PENGEMBANGAN BUKU AJAR IPS BERBASIS BUDAYA BERBASIS BUDAYA LOKAL KELAS IV SD DI KECAMATAN WIH PESAM KABUPATEN BENER MERIAH.

(1)

PENGEMBANGAN BUKU AJAR IPS BERBASIS BUDAYA

LOKAL KELAS IV SD DI KECAMATAN WIH PESAM

KABUPATEN BENER MERIAH

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

RAPITA APRILIA

NIM: 8156181024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRACT

RAPITA APRILIA. "Development of Social Science Textbook Based Local Culture Class IV Elementary School Wih Pesam In District Bener Meriah" Thesis. Medan: Basic Education Studies Graduate Program, State University of Medan. 2017.

The research is intended to produce textbook-based IPS valid local culture with the demands of the curriculum and the local context and determine the effectiveness of the products are developed textbook. The subjects were all students in the fourth grade at SDN Blang Kucak, SDN Blang Benara and Suka Makmur. This type of research is (Research & Development). The development model used is Dick & Carey adapted to guide the development of procedures aar by Sa'adun Akbar. Research procedure starting from problem identification, curriculum analysis, design and deployment. The results showed that the product developed textbooks are valid through several stages of revision / repairs. The percentage of the value obtained, among others: (a) the feasibility of discussion (96%), (b) the feasibility of Contents (93%), (c) eligibility Presentation (91%), (d) practitioners 1 (94%), (e) 2 practitioners (95%), (f) the practitioner 3 (95%). For product effectiveness textbook then tested the students, following the results of the acquisition of classical percentage of student learning outcomes: (a) one to one phase of 70%, (b) the evaluation of a small group of 77.26%, and (c) limited trial 85, 71%. Based on this test, at a meeting of the three products already meet evectiveness product textbook that students achieve mastery of classical minimum of 85%.

Keywords: Research Development, Textbook, Local Culture.


(6)

ABSTRAK

RAPITA APRILIA. “Pengembangan Buku Ajar IPS Berbasis Budaya

Berbasis Budaya Lokal Kelas IV SD Di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten

Bener Meriah” Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Dasar

Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2017.

Penelitian ini Bertujuan untuk menghasilkan produk buku ajar IPS berbasis budaya lokal yang valid dengan tuntutan kurikulum maupun konteks lokal dan mengetahui keefektifan produk buku ajar yang dikembangkan tersebut. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Negeri Blang Kucak, SD Negeri Blang Benara dan SD Negeri Suka Makmur. Model pengembangan yang digunakan adalah Dick & Carey yang diadaptasikan ke prosedur pengembangan oleh Sa’adun Akbar. Prosedur penelitian yaitu dimulai dari identifikasi masalah, analisis kurikulum, perancangan dan penyebaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk buku ajar yang dikembangkan sudah valid dengan melalui beberapa tahapan revisi/perbaikan. Persentase nilai yang diperoleh antara lain: (a) kelayakan bahasan (96%), (b) kelayakan Isi (93%), (c) kelayakan Penyajian (91%), (d) praktisi 1 (94%), (e) praktisi 2 (95%), (f) praktisi 3 (95%). Untuk keefektifak produk buku ajar maka diujicobakan kepada siswa, berikut hasil perolehan persentase klasikal dari hasil belajar siswa: (a) fase one to one 70%, (b) evaluasi kelompok kecil 77,26%, dan (c) uji coba terbatas 85,71%. Berdasarkan uji coba tersebut, pada pertemuan ketiga produk sudah memenuhi keefektifakn produk buku ajar yaitu siswa minimal mencapai ketuntasan klasikal sebesar 85%.

Kata Kunci: Penelitian Pengembangan, Buku Ajar, Budaya Lokal.


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Batasan Masalah ... 12

1.4. Rumusan Masalah ... 12

1.5. Tujuan Penelitian ... 13

1.6. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1 Kerangka Teoretis ... 15

2.1.1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 15

2.1.2 Pendekatan Dalam Pembelajaran IPS ... 18

2.1.3 Buku Ajar ... 20

2.1.4 Model Pengembangan... 23

2.2 Kerangka Konseptual ... 30

2.3 Penelitian Relevan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Desain Penelitian ... 36

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 50


(8)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Indentifikasi Masalah ... 58

4.1.2 Analisis Kurikulum ... 64

4.1.3 Perancangan ... 67

4.1.4 Penyebaran ... 70

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP ... 100

5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran ... 101


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Buku Ajar………. 21

Tabel 3.1 Uraian Materi Yang dikembangkan…..………... 41

Tabel 3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Talking Stick…………... 44

