ISSN 2339 0417 UPAYA MENINGKATKAN KEDIS

ISSN 2339 - 0417
UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR
DI KELAS MELALUI PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SMA NEGERI 1
WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2012/2013
Oleh : Imam Sujarwanto *)

Abstrak
Rendahnya tingkat kedisiplinan guru di SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal pada
tahun 20012/2013 dalam kehadirannya di kelas mempengaruhi kondusivitas kegiatan belajar
mengajar. Kebiasaan guru datang terlambat akan menyebabkan kegaduhan siswa dan akan
menjadi sangat ironis jika keiasaan datang terlambat ditiru oleh siswa. Hal demikian bisa diterima
mengingat guru adalah sosok panutan yang digugu lan ditiru (dipercaya dan ditiru). Rendahnya
kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas menjadi perlu diangkat dalam penelitian tindakan
sekolah (PTS) dengan penerapan reward dan punishment. Diterapkannya reward dan punishment
didasari pada pemahaman bahwa reward dan punishment merupakan salah satu pilar dalam
peningkatan disiplin.
PTS (Penelitian Tindakan Sekolah) yang berlangsung dalam 2 tahap siklus yang masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Teknik pengumpulan data dipilih melalui observasi, angket dan wawancara.
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskripsi kualittaif dan disajikan dalam
bentuk laporan tindakan sekolah yang dipublikasikan diperpustakaan sekolah dan media massa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan reward dan punishment di SMA Negeri 1

Warureja telah mampu menaikkan tingkat kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas saat
kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat pada hasil akhir pelaksanaan tindakan dimana
tidak dijumpat guru atau karyawan yang terlambat lebih dari 15 menit.
Kata Kunci : Disiplin, Kehaadiran, Reward dan Punishment

PENDAHULUAN
Ada ungkapan guru kencing berdiri
murid kencing berlari atau guru sebagai akronim bahasa Jawa digugu lan ditiru terkandung
makna keteladanan guru dalam menjalankan
tugasnya sebagai pendidik. Keteladanan guru
dapat dilihat dari perilaku guru sehari-hari baik
di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Salah satu sikap keteladanan adalah kedisiplinan guru ketika datang ke sekolah dan
masuk ke dalam kelas untuk memulai
pelajaran.
Kedisiplinan adalah suatu sikap yang
mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap
aturan (Moenir, 1999). Kedisiplinan merupakan
suatu sikap, perilaku, dan perbuatan yang sesuai


Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 20

dengan peraturan organisasi baik tertulis
maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999).
Fakta di lapangan yang sering dijumpai
adalah kurangnya disiplin guru dalam masuk
kelas pada saat kegiatan belajar mengajar
dimulai. Fakta ini juga dijumpai di SMA Negeri
1 Warureja Kabupaten Tegal. Sedikitnya ratarata 7 guru atau 41,18% datang terlambat, 4
kelas dari 13 kelas atau 30,76% kosong tanpa
kehadiran guru saat jam pertama dan
sedikitnya ada 5 kelas (38,46%) guru datang
terlambat ketika pergantian jam pelajaran
yaitu dari jam ke lima dan ke tujuh. Upaya
keteladaan kepala sekolah sudah dilaksanakan
dengan cara kepala sekolah datang ke sekolah

lebih awal namun upaya tersebut belum
membuahkan hasil sehingga perlu upaya lain.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kedisiplinan guru dalam
kehadirannya di kelas adalah dengan menerapkan reward dan punishment. Elizabeth B.
Hurlock memposisikan reward dan punishment sebagai salah satu pilar dari disiplin,
menurutnya reward berarti tiap bentuk
penghargaan untuk suatu hasil yang baik,
penghargaan tidak perlu berbentuk materi,
tetapi berupa kata-kata pujian, senyuman atau
tepukan di punggung (Hurlock, 1990:90).
LANDASAN TEORI
a. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah
menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama
sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan
sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia
tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994). Menurut Ekosiswoyo dan

Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah

sekumpulan tingkah laku individu maupun
masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan,
kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran
untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam
rangka pencapaian tujuan.
Penerapan disiplin warga sekolah,
khususnya disiplin guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar sangat berkait kepada
kinerja guru itu sendiri. Kinerja kerja guru
dalam mengemban tugas keprofesionalan
seperti mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi merupakan aspek utama dalam
meningkatkan kecerdasan siswa yang membawa pada peningkatan mutu pendidikan yang
diselenggarakan.
Apabila disiplin guru telah dilaksanakan
dengan baik dan kinerja guru juga baik, serta
didukung oleh faktor-faktor lain yang
mendukung maka akan tercipta kondisi

sekolah yang kondusif yang pada akhirnya
tujuan sekolah untuk menjadi sekolah yang
bermutu akan dapat tercapai.
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Adapun arti kesadaran adalah
sikap seseorang yang secara sukarela menaati
semua peraturan dan sadar akan tugas
dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti
kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku,
dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan
peraturan perusahaan baik yang tertulis
maupun tidak (Hasibuan ,1997:212). Menurut
Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai
pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi (Mangkunegara, 2000 : 129).
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal
dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin
kerja. Disiplin kerja merupakan kemampuan
seseorang untuk secara teratur, tekun secara
terus-menerus dan bekerja sesuai dengan


Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 21

aturan-aturan yang berlaku dengan tidak
melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan
suatu organisasi di antaranya ialah : (1)
tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan),
(4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat),
(6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8)
hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213).
Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya
disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan
pendisiplinan :
1. Preventif, pada pokoknya, dalam kegiatan
ini bertujuan untuk mendorong disiplin
diri di antara para karyawan, agar

mengikuti berbagai standar atau aturan.
Sehingga penyelewengan kerja dapat
dicegah.
2. Korektif, kegiatan yang ditujukan untuk
menangani pelanggaran terhadap aturan
dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut (Aunurachman dkk, 1990).
Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/ perusahaan dibutuhkan adanya :
a. Tata tertib/ peraturan yang jelas.
b. Penjabaran tugas dari wewenang yang
cukup jelas.
c. Tata kerja yang sederhana, dan mudah
diketahui oleh setiap anggota dalam
organisasi.
Menurut Byars and Rue (1995:357)
menyatakan ada beberapa hal yang dapat
dipakai, sebagai indikasi tinggi rendahnya
kedisplinan kerja karyawan, yaitu: Ketepatan
waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan
terhadap perilaku terlarang, ketertiban terhadap peraturan yang berhubungan langsung
dengan produktivitas kerja. Sedangkan De

Cenzo dan Robbins (1994:451) mengemukakan tipe permasalahan dalam kedisiplinan,

antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja
(dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, aktivitas di luar lingkungan kerja.
Melalui disiplin pula timbul keinginan
dan kesadaran untuk menaati peraturan
organisasi dan norma sosial. Namun tetap
pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin
tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah
persepsi guru terhadap sikap pribadi
guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri
yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di
sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran
yang merugikan dirinya, orang lain, atau
lingkungannya.
Dalam upaya penerapan kedisiplinan
guru pada kehadiran di kelas dalam kegiatan
belajar mengajar, bisa ditempuh dengan
beberapa upaya. Adapun upaya dalam
meningkatkan disiplin guru adalah sebagai

berikut: (a) sekolah memiliki sistem
pengendalian ketertiban yang dikelola dengan
baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam
sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan
sekolah, (c) mewajibkan guru untuk mengisi
agenda kelas dan mengisi buku absen yang
diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal
masuk sekolah kepala sekolah bersama guru
membuat kesepakatan tentang aturan kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru
untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap
rapat pembinaan diumumkan frekuensi
pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut di atas kultur disiplin guru dalam
kegiatan pembelajaran bisa terpelihara
dengan baik, suasana lingkungan belajar aman
dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai
prestasi belajar yang optimal.
b. Reward dan Punishment
Penerapan disiplin dapat ditegakan
melalui pemberian reward dan punishment.
Reward dan punishment merupakan dua

bentuk metode dalam memotivasi seseorang

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 22

untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan
prestasinya.
Reward artinya ganjaran, hadiah,
penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward merupakan salah satu
alat untuk peningkatan motivasi para
pegawai. Metode ini bisa mengasosiasikan
perbuatan dan kelakuan seseorang dengan
perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan
membuat mereka melakukan suatu perbuatan
yang baik secara berulang-ulang. Selain
motivasi, reward
juga bertujuan

agar
seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk
memperbaiki atau meningkatkan prestasi
yang telah dapat dicapainya.
Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward
merupakan bentuk reinforcement yang positif,
maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi alat
motivasi. Tujuan dari metode ini adalah
menimbulkan rasa tidak senang pada
seseorang supaya mereka jangan membuat
sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang
dilakukan bersifat pedagogies, yaitu untuk
memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih
baik.
Reward dan punishment merupakan
dua bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan
meningkatkan prestasinya. Kedua metode
ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia
kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja,
dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali
digunakan.
Menurut Thomson, reward, dapat diberikan dengan dua model. Pertama pemberian
hadiah kasih, berupa memuji, menepuk
punggung, memeluk atau menyentuh dengan
penuh kasih. Kedua pemberian hadiah materi,
semisal pergi ke restoran untuk makan es krim,
memberi permen atau coklat, menambah

