PENGELOLAAN ASET IRIGASI UNTUK PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

STUDI KASUS

PENGELOLAAN ASET IRIGASI UNTUK PENINGKATAN
KETAHANAN PANGAN.
Suseno Darsono 1. Agus Suprapto Kusmulyono2
1. Universitas Diponegoro
2. Kementrian Pekerjaan Umum

INTISARI
Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam ketahanan nasional,
oleh karena itu perlu dukungan semua pihak. Beras adalah makanan pokok
masysarakat Indonesia, maka peningkatan produksi beras merupakan suatu hal
yang mutlak dalam mewujudkan ketahanan pangan. Peningkatan produksi beras
memerlukan dukungan infrastruktur irigasi yang handal, oleh karena itu
pengelolaan jaringan irigasi perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan
melakukan pengelolaan asset irigasi secara optimal.
Peraturan dan perundangan mengamanatkan metoda pelaksanaan manajemen
asset irigasi, oleh karenanya perlu piranti `agar pengelolaan asset irigasi dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pemerintah telah menyiapkan piranti untuk
pengelolaan asset irigasi berupa pedoman (draft), dilengkapi dengan perangkat
lunak untuk mendukung pelaksanaannya (Sistem Aplikasi Pengelolaan Aset

Irigasi-SIPAI), yang ditujukan untuk melakukan inventarisasi asset sebagai
langkah awal dalam perencanaan pengelolaan asset. Pada paper ini akan
disampaikan pengalaman dalam penerapan perangkat lunak tersebut, karena
penulis mendapat kesempatan untuk menerapkan perangkat lunak tersebut pada `
tahap pengembangan.
Kata Kunci : ketahanan pangan, irigasi, pengelolaan asset , perangkat lunak.
PENDAHULUAN
Peningkatan efisiensi irigasi merupakan salah satu permasalahan utama di dalam
meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Pengoperasian dan pemeliharaan
suatu daerah irigasi merupakan suatu keharusan agar kinerjanya meningkat. Jadi
pemanfaatan sumber daya air dapat maksimal (Phengphaengsy dan Okudaira,
2008).
Undang-undang (UU) No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi merupakan dasar dalam
melaksanakan operasi dan pemeliharaan (O&P) irigasi.
Ketersediaan air irigasi secara dinamis baik spasial maupun temporal dari suatu
sistem irigasi sangat dipengaruhi sistem sosio-kultural masyarakat (Pusposutardjo
dan Arif,1999). Oleh karena itu keberhasilan pengelolaan sistem irigasi akan

sangat tergantung pada azas legal dan tujuan manajemen. Modal (aset) dasar yang

kuat dan sistem manajemen yang handal termasuk adanya alat bantu pengambilan
keputusan sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan manajemen yang
optimal (Arif, 2006).
Pengertian aset adalah aktiva berwujud yang memiliki umur yang lebih panjang
dari satu tahun. Seperti pada sistim irigasi, aset utama infrastruktur irigasi berupa
jaringan saluran pembawa termasuk bendung atau waduk, talang, bangunan bagi
atau sadap yang terdiri dari komponen sipil dan mekanikal, jaringan pembuang
dan aset pendukung terdiri dari Kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM),
Bangunan Gedung, Peralatan O&P dan Lahan.
Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk
perencanaan pemeliharaan, pendanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
guna mencapai tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan. Maksud
dari penyusunan sistim informasi pengelolaan aset irigasi sebagai alat bantu agar
para pengelola irigasi mampu melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif
dan efisien serta berkelanjutan dalam keterbatasan dana O&P. Perangkat lunak
Sistim Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) merupakan suatu alat bantu
pengambilan keputusan yang berisi data dasar sistim irigasi dan model optimasi
untuk mengelola suatu daerah irigasi. Kegunaan dari perangkat lunak Sistim
Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) adalah alat bantu dalam menentukan
prioritas pemeliharaan bangunan dan saluran dalam keterbatasan dana, tetapi

diharapkan dapat menghasilkan kinerja sistim yang optimal.
Maksud dari tulisan ini adalah menjelaskan penerapan` dan manfaat Sistem
Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) yang dikembangkan dengan tujuan
untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan aset irigasi pada DI Jejeruk di
Wilayah Sungai Bengawan Solo. Sesuai dengan PP No.20 tahun 2006 pasal 65
ditetapkan bahwa SIPAI mencakup jenis-jenis kegiatan :
 Inventarisasi,
 Perencanaan pengelolaan,
 Pelaksanaan pengelolaan,
 Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi, dan
 Pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi.
Sedang tujuan dari penyusunan Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI)
adalah;
 Menyediakan data dasar dalam rangka mendukung Pengelolaan Aset
Irigasi (PAI) yang meliputi antara lain data jumlah, jenis, dimensi,
kondisi, fungsi, areal pelayanan, ketersediaan dan kebutuhan air.
 Menyediakan data dalam rangka mendukung Sistem Informasi Sumber
Daya Air (SISDA) bidang irigasi.
 Menyediakan data dasar perkiraan kebutuhan / rencana biaya
pemeliharaan, rehabilitasi dan atau peningkatan jaringan irigasi, per

