EKSISTENSI LEMBAGA PENDIDIKAN TRADISIONAL “MEUNASAH” DI KECAMATAN WIH PESAM KABUPATEN BENER MERIAH.

ABSTRAK
Hestya Fitri Nora, NIM. 3103121030. Eksistensi Lembaga Pendidikan
Tradisional “Meunasah” Di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener
Meriah. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana eksistensi lembaga
pendidikan tradisional “Meunasah” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener
Meriah juga untuk mengetahui pandangan masayarakat dan dukungan masyarakat
dan pemerintah terhadap lembaga pendidikan tradisional “meunasah” tersebut.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup pengertian tentang
konsep eksistensi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan meunasah, kurikulum
pendidikan meunasah dan kegiatan belajar-mengajar di meunasah.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wih Pesam pada bulan April 2014-Juni
2014. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode deskriftif.
Dimana sampelnya adalah lima meunasah yang paling lama berdiri dan tetap eksis
hingga saat ini di Kecamatan Wih Pesam, orang tua murid (masyarakat), dan
kepala Dinas Pendidikan dan kepala Kementrian Agama (kemenag). Teknik
pengumpulan data yang dilakukan berupa observasi, studi kepustakaan,
wawancara yang dilakukan langsung terhadap teungku meunasah, orang tua
(masyarakat) dan kepala Dinas Pendidikan dan kepala Kementrian Agama.
Hasil dari observasi dan wawancara tersebut menunjukkan bahwa lembaga
pendidikan tradisional “meunasah” masih tetap eksis sampai sekarang meskipun

keadaanya terus mengalami naik dan turun. Pendidikan di meunasah ini tidak
memiliki kurikulum pendidikan seperti lembaga pendidikan formal.
Pembelajarannya berdasarkan pada penguasaan membaca Al-Quran dan Juzz
Amma serta ilmu keagamaan Islam dasar. Kegiatan belajar mengajar pada
meunasah dituangkan pada jadwal pelajaran setiap harinnya. Proses pemilihan
teungku di meunasah-meunasah ini memiliki kriteria-kriteria yaitu harus
memenuhi aspek akademik, kepribadian, kinerja yang baik dan keikhlasan. Sarana
dan prasara pendidikan di meunasah tergolong sangat sederhana. Masyarakat
memberikan dukungan berupa tenaga dan materi. Namun sangat disayangkan,
hingga saat ini belum ada bantuan dari dinas pendidikan dan Kementrian Agama
Kabupaten Bener Meriah.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan atas ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Eksistensi Lembaga Pendidikan
Tradisional ’Meunasah’ Di Kecamat Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah” ini
bisa diselesaikan. Salawat beserta salam saya hadiahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, semoga kita senantiasa dilimpahkan rahmat dan kasih sayangnya sampai di
akihrat kelak. Amin.
Skripsi ini dikerjakan dengan sangat bersungguh-sungguh dan dengan hati

yang penuh ikhlas tetapi skripsi ini belumlah sempurna dan juga masih banyak
kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Untuk itu dengan lapang dada peneliti mengharapkan kepada semua
yang membaca hasil penelitian ini diharapkan atas kerja samanya dalam
memberikan kritik dan saran untuk dapat menyempurnakan penelitian ini agar
lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun material serta motovasi
yang begitu sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, teritama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si sebagai Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Dr. H. Restu, MS Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik penulis.
4. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan
Pendidikan Sejarah
5. Bapak Dr. Hidayat, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi Penulis yang
telah membimbing dan memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi
ini.

6.

Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si sebagai dosen penguji penulis.

7. Bapak Drs.Yushar Tanjung M.Sisebagai dosen penguji penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi bekal ilmu dan
etika berperilku serta membantu penulis.
9. Bapak dan Ibu teungku meunasah selaku narasumber yang telah
memberikan izin kesempatan kepada peneliti sekaligus untuk melakukan
penelitian.
10. Kedua orang tua tersayang, Ibunda Juklawati dan Ayahanda Miska yang
telah mendidik dan selalu memberikan kasih sayang, materi, motivasi dan
semangat kepada peneliti.
11. Adinda tersayang Hendra Gemasih Temasmiko, Heru Taqwa, Meisya Ratu
Alea yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada peneliti.
12. Sahabat tersayang Fatimah Ritonga, Normayani Hasibuan, Juliar Santi,
Junita Situmorang, dan seluruh teman-teman stambuk 010 terima kasih
atas dukungan dan canda tawanya. Semoga persaudaraan kita semakin

tetap erat.
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
dan pengetahuan bagi semua yang membaca penelitian ini.