Tabel 3.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing……. 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi/Penilaian Kelayakan Bahasa………….. 52 Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Validasi/Penilaian Kelayakan Isi………. 52 Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Validasi/ penilaian Kelayakan Penyajian……… 52 Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Validasi/ penilaian Praktisi………. 53 Tabel 3.8 Kriteria Validasi bahan ajar oleh tim ahli dan Praktisi……… 55 Tabel 4.1 Letak Kompetensi Dasar Yang Akan Dikembangkan………. 65 Tabel 4.2 Materi Yang Dikembangkan……….. 66

Tabel 4.3 Tujuan Pembelajaran Yang Dikembangkan……… 67 Tabel 4.4 Hasil Analisis Ahli Bahasa………. 72 Tabel 4.5 Hasil Analisis Ahli Materi………. 75 Tabel 4.6 Hasil Analisis Ahli Penyajian……… 77 Tabel 4.7 Persentase Perolehan Nilai Siswa di SD Negeri Blang Kucak…… 81

Tabel 4.8 Hasil Validasi Guru Kelas IV SD Negeri Blang Kucak…………. 84 Tabel 4.9 Persentase Perolehan Nilai Siswa di SD Negeri Blang Benara…... 85 Tabel 4.10 Hasil Validasi Guru Kelas IV SD Negeri Blang Benara………… 87 Tabel 4.11 Persentase Perolehan Nilai Siswa di SD Negeri Suka Makmur….. 87 Tabel 4.12 Hasil Validasi Guru Kelas IV SD Negeri Suka Makmur………… 88

Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Dari Tim Ahli dan Praktisi………. 90

Tabel 4.14 Persentase Perolehan Nilai Tes Awal………. 90

Tabel 4.15 Persentase Perolehan Nilai Tes Akhir………. 91 Tabel 4.16 SK, KD dan Materi Pada Buku Ajar……... 95


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahapan Model Pengembangan Dick & Carey... 25

Gambar 3.1 Prosedur Pembuatan Produk Buku Ajar……… 36

Gambar 3.2 Diagram Alur Pengembangan Produk………... 47

Gambar 4.1 Diagram Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Bahasa……… 71

Gambar 4.2 Diagram Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Materi……….... 74

Gambar 4.3 Diagram Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Penyajian………….. 77

Gambar 4.4 Diagram Validasi Guru SD Negeri Blang Kucak………. 81

Gambar 4.5 Diagram Validasi Guru SD Negeri Blang Benara………. 84


(11)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Validasi………... 105

Lampiran 2 RPP... 150

Lampiran 3. Soal Tes Hasil Belajar……….. 164

Lampiran 4. Hasil Nilai Tes Siswa………... 179

Lampiran 5. Surat-Surat Kelengkapan Penelitian……….. 185


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan jembatan siswa menuju pengembangan diri. Semakin terdidik siswa tersebut, maka semakin meningkat pula kesadarannya terhadap segala aspek kehidupan. Susanto (2014:1) mengemukakan bahwa Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dalam upaya membangun manusia yang dapat mengenali diri dan menggali potensi yang dimilikinya serta mampu memahami realita kehidupan nyata disekitarnya. Sesuai dengan pengertian tersebut maka pengenalan dan pemahaman potensi diri siswa tentulah harus dimulai dengan lingkungan yang terkecil dan terdekat dengan siswa itu sendiri, kemudian membentuk sinergi terhadap cakupan yang lebih luas, yaitu beranjak dari pemahamannya terhadap lokal, nasional kemudian global.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Tercapainya tujuan pendidikan sangat berkaitan dengan bagaimana siswa itu belajar. Belajar adalah usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan pengetahuan baru. Berhasil atau tidaknya siswa belajar juga dipengaruhi oleh sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar adalah semua sumber, baik berupa buku, orang, dan wujud tertentu. Sumber belajar siswa yang paling banyak


(13)

2

digunakan di sekolah adalah buku.

Buku merupakan bahan ajar yang sangat penting dan strategis dalam pendidikan. Berfungsi sebagai penafsir pertama dari tujuan pendidikan dan dapat menjadi jalan dalam peningkatan mutu pendidikan, karena buku akan banyak memberi perspektif bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuannya dan berpikir disesuaikan dengan perkembangannya. Buku pada dasarnya dituntut untuk mampu mengeksplorasi lebih dalam topik-topik yang dibahas pada pelajaran, menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, mengaitkan persepsi lingkungan yang dihadapi siswa dan mendorong siswa untuk tertarik mempelajarinya. Disini diperlukan suatu sinergi bagaimana guru dapat menghasilkan buku yang bukan hanya mencerdaskan, namun juga mencerahkan, menggugah nalar dan spiritual untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, dijelaskan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional maupun global.

Berdasarkan standar isi yang tersebut di atas, buku IPS sebagai salah satu sumber belajar harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan siswa agar mampu


(14)

3

memperkenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan yang ada sehingga siswa memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan peranannya sebagai makhluk sosial.

