I Made Prasetya Wardana 22010111120017 Lap.KTI Bab1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dewasa ini manusia dituntut untuk bekerja lebih keras untuk memenuhi
besarnya kebutuhan hidup sehingga sering kali waktu istirahat berkurang.
Kerja keras tanpa istirahat pada akhirnya akan membebani organ dalam tubuh
yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat
fashionable dan hidup sehat menimbulkan trend olahraga seperti lari,
berolahraga di gym atau fitness. Namun kegiatan yang bertujuan baik ini bisa
menjadi bumerang yang menyebabkan penyakit dan berkurangnnya fungsi
organ jika dilakukan dengan berlebihan dan tidak diikuti dengan istirahat
serta pola makan yang sehat. Kegiatan lari dan latihan fisik yang berat dapat
menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang mengakibatkan kerusakan
jaringan.1
Hepar adalah organ vital di dalam tubuh yang berfungsi dalam
pembentukan dan sekresi empedu, metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak, dan lain sebagainya. Olahraga berat dapat menurunkan aliran darah di
hepar sampai setengah dari normal, yang dapat mengindikasikan adanya
iskemia atau hipoksia yang di induksi oleh olahraga. Penurunan ini dapat
mengakibatkan peningkatan faktor-faktor pembentukan ROS (Reactive

oxigen Spesies) yang kemudian dapat merusak struktur dan fungsi dari sel
hepar.2 Kerusakan struktur dan fungsi hepar dapat dinilai dari meningkatnya.

1

2

Kadar AST (aspartat transaminase) dan ALT (alanine transaminase) dalam
darah.3,4 Dalam penelitian yang dilakukan Rachmani di Universitas Islam
Malang pada mencit telah dibuktikan terjadi peningkatan kadar AST dan
ALT pada tikus setelah aktifitas fisik maksimal berupa renang maksimal pada
mencit sampai hampir tenggelam.3
Stres oksidatif merupakan kondisi peningkatan ROS (Reaktif oxygen
spesies) yang menyebabkan kerusakan sel, jaringan atau organ. Pada kondisi
stres oksidatif, radikal bebas menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid
membran sel dan merusak membran sel. Membran sel ini sangat penting bagi
fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid
membran sel oleh radikal bebas dapat mengakibatkan hilangnya fungsi seluler
secara total.5
Peningkatan radikal bebas menyebabkan kerusakan oksidatif secara

biomolekuler pada lemak, protein dan DNA yang mengarah pada berbagai
penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, kanker, diabetes, arthritis
rhematoid, post ischemic perfution injury, infark miokard, penyakit
cardiovaskuler, inflamasi kronik, stroke, syok septik, penuaan dan penyakit
degeneratif lain.6
Dalam berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa antioksidan mampu
mengurangi tingkat stres oksidatif, sehingga perlu diusahakan untuk
meningkatkan antioksidan dalam tubuh.7 Selain vitamin E dan vitamin C
ternyata beberapa flavonoid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan memiliki
khasiat antioksidan. Salah satu komponen flavonoid dari tumbuh-tumbuhan

3

yang dapat berfungsi sebagai antioksidan adalah zat warna alami yang disebut
antosianin.8
Trend back to nature yang saat ini sedang merebak di masyarakat
dalam memelihara kebugaran dan kesehatan melahirkan konsep pangan
fungsional yang berarti pemanfaatan makanan dapat untuk menyembuhkan
atau mengurangi efek suatu penyakit. Ubi jalar merupakan salah satu tanaman
yang dapat digunakan sebagai bahan makanan yang sesuai dengan konsep

pangan fungsional.
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) memiliki kandungan antosianin
cukup tinggi dan telah diteliti memiliki efek antioksidan pada darah dan
berbagai organ pada mencit yang mengalami stres oksidatif.1 Dalam
penelitian yang dilakukan tahun 2009 di Univeritas Islam Malang telah
dibuktikan bahwa pemberian ekstrak daun Ipomoea batatas selama 7 hari
terbukti mampu menurunkan kadar AST dan ALT darah mencit secara
signifikan.3 Penelitian sebelumnya berhasil membuktikan pemberian ekstrak
ubi ungu dengan dosis 0,5 ml kepada mencit mampu menurunkan kadar
MDA plasma mecit setelah aktivitas fisik maksimal secara signifikan.
Fermentasi ubi jalar ungu dengan Aspergillus niger telah terbukti
mampu meningkatkan kadar antosianin dan antioksidan secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan pada bebek di Universitas Udayana pada tahun
2009 menunjukan bahwa bebek yang diberi pakan ubi jalar yang telah
difermentasi memiliki kadar MDA darah yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan bebek yang diberi pakan ubi jalar yang tidak difermentasi.9,10 Oleh

4

karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tape

ubi ungu (Ipomoea batatas L) terhadap kadar AST/ALT darah tikus setelah
aktivitas fisik maksimal.
1.2. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusunlah suatu rumusan
masalah, “Apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak tape ubi ungu
terhadap kadar AST dan ALT darah tikus setelah aktivitas fisik maksimal?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian
ekstrak tape ubi ungu terhadap kadar AST dan ALT darah tikus
setelah aktivitas fisik maksimal.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
1.

