PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014.
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE
PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI
PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014
Oleh:
Dinda Kartika
NIM. 4103311019
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada
penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai
waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
yang Diberi Pendekatan Problem Posing Tipe Presolution Posing dengan Siswa
yang Diberi Pendekatan Creative Problem Solving di SMP Negeri 2 Medan T. A.
2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
Kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED, Bapak Drs.
Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Pd,
selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua
Prodi Pendidikan Matematika yang sudah membantu penulis untuk menyiapkan
berkas-berkas sebagai syarat untuk meja hijau dan wisuda. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada, Ibu Faiz Ahyaningsih, S.Si, M.Si, Ibu Dra. N. Manurung,
M.Pd dan Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, yang telah memberikan masukan dan
saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku
dosen pembibing akademik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Drs. H. Nampati Ginting, M.Pd selaku Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Dra.
Zuraida, M.Psi selaku guru matematika di SMP Negeri 2 Medan yang telah banyak
membantu selama penelitian ini.
Teristimewa penulis ingin mengucapkan kepada Ayahanda tercinta, Alm.
Ganesha dan Ibunda tersayang Kartini yang telah banyak memberikan do’a,
bantuan, dan penguatan selama penyusunan skripsi dan selama perkuliahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada abang satu-satunya Tirta Maulana
Syahputra yang telah banyak memberi dukungan moril dan materil serta do’a demi
kesuksesan penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada sahabat-sahabatku terkasih yang saya banggakan Alice, Dewi, Dini, Fany
dan Tiwi yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini serta teman-temanku PPLT 2013 SMK Negeri 1 Lubuk
Pakam (Angga, Arfy, Aswad, Purwoko, Rizky, Syahrial, Siddiq, Siska, Solikin,
Tika) yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan doa kepada penulis.
Terimakasih juga buat semua mahasiswa/i jurusan matematika khususnya kelas
Ekstensi 2010.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha
peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan,
Juli 2014
Dinda Kartika
NIM. 4103311019
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE
PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI
PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014
Dinda Kartika (NIM. 4103311019)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan creative
problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution posing
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis (kelancaran,
keluwesan dan kebaruan). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pretest postest control group design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 30 orang siswa untuk kelas kontrol dan 30 orang
siswa untuk kelas eksperimen. Pengambilan data menggunakan instrumen tes
kemampuan berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan
pendekatan creative problem solving lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe
presolution posing. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan
perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kedua kelas diperoleh nilai
thitung sebesar 1,943, sedangkan ttabel dengan signifikan 5% adalah 1,672. Maka dapat
dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal tersebut menunjukkan hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian, kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
creative problem solving lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution
posing.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Halaman
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional
1
1
9
10
10
10
10
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pembelajaran Matematika
2.1.2. Hakekat Kreativitas
2.1.3. Berpikir Kreatif Dalam Matematika
2.1.3.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.5. Pendekatan Pembelajaran
2.1.6. Pendekatan Problem Posing
2.1.6.1. Pendekatan Problem Posing Tipe Presolution Posing
dalam Pembelajaran Matematika
2.1.6.2. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan
Problem Posing
2.1.7. Pendekatan Creative Problem Solving
2.1.7.1. Pendekatan Creative Problem Solving dalam
Pembelajaran Matematika
2.1.7.2. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan
Creative Problem Solving
13
13
13
16
19
21
22
24
25
28
29
30
32
33
2.1.8. Perbedaan Pendekatan Problem Posing dengan Pendekatan
Creative Problem Solving
2.2. Materi Pembelajaran
2.3. Penelitian yang Relevan
2.4. Kerangka Konseptual
2.5. Hipotesis Penelitian
34
36
40
41
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
3.2.2. Sampel
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel Bebas
3.3.2. Variabel Terikat
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
3.4.1. Jenis Penelitian
3.4.2. Desain Penelitian
3.5. Prosedur Penelitian
3.6. Teknik Pengumpulan Data
3.7. Instrumen Penelitian
3.7.1 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
3.7.2 Lembar Observasi
3.8. Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
3.8.1. Validitas Tes
3.8.2. Reliabilitas Tes
3.8.3. Tingkat Kesukaran Tes
3.8.4. Daya Beda
3.9. Teknik Analisis Data Kuantitatif
3.9.1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Matematis
3.9.2. Deskripsi Data
3.9.3. Uji Prasyarat
3.9.3.1. Uji Normalitas
3.9.3.2. Uji Homogenitas
3.9.4. Uji Hipotesis
39
43
43
43
43
44
44
44
44
44
44
45
47
48
48
49
49
49
51
51
52
53
53
54
54
54
55
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Nilai Tes Kemampuan Awal Kontrol dan Kelas Eksperimen
4.1.2. Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan
58
58
58
Kelas Eksperimen
4.2. Uji Persyaratan Analisis Data
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.2. Uji Homogenitas
4.3. Uji Hipotesis
4.4. Diskusi Hasil Penelitian
64
70
70
73
75
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
82
82
82
DAFTAR PUSTAKA
84
DOKUMENTASI PENELITIAN
266
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
23
Tabel 2.1. Hubungan problem solving dan problem posing dalam
pembelajaran matematika dengan komponen utama kreativitas
35
Tabel 3.1. Desain penelitian
45
Tabel 3.2. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif
48
Tabel 3.3. Perhitungan validitas tes kemampuan awal
50
Tabel 3.4. Perhitungan validitas tes kemampuan berpikir kreatif matematis
50
Tabel 3.5. Kriteria tingkat kesukaran
53
Tabel 3.6. Kriteria daya pembeda
53
Tabel 3.7. Klasifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis
53
Tabel 4.1. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada aspek kelancaran
58
Tabel 4.2. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada aspek keluwesan
59
Tabel 4.3. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada aspek kebaruan
60
Tabel 4.4. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
secara keseluruhan aspek
61
Tabel 4.5. Ringkasan rata-rata tes kemampuan awal kelas kontrol dan
kelas eksperimen
62
Tabel 4.6. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan awal
63
Tabel 4.7. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada aspek kelancaran
64
Tabel 4.8. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada aspek keluwesan
65
Tabel 4.9. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada aspek kebaruan
66
Tabel 4.10. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen secara keseluruhan aspek
67
Tabel 4.11. Ringkasan rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol
dan kelas eksperimen
68
Tabel 4.12. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan berpikir kreatif
Tabel 4.13. Hasil uji normalitas tes kemampuan awal kelas kontrol
69
70
Tabel 4.14. Hasil uji normalitas tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol 71
Tabel 4.15. Hasil uji normalitas tes kemampuan awal kelas eksperimen
71
Tabel 4.16. Hasil uji normalitas tes kemampuan berpikir kreatif kelas
eksperimen
72
Tabel 4.17. Hasil perhitungan uji homogenitas tes kemampuan awal kelas
kontrol dan kelas eksperimen
73
Tabel 4.18. Hasil perhitungan uji homogenitas tes kemampuan berpikir
kreatif kelas kontrol dan kelas eksperimen
74
Tabel 4.19. Hasil uji hipotesis tes kemampuan awal dan kelas eksperimen
75
Tabel 4.20. Hasil ujihipotesis tes kemampuan berpikir kreatif
76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik
5
Gambar 2.1.Jaring-jaring kubus
36
Gambar 2.2. Kubus ABCD.EFGH
37
Gambar 2.3. Jaring-jaring balok
37
Gambar 2.4. Balok ABCD.EFGB
38
Gambar 2.5. Beberapa bentuk kubus
38
Gambar 2.6. Beberapa bentuk balok
39
Gambar 3.1. Skema Penelitian
47
Gambar 4.1. Nilai rata-rata tes kemampuan awal kelas kontrol dan
kelas eksperimen
62
Gambar 4.2. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan awal
63
Gambar 4.3. Nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen
68
Gambar 4.4. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan berpikir kreatif matematis
69
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 – Instrumen Observasi
Lampiran 2 – Instrumen Pembelajaran
Lampiran 3 – Instrumen Penelitian
Lampiran 4 – Validasi soal
Lampiran 5 – Analisis data
87
100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu
bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Karena
itu pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang
berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan
yaitu membina mental rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk
manusia seutuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan perkembangan
teknologi informasi yang semakin pesat.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Santosa (dalam Hudojo, 2005:25) menyatakan
bahwa “kemajuan negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata
60% - 80% menggantungkan kepada matematika”.