John Dewey dalam bukunya Susanto (2014:91) juga menegaskan atas ketidaksetujuannya dengan kegiatan belajar di sekolah yang dijauhkan dengan kegiatan di dunia nyata dan dunia kerja. Bagi Dewey, belajar merupakan bagian dari interaksi dengan lingkungannya. Anak harus dibimbing kearah pemanfaatannya untuk melakukan kegiatan berfikir reflektif dan inilah yang merupakan tanggung jawab guru, bimbingan yang tepat membantu mereka melalui pengalaman dengan lingkungannya.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), memberikan hak atau kewenangan kepada sebuah satuan pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan karakteristik sekolah, salah satunya adalah kebebasan guru dalam menentukan materi pelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Guru memiliki peran mengarahkan siswa untuk lebih mengenal lingkungannya, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sofan dan Khoiru (2009:1) dalam bukunya yang berjudul “Mengembangkan pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) terpadu” menjelaskan tentang pembelajaran yang pada

hakikatnya adalah interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa hubungan antara anak dengan sumber belajar tidak lepas dari peranan guru, dengan


(15)

4

demikian penting bagi guru mempelajari, menambah wawasan dan mengembangkan buku ajar sebagai sumber belajar siswa, misalnya mengaitkan informasi baru yang dekat dengan kehidupan siswa dan sesuai dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus menggali informasi dilingkungan sekitar, selanjutnya menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ada, kemudian memadukannya menjadi pengetahuan baru berbentuk buku ajar sebagai sumber belajar siswa. Salah satu yang dapat dikaitkan dengan lingkup kehidupan nyata siswa pada pelajaran IPS misalnya konteks budaya. Hal ini dimaksudkan bahwa materinya disesuaikan dengan kebutuhan daerah, potensi daerah dan kondisi daerah dengan memanfaatkan berbagai budaya yang berguna dan sesuai dengan tuntutan kurikulum sebagai sumber belajar.

Sekalipun guru tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Dialah yang mengolah kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan dikelasnya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa elemen dari pembelajaran salah satunya adalah sumber belajar, Buku ajar merupakan bagian dari sumber belajar, disini guru dapat mengembangkan buku ajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi sehingga memberikan kesempatan siswa untuk lebih mengenal lingkungan hidupnya.


(16)

5

dilakukan oleh guru di beberapa sekolah yang ada di Kabupaten Bener Meriah. Berdasarkan observasi awal oleh peneliti di tiga sekolah yang ada di kecamatan Wih Pesam, yaitu SD Negeri Suka Makmur, SD Negeri Blang Benara dan SD Negeri Blang Kucak, peneliti menemukan bahwa guru dan siswa hanya menggunakan buku paket yang tersedia di sekolah. Selain itu juga berdasarkan wawancara dengan beberapa guru, mayoritas mereka tidak pernah melakukan pengembangan buku ajar IPS berbasis budaya dan masih memiliki pengetahuan rendah tentang pengembangan buku ajar. Berdasarkan wawancara dengan guru di SD Negeri Blang Kucak dan di SD Negeri Blang Benara, yaitu Ibu Sukanti dan Ibu Suci Rahmatika, siswa masih banyak yang belum mampu mencapai KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 70. Yang mampu mencapai KKM antara lain berkisar 60-75% secara klasikalnya.

Pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD terdapat Kompetensi Dasar “menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota/provinsi)”. Buku IPS yang digunakan siswa adalah buku karangan Ahmad Zuber dan Lukman Hakim yang diproduksi oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri di Jawa Tengah dan buku karangan Asya’ari yang diproduksi oleh Erlangga di Jakarta Timur. Banyak sekali uraian materi yang tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dengan konteks lokal tentang kebudayaan yang ada di Kabupaten Bener Meriah. Kompetensi dasar menuntut untuk menguraikan tentang budaya yang sesuai dengan kondisi daerah siswa yaitu di Kabupaten Bener Meriah namun penjelasan materi yang ada dalam buku tersebut justru menggambarkan keadaan budaya yang ada di luar kabupaten Bener


(17)

6

Meriah, sehingga siswa tentu akan mengalami kesulitan dalam menggeneralisasikan antara konsep dengan fakta, karena fakta yang diuraikan jauh dari lingkungan kehidupan siswa.

Pada buku ajar yang digunakan oleh siswa tidak ada uraian materi tentang kebudayaan etnis Gayo yang merupakan suku asli di Kabupaten Bener Meriah, uraian materi pada buku tersebut antara lain menyajikan tentang pakaian adat, alat musik, seni pertunjukan, tarian dan senjata tradisional dari wilayah Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa. Jika ditelaah isi buku tersebut tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kurikulum menekankan siswa untuk dapat mengetahui budaya yang ada dilingkungan tempat tinggalnya dan kondisi daerah Kabupaten Bener Meriah pun memungkinkan guru untuk memanfaatkan potensi kebudayaan sebagai sumber belajar.

