Mereka yang Menorehkan Teladan Kesederhanaan.

o Selasa o Rabu

o Senin
4

5
20

o Mar

Literasi

P

6
21
OApr

7
22
OMei


.

8
23

o Jumat o Sabtu o

Kamis

9

OJun

10
24

11
25


OJul

12
26

13
27

OSep

OAgs

Minggu

14
28

15
29


OOkt

ONov

16
30

31

ODes

Mereka yang Menorehkan
Teladan Kesederhanaan

ROMOSI bertubi-tubi yang dilancarkan oleh berbagai media
telah menawarkan kenikmatan
hidup dengan gaya modern, konsumtif,
danjet-set (mewah). Gaya hidup yang
dituntut dan dikejar oleh hampir setiap
orang sebagai pelaku kehidupan modern

adalah kehidupan yang bebas tanpa
batas, baik batas etika kesopanan, moral,
maupun akhlak. Roda kehidupan yang
dipacu dengan akselerasi tinggi hingga
menjadi cepat panas, di samping juga
ketarnya dunia kompetisi, khususnya di
bidang ekonomi dan prinsip-prinsip pe_
menuhan kebutuhan serta keinginan
manusia, telah memaksa manusia kini
tidak lagi berperilaku dan bertindak
manusiawi, tetapi dengan semau gue
(seenaknya sendiri). Mentalitas menerabas sebagaimana disitir Koentjaraningrat
kini sudah dianggap biasa, bahkan niscava di tengah kian kaburnya batasbatas etika.
Di tengah gejala 1)1aterialisme, hedonisme, serta pragmatisme yang kian
menggayuti wajah keseharian kehidupan ini, sejatinya ada ban yak "uswah"
atau teladan yang bisa kita petik dari .
historiografi jejak kehidupan para bapak
bangsa pendiri bangsa ini.
Kita sebut saja beberapa di antaranya.
Bung Hatta, Bapak Bangsa yang bahkan

rela telat menikah demi perjuangan kemerdekaan bangsa adalah sosok yang
paling fasih menerapkan kesederhanaan
dalam dirinya. Sebuah kisah menjadi
refleksi untuk itu. Sesaat setelah ia
lengser, Sekretaris Kabiner Maria Ulfah

menyodorkan uang Rp 6 juta. lni adalah
dana "nonbujeter" yang mestinya untuk
operasional dirinya selama menjadi
wapres. Namun si bung kecil enggan
menerimanya, ia mengembalikannya ke
negara. Ada lagi cerita terkenal tentang
bagaimana sosok Bung Hatta yang hing-

ga pensiun sebagaiwakilpresiden __
bahkan hingga akhir hayatnya-- tak pernah kesampaian memiliki sepatu dengan
merek Bally.
Yang sangat mengharukan dari cerita
ini, guntingan iklan sepatu Bally itu
hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangadah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi

kenalan Bung Hatta. Apakah masih ada
sosok demikian yang bahkan di tengah
kesempatan mereguk kekayaan yang
sedemikian terbuka, rela untuk melepas
demi sebuah keyakinan di dada.
Simak pula jejak emas seorang K.H.
Agus Salim. Beliau punya tempat
khusus dalam buku harian Profesor
Schermerhorn. Sang guru besar asal Belanda itu mengagumi kecendekiawanan
"The Grand Old Man", kemampuannya
berbahasa dan kedalaman religiusitasnya. "Hanya satu kelemahan dia, selama
hidupnya ia selalu saja melarat dan
miskin."
Ketegasan sikap Agus Salim sebagai
polirisi bersatu dengan sikap keseder-

-......

r
\


hanaan yang mengenral dalam dirinya.
Selama tinggal di Jakarta, hidupnya
berpindah dari satu rumah kontrakan ke
rumah kontrakan yang lain. Ia pernah
tinggal di Gang Tanahtinggi, lalu ke
Gang Taopekong, ke Jatinegara, lalu
berpindah entah ke mana lagi.
Kabarnya, sedikit dari rumah-rumah
yang "disinggahi" Haji Agus Salim yang
luas dan nyaman. Selebihnya adalah
rumah kecil dan rerkadang hanya terdiri
atas dari satu kamar. Sebuah tempar
yang harus diisi oleh sepasang suami istri
dengan delapan orang anak yang masih
kecil-kecil.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengenang PM Mohammad Natsir sebagai negarawan sederhana dengan tambalan kain di jasnya. Kesederhanaan
man tan Perdana Menteri (PM) ke-5
Mohammad Natsir dibawa sampai mati.

Makamnya di Taman Pemakaman
Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah
Abang, Jakarta Pusat, layaknya makam
orang biasa. Tidak ada pertanda bahwa
Natsir pernah menjadi orang besar pada
tahun 1950-an.
Cuplikan kisah-kisah di atas bukan
hendak menyodorkan sebuah romantisme. Bukannya demikian, semoga
menjadi refleksi bagi kita kini bahwa
teladan kebersahajaan dan jauh dari
mentalitas menerabas sebetulnya adalah
karakter yang tertanam kuat dalam sejarah pend irian bangsa ini. Setidaknya
secara personal melalui sikap hidup pata
foun&ng fathers kira. (D. Saepudin, mahasiswa UnpotJ.Bandung) ***
~

_

.


,.'t
~~

,

___ __

..

r--

----

~

I
.,

-Kliping Humas Unpad 2010


-