Menyadari pentingnya matematika, maka dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi bahwa mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran matematika yang diberikan di
pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerja sama. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi yang diperlukan oleh
siswa
agar
dapat
memiliki
kemampuan
memperoleh,
mengelola
dan
memanfaatkan keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Menurut Cornelius
(dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
1
2
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis (Trianto, 2010:1).
Salah satu hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran
matematika yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kreativitas
menurut Semiawan, dkk (2000:8) adalah “kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur,
data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya”. Sedangkan menurut Slameto
(2010:145) “kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal
yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah
ada”.
Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak.
Munandar (2009:31) menjelaskan beberapa alasan pentingnya kreativitas, yaitu:
Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam
hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat
anak menjadi lancar, dan harus luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu
melahirkan banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak
hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya.
Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran matematika saat ini masih
diabaikan. Umumnya orang beranggapan bahwa kreativitas dan matematika tidak
ada kaitannya satu sama lain. Namun hal itu sebenarnya tidaklah benar. Seperti
yang dipaparkan dalam CBN Channel bahwa:
Bidang non-eksakta bisa memberikan kesempatan yang lebih luas dalam
penerapan kreativitas, misalnya bidang seni. Namun, bidang eksak pun
membutuhkan kemampuan berpikir divergen dan kreativitas dalam
langkah-langkah penyelesaian masalahnya. Untuk dapat menyelesaikan
persoalan matematika yang rumit, dibutuhkan kemampuan berpikir
divergen dalam menciptakan langkah-langkah penyelesaian.
3
Senada dengan pernyataan tersebut, Sisk (dalam Munandar, 2007:150)
menekankan bahwa:
Hanya sedikit mata pelajaran yang diajarkan dengan cara yang begitu
kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi, terutama pada tingkat
sekolah dasar, seperti matematika; padahal matematika begitu penting
bagi siswa berbakat dalam abad otomatisasi dan teknologi ini..
Kemampuan berpikir matematika khususnya berpikir matematika tingkat
tinggi sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah
keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir
kreatif, keterampilan
mengorganisir otak dan keterampilan analisis. Di samping itu, keterampilan
berpikir kreatif perlu dimiliki untuk menghadapi tantangan perkembangan yang
semakin maju. Wijaya (dalam Radiansyah, 2010:2) mengatakan bahwa:
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari keterampilan
berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak
sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan
diselesaikan. Tidak hanya itu, perkembangan zaman yang semakin
modern secara tidak langsung menuntut agar setiap masyarakat mulai
berpikir secara kreatif.
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa kemampuan berpikir kreatif
sangat diperlukan dalam kehidupan di masyarakat. Siswa sebagai bagian dari
masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kreatif yang baik. Oleh
sebab itu, kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika.
Namun, kenyataan di lapangan belum sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Tingkat
kreativitas
siswa
di
Indonesia
masih
rendah.
Djunaedi
(http://www.pikiran-rakyat.com) menyatakan:
Hasil penelitian yang dilakukan Hans Jellen dari Universitas Utah, AS
dan Klaus Urban dari Universitas Hannover, Jerman terhadap anak-anak
berusia 10 tahun (dengan sampel 50 anak-anak di Jakarta) menunjukkan,
tingkat kreativitas anak-anak Indonesia adalah yang terendah diantara
anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya. Berturut-turut dari skot
tertinggi sampai terendah adalah filiphina, AS, Inggris, Jerman, India,
RRC, Kamerun, Zulu dan Indonesia.
4
Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya tetapi dapat dilahirkan
melalui pembelajaran. Tetapi kenyataannya sistem pendidikan di sekolah sejauh
ini khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas belum serius dikembangkan
untuk memberikan peluang bagi sianak didik belajar cerdas dan mengembangkan
kreativitasnya. Munandar (2009:122) mengemukakan:
Pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan pada pemikiran
konvergen. Murid-murid tidak dirangsang untuk dapat melihat suatu
masalah dari bermacam-macam sudut pandang atau untuk dapat
memberikan alternatif-alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah.
Kondisi ini tidak menunjang fleksibilitas dalam pemikiran yang
merupakan salah satu aspek utama dari kreativitas.
Demikian juga disampaikan oleh Kushartanti (http://www.kompas.com):
Sistem pendidikan di Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena
hanya terfokus pada proses logika kata-kata, matematika dan urutan
dominan. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak maksimal dan
miskin ide baru. Siswa hanya menerima satu jawaban permasalahan.
Jawaban itu kemudian diajarkan dosen dan guru dan diulangi siswa saat
ujian. Tidak ada ruang untuk berpikir lateral, berpikir alternatif, mencari
jawaban nyelenah, terbuka dan memandang ke arah lain.
Selain itu, Semiawan, dkk (2000:12) juga mengungkapkan bahwa:
Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih
umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan
penalaran logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa
yang dianggap penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam
pendidikan hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu mereproduksi
bahan pengetahuan yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang
harus ia pecahkan dengan menemukan satu-satunya jawaban yang benar,
sering kali ia dituntut pula untuk memecahkan soal-soal tersebut dengan
satu cara. Dengan demikian daya pikir kreatif sebagai kemampuan untuk
dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau, justru terhambat.