Penggunaan buku yang tidak sesuai dengan kondisi daerah setempat dan tuntutan kurikulum akan berdampak terhadap pengetahuan siswa. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa tentang materi pelajaran kelas IV SD yang berkaitan dengan budaya di wilayah setempat, mayoritas mereka tidak mengetahui budaya yang mereka miliki, selain itu juga mereka tidak tahu bahwa beberapa kesenian yang mungkin pernah mereka saksikan disekitarnya ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah dan merupakan warisan dari nenek moyang yang memiliki makna dan wajib untuk dilestarikan, hal ini disebabkan karena siswa tidak dapat mengaitkan antara konsep budaya yang dipelajarinya di sekolah dengan fakta yang terdapat dilingkungan yang disebabkan uraian materi dalam buku kontennya tidak relevan bagi siswa.


(18)

7

Budaya menjadi ciri khas suatu bangsa yang akan membuat bangsa tersebut dikenal oleh setiap orang baik di dalam maupun di luar negeri. Setiap negara memiliki budayanya masing-masing yang membuat negara tersebut unik dan memiliki nilai. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau dan suku bangsa, sehingga masing-masing memiliki budaya khas kedaerahan yang sering disebut sebagai budaya lokal. Kebudayaan di Indonesia ini perlu diperkenalkan kepada generasi penerus bangsa. Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui sarana pendidikan, baik formal, maupun non formal. Pendidikan merupakan upaya sadar manusia dalam memahami diri sendiri dan lingkungannya. Oleh sebab itu pendidikan harus mampu memupuk dan menumbuhkan kesadaran akan adanya lingkungan sekitar.

Oleh karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan ada ratusan suku beserta budaya yang sangat beragam di setiap daerahnya masing-masing, maka tidak mungkin akan dipelajari secara keseluruhan pada materi di sekolah yang berkaitan dengan budaya tersebut. Sehingga perlu adanya pengenalan pada konteks yang lebih kecil, yaitu wilayah tingkat kabupaten. Di sini penekanan terhadap siswa pada pengenalan budaya yang ada dilingkungannya adalah agar siswa mampu mengaitkan konsep dengan fakta budaya nyata yang ada dilingkungannya, dengan demikian tujuan dari standar isi tentang pengenalan konsep lingkungan dapat dicapai oleh siswa.

Saat ini pemahaman siswa tentang budaya lokal yang ada dalam masyarakat sudah semakin menipis sehingga perlu diupayakan bagaimana caranya agar aneka ragam budaya yang telah dimiliki tersebut bisa diperkenalkan. Dengan


(19)

8

pengenalan ini, pengetahuan siswa akan budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang dan merupakan identitas kedaerahan akan lebih baik dan jelas sehingga akan terbentuk rasa memiliki terhadap budaya dan memunculkan semangat pelestarian bagi generasi penerus bangsa.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu penyebab dari terkikisnya budaya disebabkan karena siswa tidak diperkenalkan sejak dini dengan lingkungannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan berbasis budaya masyarakat lokal kepada siswa di sekolah khususnya pada mata pelajaran IPS di SD/MI. Buku ajar sebagai sumber belajar IPS harus dirancang sedemikian rupa oleh para guru dengan memperhatikan potensi dan karakteristik daerah, salah satunya dengan mengedepankan budaya.

Aman Pinan (2003:663) mengatakan bahwa kebudayaan pada masyarakat etnis Gayo sangatlah banyak, misalnya bidang kesenian diantaranya ada beberapa jenis alat musik tradisional, salah satu contohnya adalah Teganing, Canang dan memong. Tenganing adalah sebuah instrument kuno, dibuat dari sepotong ruas bambu besar, kulit bambu dicungkil sehingga membentuk beberapa buah tali memanjang, tali-tali diganjal pada bagian ujung dan pangkal sehingga dapat menyetel nada, sedangkan Canang (satu unit alat musik terdiri dari gong, memong dangegedem). Memong terbuat dari logam sedangkan gegedem diolah dari kulit kambing yang dipasang pada kayu yang bagian dalamnya sudah dibuang sehingga membentuk rongga.

Selain alat musik, terdapat juga tarian tradisional. Melalatoa ( 2001: 13) mengatakan bahwa tarian dan seni pertunjukan tradisional yaitu tari Guel dan


(20)

9

pementasan didong. Tari Guel merupakan tari tradisi yang utama dalam upacara adat tertentu, tari guel sepenuhnya merupakan apresiasi terhadap wujud alam dan lingkungan yang kemudian dirangkai dalam bentuk tarian, sedangkan Didong dianalisis sebagai suatu teater. Pergelaran didong dilandaskan pada suatu sistem, ide dan tradisi dari masyarakat, teater ini menggunakan lirik-lirik indah dengan bobot pesan yang dalam, tajam dan aktual dengan mengedepankan adat-istiadat kehidupan masyarakat.

