Kampus Jangan (Lagi) Jadi Menara Gading.

------

~PAD
~
I UNPAD

Pikiran Rakyat
o Selasa
456
20

21

o Mar

OApr

0

Rabu
7

22
OMci

o Kamis
8
23

.

9
24
Jill!

0

0

11
25


Jill

o Sabtu o Minggu

JL.mat

10

12

26
()

C

13
27

--


o St',)

Ags

28

14

29

(i!)30

o Nav

(j Okl

() Dos

Kampus Jangan ([agi]
JadiMenarlfGading

-

- --

,.

-

~

EBAGAI kawasan pendidWkan,Jatinangor
banyak dihuni insan intelektual dari beberapa kam-

S

pus besar seperti Universitas .
Padjadjaran (Unpad), Institut
Koperasi Indonesia (Ikopin),
Universitas Winaya Mukti
(Unwim), dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Dari kampus-kampus tersebut, tidak sedikit lahir cikal
bakal manusia penerus pembangunan dan pemimpin
negeri ini. Seperti kata
pepatah "Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung".
Sudah sepantasnya jika mereka juga memberi pencerahan
kepada penduduk asli Jatinangor yang rela tanahnya tergusur demi kemajuan pendidWkannasional.
Pertanyaan, sejauh mana
sumbangsih kampus beserta
mahasiswanya terhadap kemajuan penduduk asli Jatinangor?
Tokoh masyarakat sekaligus
mantan Kepala Desa Sayang
periode 2001-2006, Dedep
Hambali mengatkan, Unpad
pada masa kepemimpinan
rektor Prof Himendra Wargahadibrata, pemah membuat
program untuk memberi prioritas khusus bagi warga Jatinangor di salah satu universitas negeri terbesar itu.
"Saya tidak tahu apakah
sekarang program itu masih
beIjalan atau tidak. Tapi setidaknya pemah ada perhatian
dari pihak Unpad untuk kemajuan pemuda asli Jatinangor,"

katanya.
Kendati demikian, Dedep
menyayangkan respon yang
sedikit lambat dari beberapa
fakultas baik di Unpad
maupun di perguruan tinggi
lain. "Sejak masih jadi perkebunan karet, masyarakat Jatinangor adalah masyarakat
agraris. Jadi seharusnya mereka bisa dibimbing dalam
bidang pertanian, meskipun
lahan yang ada sudah terbatas," ujar Dedep berharap.
Sewaktu menjadi kepala desa (kades),Dede pemah mengajukan
agar beberapa ;....
maha...

Kllping

- -

~~--


siswa atau dosen bidang pertanian dan petemakan untuk
untuk membimbing
sekelompk masyarakat yang
masih bergelut di bidang
agraris. "Sampai saya berhenti
jadi kades, belum ada tanggapan soal itu. Tidak tahu kalau
sekarang, " ujarnya.
Sementara itu, Camat Jatinangor, Nandang Suparman
mengatakan, kontribusi mahasiswa secara perseorangan
kepada masyarakat sekitarnya
dirasa masih minim.
Beberapa organisasi yang
berbasis di kampus ada yang
mengadakan kegiatan keagamaan bagi pemuda. Ada juga
yang mengadakan kegiatan
olah raga. "Ada yang mengadakan bimbingan belajar
bagi siswa di sekitar Jatinangor yang ingin masuk ke perguruan tinggi," kata Nandang.
Nandang berharap, mahasiswa sebagai bagian dari
kawasan Jatinangor mempunyai tanggungjawab sosial atas
berbagai persoalan yang dihadapiJatinangor.Nandang

mengatakan setidaknya terdapat tiga masalah besar yang
sedang dihadapin Jatinangor,
krisis air, pengolahan sampah,
dan penataan ruang.
"Manakala Jatinangor krisis
air, upaya penghematan yang
dilakukan menjadi tidak berarti kalau di lingkungan kampus tidak ikut berhemat,"
katanya. Untuk mencukupi kebutuhan air, pemerintah daerah mengandalkan daerahdaerah resapan yang dijaga
betul agar tidak beralih fungsi.
Sedangkan soal sampah,
sampai saat ini Jatinangor
belum berhasil mengelola
sampahnya dengan baik. Tempat Pembuangan Sampah
(TPS) sampai saat ini hanya
ada di Tanjungsari. Sementara
pengumpulannya belum
terkoordinir dengan baik, baru
bersifat individu. "Saat ini kami sedang berupaya. Tahun
2009 dialokasikan Rp 500 juta
untuk pembuatan TPS. Rencananya minimal di tiga

lokasi. Soal sampah ini memang tidak bisa dihindari, se-

Humos

Un pod

-

-

hingga kami ada wacana soal
sampah ini kalau biasanya retribusi dihitung per rumah
tangga nantinya akan dihitung
per jiwa. Nandang berharap,
meskipun tugas utama mahasiswa adalah belajar, diharapkan memberikan kepedulian
pada berbagai permasalahan
tersebut.
Selain itu, mahasiswa yang
berasal dari berbagai penjuru
nusantara diharapkan mampu

beradaptasi dengan kultur
masyarakat setempat. "Budaya
yang tidak sesuai dengan kultur di sini sebaiknya bisa dijaga," katanya. la
menyayangkan adanya keributan antar mahasiswa atau juga
dengan warga yang tidak
jarang harus berurusan dengan pihak yang berwajib.

"Metafora yang menyatakan universitas di Kawasan
Pendidikan Tinggi Jatinangor
seperti Pelita, dimana ia mampu menerangi. Menjadi terang
bagi wilayah yangjauh, tetapi
gelap bagi wilayah di sekitarnya dapatlah dikurangi dan
dihapus di kawasan Jatinangor," kata Ery Supriyadi dari
PoIga Forum Jatinangor.
Oleh karenanya, kegitan
penelitiandanpengabdian
kepada masyarakat sekitarnya
dari komunitas kampus selayaknya dapat berwujud nyata.
Kampus dapat berperan serta dalam upaya pembinaan pada masyarakat sekitar agar
mampu bersaing dengan para

pendatang dari daerah lain
yang memilki kemampuan
lebih tinggi. Menurut Ery,
pembinaan dan pengabdian
kampus terhadap masyarakat
lokal bisa dilakukan melalui
kegiatan penyuluhan, bina desa, KKN, dan bina lingkungan.
"Jika perekonomian
masyarakat semakin
meningkat, maka akan semakin meningkat pula dukungan masyarakat terhadap program pengembangan kampus," katanya.
Keberadaan universitas den___!?an
kawas~ya

2009

menjadi satu

_

-

M. GELORA SAPTA/'PR'

MAHASISWA berjalan di trotoar Kampus Unpad Jatinangor, Kab. Sumedang, Sabtu (13/6). Warga berharap, mahasiswa sebagai
bagian dan kawasan Jatinangor mempunyai tanggung jawab sosial atas berbagai persoalan yang dihadapi daerahnya. Karena

sebagai kawasan pendidikan, Jatinangor banyak dihuni insan intelektualdan beberapa kampus besar.*
kesatuan yang saling melengkapi dan meiniliki ketergantungan satu dengan lainnya. Universitas, pemerintah,
dan industri perlu meleburkan diri dengan lingJrnngan masyarakat sekitarnya
dalam kemitraan untuk
menyelesaikan suatu masalah
dan memfasilitasi kegiatan
pengembangan kawasan.
"Universitas dengan pemerintah,danindustri,serta
masyarakat bekeIja bersama
dalam mengambil keputusan
untuk merevitalisasi kawasan,
menciptakan lapangan keIja,
dan membangun kesehatan
kota atau kawasan, " tutur Ery.
Keterkaitan yang kuat antara universitas dengan kepentingan lokal, menempatkan universitas tidak lagi

sebagai menara gading
ataupun suplemen semata.
Universitas menjadi komponen kunci dalam proses
pengembangan Jatinangor sebagai kota perguruan tinggi
sehingga universitas berperan
positif menjembatani kepentingan publik guna
mengembangkan usaha,
ekonomimasyarakat,daninisiatif lokal bagi upaya pemberdayaan.
"Universitas berpartisipasi
dalam proses perencanaan
menggerakkan sumber daya
lokal, layanan pengembangan
bisnis, pemenuhan kebutuhan
lokal dan pemecahan masalah
sosial ekonomi lingkungan
sekitar kampus, akses informasi, serta penyediaan dan
penyebaran inovasi. Interaksi

antar aktor, yaitu pemerintah,masyarakat, industri, dan
perguruan tinggi di kawasan
Jatinangor pada tingkat lokal,
provinsi, nasional,bahkan intemasional akan membawa dinamika hubungan dalam bentuk sikap kritis dan keterbukaan, peningkatan kapasitas, berbagi pengalaman,
berbagi sumberdaya, dan dialogis proses perencanaan
pengembangan Jatinangor sebagai suatu kawasan perkotaan yang berkarakter pendidikan tinggi," tutumya.
Keberadaan perguruan tinggi di Kawasan Jatinangor, lanjutnya, secara potensial cukup
memadai untuk dapat berperan dalam mengembangkan
ekonomi lokal melalui inovasi
dan peningka!an ke\Virau~~-_~

.

haan masyarakat lokal. Perguruan tinggi sebagai komponen
pengembangan kawasan Jatinangor dapat mengambil inisiatif dalam memberikan pembinaan, pemberdayaan, konsultasi, inkubasi, pendampingan bagi lembaga masyarakat,
serta melakukan keIjasama secara selektif dan terprogram.
"Di Jatinangor, potensipotensi sumber daya relatif
tersedia, namun problematikannya adalah belum
terintegrasinya hubungan antar aktor dalam merumuskan,
mengimplementasikan program pembangunan dan
pengembangan Jatinangor sebagai kota akademis atau kota
universitas," ujar Ery. (Catur
Rama Wulandari/Handri
Handriansyah/"PR")***

- -

- --

.-