Berdasarkan data hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP
Negeri 2 Medan (23 Januari 2014) menunjukkan bahwa, pada saat guru bertanya
siswa kurang aktif menyampaikan ide-ide/gagasan. Selama proses belajar
mengajar berlangsung, siswa cenderung diam dan tidak menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan guru, sehingga tidak menunjukkan adanya kelancaran
siswa mengemukakan jawaban, pendapat atau gagasannya dalam menanggapi
pertanyaan guru tersebut (kelancaran merupakan salah satu penilaian terhadap
5
kemampuan berpikir kreatif). Selain itu, pada saat guru meminta siswa lain
menanggapi ide temannya siswa hanya duduk dan berdiam tanpa mampu
memberikan umpan balik terhadap ide temannya. Hal inilah yang menyebabkan
rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika, karena
mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada.
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa di SMP Negeri 2 Medan, peneliti memberikan tes diagnostik pada salah
satu kelas VII. Tes diagnostik yang diberikan terdiri dari 5 soal yang mana soal
tersebut mewakili aspek kemampuan berpikir kreatif matematis (kelancaran,
keluwesan dan kebaruan). Salah satu soal tersebut antara lain:
Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik
Berdasarkan data yang diperoleh, didapati hasil banyak siswa yang tidak
bisa menjawab soal yang diberikan peneliti. Padahal materi tentang soal tersebut
adalah materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya, yakni Bangun Datar Segi
Empat. Dari 36 siswa yang hadir, hanya beberapa orang siswa yang dapat
menjawab soal tersebut. Jawabannya juga kurang sempurna. Dari minimal 3 cara
yang diminta untuk mencari luas segi empat PQRS, masing-masing siswa hanya
memberikan satu penyelesaian. Pada berpikir kreatif siswa dituntut harus
memiliki keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, dan
keterampilan berpikir original. Akan tetapi, sewaktu dilakukan tes diagnostik
siswa yang mampu menjawab pertanyaan keterampilan bepikir lancar hanya
15,57%, keterampilan berpikir luwes hanya 5,56% dan keterampilan berpikir
original 10,12%. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan soal-soal.
6
Pada kesempatan itu juga (23 Januari 2014) peneliti mewawancarai
seorang guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Medan yakni Ibu Dra.
Zuraidah, M.Psi yang menyatakan:
Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal
tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika
soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka
siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut.
Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir
dalam memecahkan masalah belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik
terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi
pengembangan keterampilan berpikir. Untuk menyikapi permasalahan ini maka
perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya
termasuk
teori
belajar
konstruktivisme.
Menurut
teori
konstruktivisme,
pemahaman dan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dapat
dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,
menemukan, dan
memindahkan kekompleksan pengetahuan yang ada.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berpikir
kreatif siswa terutama pada pembelajaran matematika, salah satunya adalah
ketidaktepatan atau kurangnya variasi dalam pendekatan pembelajaran. Selain itu
pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak
menekankan pada pemahaman siswa, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa
pada pembelajaran masih rendah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini
kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional
dan banyak didominasi guru (Trianto, 2010:6). Kenyataan serupa juga terjadi di
SMP Negeri 2 Medan, yaitu peneliti masih melihat bahwa pembelajaran yang
digunakan guru masih bersifat konvensional. Dalam pembelajaran yang
berlangsung guru bertindak sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai
penerima. Akibatnya siswa kurang memahami informasi dan tidak mampu
menggunakan informasi yang ada saat diberikan pertanyaan. Selain itu, saat
mengerjakan soal siswa hanya terfokus pada satu jawaban yang paling benar tanpa
mampu memikirkan kemungkinan jawaban lain. Pola pembelajaran seperti itu
harus diubah dengan cara menggiring peserta didik mengkonstruksikan sendiri
7
ilmunya dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untuk mengantisipasi
masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide
peserta didik. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian terhadap solusi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP
Negeri 2 Medan. Penulis merasa penelitian ini perlu dilakukan di sekolah tersebut,
agar ada bahan masukan dan pertimbangan dalam menyikapi keterbatasan siswa
saat belajar matematika.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP Negeri 2 Medan
membutuhkan adanya inovasi dalam pembelajaran matematika, salah satunya
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan
pembelajaran yang tepat akan membawa peserta didik dalam suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik menyerap
materi yang diajarkan, serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta
didik. Diantara pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah pendekatan pembelajaran problem posing dan
creative problem solving.
Problem posing (Siswono, 2007:6) dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif siswa. Problem posing intinya merupakan tugas
kepada siswa untuk membuat atau merumuskan masalah sendiri yang kemudian
dipecahkannya sendiri atau dipecahkan teman lainnya. Evans (dalam Siswono,
2007:7) mengatakan bahwa formulasi masalah (problem formulation) dan
pemecahan masalah menjadi tema-tema penting dalam penelitian kreativitas.
Langkah pertama dalam aktivitas kreatif adalah menemukan (discovering) dan
memformulasikan masalah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
kemampuan berpikir kreatif dapat dikenali dengan memberikan tugas membuat
suatu masalah atau tugas pengajuan masalah. Silver dan Cai (dalam Siswono,
2004:75) memberikan istilah problem posing diaplikasikan pada tiga bentuk
aktivitas kognitif matematika yang berbeda, yaitu: (1) Presolution posing, yaitu
8
seorang siswa membuat soal dari informasi yang ada; (2) Within-solution posing,
yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan dan
(3) Post solution posing, yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi
soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru. Dalam penelitian ini
dilaksanakan menggunakan pendekatan problem posing tipe presolution posing,
yaitu siswa mengajukan soal berdasarkan informasi yang diberikan guru.
Di sisi lain, creative problem solving adalah suatu pendekatan
pembelajaran untuk menyelesaikan pemecahan masalah yang diikuti dengan
penguatan kreatif (Suryosubroto, 2009:188). Ketika dihadapkan dengan situasi
pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk
memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal
tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dengan memperluas proses
berpikir. Creative problem solving merupakan pendekatan yang dinamis, siswa
menjadi lebih trampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih
tersusun dari awal. Dengan menggunakan pendekatan creative problem solving
diharapkan dapat menimbulkan kreativitas dalam pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran problem posing tipe presolution posing dan
pendekatan pembelajaran creative problem solving adalah dua diantara banyak
pendekatan pembelajaran yang melibatkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajarannya.
Kedua
pendekatan
pembelajaran
ini
sama-sama
menitikberatkan pada pemecahan masalah, siswa diajak aktif sehingga informasi
tidak hanya dari guru, tetapi siswa juga dituntut untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan baru mereka dengan informasi atau pengetahuan mereka
sebelumnya. Hanya saja perbedaan diantara keduanya adalah pada pendekatan
problem posing tipe presolution posing, masalah yang diajukan berasal dari siswa
sendiri dengan berpatokan pada informasi yang diberikan guru. Sedangkan
pendekatan creative problem solving, masalah yang diajukan berasal dari guru.
Pada penelitian ini ada beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Indikator yang digunakan merujuk
pada pendapat yang dikemukakan Silver. Menurut Silver (dalam Siswono,
2004:80), untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kreativitas dalam
9
problem posing dan problem solving, umumnya digunakan tiga aspek kreativitas
yang merupakan tiga komponen utama dalam Torrance Test of Creative Thinking
(TTCT) yaitu aspek kelancaran (fluency), aspek keluwesan (flexibility) dan aspek
kebaruan (originality). Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide,
gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan
pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari. Flexibility atau
mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan berbagai kemungkinan.