Penjelasan diatas membuktikan bahwa sama halnya dengan etnis Gayo, setiap etnis yang ada di Indonesia memiliki ciri khas kebudayaannya masing-masing yang diwariskan oleh nenek moyang. Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga ke Merauke yang dihuni oleh ratusan suku sehingga sebelum memahami dan mempelajari kebudayaan dari etnis lain alangkah baiknya dimulai dengan memahami etnis masing-masing yang berlaku di daerahnya.

Berdasarkan uraian diatas, ternyata banyak budaya masyarakat gayo di daerah yang dapat diperkenalkan kepada siswa. Buku panduan siswa dengan taraf nasional yang diproduksi oleh Mendikbud pun membahas tentang keadaan yang ada diluar daerah Kabupaten Bener Meriah. Uraian diatas tentang contoh budaya juga menyiratkan bahwa di Kabupaten Bener Meriah memiliki budaya yang layak untuk diperkenalkan kepada siswa, namun kenyataannya tidak ada sekolah yang mengembangkan buku ajar yang melibatkan lingkungan budaya di Kabupaten Bener Meriah.


(21)

10

rendahnya tingkat kepedulian dan pemahaman guru terhadap budaya dan sejarah yang ada dilingkungannya. hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan buku yang dimungkinkan untuk dapat dibaca, baik oleh kalangan umum maupun siswa yang merupakan generasi penerus bangsa, kalaupun ada buku tersebut ketersediaannya terbatas pada pustaka daerah kabupaten atau provinsi dengan penggunaan bahasa yang terlalu tinggi untuk dipahami oleh siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan wawancara dengan kepala perpustakaan daerah Kabupaten Bener Meriah, yaitu Bapak Abdul Gani menyatakan bahwa sejak terbentuknya Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 hingga sekarang belum pernah ada buku khusus dari Dinas Pendidikan kabupaten yang membahas tentang budaya dan peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Bener Meriah untuk dijadikan sumber bacaan siswa di tingkat SD, SMP maupun SMA. selaian Dinas Pendidikan, dibeberapa sekolah pada tempat observasi peneliti juga guru yang merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran belum pernah melakukan pengembangan buku ajar.

Problematika di atas merupakan tantangan untuk menjadikan pendidikan IPS terus diupayakan pengembangannya, karena keberhasilan dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar merupakan suatu tempat pengelolaan dan pengembangan situasi belajar bermakna dengan tujuan membantu atau memberikan fasilitas belajar manusia yang dekat dengan lingkungannya. belajar dengan aneka sumber dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan dalam proses belajar dan pembelajaran, akan tetapi juga dapat


(22)

11

mendidik siswa cara belajar yang tepat sehingga dapat belajar secara mandiri sepanjang hayat yang dilakukan seawal mungkin.

Sumber belajar yang dimaksudkan diatas dapat dikembangkan oleh guru menjadi sebuah buku ajar yang dapat digunakan oleh siswa. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran di kelas seyogiyanya didukung oleh buku sebagai sarana belajar bagi siswa di sekolah. Buku ajar merupakan jendela manusia melihat dunia ini, untuk dapat mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga siswa dapat menjadi manusia yang berkualitas.

Ditinjau dari kerangka pengembangan pembaharuan sistem pendidikan, pengembangan buku ajar berbasis budaya sesuai dengan ide desentralisasi pendidikan. Bahwa desentralisasi merupakan upaya perbaikan efektivitas dan efisiensi pendidikan yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan daerah untuk meningkatkan potensinya secara mandiri dan lebih optimal, oleh karena itu, pengembangan bahan ajar berupa buku IPS siswa yang berorientasi pada budaya sangat diperlukan guna memperkaya pengetahuan siswa menghadapi tantangan global dan juga memperkenalkan siswa pada lingkungan sekitarnya.

1.2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul dan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Buku yang digunakan siswa sebagai sumber belajar, khususnya pada materi tentang budaya tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sebenarnya mengharuskan siswa untuk mengetahui budaya yang ada dilingkungannya.


(23)

12

2. Buku ajar yang digunakan diproduksi di pulau Jawa sehingga konteks yang diangkat adalah budaya yang ada di luar Kabupaten Bener Meriah.

3. Siswa yang ada di SD Negeri Suka Makmur, SD Negeri Blang Benara dan SD Negeri Blang Kucak Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah tidak mengetahui kekayaan budaya yang ada dilingkungannya.

4. Tidak tersedianya buku ajar berbasis budaya oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah.

5. Kurangnya kepedulian dan pengetahuan guru di SD Negeri Suka Makmur, SD Negeri Blang Benara dan SD Negeri Blang Kucak dalam melakukan pengembangan buku ajar berbasis budaya lokal.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan dari beberapa masalah yang telah diidentifikasikan, maka peneliti membatasi permasalahan untuk lebih fokus dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah yang dimaksud adalah mengenai pengembangan bahan ajar IPS pada materi tentang keragaman budaya.

