PERBANDINGAN PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH KLIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014.

(1)

PROGRESIF DAN TERAPI RELAKSASI MEDITASI

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

KLIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS ANDALAS PADANG

TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

RESTI MAIWANDIRA BP. 1010323015

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2014


(2)

vii

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS OKTOBER 2014

Nama : RESTI MAIWANDIRA BP : 1010323015

Perbandingan Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Tekanan Darah Klien Hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang

ABSTRAK

Perkembangan pembangunan nasional beberapa tahun ini menyebabkan pergeseran masalah kesehatan sehingga terjadi peningkatan penyakit tidak menular yang salah satunya adalah hipertensi. Terapi non farmakologis menjadi alternatif pengobatan yang baik digunakan bagi klien hipertensi, diantaranya adalah terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi terhadap tekanan darah klien hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain Quasi-Experiment dengan pendekatan Non Equivalen Comparison Group Pretest-Posttest. Sampel penelitian berjumlah 20 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dengan terapi relaksasi otot progresif dan kelompok eksperimen 2 dengan terapi relaksasi meditasi. Terapi diberikan selama 7 hari berturut-turut pada pagi hari selama 15 menit. Hasil penelitian didapatkan terapi relaksasi otot progresif menurunkan tekanan darah sistole sebesar 10,60 mmHg dan diastole sebesar 4 mmHg, sedangkan terapi relaksasi meditasi menurunkan tekanan darah sistole sebesar 13,90 mmHg dan diastole sebesar 5 mmHg. Kesimpulan penelitian ini adalah kelompok eksperimen 2 lebih baik menurunkan tekanan darah dibandingkan kelompok eksperimen 1 dengan p value 0,000 (p<0,05). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar serta dengan melihat besarnya pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi terhadap tekanan darah.

Kata kunci : tekanan darah, terapi relaksasi otot progresif, terapi relaksasi meditasi


(3)

FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY OCTOBER 2014

Name : RESTI MAIWANDIRA

BP : 1010323015

Comparison Effects of Progressive Muscle Relaxation Therapy and Meditation Relaxation Therapyto Blood Pressure for

Clients with Hypertension inPuskesmas Andalas

Padang

ABSTRACT

The national development cause a shift in health issues resulting in an

increase in non-communicable diseases, one of which is hypertension.

Non-pharmacological therapy be an alternative treatment that is best used for hypertensive clients, such as progressive muscle relaxation therapy and meditation

relaxation therapy.The purpose of this study to compare the therapeutic effect of

progressive muscle relaxation and meditation relaxation therapy on blood pressure

of hypertensive clients.This study used a design approach

Quasi-Experiment with Non-Equivalent Comparison Group Pretest-Posttest. Sample size was 20 respondents, divided into 2 groups: the experimental group 1 with progressive muscle relaxation therapy and experimental group 2 with meditation relaxation

therapy.Therapy was given for 7 consecutive days in the morning for 15 minutes.The

results showed progressive muscle relaxation therapy to lower systolic blood pressure and diastolic 10.60 mmHg at 4 mmHg, whereas relaxation therapy meditation lowers systolic blood pressure was 13.90 mmHg and diastolic by 5

mmHg.The conclusion of this study is the experimental group 2 better blood pressure

than the experimental group 1 with a p value of 0.000 (p <0.05).Suggestions for

further research is to use total sample more than previous research and for determine influence of the intervention on blood pressure with experiment group.

Keywords : blood pressure, progressive muscle relaxation therapy, meditation relaxation therapy


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun

terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah

kesehatan. Sunaryo dan Haryati (2007) menyebutkan bahwa masalah kesehatan

baru yang muncul terlihat dari pergeseran masalah kesehatan berbasis organo

biologis menjadi masalah kesehatan yang berbasis perilaku, sehingga

menyebabkan peningkatan penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tersebut

adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

Organization (WHO) yang menyatakan terjadi peningkatan penyakit hipertensi dari tahun ke tahun.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg

(Smeltzer & Bare, 2002). Price dan Wilson (2006) menyebutkan bahwa

hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun hingga terjadi

kerusakan organ yang bermakna. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin

tinggi kejadian kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung,

stroke atau gagal ginjal (Kabo, 2010). Potter dan Perry (2005) juga menjelaskan

bahwa tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan


(5)

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab

kematian utama di negara maju dan negara berkembang. Pernyataan ini

diperkuat oleh WHO yang menjelaskan tercatat satu miliar orang di dunia yang

menderita hipertensi dan diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar

12,8% dari seluruh total kematian, serta hipertensi meningkat secara konsisten di

negara berkembang (WHO, 2010). Indonesia yang merupakan negara

berkembang memiliki prevalensi hipertensi 25,8% yang menduduki penyakit

terbanyak dibandingkan Stroke 12,1% dan Penyakit Tulang-Sendi 11,9%

(RISKESDAS, 2013). Data WHO dan RISKESDAS tersebut menjelaskan bahwa

penyakit hipertensi belum teratasi dan prevalensinya akan terus meningkat jika

tidak ditangani dengan baik.