Fleksibilitas melibatkan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut
pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang
berbeda. Originality atau kebaruan mengacu pada solusi yang berbeda dalam
suatu kelompok atau sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan
mengangkat
judul:
“PERBEDAAN
KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM
POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI
PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN
T. A. 2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat, maka identifikasi masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Proses
pembelajaran
di
sekolah
kurang
mendukung
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
2. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal baru atau soal-soal yang
berbeda dengan contoh yang disajikan oleh guru.
4. Pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah masih didominasi oleh
guru.
5. Guru masih jarang menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
10
1.3. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada “Guru masih jarang menggunakan pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa”.
Untuk itu dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan problem posing tipe presolution posing dan pendekatan
creative problem solving. Dimana kedua pendekatan ini diharapkan berpengaruh
pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kemampuan berpikir kreatif
yang diteliti adalah kemampuan kelancaran, keluwesan dan kebaruan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka
masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
creative problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution posing?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan pendekatan creative problem solving lebih baik
dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
problem posing tipe presolution posing berdasarkan indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis (kelancaran, keluwesan dan kebaruan).
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok.
11
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan
dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan pendekatan
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa
yang akan datang.
5. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah pada judul
penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan sebagai berikut:
1. Berpikir kreatif adalah produk dari kreativitas, yakni kegiatan mental yang
digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Adapun
indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan yaitu
komponen kelancaran (fluency): siswa dapat menghasilkan sejumlah besar ide,
gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan; keluwesan (flexibility):
siswa mampu menghasilkan ide-ide beragam; kebaruan (originality): siswa
mampu membuat sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.
2. Pendekatan pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta
didik dalam menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
3. Problem posing tipe presolution posing adalah pendekatan pembelajaran
dimana siswa merumuskan soal atau membentuk soal berdasarkan informasi
yang diberikan oleh guru. Adapun tahapan dari pendekatan pembelajaran ini
yaitu: (1) mengidentifikasi pernyataan yang diberikan, memahami perintah
yang diberikan, mengidentifikasi informasi yang relevan (menghubungkan
dengan materi atau konsep yang telah siswa ketahui) dan menyusun
pertanyaan,
(2)
menyelesaikan
pertanyaan
yang
dibuatnya
mengevaluasi pertanyaan yang disusunnya dan penyelesaiannya.
dan
(3)
12
4. Creative problem solving adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas.
Tahapan pembelajaran dari pendekatan creative problem solving berdasarkan
hasil gabungan prosedur Von Oech dan Osborn, yaitu: klarifikasi masalah,
pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, serta implementasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pada aspek kelancaran
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem solving problem
lebih baik dibanding dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing tipe presolution
posing. Pada aspek keluwesan, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative
problem solving problem lebih rendah atau sama dengan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
posing tipe presolution posing. Pada aspek kebaruan, kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
pembelajaran creative problem solving problem lebih rendah atau dengan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan posing tipe presolution posing. Sedangkan pada
keseluruhan aspek, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem
solving problem lebih baik dibanding dengan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing
tipe presolution posing.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu:
1.
Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari pendekatan
creative problem solving agar dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika
karena
pendekatan
ini
dapat
membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
82
siswa
untuk
83
2.
Bagi kepala sekolah, sebaiknya menetapkan kebijkan untuk mengambil
pertimbangan dan kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika berdasarkan hasil
penelitian ini.
3.
Bagi peneliti lain, sebaiknya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada
dalam penelitian ini sehingga kedepannya diharapkan akan lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan dua kelas yang diberi pendekatan pembelajaran
yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan tiga kelas yang
mana satu kelas lagi diberi pembelajaran biasa agar terlihat pendekatan
pembelajaran mana yang lebih berpengaruh pada kemampuan berpikir kreatif
siswa. Peneliti juga menyarankan untuk mencoba melihat hubungan antara
kemampuan kognitif siswa yang tinggi dengan kemampuan berpikir kreatif
siswa berdasarkan pendekatan yang diberikan untuk masing-masing kelas.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Abdussakir., (2009), Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing:
http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/pembelajaran-matematikadengan-problem-posing/ (diakses 16 Januari 2014)
Agus, N.A., (2008), Mudah Belajar Matematika 2: Untuk Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Pusat
Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
As’ari, A.R., (2000), Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme Guru
Matematika, Jurnal Matematika, Tahun V, Nomor 1, April 2000
Asmin., dan Mansyur, A., (2012), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern, Penerbit Larispa Indonesia, Medan
Bishop, A., (2000), Values in Mathematics Education: Making Values
Teaching
Explisit
in
The
Mathematics
Classroom:
http://www.aare.edu.au//99pap/bis99188.htm (diakses 10 Januari 2014)
Djunaedi, D., (2005), http://www.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 12
Februari 2014)
Fajariah, N.I., Sukestiyarno, YL., Masrukan., Junaedi, I., (2012), Keefektifan
Implementasi Model Pembelajaran Problem Posing dan Creative
Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik di SMP N 1 Tengaran, Jurnal Matematika, Nomor 1 (2), Agustus
2012
Hamid, A., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pasca Sarjana
Medan
UNIMED,
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang
Ichrom, M. S.Y.A., (1988), Perspektif Pendidikan Anak Gifted, P2LPTK, Jakarta
85
Kushartanti., (2009), http://www.kompas.com (diakses tanggal 10 Februari 2014)
Manullang., (2011), Metode Statistika II, FMIPA UNIMED, Medan
Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar Isi
Radiansyah, I., (2010), Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis:
http://lkpk.org/2010/12/01/mengembangkan-kemampuan-berpikir-kritis/
(diakses 16 Januari 2014)
Semiawan, C., Munandar, A.S., Munandar, S.C.U, (2000), Memupuk Bakat
dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Penerbit PT Gramedia,
anggota IKAPI, Jakarta
Siregar, N., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit
Ghalia Indonesia, Bogor
Siswono, T.Y.E., (2004), Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan
Masalah (Problem Posing), Konferensi Nasional Matematika XII,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, hal 1-14
_______., (2007), Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika, Simposium
Nasional Penelitian Pendidikan, hal 1-10
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Shokheh, A., (2009), Uji Kesamaan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP
Kelas VII dalam Pembelajaran Menggunakan Model Creative Problem
Solving dan Problem Posing, Skripsi, Universitas Negeri Semarang,
Semarang
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Sudjana, N., (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, Bandung
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
86
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta
Walgito, B., (2004), Pengantar Psikologi Umum, Penerbit Andi, Yogyakarta
Zainab., (2012), Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran
Matematika, Diseminarkan pada SEMNAS HIMMA 26 Mei 2012 di
Palembang
SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE
PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI
PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014
Oleh:
Dinda Kartika
NIM. 4103311019
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada
penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai
waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
yang Diberi Pendekatan Problem Posing Tipe Presolution Posing dengan Siswa
yang Diberi Pendekatan Creative Problem Solving di SMP Negeri 2 Medan T. A.