1.4. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kevalidan produk buku ajar IPS yang telah dikembangkan dengan menyesuaikan pada konteks lokal Kabupaten Bener Meriah dan tuntutan SK/KD pada kurikulum?

2. Bagaimanakah efektifitas buku ajar IPS berbasis budaya lokal yang telah dikembangkan terhadap hasil belajar siswa di SD Negeri Blang Kucak, SD


(24)

13

Negeri Blang Benara dan SD Negeri Suka Makmur, Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk buku ajar IPS yang valid dengan menyesuaikan pada konteks lokal Kabupaten Bener Meriah dan tuntutan SK/KD pada kurikulum.

2. Mengetahui efektifitas buku ajar IPS berbasis budaya lokal yang telah dikembangkan terhadap hasil belajar siswa di SD Negeri Blang Kucak, SD Negeri Blang Benara dan SD Negeri Suka Makmur, Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah.

1.6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini, adapun manfaat penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran ilmiah dalam memajukan pendidikan, pada khususnya di jenjang pendidikan tingkat Sekolah Dasar kelas IV dengan cara mengembangkan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal.

b. Sebagai informasi dan masukan kepada pihak Dinas Pendidikan, Sekolah dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara mengembangkan buku ajar IPS berbasis budaya lokal.


(25)

14

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pengembangan wawasan bagi peneliti lain yang ingin untuk meneliti masalah yang sama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. b. Sebagai salah satu jalan untuk memperkenalkan budaya lokal pada siswa.


(26)

100

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, peneliti merumuskan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pengembangan produk buku ajar dalam penelitian ini.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian terhadap hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, antara lain:

1. Hasil penelitian ini adalah sebuah produk buku ajar IPS berbasis budaya lokal di Kabupaten Bener Meriah untuk kelas IV SD. Produk buku ajar ini sudah layak dan valid untuk digunakan oleh siswa SD kelas IV yang ada di Kabupaten Bener Meriah dengan melalui penilaian, perevisian dan validasi dari beberapa ahli dan praktisi. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil analisis para ahli dan praktisi yang terdiri dari ahli bahasa (96% = sangat valid), ahli isi materi (% 93= sangat valid) dan ahli penyajian (91% = sangat valid). Untuk praktisi dari sekolah SD Negeri Blang Kucak (94% = sangat valid ), SD Negeri Blang Benara (94% = sangat valid), dan SD Negeri Suka Makmur (95% = sangat valid).

2. Buku ajar yang digunakan efektif untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis efektifitas buku ajar. Keefektifan buku ajar berdasarkan uji coba produk dengan tiga fase yaitu one to one, evaluasi kelompok kecil, dan uji coba terbatas. Pada fase one to one diperoleh persentase skor sebesar 70%, pada fase evaluasi kelompok kecil diperoleh persentase


(27)

101

sebesar 77,26% dan pada fase uji coba terbatas diperoleh persentase sebesar 85,71%. Perbandingan antara tes awal dan tes akhir siswa yang telah dilakukan maka ditemukan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa tentang keragaman suku bangsa dan budaya di Kabupaten Bener Meriah. Berdasarkan persentase klasikal yang diperoleh maka maka dapat disimpulkan bahwa pada uji kesatu dan kedua persentase klasikal belum memenuhi kriteria yang seharunya yaitu sebesar 85%. Baru kemudian pada uji ketiga diperoleh persentase klasikal sebesar 85,71%, artinya sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sehingga produk buku ajar sudah memenuhi indikator keefektifan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Buku ajar yang sudah dikembangkan pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam memenuhi sumber belajar. Selain itu, dengan menggunakan buku ajar yang sudah dikembangkan ini akan menambah wawasan dan pemahaman siswa khususnya pada “keragaman suku bangsa dan budaya di Kabupaten Bener Meriah.

2. Bagi kepala sekolah, agar mendukung setiap guru untuk mengembangkan buku ajar dan melakukan inovasi dalam pembelajaran yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran maupun peningkatan kualitas guru itu sendiri.


(28)

102

3. Bagi pihak Dinas Pendidikan, agar ikut mendukung dan berpartisipasi bagi kemajuan kualitas pendidikan agar memberikan pelayanan kepada guru-guru semisal sosialiasi tentang pengembangan buku ajar, karena berdasarkan observasi awal masih banyak guru-guru yang butuh bimbingan dan tambahan wawasan bagi peningkatan kualitasnya demi kemajuan kualitas penerus bangsa.

4. Bagi peneliti lain, lakukan penelitian yang serupa atau lebih baik dalam pengembangan buku ajar yang praktis dan efektif demi memenuhi kebutuhan buku ajar yang bermutu.