Penatalaksanaan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan terapi non-farmakologi. Terapi farmakologi merupakan

pengelolaan hipertensi menggunakan obat-obatan yang dikenal dengan obat

antihipertensi baik golongan diuretik, penghambat adrenergik maupun

vasodilator (Divine, 2012). Terapi non-farmakologi merupakan pengobatan

hipertensi yang dilakukan dengan cara menjalani pola hidup sehat yaitu diet

rendah garam dan kolesterol, menghentikan pemakaian zat yang membahayakan

tubuh, istirahat yang cukup, mengelola stres, aktivitas fisik (Susilo & Wulandari,

2011). Lippincott, Williams dan Wilkins (2007) juga menjelaskan berdasarkan

beberapa penelitian bahwa terapi non-farmakologi merupakan intervensi wajib


(6)

3

Terapi non-farmakologis sudah banyak dikembangkan di luar negeri dan

menjadi intervensi pendamping yang dapat digunakan sebagai pengganti

pengobatan konvensional (Setyawati, 2010). Terapi ini dikelompokkan dalam

Comlpementer Alternative Medicine (CAM) terdiri dari Alternative Medical System, Mind Body Intervention, Biological Based Therapy, Manipulative Body-Based Method dan Energy Therapies. Setyawati (2010) memperjelas diantara klasifikasi CAM tersebut jenis Mind Body Intervention (MBI) mudah dilakukan

untuk mempengaruhi fungsi dan manifestasi tubuh. MBI juga dapat dilakukan

secara mandiri dan berbeda dari golongan terapi lain yang memerlukan media

ataupun terapis.

MBI digunakan untuk mengontrol pikiran dan tubuh yang dipercaya akan

berdampak baik bagi kesehatan. Terapi ini berupa terapi seni, imagery, relaksasi,

biofeedback dan aromaterapi, namun dari beberapa jenis terapi tersebut terapi

relaksasi merupakan terapi yang mudah dilakukan dan dapat dilakukan kapan

saja tanpa efek samping yang merugikan. Terapi relaksasi ini dianggap mampu

meningkatkan kemandirian penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan

darahnya melalui pengontrolan pikiran dan tubuh.

Pernyataan dari The National Center for Complementary and Alternative

Medicine (NCCAM) memperjelas terapi relaksasi ini dapat digunakan sebagai pengganti pengobatan konventional tanpa memerlukan pengawasan dari petugas

kesehatan (Snyder, dkk. 2002). Terapi relaksasi ini meliputi terapi relaksasi


(7)

2010). Diantara tiga jenis terapi relaksasi terdapat dua jenis relaksasi yang telah

banyak digunakan dalam intervensi penyakit hipertensi, yaitu terapi relaksasi otot

progresif dan terapi relaksasi meditasi. Kedua terapi ini menunjukkan hasil yang

baik bagi tekanan darah yaitu dapat memperngaruhi penurunan tekanan darah

sistole dan diastole. Namun untuk terapi otogenik lebih pada pengontrolan stress

dan biasanya digunakan untuk managemen nyeri karena tekniknya sama dengan

imageri.

Setyawati (2010) memperjelas bahwa relaksasi otogenik ini tidak

memperlihatkan hasil yang begitu jelas bagi beberapa penderita hipertensi

dikarenakan beberapa peserta latihan mengalami kenaikan tekanan darah dan

sebagian lainnya mengalami penurunan tekanan darah. Kegiatan latihan relaksasi

otogenik ini juga harus dihentikan jika peserta merasa cemas atau gelisah selama

atau sesudah latihan dan ketika menunjukkan efek samping tidak bisa diam

(Saunders, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi otogenik masih

dipertimbangkan untuk pengontrolan tekanan darah pada penderi hipertensi.

Terapi relaksasi otot progresif merupakan metode relaksasi melalui proses

menegangkan dan merilekskan otot tubuh dan paling mudah dipelajari dan

dilakukan (Richmond, 2009). Sheu dkk (2003) melakukan penelitian terapi

relaksasi otot progresif selama satu minggu dan didapatkan hasil penurunan

tekanan darah sistole sebesar 5,44 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 3,48

mmHg. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Shinde KJ et al (2012) yang


(8)

5

tekanan darah sistole sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 2

mmHg. Penelitian ini juga dilakukan oleh Kharisma (2013) dalam waktu dua

minggu menghasilkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 13,3 mmHg dan

tekanan darah diastole sebesar 5,95 mmHg.

Meditasi merupakan suatu kondisi rileks untuk konsentrasi pada kejadian

realitas yang berlangsung, atau suatu kondisi bebas dari segala macam pikiran

atau semua yang melelahkan yang berfokus kepada Tuhan Yang Maha Esa atau

suatu konsentrasi yang tinggi (Effendi, 2005). Menurut Canter (2003 dikutip dari

Kushartanti, 2010) dengan terapi meditasi ini menghasilkan efek fisiologis

seperti denyut jantung menjadi lambat serta tekanan darah menurun. Penelitian

terapi relaksasi meditasi ini juga pernah dilakukan oleh O’Hara dkk (2006) yang menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah. Penelitian

yang dilakukan oleh Ankad et al (2011) yang dilakukan dalam waktu 2 minggu

menunjukkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 3,80 mmHg dan tekanan

darah diastole 3,08 mmHg. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gokal et al

(2007) dalam waktu selama 1 minggu dan ditemukan penurunan tekanan darah

sistole sebesar 8 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 5 mmHg.

Data yang didapatkan menyebutkan bahwa untuk provinsi Sumatera Barat

terdapat 232.274 kasus hipertensi yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan

darah saja (RISKESDAS, 2013). Sedangkan untuk wilayah kota Padang menjadi

urutan kedua kota terbanyak hipertensi dengan prevalensi 29,5% dari seluruh


(9)

hipertensi dengan prevalensi 41,8% dari seluruh penduduk kota Bukittinggi

(Depkes Sumbar, 2010). Wilayah kota Padang yang memiliki 22 Puskesmas

tercatat kasus hipertensi terbanyak pada tahun 2014 ini adalah pada Puskesmas

Andalas dimana tercatat 680 kasus dan 520 merupakan hipertensi esensial pada

bulan Maret 2014 (Data PTM, 2014). Data tersebut memperjelas bahwa kota

Padang khususnya di wilayah kerja Puskesmas Andalas layak dijadikan tempat

penelitian mengingat banyaknya kasus hipertensi yang terjadi.

Studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya di Puskesmas Andalas

melalui proses wawancara dengan 7 orang klien, didapatkan data bahwa

penatalaksanaan hipertensi yang diberikan lebih bersifar farmakologi, sedangkan

untuk terapi non-farmakologi pasien hanya mengetahui tentang diet rendah

garam dan rendah kolesterol saja. Pernyaan ke-7 klien juga dengan jelas

menyebutkan bahwa penyedia layanan Puskesmas tidak pernah memberikan

terapi lainnya. Tergambar dari data bahwa terapi relaksasi otot progresif dan

terapi relaksasi meditasi belum pernah diberikan kepada klien hipertensi di

Puskesmas Andalas Padang.

Pertimbangan lainnya dalam penelitian ini adalah mengacu pada banyaknya

kejadian hipertensi di tengah masyarakat yang dapat berdampak pada komplikasi

yang ditimbulkan seperti kerusakan organ tubuh (jantung, otak, ginjal, dll)

hingga stroke yang berujung pada kematian. Selain itu juga berdampak pada

beban biaya yang harus dikeluarkan dalam pengobatan hipertensi. Diharapkan


(10)

7

menurunkan tekanan darah tanpa mendapatkan efek obat yang cukup serius

seperti sulit tidur, kelelahan dan gangguan pencernaan. Sehingga hasilnya dapat

sejalan dengan pendapat Sutrani dan Hadibroto (2004) yang melaporkan

banyaknya penderita hipertensi yang berhasil mengelola penyakitnya tanpa obat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dan melihat fenomena yang terjadi peneliti

melakukan penelitian untuk mengetahui Perbandingan Pengaruh Terapi

Relaksasi Otot Progresif dan Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Tekanan Darah

Klien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi

relaksasi meditasi terhadap tekanan darah pada klien hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Andalas Kota Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah klien hipertensi

pada kelompok eksperimen 1 sebelum dan sesudah diberikan intervensi


(11)

b. Mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah klien hipertensi

pada kelompok eksperimen 2 sebelum dan sesudah diberikan intervensi

terapi relaksasi meditasi.

c. Mengidentifikasi perbedaan tekanan darah antara kelompok eksperimen

1 dan kelompok eksperimen 2 setelah dilakukan intervensi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pasien

a. Mengetahui terapi non-farmakologis yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

b. Menjadikan klien mandiri dan berhasil menurunkan tekanan darahnya

hingga batas normal.

2. Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru bagi institusi

pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

hipertensi sehingga dapat memandirikan klien dalam mengontrol tekanan

darahnya.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian selanjutnya

tentang terapi non-farmakologi pada klien hipertensi yang berpengaruh


(1)

Terapi non-farmakologis sudah banyak dikembangkan di luar negeri dan menjadi intervensi pendamping yang dapat digunakan sebagai pengganti pengobatan konvensional (Setyawati, 2010). Terapi ini dikelompokkan dalam Comlpementer Alternative Medicine (CAM) terdiri dari Alternative Medical System, Mind Body Intervention, Biological Based Therapy, Manipulative Body-Based Method dan Energy Therapies. Setyawati (2010) memperjelas diantara klasifikasi CAM tersebut jenis Mind Body Intervention (MBI) mudah dilakukan untuk mempengaruhi fungsi dan manifestasi tubuh. MBI juga dapat dilakukan secara mandiri dan berbeda dari golongan terapi lain yang memerlukan media ataupun terapis.

MBI digunakan untuk mengontrol pikiran dan tubuh yang dipercaya akan berdampak baik bagi kesehatan. Terapi ini berupa terapi seni, imagery, relaksasi, biofeedback dan aromaterapi, namun dari beberapa jenis terapi tersebut terapi relaksasi merupakan terapi yang mudah dilakukan dan dapat dilakukan kapan saja tanpa efek samping yang merugikan. Terapi relaksasi ini dianggap mampu meningkatkan kemandirian penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darahnya melalui pengontrolan pikiran dan tubuh.

Pernyataan dari The National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) memperjelas terapi relaksasi ini dapat digunakan sebagai pengganti pengobatan konventional tanpa memerlukan pengawasan dari petugas kesehatan (Snyder, dkk. 2002). Terapi relaksasi ini meliputi terapi relaksasi meditasi, terapi relaksasi otot progresif, serta relaksasi otogenik (Setyawati,


(2)

2010). Diantara tiga jenis terapi relaksasi terdapat dua jenis relaksasi yang telah banyak digunakan dalam intervensi penyakit hipertensi, yaitu terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi. Kedua terapi ini menunjukkan hasil yang baik bagi tekanan darah yaitu dapat memperngaruhi penurunan tekanan darah sistole dan diastole. Namun untuk terapi otogenik lebih pada pengontrolan stress dan biasanya digunakan untuk managemen nyeri karena tekniknya sama dengan imageri.

Setyawati (2010) memperjelas bahwa relaksasi otogenik ini tidak memperlihatkan hasil yang begitu jelas bagi beberapa penderita hipertensi dikarenakan beberapa peserta latihan mengalami kenaikan tekanan darah dan sebagian lainnya mengalami penurunan tekanan darah. Kegiatan latihan relaksasi otogenik ini juga harus dihentikan jika peserta merasa cemas atau gelisah selama atau sesudah latihan dan ketika menunjukkan efek samping tidak bisa diam (Saunders, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi otogenik masih dipertimbangkan untuk pengontrolan tekanan darah pada penderi hipertensi.

Terapi relaksasi otot progresif merupakan metode relaksasi melalui proses menegangkan dan merilekskan otot tubuh dan paling mudah dipelajari dan dilakukan (Richmond, 2009). Sheu dkk (2003) melakukan penelitian terapi relaksasi otot progresif selama satu minggu dan didapatkan hasil penurunan tekanan darah sistole sebesar 5,44 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 3,48 mmHg. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Shinde KJ et al (2012) yang dilakukan selama 30 menit dalam waktu satu hari menghasilkan penurunan


(3)

tekanan darah sistole sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 2 mmHg. Penelitian ini juga dilakukan oleh Kharisma (2013) dalam waktu dua minggu menghasilkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 13,3 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 5,95 mmHg.

Meditasi merupakan suatu kondisi rileks untuk konsentrasi pada kejadian realitas yang berlangsung, atau suatu kondisi bebas dari segala macam pikiran atau semua yang melelahkan yang berfokus kepada Tuhan Yang Maha Esa atau suatu konsentrasi yang tinggi (Effendi, 2005). Menurut Canter (2003 dikutip dari Kushartanti, 2010) dengan terapi meditasi ini menghasilkan efek fisiologis seperti denyut jantung menjadi lambat serta tekanan darah menurun. Penelitian terapi relaksasi meditasi ini juga pernah dilakukan oleh O’Hara dkk (2006) yang menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Ankad et al (2011) yang dilakukan dalam waktu 2 minggu menunjukkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 3,80 mmHg dan tekanan darah diastole 3,08 mmHg. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gokal et al (2007) dalam waktu selama 1 minggu dan ditemukan penurunan tekanan darah sistole sebesar 8 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 5 mmHg.