2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
Kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED, Bapak Drs.
Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Pd,
selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua
Prodi Pendidikan Matematika yang sudah membantu penulis untuk menyiapkan
berkas-berkas sebagai syarat untuk meja hijau dan wisuda. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada, Ibu Faiz Ahyaningsih, S.Si, M.Si, Ibu Dra. N. Manurung,
M.Pd dan Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, yang telah memberikan masukan dan
saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku
dosen pembibing akademik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Drs. H. Nampati Ginting, M.Pd selaku Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Dra.
Zuraida, M.Psi selaku guru matematika di SMP Negeri 2 Medan yang telah banyak
membantu selama penelitian ini.
Teristimewa penulis ingin mengucapkan kepada Ayahanda tercinta, Alm.
Ganesha dan Ibunda tersayang Kartini yang telah banyak memberikan do’a,
bantuan, dan penguatan selama penyusunan skripsi dan selama perkuliahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada abang satu-satunya Tirta Maulana
Syahputra yang telah banyak memberi dukungan moril dan materil serta do’a demi
kesuksesan penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada sahabat-sahabatku terkasih yang saya banggakan Alice, Dewi, Dini, Fany
dan Tiwi yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini serta teman-temanku PPLT 2013 SMK Negeri 1 Lubuk
Pakam (Angga, Arfy, Aswad, Purwoko, Rizky, Syahrial, Siddiq, Siska, Solikin,
Tika) yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan doa kepada penulis.
Terimakasih juga buat semua mahasiswa/i jurusan matematika khususnya kelas
Ekstensi 2010.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha
peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan,
Juli 2014
Dinda Kartika
NIM. 4103311019
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE
PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI
PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014
Dinda Kartika (NIM. 4103311019)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan creative
problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution posing
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis (kelancaran,
keluwesan dan kebaruan). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pretest postest control group design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 30 orang siswa untuk kelas kontrol dan 30 orang
siswa untuk kelas eksperimen. Pengambilan data menggunakan instrumen tes
kemampuan berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan
pendekatan creative problem solving lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe
presolution posing. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan
perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kedua kelas diperoleh nilai
thitung sebesar 1,943, sedangkan ttabel dengan signifikan 5% adalah 1,672. Maka dapat
dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal tersebut menunjukkan hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian, kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
creative problem solving lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution
posing.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Halaman
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional
1
1
9
10
10
10
10
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pembelajaran Matematika
2.1.2. Hakekat Kreativitas
2.1.3. Berpikir Kreatif Dalam Matematika
2.1.3.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.5. Pendekatan Pembelajaran
2.1.6. Pendekatan Problem Posing
2.1.6.1. Pendekatan Problem Posing Tipe Presolution Posing
dalam Pembelajaran Matematika
2.1.6.2. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan
Problem Posing
2.1.7. Pendekatan Creative Problem Solving
2.1.7.1. Pendekatan Creative Problem Solving dalam
Pembelajaran Matematika
2.1.7.2. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan
Creative Problem Solving
13
13
13
16
19
21
22
24
25
28
29
30
32
33
2.1.8. Perbedaan Pendekatan Problem Posing dengan Pendekatan
Creative Problem Solving
2.2. Materi Pembelajaran
2.3. Penelitian yang Relevan
2.4. Kerangka Konseptual
2.5. Hipotesis Penelitian
34
36
40
41
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
3.2.2. Sampel
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel Bebas
3.3.2. Variabel Terikat
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
3.4.1. Jenis Penelitian
3.4.2. Desain Penelitian
3.5. Prosedur Penelitian
3.6. Teknik Pengumpulan Data
3.7. Instrumen Penelitian
3.7.1 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
3.7.2 Lembar Observasi
3.8. Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
3.8.1. Validitas Tes
3.8.2. Reliabilitas Tes
3.8.3. Tingkat Kesukaran Tes
3.8.4. Daya Beda
3.9. Teknik Analisis Data Kuantitatif
3.9.1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Matematis
3.9.2. Deskripsi Data
3.9.3. Uji Prasyarat
3.9.3.1. Uji Normalitas
3.9.3.2. Uji Homogenitas
3.9.4. Uji Hipotesis
39
43
43
43
43
44
44
44
44
44
44
45
47
48
48
49
49
49
51
51
52
53
53
54
54
54
55
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Nilai Tes Kemampuan Awal Kontrol dan Kelas Eksperimen
4.1.2. Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan
58
58
58
Kelas Eksperimen
4.2. Uji Persyaratan Analisis Data
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.2. Uji Homogenitas
4.3. Uji Hipotesis
4.4. Diskusi Hasil Penelitian
64
70
70
73
75
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
82
82
82
DAFTAR PUSTAKA
84
DOKUMENTASI PENELITIAN
266
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
23
Tabel 2.1. Hubungan problem solving dan problem posing dalam
pembelajaran matematika dengan komponen utama kreativitas
35
Tabel 3.1. Desain penelitian
45
Tabel 3.2. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif
48
Tabel 3.3. Perhitungan validitas tes kemampuan awal
50
Tabel 3.4. Perhitungan validitas tes kemampuan berpikir kreatif matematis
50
Tabel 3.5. Kriteria tingkat kesukaran
53
Tabel 3.6. Kriteria daya pembeda
53
Tabel 3.7. Klasifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis
53
Tabel 4.1. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada aspek kelancaran
58
Tabel 4.2. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada aspek keluwesan
59
Tabel 4.3. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada aspek kebaruan
60
Tabel 4.4. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
secara keseluruhan aspek
61
Tabel 4.5. Ringkasan rata-rata tes kemampuan awal kelas kontrol dan
kelas eksperimen
62
Tabel 4.6. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan awal
63
Tabel 4.7. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada aspek kelancaran
64
Tabel 4.8. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada aspek keluwesan
65
Tabel 4.9. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada aspek kebaruan
66
Tabel 4.10. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen secara keseluruhan aspek
67
Tabel 4.11. Ringkasan rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol
dan kelas eksperimen
68
Tabel 4.12. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan berpikir kreatif
Tabel 4.13. Hasil uji normalitas tes kemampuan awal kelas kontrol
69
70
Tabel 4.14. Hasil uji normalitas tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol 71
Tabel 4.15. Hasil uji normalitas tes kemampuan awal kelas eksperimen
71
Tabel 4.16. Hasil uji normalitas tes kemampuan berpikir kreatif kelas
eksperimen
72
Tabel 4.17. Hasil perhitungan uji homogenitas tes kemampuan awal kelas
kontrol dan kelas eksperimen
73
Tabel 4.18. Hasil perhitungan uji homogenitas tes kemampuan berpikir
kreatif kelas kontrol dan kelas eksperimen
74
Tabel 4.19. Hasil uji hipotesis tes kemampuan awal dan kelas eksperimen
75
Tabel 4.20. Hasil ujihipotesis tes kemampuan berpikir kreatif
76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik
5
Gambar 2.1.Jaring-jaring kubus
36
Gambar 2.2. Kubus ABCD.EFGH
37
Gambar 2.3. Jaring-jaring balok
37
Gambar 2.4. Balok ABCD.EFGB
38
Gambar 2.5. Beberapa bentuk kubus
38
Gambar 2.6. Beberapa bentuk balok
39
Gambar 3.1. Skema Penelitian
47
Gambar 4.1. Nilai rata-rata tes kemampuan awal kelas kontrol dan
kelas eksperimen
62
Gambar 4.2. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan awal
63
Gambar 4.3. Nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
kelas eksperimen
68
Gambar 4.4. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes
kemampuan berpikir kreatif matematis
69
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 – Instrumen Observasi
Lampiran 2 – Instrumen Pembelajaran
Lampiran 3 – Instrumen Penelitian
Lampiran 4 – Validasi soal
Lampiran 5 – Analisis data
87
100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu
bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Karena
itu pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang
berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan
yaitu membina mental rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk
manusia seutuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan perkembangan
teknologi informasi yang semakin pesat.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Santosa (dalam Hudojo, 2005:25) menyatakan
bahwa “kemajuan negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata
60% - 80% menggantungkan kepada matematika”.
