
tro

5d
';o
os
co
6A

; ro

penelanan. Diduga hemisfer kiri lebih dominan pada fase oral,
sedangkan hemisfer kanan lebih dominan pada fase faringeal.
Telah terlihat adanya platisitas pada jaringan saraf yang
terlibat dalam proses menelan, sebagai reaksi fisiologis
terhadap berbagai penyakit yang berbeda dan berhubungan
dengan lokasi lesi secara neuroanatomiT'r3.

Disfagia pada stroke terjadi karena

hilangnya

konektivitas di dalam jaringan saraf yang mengotrol proses
menelan, gangguan ini tidak saja terjadl pada hemisfer yang
mengalami gangguan akibat stroke nya, tapi juga terjadi
pada hemisfer yang tidak dikenai. Sehingga perbaikan fungsi
menelan sangat tergantung pada kompensasi reorganisasi
pada hemisfer yang tidak dikenai.

Berbeda dengan lesi unilateral supratentorial seperti
pada stroke, lesi bilateral supratentorial seperti yang terjadi
pada amyotropik laterosklerosis (ALS), adaptasi kortikal tidak

komplikasi saluran nafas, Bisa juga terjadl silent aspirasi, yaitu
aspirasi tanpa adanya batuk, tenggorokan tetap bersih dan
tidak ada perubahan kualitas vokal. Sering tidak terdiagnosis,
kecuali kita lakukan videof luoroscopic swallowing study
(VFSS) atau terjadi komplikasi saluran nafas yang
konsisten2

a.

Komplikasi Aspirasi

Disfagia berhubungan erat dengan

teriadnya
pneumonra aspirasi akibat masuknya benda asing dan atau
bakteri ke dalam paru. Tidak semua kejadian aspirasi menladi
pneumonie, beberapa faktor yang mempengaruhinya sepertt
beratnya klinis stroke, tingkat kesadaran, fungsi paru
premorbid, kemampuan untuk batuk, mobilitas, posisi, fungsi
kognitif, sistem imun, kebersihan mulut dan berapa banyak
dan berapa seringnya terladi aspirasi. Selain pneumonie, bisa
juga terjadi bronchitis.

mungkin terjadi, sehingga aktivitas kortikal akan terus

2.

Pada penyakit Parkinson, adaptasi serebral pada proses
menelan terlindungi karena yang terganggu adalah jalur
motorik, namun gangguan menelan akhirnya terjadi juga

Malnutrisi sering terjadi pada pasien tua. Dilaporkan
pasien post stroke 25% - 40% mengalami malnutrisi oleh
berbagai sebab, diantaranya karena ksulitan makan karena
disfagia, perubahan pola diet dan ketidakmampuan untuk
memakan makanan sesuat kebutuhan2sa.

menurun sesuai progresifitas penyakit.

terutama pada fase lanjut penyakit2.

3.
Komplikasi Disfagia

1.

Aspirasi

Aspirasi terjadi bila makanan atau cairan masuk ke
trakea. Tanda terjadinya asprrasi bisa dari trmbulnya batuk,
nafas pendek dan tersengal, sulit bernafas dan terjadinya

Malnutrlsi

Dehidrasi

Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan air dan
elektrolit akibat kehilangna sejumlah cairan dari tubuh atau
keluarnya natrrum bersamaan dengan kehilangan cairan.
Disfagia adalah faktor risiko untuk terjadinya dehidrasi karena
ketidakmampuan untuk minum secara aman, gangguan
kognitif, ketergantungan kepada orang lain untuk asupan oral
"#;iiiili{,5!#ll,?,l:,ss

B2 I'J,r,ff:!!li oYllfili,

dan intoleransi terhadap sejumlah cairan sehingga masuknya
carran dibatasi2r3.

Beberapa Metode Untuk Menurunkan Risiko Disfagia

Ada beberapa metode yang dapat

digunakanuntuk

menekan kejadian disfagia pada pasien yang berisiko

:

Disfaqra rlapat terladi pada lesi supratentorial unilateral,
terdapat spr";ialis,Lsr hemisfer yang berbeda pada masingmasinrJ t,rlr,tl) rn(,rrr,.)l.tn. Disfagia pada stroke teriadi karena
Iril,trrqrrV,r l.otrll.ttvttJs di dalam Jarlngan saraf yang

nt(\n( lotrol 1 )ro',( ", ttlcrlelan, gangguan rni trdak saja ter.ladi
nya,
[),1(l,t lrltrrr,,llr V,rr)(l rTrengalami ganggUan akrbat StrOke
sehingga
yang
dikenai,
tidak
t,r1rr ;r1r;,rlr,t;,rrlt pr,irl.t hemisfer
pr,rl r, rrl., rtr lltt, ,',t rrlenelan sangat tergantung pada
[(( )1 ll )(,t r,,, t"r t (,r )t ( t, ll l1;,']Si pada hemisfer yang tidak dikenai'

Traditional

1

Meliputi strategi kompensasi, seperti penyesuaikan
posisi, modifikasi diet, memperkuat otot orofaring

dengan latihan lisan, dan meningkatkan input sensorik
melalui stimulasi suhu dan taktil. Teknik ini efeknya
sangat terbatas pada disfagia yang berat.
Neuromuscular electrical stimulation2'13.
Teknik yang baru dikembangkan, menjadi pilihan
intervensi untuk memperbaiki fungsr menelan. Elektode
ditempatkan pada otot di leher untuk menrmbulkan
kontraksi pada otot menelan. Kombinasr kedua bentuk
tindakan ini selama 3 bulan, dialaporkan bermanfaat
memperbaiki fungsi menelan pada pasien stroke2'r3.

2

Kesimpulan

Disfagia sering terjadi sebagai komplikasl penyakitpenyakit yang melibatkan susunan saraf pusat, seperti
penyakit Parkinson, sklerosis multiple, ALS, demensia dan

paling sering terjadi pada penyakit stroke.

Mengingat

beratnya komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh disfagia,

maka perlu deteksi secepat mungkin adanya

disfagia

terutama pada fase akut stroke.

B

4

si,!i,x:;!,?.i

|

hy;:f:!i,

"[]}ilifl#*{,;!iil,?f,|ss