lokasi atau ruas.
 Menyusun alat bantu pengambilan keputusan guna mengelola daerah
irigasi dengan keterbatasan dana pemeliharaan.

N
W

E

DEPAR T EME N PE KER JA AN UMU M
D IRJEN SUM B ER D AYA A IR
B BW S BEN G AW AN SOLO

S

PETA LOKASI STU DY

Gambar -1, Lokasi Daerah Irigasi Jejeruk

METODOLOGI PENYUSUNAN PAI

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo merupakan unit pelaksana teknis
menyelenggarakan pengelolaan aset irigasi pada daerah irigasi Jejeruk yang
menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah.

Gambar -2, Metodologi penyusunan PAI

KELUARAN SIPAI DAERAH IRIGASI JEJERUK
Output atau keluaran entry data yang dihasilkan oleh SIPAI versi 1,0 merupakan
suatu data dasar yang tersaji secara rapi dan lengkap serta mudah dimengerti
karena tersaji secara urut dalam folder berdasarkan jenis bangunan dan saluran.
Pengelolaan aset irigasi Jejeruk wilayah Sungai Bengawan Solo ini di Kabupaten
Megetan dan Madiun dengan luas areal irigasi 5657 Ha. Data sekunder didapat
dari instasi-instansi terkait, sedang data primer didapat dengan survey pengukuran
di lapangan. Data yang didapat ini nantinya digunakan sebagai input untuk
program SIPAI, sehingga didapat data dasar yang lengkap guna pengelolaan aset
irigasi.
Daerah Irigasi Jejeruk dibangun Sejak jaman kolonial Belanda pada tahun 1901
dan direhab pada tahun 1977/1978. Wilayah Jejeruk mendapatkan air dari Sungai
Gandong, berada di Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Timur, dengan luas areal
persawahan sebesar 5657 Ha.

Bangunan utama berupa bendung permanen, yang diberi nama Dam Jejeruk
dengan lebar 35.00 meter dan terdapat pada aliran Sungai Gandong. Bangunan
pelengkap yang ada pada Jaringan Irigasi D.I Jejeruk terdiri dari Bangunan Ukur,
Bangunan Bagi, Sadap, Gorong-gorong, Tempat Mandi Hewan, Penguras,
Pelimpah. Jumlah seluruh bangunan pelengkap pada Jaringan Irigasi tersebut
dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1 yang merupakan hasil inventarisasi di
lapangan. Mengenai hasil Pengelolaan Data Aset Irigasi di Daerah Irigasi Jejeruk
dengan perangkat lunak SIPAI, dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini :

SEKEMA JARINGAN IRIGASI
LUAS.5657 ha

Ts.1 ta
92
Ts 1.ki
Kl.3 ki

64
R.Kt.2
A=3093 ha

L=868 m

44,10

97

43

L.S

EK

.K

H
R.tB.1
GA
EN
A=766 ha
IT

AL B.Tb.1 L=1210 m

134

R.Wk.2
A=1311ha
L=965 m

70,36

Wk.5 M
104

KE

KE MAGETAN

2,10

Sb.2 ki

B.Sb.2

17

8,93

B.Bb.1

SAL.SEKUNDER SRAMBAH

90

34,65
R.Tb.3
A=418ha
L=946 m

47,25
R.Tb.2
A=804ha

L=1191 m

P.I 1ki

B.Tb.2

114

R.Dk.1
A=1228ha
L=4165 m

B.Tb.5

19

120

9,98
Sb.7 ki


12,8

67,20

R.Sb.7
A=1366 ha
B.Sb.7
L=1550 m
SAL.SEKUNDER SRAMBAH

SAL.SEK MOJOPURNO

R.Sb.6
A=1593 ha
L=2200 m

104

B.Sb.9
B.Sb.8
B.Sb.7

Sb.8 ka
22,5

B.Ss.1

R.Sb.8
A=1364,5 ha
L=626 m

11,81

90

54,60

81,36

B.Ss.3

R.Ss.2
A=345 ha
L=1460 m

71

86 ha

124

B.Su.1

R.Su.3
A=241 ha
L=750 m

65,10

R.Su.4
A=526ha
L=741 m

B.Su.5

37,28
B.Su.6

R.Su.3
A=717 ha
L=961 m

163

86,58

R.Su.6
A=234ha
L=2473 m

Su.5 ka
168

B.Su.4

R.Su.2
A=779 ha
L=1057 m

88,20

R.Su.5
A=402ha
L=1283 m

B.Su.3

45,15

Ss.3 ka

B.Su.2

R.Pn.1
A=206 ha
L=1123 m

91

Su.2 ka

100,28

32,55

Mpl ki
90

Mpl ka
118

117,08

Su.4 ki
59,85

62
B.Mp.1

74,05

139,65

223

R.Su.1
A=893ha
L=6508 m

Ss.3 ka
47,25

141

266
Ds 1 ka

33,08

Wk.8 ki

Su.6 ka

155

B.Ss.2

R.Ss.1
A=449 ha
L= 495 m

63
121,27

Su.6 ki

Ss.3 ki

SAL.SEKUNDER SRAMBAH SELATAN

Sa.1 ka

231

42,53

65,10

114
Ss.2 ki

R.Sb.7
A=1365 ha
L=1350 m

61

Wk.8 ki

Du. 3 ka

R.Du.3
A=416ha
L=2701 m

Ds. 1 ki

R.Ds.1
A=489ha
L=3959 m

Su.1 ki

10,76

Sb.5 ki

74,55

124

19,95

SAL.SEKUNDER SRAMBAH UTARA

20,5
B.Sb.5

36

63,00

65,63

29.93

R.Wk.8
A=204ha
L=692 m

B.Du.2

Ds. 2 ka

Tb.5 ka

Tb.3 ka

Tb.2 ka
Sb.4 ki

125

57

96,18
B.Wk.8

B.Du.2

SAL.SEKUNDER DUKUH UTARA

R.Du.1
A=739ha
L=263 m
SAL.SEKUNDER DUKUH SELATA N

142

187

R.Du.2
A=499ha
L=3683 m

R.Bb.2
A=219ha
L=516m

58,80

Wk.7 ki

B.wk.7

Du.3 ki

Tb. 5 ki

B.Tb.4

R.Ds.1
A=489ha
L=3959 m

B.Sb.4

77,18

37,60

PI. 1 ka

B.Du.1

59,85

R.Tb.4
A=380ha
L=727 m

BTb.3

60,38

115 ha
R.PI.1 B.PI.1
A=240ha
L=195 m

Tb.4 ki

66

147

R.Wk.7
A=261ha
L=272 m

Bb.2 ka
72

SAL.SEKUNDER DUKUH

Sa.1 ka

42

B.Bb.2

SAL.SEKUNDER BIBIS
R.Bb.1
A=244ha
L=207 m

Tb.2 ki

B.Sb.3

Bb.1 ki
5
2,63

R.BI.1
A=304ha
L=2186 m

112

Bb.2 ki

80

R.BI.2
A=80ha
L=4788 m

43,56

IUN

SAL.SEKUNDER BANGLE

I

MAD

4

83

AW

Wk.6 ki

B.Wk.6
A=373ha
L=1786 m

B.Wk.5

Wk.4 ka

163 85,56
B.BI.2
BI.2 ki

B.BI.1

R.Sb.1
A=1798 ha
L=350m

B.Wk.4

B.Wk.3

Wk.3 ka

Wk.2 ka
44,63
85

NG

54,60

R.Wk.5
A=477ha
L=2246 m

SAL.SEKUNDER WENGKAL

B.Wk.2

85,05
AHAN
TAMB
DER
EKUN
SA L.S

B.Sb1

DAM JEJERUK

R.Sb.5
A=1721 ha
L=306 m

59,85

R.Wk.4
A=863ha
L=3101 m

KE

162
Sb.1 ka

R.Sb.4
A=1740 ha
L=633 m

114

R.Wk.3
A=1160ha
L=1777 m

B.Tk.1

B.JoI

R.Sb.3
A=177 ha
L=245 m

50,93

Wk.3 ki

34,65

B.Wk.1

Wk.l ka
45
23,63

Sb.1 ka

R.Sb.2
A=1794 ha
L=245m

66

R.Wk.1
A=1434ha
L=250m

R.Kt.4
A=2966 ha
L=2625 ha
B.Kt.4

R.Tb
L=235 m

B.Kt.1

R.Jo.I
A=5657 ha
L=460 m

Wk.2 ki

Wk.l ki
78
40,95

R.Kt.3
A=3009 ha
L=395 m

B.Kt.3

47,25

INJEKSI KE PG

SA

R.Ts.1
A=303ha
L=827m

Ts 1 ka

22,56

B.Kt.2

R.Kt.1
A=3859 ha
L=1182 m

48,30

B.Tk.1

SAL.SEK. T SEPREH

Sb.2 ki

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PERENCANAAN DAN PROGRAM
Jl. Solo - Kartasura Km 7 PO BOX 267 / SLO Telp/Fax (0271) 716428 Surakarta