Menyadari pentingnya matematika, maka dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi bahwa mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran matematika yang diberikan di
pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerja sama. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi yang diperlukan oleh
siswa
agar
dapat
memiliki
kemampuan
memperoleh,
mengelola
dan
memanfaatkan keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Menurut Cornelius
(dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
1
2
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis (Trianto, 2010:1).
Salah satu hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran
matematika yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kreativitas
menurut Semiawan, dkk (2000:8) adalah “kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur,
data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya”. Sedangkan menurut Slameto
(2010:145) “kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal
yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah
ada”.
Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak.
Munandar (2009:31) menjelaskan beberapa alasan pentingnya kreativitas, yaitu:
Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam
hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat
anak menjadi lancar, dan harus luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu
melahirkan banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak
hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya.
Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran matematika saat ini masih
diabaikan. Umumnya orang beranggapan bahwa kreativitas dan matematika tidak
ada kaitannya satu sama lain. Namun hal itu sebenarnya tidaklah benar. Seperti
yang dipaparkan dalam CBN Channel bahwa:
Bidang non-eksakta bisa memberikan kesempatan yang lebih luas dalam
penerapan kreativitas, misalnya bidang seni. Namun, bidang eksak pun
membutuhkan kemampuan berpikir divergen dan kreativitas dalam
langkah-langkah penyelesaian masalahnya. Untuk dapat menyelesaikan
persoalan matematika yang rumit, dibutuhkan kemampuan berpikir
divergen dalam menciptakan langkah-langkah penyelesaian.
3
Senada dengan pernyataan tersebut, Sisk (dalam Munandar, 2007:150)
menekankan bahwa:
Hanya sedikit mata pelajaran yang diajarkan dengan cara yang begitu
kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi, terutama pada tingkat
sekolah dasar, seperti matematika; padahal matematika begitu penting
bagi siswa berbakat dalam abad otomatisasi dan teknologi ini..
Kemampuan berpikir matematika khususnya berpikir matematika tingkat
tinggi sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah
keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir
kreatif, keterampilan
mengorganisir otak dan keterampilan analisis. Di samping itu, keterampilan
berpikir kreatif perlu dimiliki untuk menghadapi tantangan perkembangan yang
semakin maju. Wijaya (dalam Radiansyah, 2010:2) mengatakan bahwa:
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari keterampilan
berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak
sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan
diselesaikan. Tidak hanya itu, perkembangan zaman yang semakin
modern secara tidak langsung menuntut agar setiap masyarakat mulai
berpikir secara kreatif.
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa kemampuan berpikir kreatif
sangat diperlukan dalam kehidupan di masyarakat. Siswa sebagai bagian dari
masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kreatif yang baik. Oleh
sebab itu, kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika.
Namun, kenyataan di lapangan belum sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Tingkat
kreativitas
siswa
di
Indonesia
masih
rendah.
Djunaedi
(http://www.pikiran-rakyat.com) menyatakan:
Hasil penelitian yang dilakukan Hans Jellen dari Universitas Utah, AS
dan Klaus Urban dari Universitas Hannover, Jerman terhadap anak-anak
berusia 10 tahun (dengan sampel 50 anak-anak di Jakarta) menunjukkan,
tingkat kreativitas anak-anak Indonesia adalah yang terendah diantara
anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya. Berturut-turut dari skot
tertinggi sampai terendah adalah filiphina, AS, Inggris, Jerman, India,
RRC, Kamerun, Zulu dan Indonesia.
4
Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya tetapi dapat dilahirkan
melalui pembelajaran. Tetapi kenyataannya sistem pendidikan di sekolah sejauh
ini khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas belum serius dikembangkan
untuk memberikan peluang bagi sianak didik belajar cerdas dan mengembangkan
kreativitasnya. Munandar (2009:122) mengemukakan:
Pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan pada pemikiran
konvergen. Murid-murid tidak dirangsang untuk dapat melihat suatu
masalah dari bermacam-macam sudut pandang atau untuk dapat
memberikan alternatif-alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah.
Kondisi ini tidak menunjang fleksibilitas dalam pemikiran yang
merupakan salah satu aspek utama dari kreativitas.
Demikian juga disampaikan oleh Kushartanti (http://www.kompas.com):
Sistem pendidikan di Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena
hanya terfokus pada proses logika kata-kata, matematika dan urutan
dominan. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak maksimal dan
miskin ide baru. Siswa hanya menerima satu jawaban permasalahan.
Jawaban itu kemudian diajarkan dosen dan guru dan diulangi siswa saat
ujian. Tidak ada ruang untuk berpikir lateral, berpikir alternatif, mencari
jawaban nyelenah, terbuka dan memandang ke arah lain.
Selain itu, Semiawan, dkk (2000:12) juga mengungkapkan bahwa:
Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih
umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan
penalaran logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa
yang dianggap penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam
pendidikan hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu mereproduksi
bahan pengetahuan yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang
harus ia pecahkan dengan menemukan satu-satunya jawaban yang benar,
sering kali ia dituntut pula untuk memecahkan soal-soal tersebut dengan
satu cara. Dengan demikian daya pikir kreatif sebagai kemampuan untuk
dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau, justru terhambat.