Membuktikan adanya peningkatan kadar AST dan ALT
darah tikus wistar yang diberikan aktivitas fisik maksimal
jika dibandingkan dengan tikus wistar yang tidak diberikan
aktivitas fisik maksimal.


2.

Membuktikan penurunan kadar AST dan ALT darah tikus
wistar yang diberikan ekstrak tape ubi ungu jika
dibandingkan dengan tikus wistar yang tidak diberikan
ekstrak tape ubi ungu.

5

3.

Membuktikan adanya penurunan kadar AST dan ALT darah
tikus wistar setelah aktivitas fisik maksimal yang diberikan
ekstrak tape ubi ungu jika dibandingkan dengan kadar AST
dan ALT darah tikus wistar setelah aktivitas fisik maksimal
yang tidak diberikan ekstrak tape ubi ungu.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Untuk Ilmu Pengetahuan
1. Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak tape ubi ungu terhadap

kadar AST dan ALT darah
2. Menjadi referensi penelitian-penelitian lebih lanjut
1.4.2 Manfaat Untuk Masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh
antioksidan yang terdapat dalam tape ubi ungu dalammenurunkan
terjadinya kerusakan oksidatif
2. Menjadikan tape ubi ungu sebagai salah satu makanan inovatif
yang baik untuk dikonsumsi

6

1.5. Orisinalitas Penelitian
No.
1.

Peneliti dan Judul
Penelitian
Jawi, I.M.,Suprapta, Dewa
Ngurah, Sutirtayasa, I.W.P.
Efek antioksidan ekstrak

umbi ubi jalar ungu
(Ipomoiea batatas L)
terhadap hati setelah
aktivitas fisik maksimal
dengan melihat kadar AST
da ALT darah pada mencit.
Denpasar. 2007

Metodologi Penelitian

Hasil

- randomized control
group posttest only
design.
- Mencit balb/C dewasa
- Variabel bebas: ekstrak
umbi ubi jalar ungu
- Variabel terikat: kadar
AST dan ALT


Kelompok yang diberikan
beban maksimal yang
diawali pemberian ekstrak
umbi ubi jalar ungu, baik
yang diolah maupun yang
tidak diolah, menunjukkan
terjadi penurunan yang
signifikan dari AST dan
ALT dibandingkan
kelompok tanpa pemberian
ekstrak (p0,05).

2.

Rachmadani. M, Purnomo.
Y, Sulistyowati. E,
Efek Ekstrak Etanol Daun
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.) Terhadap

Kadar AST-ALT dan
Histopatologi Sel Hepar
pada Mencit yang Diberi
Perlakuan Aktivitas Fisik
Maksimal. Malang. 2012

- Control group post test
only
- Mencit Balb/c
- Variabel bebas: ekstrak
etanol daun ubi ungu
- Variabel terikat: kadar
AST-ALT dan
histopatologi sel hepar

Suplementasi ekstrak daun
Ipomoea batatas
konsentrasi 10%, 20%, dan
40% mampu menurunkan
kadar AST-ALT dan

jumlah nekrosis sel hepar
pada mencit yang
diberikan perlakuan
aktivitas fisik maksimal

3.

Sudana. IB, Mastika. IM,
Mahardika. IG. The Effect
of Fermented Purple Sweet
Potato (Ipomoea batatas
L.) in the Ration on the
Antioxidant Profile and
Meat Cholesterol of Bali
Duck. Denpasar, 2008

- Completely randomized
design
- Variabel bebas:
fermentasi ubi jalar

ungu.
- Variabel terikat: rasio
profile antioxidan dan
konsentrasi kolesterol
daging bebek

Pemberian fermentasi
umbi ubi jalar ungu
meningkatkan rasio profile
antioksidan dan
konsentrasi kolesterol
daging bebek bali.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian Jawi et al karena penelitian ini
menggunakan tikus wistar sebagai subjek penelitian dengan variabel bebas yaitu
ekstrak tape ubi ungu, sedangkan penelitian Jawi menggunakan mencit sebagai
subjek penelitiannya dengan variabel bebas yaitu ekstrak ubi ungu tanpa
difermentasi menjadi tape ubi ungu. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian

7

yang dilakukan oleh Rachmadani et al karena penelitian ini menggunakan tikus
wistar dengan variabel bebas ekstrak tape ubi ungu. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian Yadnya et al karena penelitian ini menggunakan tikus wistar sebagai
subjek penelitian dengan variabel bebas yaitu ekstrak tape ubi ungu dan aktivitas
fisik maskimal, sedangkan penelitian Yadnya menggunakan bebek sebagai subjek
penelitian dengan variabel bebas yaitu ubi ungu dan tape ubi ungu tanpa aktivitas
fisik maskimal.