Medan,

Juli 2014

Peneliti,

Hestya Fitri Nora

DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 1
DAFTAR LAMPIRAN PETA ......................................................................... 30
DAFTAR FOTO ................................................................................................ 33

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
1.3. Pembatasan Masalah............................................................................ 5
1.4. Perumusan Masalah ............................................................................. 6
1.5. Tujuan Masalah ................................................................................... 6
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
2.1. Kerangka Teoritis ................................................................................ 8
2.1.1. Eksistensi Lembaga Pendidikan Islam .................................... 8
2.1.2. Lembaga Pendidikan Tradisional ‘Meunasah’ ....................... 11
2.1.3. Kurikulum Pendidikan Meunasah .......................................... 15
2.1.4. Kegiatan Belajar-Mengajar di Meunasah ............................... 17
2.2. Kerangka Berfikir ............................................................................... 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 23

3.1. Metode Penelitian ............................................................................... 23
3.2. Lokasi Penelitian ................................................................................ 23
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 23
3.3.1. Observasi ................................................................................ 23

3.3.2. Wawancara ............................................................................. 24
3.3.3. Studi Kepustakaan .................................................................. 24
3.4. Teknik Analisis Data ......................................................................... 25
BAB IV. PEMBAHASAN................................................................................. 26
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Wih Pesam ......................................... 26
4.1.1. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Wih Pesam ..................... 26
4.1.2. Letak Geografi .......................................................................... 26
4.1.3. Mata Pecaharian Masyarakat Kecamatan Wih Pesam ............. 27
4.1.4. Demografi ................................................................................. 29
4.1.5. Pendidikan ................................................................................ 32
4.2. Lembaga Pendidikan Tradisional Meunasah Di Kecamatan WihPesam .................................................................................................. 36
4.2.1. Sejarah Berdirinya Meunasah ................................................... 36
4.2.2. Kurikulum Pendidikan Meunasah ............................................ 49
4.2.3. Kegiatan Belajar-Mengajar Di Meunasah ................................ 55
4.2.4. Tenaga Pendidik (Guru) di Meunasah ...................................... 59
4.2.5. Sarana dan Prasarana Pendidikan Di Meunasah....................... 65
4.2.6. Pandangan Masyarakat Terhadap Lembaga Pendidikan Tradisional ............................................................................ 68

4.2.7. Dukungan Masyarakat Dan Pemerintah Terhadap Lembaga
Pendidikan Tradisional Meunasah ............................................ 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 74
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 74
5.2. Saran ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77
Lampiran ........................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1996. Agama dan perubahan sosial. Jakarta : Rajagrafindo
Persada.
Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan islam. Jakarta : Kencana
Daulay, Haidar Putra. 2001. Sejarah pertumbuhan dan pembaruan pendidikan
islam di indonesia. Bandung : Citapustaka Media.
Fahmi, Asma Hasan. 1979. Sejarah dan filsafat pendidikan islam. Jakarta : Bulan
Bintang.
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba
Humanika.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT
Gramedia.
Nizar, Samsul. 2011. Sejarah pendidikan islam. Jakarta : Kencana.
Ritonga, Asnil Aidah. 2008. Pendidikan Islam Dalam Buaian Arus Sejarah.

Bandung : Citapustaka Media Perintis
Saebani, Beni Ahmad dan Hendra Akhidhiyat. 2009. Ilmu pendidikan islam (ipi).
Bandung : Pustaka Setia.
Sedyawati, Edi dan M. Zainuddin dan Edhi Wuryantoro. 1991. Sejarah
pendidikan di indonesia sebelum kedatangan bangsa-bangsa barat. Jakarta :
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Subagyo, Joko. 2011. Metode penelitian dalam teori & praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.