Berdasarkan data hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP
Negeri 2 Medan (23 Januari 2014) menunjukkan bahwa, pada saat guru bertanya
siswa kurang aktif menyampaikan ide-ide/gagasan. Selama proses belajar
mengajar berlangsung, siswa cenderung diam dan tidak menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan guru, sehingga tidak menunjukkan adanya kelancaran
siswa mengemukakan jawaban, pendapat atau gagasannya dalam menanggapi
pertanyaan guru tersebut (kelancaran merupakan salah satu penilaian terhadap
5
kemampuan berpikir kreatif). Selain itu, pada saat guru meminta siswa lain
menanggapi ide temannya siswa hanya duduk dan berdiam tanpa mampu
memberikan umpan balik terhadap ide temannya. Hal inilah yang menyebabkan
rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika, karena
mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada.
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa di SMP Negeri 2 Medan, peneliti memberikan tes diagnostik pada salah
satu kelas VII. Tes diagnostik yang diberikan terdiri dari 5 soal yang mana soal
tersebut mewakili aspek kemampuan berpikir kreatif matematis (kelancaran,
keluwesan dan kebaruan). Salah satu soal tersebut antara lain:
Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik
Berdasarkan data yang diperoleh, didapati hasil banyak siswa yang tidak
bisa menjawab soal yang diberikan peneliti. Padahal materi tentang soal tersebut
adalah materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya, yakni Bangun Datar Segi
Empat. Dari 36 siswa yang hadir, hanya beberapa orang siswa yang dapat
menjawab soal tersebut. Jawabannya juga kurang sempurna. Dari minimal 3 cara
yang diminta untuk mencari luas segi empat PQRS, masing-masing siswa hanya
memberikan satu penyelesaian. Pada berpikir kreatif siswa dituntut harus
memiliki keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, dan
keterampilan berpikir original. Akan tetapi, sewaktu dilakukan tes diagnostik
siswa yang mampu menjawab pertanyaan keterampilan bepikir lancar hanya
15,57%, keterampilan berpikir luwes hanya 5,56% dan keterampilan berpikir
original 10,12%. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan soal-soal.
6
Pada kesempatan itu juga (23 Januari 2014) peneliti mewawancarai
seorang guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Medan yakni Ibu Dra.
Zuraidah, M.Psi yang menyatakan:
Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal
tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika
soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka
siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut.
Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir
dalam memecahkan masalah belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik
terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi
pengembangan keterampilan berpikir. Untuk menyikapi permasalahan ini maka
perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya
termasuk
teori
belajar
konstruktivisme.
Menurut
teori
konstruktivisme,
pemahaman dan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dapat
dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,
menemukan, dan
memindahkan kekompleksan pengetahuan yang ada.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berpikir
kreatif siswa terutama pada pembelajaran matematika, salah satunya adalah
ketidaktepatan atau kurangnya variasi dalam pendekatan pembelajaran. Selain itu
pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak
menekankan pada pemahaman siswa, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa
pada pembelajaran masih rendah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini
kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional
dan banyak didominasi guru (Trianto, 2010:6). Kenyataan serupa juga terjadi di
SMP Negeri 2 Medan, yaitu peneliti masih melihat bahwa pembelajaran yang
digunakan guru masih bersifat konvensional. Dalam pembelajaran yang
berlangsung guru bertindak sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai
penerima. Akibatnya siswa kurang memahami informasi dan tidak mampu
menggunakan informasi yang ada saat diberikan pertanyaan. Selain itu, saat
mengerjakan soal siswa hanya terfokus pada satu jawaban yang paling benar tanpa
mampu memikirkan kemungkinan jawaban lain. Pola pembelajaran seperti itu
harus diubah dengan cara menggiring peserta didik mengkonstruksikan sendiri
7
ilmunya dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untuk mengantisipasi
masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide
peserta didik. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian terhadap solusi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP
Negeri 2 Medan. Penulis merasa penelitian ini perlu dilakukan di sekolah tersebut,
agar ada bahan masukan dan pertimbangan dalam menyikapi keterbatasan siswa
saat belajar matematika.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP Negeri 2 Medan
membutuhkan adanya inovasi dalam pembelajaran matematika, salah satunya
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan
pembelajaran yang tepat akan membawa peserta didik dalam suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik menyerap
materi yang diajarkan, serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta
didik. Diantara pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah pendekatan pembelajaran problem posing dan
creative problem solving.
Problem posing (Siswono, 2007:6) dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif siswa. Problem posing intinya merupakan tugas
kepada siswa untuk membuat atau merumuskan masalah sendiri yang kemudian
dipecahkannya sendiri atau dipecahkan teman lainnya. Evans (dalam Siswono,
2007:7) mengatakan bahwa formulasi masalah (problem formulation) dan
pemecahan masalah menjadi tema-tema penting dalam penelitian kreativitas.
Langkah pertama dalam aktivitas kreatif adalah menemukan (discovering) dan
memformulasikan masalah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
kemampuan berpikir kreatif dapat dikenali dengan memberikan tugas membuat
suatu masalah atau tugas pengajuan masalah. Silver dan Cai (dalam Siswono,
2004:75) memberikan istilah problem posing diaplikasikan pada tiga bentuk
aktivitas kognitif matematika yang berbeda, yaitu: (1) Presolution posing, yaitu
8
seorang siswa membuat soal dari informasi yang ada; (2) Within-solution posing,
yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan dan
(3) Post solution posing, yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi
soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru. Dalam penelitian ini
dilaksanakan menggunakan pendekatan problem posing tipe presolution posing,
yaitu siswa mengajukan soal berdasarkan informasi yang diberikan guru.
Di sisi lain, creative problem solving adalah suatu pendekatan
pembelajaran untuk menyelesaikan pemecahan masalah yang diikuti dengan
penguatan kreatif (Suryosubroto, 2009:188). Ketika dihadapkan dengan situasi
pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk
memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal
tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dengan memperluas proses
berpikir. Creative problem solving merupakan pendekatan yang dinamis, siswa
menjadi lebih trampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih
tersusun dari awal. Dengan menggunakan pendekatan creative problem solving
diharapkan dapat menimbulkan kreativitas dalam pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran problem posing tipe presolution posing dan
pendekatan pembelajaran creative problem solving adalah dua diantara banyak
pendekatan pembelajaran yang melibatkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajarannya.
Kedua
pendekatan
pembelajaran
ini
sama-sama
menitikberatkan pada pemecahan masalah, siswa diajak aktif sehingga informasi
tidak hanya dari guru, tetapi siswa juga dituntut untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan baru mereka dengan informasi atau pengetahuan mereka
sebelumnya. Hanya saja perbedaan diantara keduanya adalah pada pendekatan
problem posing tipe presolution posing, masalah yang diajukan berasal dari siswa
sendiri dengan berpatokan pada informasi yang diberikan guru. Sedangkan
pendekatan creative problem solving, masalah yang diajukan berasal dari guru.
Pada penelitian ini ada beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Indikator yang digunakan merujuk
pada pendapat yang dikemukakan Silver. Menurut Silver (dalam Siswono,
2004:80), untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kreativitas dalam
9
problem posing dan problem solving, umumnya digunakan tiga aspek kreativitas
yang merupakan tiga komponen utama dalam Torrance Test of Creative Thinking
(TTCT) yaitu aspek kelancaran (fluency), aspek keluwesan (flexibility) dan aspek
kebaruan (originality). Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide,
gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan
pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari. Flexibility atau
mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan berbagai kemungkinan.
