PENGUJIAN KEMAMPUAN JAMUR Paecilomyces spp. INDIGENUS RIZOSFIR CABAI DALAM MENEKAN PENYAKIT REBAH KECAMBAH YANG DISEBABKAN OLEH Sclerotium rolfsii PADA CABAI.

PENGUJIAN KEMAMPUAN JAMUR Paecilomyces spp.
INDIGENUS RIZOSFIR CABAI DALAM MENEKAN
PENYAKIT REBAH KECAMBAH YANG
DISEBABKAN OLEH Sclerotium rolfsii
PADA CABAI

SKRIPSI

Oleh
AHMAD SAUFI AL BAIH
0910212031

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

PENGUJIAN KEMAMPUAN JAMUR Paecilomyces spp. INDIGENUS
RIZOSFIR CABAI DALAM MENEKAN PENYAKIT
REBAH KECAMBAH YANG DISEBABKAN OLEH
Sclerotium rolfsii PADA CABAI

Abstrak
Paecilomyces spp. merupakan salah satu jamur saprofit yang sudah
diketahui memiliki kemampuan untuk mengendalikan berbagai jenis patogen
tular tanah. Kemampuan jamur ini dalam menghambat pertumbuhan Sclerotium
rolfsii penyebab penyakit rebah kecambah pada cabai belum diketahui.
Mekanisme antagonis jamur Paecilomyces spp. terhadap patogen tanaman adalah
kompetisi dan antibiosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektifitas Paecilomyces spp. dalam menghambat pertumbuhan penyakit rebah
kecambah yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii pada cabai. Rancangan yang
digunakan adalah Racangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4
ulangan. Perlakuan adalah Kontrol, Paecilomyces isolat 1, Paecilomyces isolat 2,
Paecilomyces isolat 3, Paecilomyces isolat 4, Paecilomyces isolat 5, dan
Paecilomyces isolat 6. Tiap-tiap isolat Paecilomyces spp. diaplikasikan pada
tanah yang telah diinokulasi dengan Sclerotium rolfsii dan dijadikan sebagai
media tumbuh bagi tanaman cabai. Data diolah secara sidik ragam dengan Uji F
dan uji lanjut dengan DNMRT. Hasil penelitian menunjukkan Paecilomyces spp.
dapat menghambat pertumbuhan penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh
Sclerotium rolfsii pada persemaian cabai dengan efektivitas pre-emergence
Paecilomyces Isolat 1 = 40,68 %, Paecilomyces Isolat 2 = 25,31 %, Paecilomyces
Isolat 3 = 23,51 %, Paecilomyces Isolat 4 = 27,12 %, Paecilomyces Isolat 5 =

51,53 %, Paecilomyces Isolat 6 = 38,87 % dan efektivitas post-emergence
Paecilomyces Isolat 1 = 44,73%, Paecilomyces Isolat 2 = 38,58%, Paecilomyces
Isolat 3 = 55,42 %, Paecilomyces Isolat 4 = 47,90 %, Paecilomyces Isolat 5 =
59,88 %, Paecilomyces Isolat 6 = 55,24 %.
Kata kunci : Paecilomyces spp. rebah kecambah (Sclerotium rolfsii), cabai .

EFFECTIVENESS OF Paecilomyces spp. INDIGENOUS OF CHILIES
RHIZOSPHERE IN PRESSING DAMPING-OFF DISEASE CAUSED BY
Sclerotium rolfsii IN CHILIES

Abstract

Paecilomyces spp. is one soprophihic fungi that has been known to have
the ability to control various types of soil borne pathogens . The ability of this
fungi to inhibit the growth of Sclerotium rolfsii causing damping-off disease in
chillies is unknown. The antagonist mechanisms of Paecilomyces spp. against
plant pathogens are competition and antibiotics. The objective of this study was to
determine the effectiveness of Paecilomyces spp. in inhibiting the growth of
damping-off disease caused by Sclerotium rolfsii in chilies . The design used was
completely randomized design ( CRD ) with 7 treatments and 4 replications . The

treatments were control, Paecilomyces isolates 1, Paecilomyces isolates 2,
Paecilomyces isolates 3​ ​ , Paecilomyces isolates 4 , isolates Paecilomyces 5 ,
and Paecilomyces isolates 6 . Each isolate of Paecilomyces was applied to the soil
that had been inoculated with Sclerotium rolfsii and used as a medium for chilies
growth. Data were analysed using F test and continued with DNMRT . The
results showed Paecilomyces spp. could inhibit the growth of damping-off disease
caused by Sclerotium rolfsii in chillies nursery with the effectiveness of preemergence Paecilomyces Isolates 1 = 40.68 %, Paecilomyces Isolates 2 = 25.31
%, Paecilomyces Isolates 3 ​ ​ = 23.51 %, Paecilomyces Isolates 4 = 27.12 %,
Paecilomyces isolates 5 = 51.53 %, Paecilomyces isolates 6 = 38.87 % and the
effectiveness of post-emergence Paecilomyces isolates 1 = 44.73 %,
Paecilomyces isolates 2 = 38.58 %, Paecilomyces isolates 3 ​ ​ = 55, 42 %,
Paecilomyces isolates 4 = 47.90 %, Paecilomyces isolates 5 = 59.88 %,
Paecilomyces isolates 6 = 55.24 %.
.
Keywords : Paecilomyces spp . damping-off ( Sclerotium rolfsii ), chilies .

