t psn 0808764 chapter5

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Upacara Pangurason dilaksanakan bukan semata ditampilkan untuk
memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan
identitas masyarakat Batak Toba agar eksistensinya diakui, baik di tingkat adat,
maupun masyarakat. Mereka percaya bahwa aek Pangurason itu memiliki roh
maka perlu diadakannya upacara terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk meminta
berkat kepada Jahoba atas penyucian huta dari penyakit menular. Ini sesuai moto
masyarakat Batak Toba “manat mardongan sabutuha, somba marhula-hula, elek
marboru” yang artinya adanya rasa harga diri, rasa malu, tahu diri, merupakan
motivasi untuk mencapai kebanggaan.
Dalam konteks kehidupan sosial budaya masyarakat Batak, Pangurason
dalam seni pertunjukan memiliki fungsi, yaitu: 1) berkenaan dengan fungsi ritual
kepercayaan untuk penolak bala / keselamatan; dan 2) sebagai sentral status sosial
ekonomi masyarakat pengguna.
Berdasarkan

hasil


penelitian

dipaparkan

bahwa

upacara

Tortor

Pangurason merupakan salah satu seni yang memiliki fungsi sebagai upacara atau
ritual yang mana di dalamnya terdapat unsur tari dan musik. Hal ini terlihat dalam
pelaksanaan Tortor Pangurason yang juga merupakan acara inti dari upacara
tersebut. Dalam Tortor Pangurason antara gerak tari sangat berkaitan dengan
musik pengiringnya. Kedua unsur tersebut saling ketergantungan satu sama lain
serta merupakan hal yang wajib pada saat pelaksanaan Tortor Pangurason dalam
upacara Pangurason.

113


114

Tidak semua bentuk gerak tari memiliki fungsi dan makna, khususnya
pada Tortor Pangurason banyak mengandung makna yang signifikan. Adapun
gerak yang khusus tersebut antara lain: gerak manulak bala, upa-upa, mangido
tua, olo-olo, manjunjung baringin, upa-upa marborak, buat na dengan
ambungkon na jat, dan somba Debata.
Gerak memuja ini mengandung beberapa fungsi diantaranya sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Jahoba dan roh para nenek moyang yang telah
membantu mereka dalam menjaga, merawat serta menjauhkan dari bencanabencana yang kemungkinan bisa saja datang setiap saat dalam kehidupan terutama
dalam wabah penyakit menular. Bahkan menjadi bagian yang terpenting dalam
upacara Tortor Pangurason. Permohonan kepada Jahoba agar kelangsungan
hidup mereka tetap terus diberikan berkah keselamatan bukannya bencana bagi
mereka sehingga kelangsungan hidup mereka tetap terus berjalan sebagaimana
mestinya.
Gerak sembah ini merupakan simbol yang memiliki makna sebagai
ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada tamu undangan, peserta dan
penonton yang telah menyaksikan dan menikmati dengan hikmad kelangsungan
upacara inti dari ritual Pangurason khususnya Tortor Pangurason.
Jika dilihat secara keseluruhan barulah tergambar fungsi dan makna yang

terkandung dalam tarian tersebut. Tortor Pangurason merupakan simbolisasi dari
penghormatan dan rasa syukur kepada Jahoba dan roh para nenek moyang,
sehingga tergambar adanya persembahan yang diberikan oleh masyarakat Batak
Toba yang terwujud dalam falsafah hidup orang Batak dalam Dalihan natolu
“manat mardongan sabutuha, somba marhula-hula, elek marboru”.

115

Meskipun upacara ini merupakan adat budaya dari masyarakat Batak Toba,
tetapi dalam tahap pelaksanaannya pemerintah juga ikut ambil andil. Upacara
Pangurason menjadi program pemerintah untuk menambah devisa daerah / negara
dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia pada dunia luar. Di sini terjadi
perkembangan fungsi dari kegiatan yang termakna religius menjadi suguhan
wisata.

B. Rekomendasi
Peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait
terutama bagi pemerintah daerah setempat dan masyarakat Batak Toba selaku
tuan rumah untuk memperhatikan aspek-aspek pendukung seperti alat transportasi,
komunikasi, penginapan, serta pelayanan terhadap peserta dan tamu yang datang

untuk mengikuti acara tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak adanya keluhankeluhan dari semua pihak yang mengikuti upacara pangurason ini, serta demi
kelancaran dan kesuksesan dari kegiatan upacara Pangurason selanjutnya.
Selain itu peneliti juga merekomendasikan hasil penelitian ini bagi Jurusan
Pendidikan Seni Tari khususnya bagi mahasiswa dan staf-staf pendidik untuk
menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan bahan ajar ataupun sebagai
bahan apresiasi siswa dalam pengetahuan / pembelajaran Tari Nusantara.
Sesuai dengan tujaun pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam
undang-undang negara, seperti UU No. 2 Tahun 1985, TAP MPR No II / MPR /
1993, TAP MPR No 4 / MPR/1975, UUD 1945, Bab II ( Pasal 2,3, dan 4): tujuan
utama adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

116

dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmai dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakat dan berbangsa. Yang dapat diterapkan pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Perguruan Tinggi (PT).
1. Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Proses pembelajaran tari di tingkat SMP sesuai dengan kurikulum

pendidikan kesenian / seni tari. Tahun 1994 yang ditujukan “ agar siswa
mampu berkreasi, bermain dan mengembangkan tari daerah “ (Kelas II
Cawu 2) dan dapat mengembangkan kreasi tari sederhana dan menarikan
secara kelompok. Pembelajaran I ini berhubungan pula dengan tujuan
pembelajaran musik di kelas III yang bertujuan agar “ siswa mampu
mempersiapkan pergelaran tari” (Cawu 2), khususnya dalam menarikan
tari-tari daerah. Ditambahkan dengan pengetahuan dan sensivitas para
siswa terhadap lingkungan sosial budaya diseitar mereka. Hal ini bertujuan
agar kecintaan siswa terhadap kesenian tradisional mereka agar dapat
meningkat dan dapat melestarikannya sebagai identitas budaya bangsa di
masa mendatang. Pembelejaran Tortor Pangurason di tigkat SMP dapat
dilakukan seperti langkah-langkah berikut ini.
1) Siswa dapat berkreasi dalam bentuk tari piring yang dilaksanakan
melalui bereksplorasi properti piring yang dihasilkan dari gerak dasar.
Setelah bereksplorasi setiap kelompok siswa berkreasi misalnya
dengan menambahkan gerak tangan atau badan serta pundak dalam

117

memainkannya. Kegiatan menari ini akan menambah keakraban

diantara siswa, karena karya ini bersifat berkelompok.
2) Siswa mengadakan pergelaran tari kreasi yang bersumber dari unsurunsur tari daerah. Pergelaran merupakan suatu pekerjaan yang
menuntut

kerjasama

dan

sifatnya

kolektif.

Kebiasaan

siswa

bekerjasama dalam menari menciptakan rasa kebersamaan dan gotong
royong. Sehingga siswa dapat mengadakan suatu pergelaran tari secara
baik.
2. Tingkat Perguruan Tinggi (PT)

Pada pendidikan tari di Pergurtuan Tinggi tentu akan lebih spesifik
dan lebih terencana dibanding pelajaran tari pada Sekolah Menengah Atas.
Perguruan Tinggi seperti Universitas Pendidikan Indonesia, dalm hal ini
jurusan seni tari senantiasa berupaya menyediakan sumber daya manusia
terdidik di bidang pendidikan tari yang memiliki kemampuan akademik
dan profesional, baik dalam jalur sekolah maupun di luar sekolah.
Di dalam menanggapi tujuan ini tentu harus didukung oleh segala
sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya adalah menjadikan
Tortor Pangurason sebagai salah satu media bahan ajar pada beberapa
mata kuliah penting seperti Praktek Tari Nusantara, Etnokoreologi, Kajian
Tari Nusantara dan Kritik Tari. Berikut langkah-langkah yang penulis
tawarkan yaitu :
1) Pada mata kuliah Praktek Tari Nusantara mahasiswa akan mencoba
untuk mencari unsur-unsur penting di dalam Tortor Pangurason yaitu :

118

tema, bentuk, tekstur,motif, warna, level dan notasi laban dan segala
teknik komposisi secara dalam. Setelah mahasiswa memahami,
memaknainya, mahasiswa


mencoba membuat komposisi tari dari

pengetahuan salah satu Tortor Pangurason.
2) Mata kuliah Etnokoreologi, mahasiswa ditugaskan untuk mengetahui
motif dalam gerak serta perubahan secara lengkap.
3) Mata kuliah Kajian Tari Nusantara, mahasiswa ditugaskan untuk
menterjemahkan teori gerak, baik itu bergerak berpindah tempat
(locomotor), gerak murni (pure moumen), gerak maknawi (gesteur)
dan gerak penguat ekspresi (baten signal) secara praktek, kemudian
mahasiswa tersebut memimpin hasilnya sesuai interpretasi perorangan.
4) Mata Kuliah Kritik Tari, mahasiswa dituntut untuk menganalisis
Tortor Pangurason dan tari daerah lainnya berdasarkan terminologi
sejarah.
Pada akhir tulisan ini, penulis menyarankan kepada peniliti
selanjutnya untuk dapat mencoba menganalisis dan menulis tarian daerah
lain melalui penelitian terapan atau penelitian tindakan kelas khususnya
bagi guru seni tari di sekolah . Selain itu, penulis menyarankan peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang keberagaman karya-karya
tari Indonesia lainnya.