Fleksibilitas melibatkan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut
pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang
berbeda. Originality atau kebaruan mengacu pada solusi yang berbeda dalam
suatu kelompok atau sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan
mengangkat
judul:
“PERBEDAAN
KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM
POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI
PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN
T. A. 2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat, maka identifikasi masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Proses
pembelajaran
di
sekolah
kurang
mendukung
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
2. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal baru atau soal-soal yang
berbeda dengan contoh yang disajikan oleh guru.
4. Pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah masih didominasi oleh
guru.
5. Guru masih jarang menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
10
1.3. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada “Guru masih jarang menggunakan pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa”.
Untuk itu dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan problem posing tipe presolution posing dan pendekatan
creative problem solving. Dimana kedua pendekatan ini diharapkan berpengaruh
pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kemampuan berpikir kreatif
yang diteliti adalah kemampuan kelancaran, keluwesan dan kebaruan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka
masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
creative problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution posing?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan pendekatan creative problem solving lebih baik
dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
problem posing tipe presolution posing berdasarkan indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis (kelancaran, keluwesan dan kebaruan).
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok.
11
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan
dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan pendekatan
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa
yang akan datang.
5. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah pada judul
penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan sebagai berikut:
1. Berpikir kreatif adalah produk dari kreativitas, yakni kegiatan mental yang
digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Adapun
indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan yaitu
komponen kelancaran (fluency): siswa dapat menghasilkan sejumlah besar ide,
gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan; keluwesan (flexibility):
siswa mampu menghasilkan ide-ide beragam; kebaruan (originality): siswa
mampu membuat sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.
2. Pendekatan pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta
didik dalam menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
3. Problem posing tipe presolution posing adalah pendekatan pembelajaran
dimana siswa merumuskan soal atau membentuk soal berdasarkan informasi
yang diberikan oleh guru. Adapun tahapan dari pendekatan pembelajaran ini
yaitu: (1) mengidentifikasi pernyataan yang diberikan, memahami perintah
yang diberikan, mengidentifikasi informasi yang relevan (menghubungkan
dengan materi atau konsep yang telah siswa ketahui) dan menyusun
pertanyaan,
(2)
menyelesaikan
pertanyaan
yang
dibuatnya
mengevaluasi pertanyaan yang disusunnya dan penyelesaiannya.
dan
(3)
12
4. Creative problem solving adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas.
Tahapan pembelajaran dari pendekatan creative problem solving berdasarkan
hasil gabungan prosedur Von Oech dan Osborn, yaitu: klarifikasi masalah,
pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, serta implementasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pada aspek kelancaran
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem solving problem
lebih baik dibanding dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing tipe presolution
posing. Pada aspek keluwesan, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative
problem solving problem lebih rendah atau sama dengan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
posing tipe presolution posing. Pada aspek kebaruan, kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
pembelajaran creative problem solving problem lebih rendah atau dengan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran
matematika dengan pendekatan posing tipe presolution posing. Sedangkan pada
keseluruhan aspek, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem
solving problem lebih baik dibanding dengan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing
tipe presolution posing.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu:
1.
Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari pendekatan
creative problem solving agar dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika
karena
pendekatan
ini
dapat
membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
82
siswa
untuk
83
2.
Bagi kepala sekolah, sebaiknya menetapkan kebijkan untuk mengambil
pertimbangan dan kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika berdasarkan hasil
penelitian ini.
3.
Bagi peneliti lain, sebaiknya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada
dalam penelitian ini sehingga kedepannya diharapkan akan lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan dua kelas yang diberi pendekatan pembelajaran
yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan tiga kelas yang
mana satu kelas lagi diberi pembelajaran biasa agar terlihat pendekatan
pembelajaran mana yang lebih berpengaruh pada kemampuan berpikir kreatif
siswa. Peneliti juga menyarankan untuk mencoba melihat hubungan antara
kemampuan kognitif siswa yang tinggi dengan kemampuan berpikir kreatif
siswa berdasarkan pendekatan yang diberikan untuk masing-masing kelas.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Abdussakir., (2009), Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing:
http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/pembelajaran-matematikadengan-problem-posing/ (diakses 16 Januari 2014)
Agus, N.A., (2008), Mudah Belajar Matematika 2: Untuk Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Pusat
Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
As’ari, A.R., (2000), Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme Guru
Matematika, Jurnal Matematika, Tahun V, Nomor 1, April 2000
Asmin., dan Mansyur, A., (2012), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern, Penerbit Larispa Indonesia, Medan
Bishop, A., (2000), Values in Mathematics Education: Making Values
Teaching
Explisit
in
The
Mathematics
Classroom:
http://www.aare.edu.au//99pap/bis99188.htm (diakses 10 Januari 2014)
Djunaedi, D., (2005), http://www.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 12
Februari 2014)
Fajariah, N.I., Sukestiyarno, YL., Masrukan., Junaedi, I., (2012), Keefektifan
Implementasi Model Pembelajaran Problem Posing dan Creative
Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik di SMP N 1 Tengaran, Jurnal Matematika, Nomor 1 (2), Agustus
2012
Hamid, A., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pasca Sarjana
Medan
UNIMED,
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang
Ichrom, M. S.Y.A., (1988), Perspektif Pendidikan Anak Gifted, P2LPTK, Jakarta
85
Kushartanti., (2009), http://www.kompas.com (diakses tanggal 10 Februari 2014)
Manullang., (2011), Metode Statistika II, FMIPA UNIMED, Medan
Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar Isi
Radiansyah, I., (2010), Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis:
http://lkpk.org/2010/12/01/mengembangkan-kemampuan-berpikir-kritis/
(diakses 16 Januari 2014)
Semiawan, C., Munandar, A.S., Munandar, S.C.U, (2000), Memupuk Bakat
dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Penerbit PT Gramedia,
anggota IKAPI, Jakarta
Siregar, N., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit
Ghalia Indonesia, Bogor
Siswono, T.Y.E., (2004), Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan
Masalah (Problem Posing), Konferensi Nasional Matematika XII,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, hal 1-14
_______., (2007), Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika, Simposium
Nasional Penelitian Pendidikan, hal 1-10
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Shokheh, A., (2009), Uji Kesamaan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP
Kelas VII dalam Pembelajaran Menggunakan Model Creative Problem
Solving dan Problem Posing, Skripsi, Universitas Negeri Semarang,
Semarang
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Sudjana, N., (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya, Bandung
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
86
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta
Walgito, B., (2004), Pengantar Psikologi Umum, Penerbit Andi, Yogyakarta
Zainab., (2012), Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran
Matematika, Diseminarkan pada SEMNAS HIMMA 26 Mei 2012 di
Palembang