1

Subhan, Arief. 2012. Lembaga pendidikan islam indonesia abad ke-20. Jakarta :
Kencana.
Thamrin Z, M dan Edy Mulyana. 2007. Perang kemerdekaan aceh. Banda aceh:
Dominan.
Thamrin Z, M. 2004. Aceh melawan penjajahan belanda. Jakarta : Global
Mahardika Netama.
Zainuddin, M dan Nur Ali dan Mujtahid. 2009. Pendidikan islam dari paradigma
klasik hingga kontemporer. Malang : UIN-Malang Press


2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Secara umum pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang
dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pendidikan merupakan sumber kemajuan dan kemakmuran dari suatu
bangsa, pandangan ini telah diakui oleh setiap bangsa di dunia. Kemajuan suatu
bangsa itu tergantung pada sistem pendidikan bangsa tersebut, tidak terkecuali
Indonesia. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa pendidikan yang dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan
yang sesuai dengan cita-cita kemanusiaan, sesuai dengan falsafah hidup bangsa
Indonesia yang berlandaskan Ketuhanan yang Maha Esa.
Pendidikan di Indonesia dalam perkembangannya memiliki sejarah yang
cukup panjang. Pendidikan Islam misalnya, di Indonesia telah berlangsung sejak
masuknya agama Islam ke Indonesia. Pendidikan Islam merupakan pendidikan

berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan bertujuan untuk membentuk akhlak
mulia dengan tidak melupakan kemajuan dunia dan ilmu pengetahuan, berguna
untuk perorangan dan kemasyarakatan.
Sebagaimana sudah disinggung di atas bahwa pendidikan Islam di
Indonesia sudah berlangsung sejak berkembangnya agama Islam di negeri ini.

Namun demikian pelaksanaan pendidikan Islam dimaksud secara sistematis
barulah berlangsung dan diketahui sejak berdirinya kesultanan-kesultanan Islam
terdahulu di Nusantara. Secara kronologis kesultanan-kesultanan terdahulu itu
adalah: Samudera Pasai (1264-1513), Aceh Darussalam (1507-1912), Demak
(1500-1550), Banten (1552-1813), Cirebon ( 1552-1662), Pajang (1550-1586) dan
Mataram (1586-1757). Meskipun para pakar sejarah berbeda pendapat mengenai
waktu dan daerah asal Islam masuk ke Indonesia, namun mereka sependapat
bahwa kesultanan Islam pertama di tanah air adalah Kesultanan Samudera Pasai.
S.Q Fathimi (dalam buku Asnil Aidah Ritonga, 2008:107), tanpa
mempersoalkan daerah asal dari mana Islam masuk ke Indonesia, menyimpulkan
bahwa peda pemerintahan sultan Malik al-Salih (w. 692/1297) dan Malik alZhahir (692/1297-727/1326) dari Pasai menunjukkan adanya pengaruh yang kuat
dari Pesia dan Arab, meskipun kebanyakan saudagar yang datang ke kepulauan
Indonesia berasal dari India.
Dalam kekacauan politik yang terjadi di wilayah-wilayah kekuasaan

Dinasti Abbasiyah (750-1258) menyebabkan ulama sunni dan sufi dari Persia
pindah ke daerah-daerah Muslim yang baru di Islamkan, termasuk Kesultanan
Pasai untuk mencari perlindungan dan sekaligus mengajarkan mazhab sunni. Hal
ini terjadi pada akhir abad ke-13. Diantara ulama yang mendapat perlindungan
(patronase) sultan ketika itu adalah Amir Said al-Syiraziy (menjabat sebagai guru
agama) berasal dari Syiraz dan Taj al-Din al-Isfahaniy (menjabat sebagai Qadhi
al-Qudhat) berasal dari Isfahan. Keduanya berkebangsaan Persia. Kesultanan

Samudera Pasai ini juga memiliki guru agama yang berasal dari Delhi (India),
yaitu Abdullah ibn Muhammad (w. 1407).
Tidak diragukan lagi bahwa para ulama tersebut dalam mengajarkan
ajaran-ajaran agama menggunakan sistem pendidikan dan pengajaran yang pernah
dikenal di negerinya masing-masing. Dengan demikian guru agama yang berasal
dari Persia memusatkan pendidikan dan pengajarannya di meunasah (Arab :
madrasah) dan dayah (Arab : zawiyah), sementara guru agama yang berasal dari
India memperkenalkan pula institusi rangkang.
Oleh sebab itu, susunan pendidikan di Aceh terbagi atas tiga tingkatan,
yaitu meunasah, rangkang dan dayah. Meunasah merupakan salah satu lembaga
pendidikan Islam tradisional tingkat dasar di Aceh. Oleh karena itu, diwilayah
Aceh dikenal istilah ‘teungku meunasah’ untuk menunjuk ulama yang memimpin
lembaga pendidikan tradisional tersebut.
Meunasah sendiri sebenarnya merupakan tempat ibadah yang dapat
dijumpai disetiap perkampungan di Aceh. Meunasah berfungsi sebagai tempat
belajar agama, terutama tempat belajar membaca Alquran dan ilmu dasar
keislaman lainnya. Pendidikan di meunasah ini hanya beberapa jam dalam sehari
dan para santri dapat kembali pulang ke rumahnya masing-masing untuk
melakukan akivitas lainnya. Anak-anak diutus oleh orang tuanya untuk belajar di
meunasah ini sejak batas umur dimana orang tua telah dibebani kewajiban untuk
pendidikan anak mereka supaya mengerjakan sembahyang dan berakhlak mulia.
Saat sekarang ini, proses belajar mengajar di meunasah ini masih terus
berlangsung di Aceh, salah satunya di Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener

Meriah. Meskipun kata meunasah ini digunakan khusus oleh orang Aceh, namun
daerah Bener Meriah yang bermayoritaskan suku Gayo ini juga menamai lembaga
pendidikan tersebut sebagai meunasah. Bedanya, di daerah ini tidak dijumpai kata
rangkang dan dayah.
Para orang tua terus mendukung jalannya pendidikan Islam di meunasah
ini. Karena dengan mengutus anak-anak mereka belajar di meunasah ini dapat
menjadikan anak-anak mereka menjadi anak yang taat beragama dan berakhlak
mulia. Aceh yang masyarakatnya bermayoritaskan Islam, sangat memprioritaskan
pendidikan anaknya, khususnya pendidikan tentang Islam. Akan tetapi kegiatan
belajar di meunasah sekarang ini sudah mulai mengalami kemunduran di beberapa
kampung di Aceh. Hal ini disebabkan oleh munculnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam sederajat yang lebih maju dan belajar di meunasah juga sudah
tidak menjadi kegemaran anak-anak lagi. Sesuai dengan perkembangan zaman,
anak lebih memilih untuk melakukan aktivitas lainnya dibandingkan dengan
belajar agama di meunasah, seperti bermain bersama teman-temannya, bermain
dengan teknologi-teknologi canggih sekarang ini (seperti playstation, jejaring
sosial dan lainnya). Keadaan ini membuat kurangnya minat anak-anak untuk
belajar agama di meunasah. Oleh
melakukan

penelitian

dengan

karena itu, penulis merasa tertarik untuk

mengangkat

judul

“Eksistensi

Lembaga

Pendidikan Tradisoinal ‘MEUNASAH’ di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten
Bener Meriah”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka masalah dalam
penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah berdirinya MEUNASAH ?
2. Bagaimana kurikulum pendidikan di MEUNASAH ?
3. Bagaimana kegiatan belajar-mengajar di MEUNASAH ?
4. Bagaimana pemilihan tenaga pendidik (guru) di MEUNASAH ?
5. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan di MEUNASAH ?
6. Bagaimana hambatan-hambatan pendidikan di MEUNASAH ?
7. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap lembaga pendidikan
tradisional “MEUNASAH” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener
Meriah ?
8. Bagaimana dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap lembaga
pendidikan tradisional “meunasah” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten
Bener Meriah ?

1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang menyangkut eksistensi lembaga
pendidikan tradisional “MEUNASAH” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten
Bener Meriah, maka peneliti perlu membuat pembatasan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana eksistensi lembaga pendidikan tradisional ‘MEUNASAH” di
Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah ?”

1.4. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah berdirinya MEUNASAH ?
2. Bagaimana kurikulum pendidikan di MEUNASAH ?
3. Bagaimana kegiatan belajar-mengajar di MEUNASAH ?
4. Bagaimana pemilihan tenaga pendidik (guru) di MEUNASAH?
5. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan di MEUNASAH ?
6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap lembaga pendidikan
tradisional “MEUNASAH” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener
Meriah ?
7. Bagaimana dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap lembaga
pendidikan tradisional “meunasah” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten
Bener Meriah ?

1.5.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya MEUNASAH
2. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan di MEUNASAH
3. Untuk mengetahui kegiatan belajar-mengajar di MEUNASAH
4. Untuk mengetahui bagaimana pemilihan tenaga pendidik (guru) di
MEUNASAH.
5. Untuk mengetahui bagaimana sarana dan prasarana pendidikan di
MEUNASAH.

6. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan tradisional “MEUNASAH” di Kecamatan Wih Pesam
Kabupaten Bener Meriah.
7. Untuk mengetahui bagaimana dukungan masyarakat dan pemerintah
terhadap lembaga pendidikan tradisional “meunasah” di Kecamatan Wih
Pesam Kabupaten Bener Meriah.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi pembaca
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai
eksistensi lembaga pendidikan tradisional “MEUNASAH” di Kecamatan
Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah
3. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan atau ide
ke dalam karya tulis
4. Referensi untuk menjadi acuan pada peneliti yang relevan di kemudian
hari
5. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan Sejarah FIS Unimed

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
1. Berdirinya setiap pendidikan meunasah memang memiliki sejarah yang
berbeda-beda, meskipun demikian pendidikan ini didirikan dengan tujuan
yang sama yaitu menanamkan rasa cinta terhadap agama Islam sejak dini dan
mencerdaskan anak bangsa.
2. Kurikulum dalam pendidikan meunasah memiliki dasar yang sama yaitu
belajar membaca Al-Quran dan Iqrak/Juzz Amma dan ilmu dasar agama
Islam.
3. Kegiatan belajar mengajar di setiap meunasah memiliki beberapa kemiripan.
Meskipun jadwal pelajaran yang berbeda-beda namun cara menyampaikan
materi menggunakan metode yang sama yaitu sorongan dan bandungan.
4. Teungku-teungku di setiap meunasah memiliki alasan tersendiri untuk
mengabdi di meunasah, seperti ditunjuk oleh Imem, inisiatif sendiri dan lainlain. Namun semangat mereka tetap sama, meskipun para teungku tidak
memiliki gaji yang sebanding dengan guru-guru di sekolah formal, namun
setiap teungku memiliki keihklasan dalam mendidik.
5. Karena pendidikan meunasah ini termasuk pendidikan yang sederhana maka
sarana

dan

dibandingkan

prasarana
dengan

pendidikannyapun
sekolah

formal

sangatlah

lainnya.

sederhana

adapun

sarana

jika
dan

prasarananya yaitu, ruangan untuk belajar, alas untuk duduk, rekal (meja
belajar), Al-Quran/Juzz Amma, kitab-kitab (tuntunan shalat, kumpulan doa

sehari-hari dan lainnya), penerangan (listrik), alat bersih-bersih (sapu, pel dan
sebagainya), kamar mandi (toilet).
6. Masyarakat sangat mendukung pendidikan meunasah ini. Segala yang
menyangkut demi kepentingan pendidikan ini ditanggung secara bersamasama. Masyarakat juga mewajibkan anak-anak mereka untuk belajar di
meunasah ini.
7. Masyarakat ikut membangun ruang belajar (meunasah), memberi sumbangansumbangan yang dapat membantu berlangsungnya pendidikan seperti
mukena, Al-Quran/Juzz Amma dan lain-lain, masyarakat juga bergotongroyong untuk membersihkan dan menata lingkungan meunasah. Jika ada
pembangunan dalam pengembangan ruangan meunasah, masyarakat ikut
berpartisifasi

dalam

pembangunan

tersebut

seperti

ikut

membantu

menyumbangkan tenaga dan materi dalam pembuatan ruang dan menggalang
dana untuk menambah keuangan dalam keperluan pembangunan tersebut.
Namun sangat disayangkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Bener meriah dan
Kepala Kementrian Agama Kabupaten Bener Meriah belum memiliki
perhatian serius pada pendidikan meunasah ini.

1.2. Saran
1. Kepada pemerintah Kabupaten Bener Meriah menghimbau untuk lebih serius
dalam memperhatikan pendidikan meunasah di Kecamatan Wih Pesam ini
agar generasi muda yang akan datang memiliki pengetahuan tentang agama
Islam sejak dini sehingga daerah dapat menciftakan generasi yang baik
akhlaknya dan dapat mengurangi kenakalan-kenakalan remaja. Pendidikan
Islam sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern.
Oleh sebab itu, perlu dilakukannya kerja sama dari semua pihak. Meskipun
pendidikan itu berupa lembaga tradisional yang tidak terkait dengan
kepemerintahan, seharusnya tetap ada kerja sama yang baik mengingat
pentingnya pendidikan Islam di zaman sekarang ini.
2. Kepada masyarakat menghimbau untuk terus mendukung pendidikan di
meunasah ini, agar pendidikan di lembaga pendidikan tradisional meunasah
ini terus berlajalan dengan lancar dan bertahan sampai ke masa yang akan
datang.
3. Kepada murid-murid teruslah belajar agama di meunasah ini agar menjadi
manusia yang beragama dan berakhlak baik.