(29)

103

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta Prestasi Pustaka.

Akbar Sa’adun. 2015. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remja Rosdakarya

Aman Pinan A.R. Hakim. 2003. Pesona Tanoh Gayo. Takengon: Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah.

Amar Syahrul. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran dan Bahan Ajar IPS Terpadu di SMP Se-kota Selong. Jurnal Educatio: Vol. 10 No. 2, Desember 2015

Daryanto dan Dwi Cahyo. 2014. Pengembangan Perangkat pembelajaran (Silabus,

RPP, PBH, Bahan ajar). Yogyakarta: Gava Media.

Deny Setiawan. 2016. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Larispa Indonesia.

Dick, Walter, Lou Carey dan James O Carey. 2005. The Systematic Design Of Instruction. 6 Ed. Boston: Pearson.

Eviana. 2014. Pengembangan Buku Ajar IPS Berbasis masalah Pada Materi

Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Siswa Kelas VII SMP. Universitas

Negeri Jambi: Volume 13, Nomor 1, April 2014 hal 90-102. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Gede I Dewa. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Ips Berorientasi Ips Terpadu Untuk Siswa Smp Kelas VII. Universitas Pendidikan Ganesha. Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi: Indeks.

Melalatoa M. Junus. 2001. Didong (Pentas Kreativitas Gayo). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia & Anggota IKAPI.

Mohd. Thamrin. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Penulisan Karya Ilmiah Berbasis Vokasi. Politeknik Negeri Malang, Volume 13, Nomor 1, April 2014 hal 90-102.

Muri Yusuf. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan penelitian Gabungan. Jakarta: Prenada Media Group


(30)

104

Pargito dan Sujarwo . 2015. Pengembangan bahan ajar sejarah berupa cerita Rakyat sebagai wujud kearifan lokal di kelas V Madrasah Aliyah. Jurnal Pendidikan Islam: Volume 1, Nomor 1, September 2015, ISSN 2502-0668 Permendiknas No. 22 Th. 2006 Tentang Standar Isi Mata Pelajaran IPS SD/MI. Prastowo Andi. 2014. Panduan kreatif membuat bahan ajar Inovatif. , Yogyakarta:

Diva Press.

Putra Nusa. 2015. Research & Development. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Setyosari Punaji. 2013. Metode Penelitian & Pengembangan. Jakarta: Prenad a

Media Group.

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice (N. Yusron. Terjemahan). London: Allymand Bacon. Buku asli diterbitkan tahun 2005.

Sihotang Chandra dan Sibuea Muin. 2014. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Kontekstual Dengan Tema “Sehat Itu Penting”. Teknologi Pendidikan: Pascasarjana Unimed.

Sofan dan Ahmadi Lif Khoiru. 2009. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

Susanto Ahmad. 2014. Pengembangan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media.

Simanjuntak Tianna. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPS Terpadu Berkarakter

di SMP Kelas VII Semester I. Universitas Jambi: Tekno-Pedagogi Vol. 3

No. 2 September 2013 : 25-34 ISSN 2088-205X.

Tegeh I Mede dkk. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wahab Abdul Aziz. 2010. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Winataputra Udin. Materi Pembelajaran IPS SD. 2011: Universitas Terbuka


(1)

a. Sebagai bahan pengembangan wawasan bagi peneliti lain yang ingin untuk meneliti masalah yang sama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. b. Sebagai salah satu jalan untuk memperkenalkan budaya lokal pada siswa.


(2)

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, peneliti merumuskan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pengembangan produk buku ajar dalam penelitian ini.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian terhadap hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, antara lain:

1. Hasil penelitian ini adalah sebuah produk buku ajar IPS berbasis budaya lokal di Kabupaten Bener Meriah untuk kelas IV SD. Produk buku ajar ini sudah layak dan valid untuk digunakan oleh siswa SD kelas IV yang ada di Kabupaten Bener Meriah dengan melalui penilaian, perevisian dan validasi dari beberapa ahli dan praktisi. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil analisis para ahli dan praktisi yang terdiri dari ahli bahasa (96% = sangat valid), ahli isi materi (% 93= sangat valid) dan ahli penyajian (91% = sangat valid). Untuk praktisi dari sekolah SD Negeri Blang Kucak (94% = sangat valid ), SD Negeri Blang Benara (94% = sangat valid), dan SD Negeri Suka Makmur (95% = sangat valid).