Data yang didapatkan menyebutkan bahwa untuk provinsi Sumatera Barat terdapat 232.274 kasus hipertensi yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah saja (RISKESDAS, 2013). Sedangkan untuk wilayah kota Padang menjadi urutan kedua kota terbanyak hipertensi dengan prevalensi 29,5% dari seluruh penduduk kota Padang setelah Bukittinggi yang menduduki peringkat pertama


(4)

hipertensi dengan prevalensi 41,8% dari seluruh penduduk kota Bukittinggi (Depkes Sumbar, 2010). Wilayah kota Padang yang memiliki 22 Puskesmas tercatat kasus hipertensi terbanyak pada tahun 2014 ini adalah pada Puskesmas Andalas dimana tercatat 680 kasus dan 520 merupakan hipertensi esensial pada bulan Maret 2014 (Data PTM, 2014). Data tersebut memperjelas bahwa kota Padang khususnya di wilayah kerja Puskesmas Andalas layak dijadikan tempat penelitian mengingat banyaknya kasus hipertensi yang terjadi.

Studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya di Puskesmas Andalas melalui proses wawancara dengan 7 orang klien, didapatkan data bahwa penatalaksanaan hipertensi yang diberikan lebih bersifar farmakologi, sedangkan untuk terapi non-farmakologi pasien hanya mengetahui tentang diet rendah garam dan rendah kolesterol saja. Pernyaan ke-7 klien juga dengan jelas menyebutkan bahwa penyedia layanan Puskesmas tidak pernah memberikan terapi lainnya. Tergambar dari data bahwa terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi belum pernah diberikan kepada klien hipertensi di Puskesmas Andalas Padang.

Pertimbangan lainnya dalam penelitian ini adalah mengacu pada banyaknya kejadian hipertensi di tengah masyarakat yang dapat berdampak pada komplikasi yang ditimbulkan seperti kerusakan organ tubuh (jantung, otak, ginjal, dll) hingga stroke yang berujung pada kematian. Selain itu juga berdampak pada beban biaya yang harus dikeluarkan dalam pengobatan hipertensi. Diharapkan dengan adanya terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi dapat


(5)

menurunkan tekanan darah tanpa mendapatkan efek obat yang cukup serius seperti sulit tidur, kelelahan dan gangguan pencernaan. Sehingga hasilnya dapat sejalan dengan pendapat Sutrani dan Hadibroto (2004) yang melaporkan banyaknya penderita hipertensi yang berhasil mengelola penyakitnya tanpa obat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dan melihat fenomena yang terjadi peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui Perbandingan Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Tekanan Darah Klien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi meditasi terhadap tekanan darah pada klien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah klien hipertensi pada kelompok eksperimen 1 sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi relaksasi otot progresif.


(6)

b. Mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah klien hipertensi pada kelompok eksperimen 2 sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi relaksasi meditasi.

c. Mengidentifikasi perbedaan tekanan darah antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 setelah dilakukan intervensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien

a. Mengetahui terapi non-farmakologis yang dapat membantu menurunkan tekanan darah.

b. Menjadikan klien mandiri dan berhasil menurunkan tekanan darahnya hingga batas normal.

2. Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru bagi institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien hipertensi sehingga dapat memandirikan klien dalam mengontrol tekanan darahnya.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian selanjutnya tentang terapi non-farmakologi pada klien hipertensi yang berpengaruh terhadap tekanan darah.


Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA WANITA LANJUT USIA Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Wanita Lanjut Usia Dengan Hipertensi Primer Di Posyandu Lansia Peduli Insani

0 2 16

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Wanita Lanjut Usia Dengan Hipertensi Primer Di Posyandu Lansia Peduli Insani Mendungan Surakarta

0 1 18

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR TAWAR BARAT PADANG 2010.

0 0 6

PERBANDINGAN PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH KLIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 8

PERBANDINGAN PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH KLIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 2

PERBANDINGAN PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH KLIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

PENGARUH TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH BINAAN RUMAH SAKIT EMANUEL KLAMPOK BANJARNEGARA

0 14 9

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KORIPANDRIYO KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

0 0 17

RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI TERTAWA UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI DI DUSUN MEJING LOR AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - STUDY KOMPARASI PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI TERTAWA P

0 0 16

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KECAMATAN WARUNGASEM BATANG

0 0 15