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran semusim
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Secara umum cabai memiliki banyak

kandungan gizi dan vitamin, diantaranya protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C serta sejumlah kecil minyak atsiri (Ditjen
Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004). Untuk itu produksi dan
produktivitas cabai perlu ditingkatkan.
Produksi cabai di Indonesia mengalami fluktuasi. Produksi cabai
berfluktuasi dari tahun 2008 – 2012 berturut-turut yaitu 1.153.060 ton, 1.378.727
ton, 1.328.864 ton, 1.483.079 dan 1.656.615 ton (Badan Pusat Statistik, 2012).
Produktivitas tanaman cabai di Sumatera Barat mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009 produktivitas mencapai 6,25 ton/ha per musim tanam, tahun 2010
mencapai 6,74 ton/ha per musim tanam, dan tahun 2011 produktivitas naik
menjadi 7,42 ton/ha per musim tanam (Badan Pusat Statistik, 2011). Produktivitas
ini jauh lebih rendah dibandingkan apabila tanaman cabai dipelihara secara
intensif, produktivitasnya dapat mencapai 10-18 ton/ha (Prajnanta, 1999).
Adanya fluktuasi produksi cabai dari tahun-ketahun disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah gangguan hama dan penyakit. Beberapa
penyakit yang menyerang cabai antara lain; antraknosa yang disebabkan oleh
jamur Colletotrichum capsici, bercak daun oleh jamur Cercospora capsici,
penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii (Setiadi,
1990).
Menurut Sugiharto dan Suseno (1985) penyakit rebah kecambah

(damping-off) dapat menyebabkan kerugian sampai 80% pada persemaian cabai.
Bahkan apabila keadaan lingkungan cocok untuk perkembangan penyakit ini,
kerugian dapat mencapai 100%, sehingga untuk keperluan selanjutnya terpaksa
dilakukan penyemaian kembali. S. rolfsii sulit dikendalikan karena mampu
bertahan selama bertahun-tahun didalam tanah dalam bentuk sklerotia dan
mempunyai kisaran inang yang luas.

2

Pengendalian penyakit rebah kecambah pada persemaian cabai yang biasa
dilakukan oleh petani adalah menggunakan fungisida sintetis. Penggunaan yang
berlebihan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, pencemaran
lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis. Oleh karena itu perhatian pada
alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk
menurunkan

penggunaan

pestisida


sintetis

dan

salah

satunya

dengan

pengendalian hayati (Istikorini, 2002).
Pengendalian hayati dapat dijadikan sebagai alternatif karena dapat
membatasi pertumbuhan dan perkembangan patogen, serta mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan akibat residu toksik dari fungisida (Baker and Cook,
1974). Pengendalian hayati yaitu memanfaatkan musuh-musuh alami yang
bersifat antagonis yang dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan jamur
patogen tanaman. Prinsip pengendalian hayati tidak memusnahkan patogen tetapi
membuat populasi patogen berada dalam keseimbangan ekologi (Dhingra and
Sinclair, 1985).
Salah satu pengendalian hayati yaitu memanfaatkan jamur antagonis

untuk menekan perkembangan jamur patogen. Jamur antagonis banyak ditemukan
didaerah perakaran atau yang sering disebut dengan jamur rizosfir. Jamur rizosfir
merupakan salah satu kelompok mikroba yang telah dilaporkan dapat
menginduksi ketahanan tanaman terhadap berbagai penyakit, baik penyakit tular
tanah maupun penyakit tular udara (Hyakumachi and Kubota, 2003). Menurut
Soesanto (2008) peran penting rizosfir sangat ditentukan oleh keberadaan akar
tanaman. Makin banyak dan padat akar suatu tanaman didalam tanah, maka
semakin kaya bahan organik pada daerah rizosfir, yang akan berdampak pada
kepadatan dan keragaman populasi mikroorganisme tanah. Nurbailis dan
Martinius (2011) melaporkan bahwa eksplorasi jamur saprofit dari rizosfir
tanaman cabai sistem konvensional dan organik di Sumatera Barat didapatkan 26
isolat jamur yang berpotensi menekan pertumbuhan patogen Colletotrichum
gloeosporioides.

Isolat-isolat

tersebut

berasal


dari

genus

Trichoderma,

Penicillium, Aspergillus, Fusarium dan Paecilomyces.
Paecilomyces adalah jamur yang bersifat kosmopolitan yang hidup
ditanah, sisa tanaman yang telah membusuk dan produk makanan. Paecilomyces

3

bersifat antagonistik terhadap jamur lain. Adebola and Amadi (2012) melaporkan
bahwa cendawan Paecilomyces sp. dapat menekan perkembangan patogen
Phytophtora palmivora penyebab penyakit busuk buah pada kakao.
Penelitian tentang peranan Paecilomyces spp. sebagai agen hayati terus
dikembangkan. Menurut Li Fang et al (2005) mekanisme antagonis jamur
Paecilomyces spp. dengan cara kompetisi dan antibiosis (mengandung protein
yang bersifat toksik dan amylase). Kalay (2008) melaporkan bahwa cendawan
Paecilomyces lilacinus dapat mengendalikan nematoda Globodera rostochiensis

pada tanaman kentang secara in vitro, dan menurut Yulianto (1998) cendawan
Paecilomyces fumosoroseus efektif dalam mengendalikan hama Penggerek Buah
Kakao (Conopomorpha cramerella). Kemampuan jamur Paecilomyces spp.
dalam menghambat pertumbuhan Sclerotium rolfsii penyebab penyakit rebah
kecambah pada cabai belum diketahui pengaruhnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis melakukan penelitian dengan
judul “Pengujian Kemampuan Jamur Paecilomyces spp. Indigenus Rizosfir
Cabai Dalam Menekan Penyakit Rebah Kecambah Yang Disebabkan Oleh
Sclerotium rolfsii Pada Cabai”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui

efektivitas

Paecilomyces spp. sebagai agens pengendali penyakit rebah kecambah pada cabai
yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii.