Eep, "Rakyat Sudah Mengalami Keletihan Politik".

Pikiran Rakyat

o Senin o Selasa
1

2

3

(3)

17
lIJ
19
20
---( ) Jan n Pcb .M.1f

5

6


21
---( ) Apr

.

o

Kamis
G Jumat
8
9
10
11
23
24
25
26
-(
)
Ju"

('"
Jill
() Mel
nAgs
Rabu

7
22

o Sabtu o Minggu
12

13
27

14
28

(JOkt


nSf'fJ

15
29

30

{}Nrv
(jOes
- --

_Eep,"Rak~at _Sud~h
Mengalanri Keletihan Politik~~
-BANDUNG, (PR).Pemilu 2009 dihadapkan
pada kendala kompleks yang
berimplikasi, tingginya angka
golput. Selain dengan prosedur yang rumit, tingkat partisipasi pemilih' yang menggunakan hak pilihnya diprediksi
akan rendah, Keletihan politik
masyarakat menjadi salah satu penyebabnya.
"Pemilu 2009 ini merupakan bagian dari demokrasi

electoral yang sibuk. Pemilih
potensial saat ini tengah dilanda keletihan politik," kata
pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Eep Saefulloh Fatah, di Redaksi Pikiran Rakyat, Jln. SoekarnoHatta, Bandung, Selasa (3/3).
Dikemukakan Eep, proses
pemilihan pemimpin di Indonesia terus berlangsung secara berkesinambungan di berbagai tingkatan masyarakat,
muIai dari tingkat desa hingga
nasional. Dalam rentang waktu lima tahun terakhir, berlangsung 65.763 pemilu di Indonesia, dengan perincian 1
kali pemilihan presiden, 4 kali pemilu legislatif, 32 pemilih-

an gubernur dan wagub, 466
pemilihan wali kota dan wakil
wali kotafbupati dan wakil
bupati, serta 65.260 pemilihan kepala desa. Intensitas pemilu yang demikian padat,
cenderung membuat masyarakat jenuh dan menurunkan
minat untuk berpartisipasi dalam dunia politik, termasuk
soal penggunaan hak pilihnya.
Akan tetapi, keletihan poIitik ini tidak hanya berhubungan dengan kuantitas pemilu
yang mereka jalani. Di sisi
lain, keletihan politik ini terkait juga dengan kekecewaan
publik terhadap dunia politik.

Tidak ada hasil dengan kualitas signifikan dari pelayanan
politik kepada masyarakat banyak. "Dengan kata lain, keletihan mereka tidak terbayar
oleh hasil yang seimbang dari
orang-orang yang mereka pilib," kataEep.
Kondisi ini diperparah dengan makin terabaikannya kepeduIian kalangan elite politik
saat masa kampanye. Saat ini
mereka cenderung lebih banyak berkonsentrasi
untuk
menggaet suara, bukan benar-

benar berpihak pada kepen- mengambil keuntungan sebatingan rakyat banyak. "Ke- nyak mungkin, memang biasa
mampuan demokrasi untuk dalam teori marketing. Tetamemperbaiki hajat hidup pi, karena- melekat kata-kata
orang banyak cenderung me- -nurun ketika kesibukan de- politik (political marketing),
mokrasi meningkat,"ujarnya. konsep di dalamnya bukan
Kendatidemikian,di tengah bersifat transaksional,melainberbagaikompleksitaskendala kan pertukaran (exchange),
~
~=-menjelang pemilu, Eep yakin,
agendademokrasiini bisa ber- pemilih mendapatkan keunjalan dengan baik dan menda- tungan dari proses penyaluran
tangkan pengaruh positif bagi hak suara," ujar Eep. (Aperubahan bangsa. "Sayarasa
64/A-179)***

tingkat partisipasi di atas 60%
masih mungkin dicapai.Kalau
bukan kitayangoptimistis,siapa lagi?"ujarnya. .
"Political marketing"
Dalam studium generale di
Fikom Unpad di Jatinangor,
Eep mengemukakan, demokrasi semesrtnya bisa melahirkan kesejahteraanbagi masyarakat. Oleh karena itu,
meski dalam perkembangannya politik dan demokrasi
beririsan dengan konsep marketing dalam pemilihan langsung, tujuan dan proses di dalamnya tidak bisa bersifat
transaksional.
"Konsep transaksi yang

-

:-~-

..,..

AD[ BAW INORA/"PR"


PENGAMATpolitik Eep Saefulloh Fatah memaparkan materinya dalam diskusi politik diAula
Redaksi "Pikiran Rakyat", Jln. Soekarno-Hatta. 147, Bandung, Selasa (313). Materi yang disampaikan dalam diskusi tersebut mengangkat tema "Pemilu dan Implikasi politiknya ".
-' '-'-

K lip i n 9 Hum 0 sUn

pod

2 009

---

_. .--.--.---