PROPINSI:
JAWA TIMUR
PEKERJAAN:
P A I WS Bengawan Solo

GAMBAR:

SKEMA JARINGAN IRIGASI
(J.I.JEJERUK)

61,95

PT. TATAREKA PARADYA
Dm. Mlati Dukuh MT II/79, RT/RW 12/05, Sendangdadi, Mlati, Sleman
Yogyakarta - 55285 Telp. (0274) 4362074

KABUPATEN:
MAGETAN

DIRENCANAKAN

NO REGISTER
NO / JML LEMBAR

DIPERIKSA

TANGGAL

DISETUJUI
DIREKSI

Gambar 3. Skema jaringan irigasi jejeruk

NO. KONTRAK

Gambar 4. Skema Jaringan Irigasi Sesuai Geometri

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Perlu kami garis bawahi bahwa pada saat melaksanakan kegiatan inventarisasi
jaringan irigasi dengan menggunakan perangkat lunak SIPAI yang masih dalam
tahap awal pengembangan, dan dalam perjalannya sampai saat ini sudah cukup
banyak perkembangan yang diakomodasi dari masukan yang didapat selama
dilakukan uji coba oleh beberapa pihak termasuk yang dilakukan oleh penulis..
 Secara umum SIPAI dapat dikatakan cukup mudah untuk dipergunakan,
tentunya diawali dengan pelatihan yang memerlukan waktu relatif singkat
(kira-kira 1 hari pelatihan) untuk dapat memahami penggunaan SIPAI.
 SIPAI secara praktis telah dapat memenuhi kebutuhan dalam rangka
inventarisasi, karena data dasar yang diinginkan dapat terfasilitasi
penyimpanannya. Disamping itu, skema jaringan irigasi hasil tracking yang
dilakukan pada saat walktrhough di lapangan dapat sekaligus digambarkan, dan
disimpan sebagai bagian dari data dasar.
 Pada saat ujicoba di DI Jejeruk, beberapa kekurangan masih dijumpai pada
SIPAI adalah sebagai berikut:
a. hanya dapat dioperasikan oleh satu operator, dan tidak bisa menggabungkan
beberapa file yang dikerjakan secara terpisah.

b. SIPAI tidak mempunyai fiture untuk undo/redo serta pemakaian scroll pada
dengan menggunakan mouse.
c. SIPAI belum bisa menghitung kinerja jaringan dengan kondisi dan fungsi
masing-masing bangunan yang dicatat selama inventarisasi.
Dengan pengalaman tersebut diatas, penulis menyampaikan saran perbaikan
perangkat lunak sebagai berikut:
 Perangkat lunak SIPAI versi 1.0 masih perlu untuk dikembangkan menuju
kesempurnaan sebuah perangkat lunak alat bantu pengambil keputusan, perlu
dilengkapi dengan perintah undo/redo serta pemanfaatan scroll mouse untuk
mempermudah dan mempercepat pengisian data.
 Perangkat lunak SPAI perlu diberi kemampuan untuk menggabung data dari
berbagai file. Hal ini dimaksud untuk mempercepat penyiapan data.
 Pada keluaran/ output program ini tidak hanya ditampilkan Sistim Inventarisasi
Aset Irigasi tetapi disarankan ditambah tampilan Kinerja Jaringan Irigasi
dengan demikian diharapkan ada keseragaman cara penilaian untuk seluruh
Daerah Irigasi yang ada di Indonesia.
KESIMPULAN :
 SIPAI sebagai alat pendukung Pengelolaan Aset Irigasi sangat bermanfaat
dalam membantu inventarisasi sistem irigasi yang merupakan hal dasar untuk
mendasari Pengelolaan Aset Irigasi.
 Penggunaan SIPAI cukup sederhana dan mudah dilakukan meskipun
memerlukan ketekunan dan ketelitian yang memadai agar mendapatkan hasil
seperti yang diharapkan .
 Perbaikan yang telah dilaksanakan selama pengembangan perangkat lunak
SIPAI, kinerja Sistem Irigasi telah dapat disajikan, selain itu juga disediakan
menu analisis untuk menyusun prioritas kegiatan yang perlu dilakukan, yang
tentunya sangat membantu dalam perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi.
 SIPAI merupakan perangkat pendukung yang cukup memadai untuk
melaksanakan pengelolaan aset irigasi dengan lebih baik, karena dapat
didukung data yang cukup lengkap.
 Penyempurnaan perangkat tetap diperlukan agar SIPAI menjadi semakin
mudah untuk dipergunakan oleh pengelola irigasi.