2. Buku ajar yang digunakan efektif untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis efektifitas buku ajar. Keefektifan buku ajar berdasarkan uji coba produk dengan tiga fase yaitu one to one, evaluasi kelompok kecil, dan uji coba terbatas. Pada fase one to one diperoleh persentase skor sebesar 70%, pada fase evaluasi kelompok kecil diperoleh persentase


(3)

sebesar 85,71%. Perbandingan antara tes awal dan tes akhir siswa yang telah dilakukan maka ditemukan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa tentang keragaman suku bangsa dan budaya di Kabupaten Bener Meriah. Berdasarkan persentase klasikal yang diperoleh maka maka dapat disimpulkan bahwa pada uji kesatu dan kedua persentase klasikal belum memenuhi kriteria yang seharunya yaitu sebesar 85%. Baru kemudian pada uji ketiga diperoleh persentase klasikal sebesar 85,71%, artinya sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sehingga produk buku ajar sudah memenuhi indikator keefektifan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Buku ajar yang sudah dikembangkan pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam memenuhi sumber belajar. Selain itu, dengan menggunakan buku ajar yang sudah dikembangkan ini akan menambah wawasan dan pemahaman siswa khususnya pada “keragaman suku bangsa dan budaya di Kabupaten Bener Meriah.

2. Bagi kepala sekolah, agar mendukung setiap guru untuk mengembangkan buku ajar dan melakukan inovasi dalam pembelajaran yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran maupun peningkatan kualitas guru itu sendiri.


(4)

3. Bagi pihak Dinas Pendidikan, agar ikut mendukung dan berpartisipasi bagi kemajuan kualitas pendidikan agar memberikan pelayanan kepada guru-guru semisal sosialiasi tentang pengembangan buku ajar, karena berdasarkan observasi awal masih banyak guru-guru yang butuh bimbingan dan tambahan wawasan bagi peningkatan kualitasnya demi kemajuan kualitas penerus bangsa.

4. Bagi peneliti lain, lakukan penelitian yang serupa atau lebih baik dalam pengembangan buku ajar yang praktis dan efektif demi memenuhi kebutuhan buku ajar yang bermutu.


(5)

Ahmadi Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta Prestasi Pustaka.

Akbar Sa’adun. 2015. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remja

Rosdakarya

Aman Pinan A.R. Hakim. 2003. Pesona Tanoh Gayo. Takengon: Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah.

Amar Syahrul. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran dan Bahan Ajar IPS Terpadu di SMP Se-kota Selong. Jurnal Educatio: Vol. 10 No. 2, Desember 2015

Daryanto dan Dwi Cahyo. 2014. Pengembangan Perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, PBH, Bahan ajar). Yogyakarta: Gava Media.

Deny Setiawan. 2016. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Larispa Indonesia.

Dick, Walter, Lou Carey dan James O Carey. 2005. The Systematic Design Of Instruction. 6 Ed. Boston: Pearson.

Eviana. 2014. Pengembangan Buku Ajar IPS Berbasis masalah Pada Materi Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Siswa Kelas VII SMP. Universitas Negeri Jambi: Volume 13, Nomor 1, April 2014 hal 90-102.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Gede I Dewa. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Ips Berorientasi Ips Terpadu Untuk Siswa Smp Kelas VII. Universitas Pendidikan Ganesha. Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi: Indeks.

Melalatoa M. Junus. 2001. Didong (Pentas Kreativitas Gayo). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia & Anggota IKAPI.

Mohd. Thamrin. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Penulisan Karya Ilmiah Berbasis Vokasi. Politeknik Negeri Malang, Volume 13, Nomor 1, April 2014 hal 90-102.

Muri Yusuf. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan penelitian Gabungan. Jakarta: Prenada Media Group


(6)

Pargito dan Sujarwo . 2015. Pengembangan bahan ajar sejarah berupa cerita Rakyat sebagai wujud kearifan lokal di kelas V Madrasah Aliyah. Jurnal Pendidikan Islam: Volume 1, Nomor 1, September 2015, ISSN 2502-0668 Permendiknas No. 22 Th. 2006 Tentang Standar Isi Mata Pelajaran IPS SD/MI. Prastowo Andi. 2014. Panduan kreatif membuat bahan ajar Inovatif. , Yogyakarta:

Diva Press.

Putra Nusa. 2015. Research & Development. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Setyosari Punaji. 2013. Metode Penelitian & Pengembangan. Jakarta: Prenad a

Media Group.

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice (N. Yusron. Terjemahan). London: Allymand Bacon. Buku asli diterbitkan tahun 2005.

Sihotang Chandra dan Sibuea Muin. 2014. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Kontekstual Dengan Tema “Sehat Itu Penting”. Teknologi Pendidikan: Pascasarjana Unimed.

Sofan dan Ahmadi Lif Khoiru. 2009. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

Susanto Ahmad. 2014. Pengembangan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media.

Simanjuntak Tianna. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPS Terpadu Berkarakter di SMP Kelas VII Semester I. Universitas Jambi: Tekno-Pedagogi Vol. 3 No. 2 September 2013 : 25-34 ISSN 2088-205X.

Tegeh I Mede dkk. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wahab Abdul Aziz. 2010. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Winataputra Udin. Materi Pembelajaran IPS SD. 2011: Universitas Terbuka