Tabel 1. Summary Aset Bangunan Irigasi DI Jejeruk
Kode

: 35200002

Nama

: JEJERUK-2
Bangunan Sipil

No

Jenis Aset

Kondisi

Jumlah
Aset
Baik

Rusak
Sedang

Rusak
Berat

Kurang

Buruk

Tdk
Berfungsi

2

Bagi-Sadap

2

2

2

1

3

Bagi

6

6

6

6

39

32

1

1

3

2

98

71

11

10

2

2

8

5

2

2

2

18

18

18

42

38

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

1

Baik

Bendung

Sadap
Sadap
Langsung
Bangunan
Ukur
Terjunan
Pembawa
Talang
GorongGorong
Pelimpah
Samping
Pintu
Pembuang
Jembatan
Orang
Jembatan
Desa
Tempat
Mandi Hewan
TOTAL

1

Baik

Kondisi

1

4

1

Rusak
Ringan

Bangunan Mechanical and Engineering
Fungsi

6

1

24

1

3

3

87

1

10

Rusak
Berat

Baik

Tdk
Berfungsi

Bangunan
ME

Total

7,500,000

7,500,000

2

10,000,000

10,000,000

4

7,500,000

7,500,000

10,000,000

10,000,000

Kurang

Buruk

Bangunan
Sipil

5

31

1
6

2

3

13

1
2

1

1

5

1
1

1

20,000,000

20,000,000

7

66,799,137

66,799,137

1

20,000,000

20,000,000

600,000

600,000

1

50,000,000

50,000,000

1

25,000,000

25,000,000

2
2

2

1

1

1

7

40

1
190

Rusak
Sedang

1

1

1
234

34

Rusak
Ringan

Biaya Pekerjaan Yang Diperlukan (Rp.)

Fungsi

34

1

9

213

2

15

43

1

7

4

5

19

3

5

182,399,137

35,000,000

217,399,137

Tabel 2. Summary Aset Saluran Irigasi DI Jejeruk


No

SUMMARY ASET SALURAN/ALUR IRIGASI
Kode

: 35200002

Nama

: JEJERUK-2
Panjang Saluran
Jenis Aset

Total
Panjang

Kondisi
Baik

1

Saluran Primer Pembawa

31

31

2

Saluran Sekunder Pembawa

71,830

37,327

3

Saluran Primer Drainase
TOTAL SALURAN

28,782

28,782

100,643

66,139

Fungsi

Rusak
Ringan

Rusak
Sedang

24,799

9,704

24,799

9,704

Rusak
Berat

Biaya Pekerjaan
Yang Diperlukan
(Rp.)

Kurang

Buruk

Tdk Berfungsi

2,748

47,844

16,388

3,012

3,559,872,457

2,778

47,844

16,388

3,012

3,559,872,457

Baik
31

TOTAL

3,559,872,457

UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih penulis ucapkan pada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
atas kepercayaan untuk melaksanakan studi kasus penyusunan perangkat lunak
SIPAI Daerah Irigasi Jejeruk.
PUSTAKA
Arif. S.S. 2006. Operasi dan Pemeliharaan masa depan: sebuah gagasan untuk
mengantisipasi perubahan kebijakan dan lingkungan. Jurnal Agritech. Vol. 26
(3)2006. p136-144.
Direktorat Bina Program, Ditjen SDA, PU, 2004, Konsep Pengembangan
PDSDA-PAI, Unpublish.
Phengphaengsy, F. dan Okudaira, H., 2008, Assessment of irrigation efficiencies
and ater productivity in paddy fields in the lower Mekong River Basin, Paddy
Water Environ pringer-VerlagVol. 6:105–114/
Pusposutardjo. S. dan S.S .Arif (1999).Asas donat (the doughnut principle) dalam
implementasi kebijakan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi kecil 1987 :
kasus proyek Penyerahan Irigasi Kecil (PIK). Dalam. Rochdiyanto dan
Arif.(ed).Kajian evaluatif Program Penyerahan Irigasi Kecil. Fakultas
Teknologi Pertanian, UGM dan International Management Institute, Srilanka.