waktu untuk menonton televisi, mengizinkan
menonton acara khusus atau membawanya
berpiknik (Setiawani, 2000:57).
Durkheim berpendapat setiap punishment identik dengan resiko kesusahan yang
harus bisa diperhitungkan oleh si pelanggar,
sehingga ia dapat mengelakkan kesukaran
tersebut dengan mempertimbang-kan masih
banyaknya kombinasi lingkungan. Dengan
adanya kemampuan memperhitung-kan setiap
resiko yang akan dihadapi jika melakukan
perbuatan yang melanggar, seseorang dapat
memilih perbuatan lain yang lebih baik dan
tidak
melanggar.
Sehingga
hal
ini
menimbulkan kesadaran dalam diri atas
bantuan dari resiko yang ditimbulkan oleh
punishment.
Dari uraian-uraian tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan dapat
dibentuk melalui reward dan punishment
kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan: (1)
bagaimana penerapan reward dan punishment
dalam meningkatkan kedisiplinan guru dalam
kehadiran mengajar di kelas? (2) Apakah
penerapan reward dan punishment dapat
meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di kelas?
METODE PENELITIAN
a. Setting dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
1 Warureja Kabupaten Tegal pada awal semester
2 Tahun 2012/2013. Jalan AMD Nomor 4
Sukareja Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal.
Penelitian dilaksanakan pada penelitian di
semester 2 dimaksudkan sebagai pencarian
strategi mengatasi rendahnya kedisiplinan guru
dalam kehadirannya di kelas saat KBM di
semester 1 tahun 2013/2014 dan seterusnya.
Penelitian berlangsung dalam 2 siklus.
Siklus 1 dilaksanakan pada bulan Januari hingga

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 23

Maret 2013 dan siklus 2 dilaksanakan pada bulan
April hingga Juni 2013.
b. Variabel Penelitian
Penelitian tindakan ini terdiri dua variable
yaitu variabel penerapan reward dan punishment
sebagai variabel bebas dan variable kedisiplinan
guru dalam kehadirannya di kelas saat KBM
sebagai variabel terikat.
c. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengamatan, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul
datanya adalah lembar pengamatan, pedoman
wawancara, dan alat dokumentasi (foto, alat
rekam, dll).
Melalui lembar pengamatan, peneliti dan
petugas yang ditunjukan melakukan pengamatan
atau observasi tentang kehadiran guru dan
karyawan secara sembunyi-sembunyi. Pengamatan secara sembunyi-sembunyi ini dimaksudkan agar dapat memperoleh data secara
obyektif dan obyek yang diamati tidak merasa
sedang diteliti.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi
kualitatif.
e. Tolok Ukur Keberhasilan
Tolok ukur dapat dilihat dari hasil
penerapan reward dan punishment guru setelah
diberi tindakan. Diharapkan setelah dilakukan
penelitian tindakan sekolah ini, tingkat kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas
terrendah adalah 75 %,.
Tolok ukur keberhasilan tindakan ini
adalah meningkatnya kedisiplinan guru dalam
kehadirannya di kelas adalah sebagai berikut: (1)
Adanya peningkatan tingkat kedisiplinan guru
dalam kehadiran di kelas pada saat KBM, (2)

Siswa terlayani dengan baik sehingga siswa dapat
menerima hak-hak belajarnya, (3) Suasana
pembelajaran yang awalnya kurang kondusif
menjadi lebih kondusif.
f. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hal ini dikarenakan
keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan
dua siklus sudah penulis menganggap cukup
karena telah dapat diketahui adanya peningkatan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada
kegiatan belajar mengajar.
Secara umum kegiatan penelitian
tindakan sekolah pada siklus 1 dan siklus 2 sama
terdiri atas beberapa tahap, yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Bedanya
pada siklus 2 merupakan penyempurnaan dari
kegiatan pada siklus 1 setelah refleksi.
Kekurangan-kekurangan atau hambatan pada
siklus 1 disempurnakan atau ditindaklanjuti pada
siklus 2.
a. Siklus 1
Adapun langkah-langkah kegiatan pada
siklus 1 dapat dijelaskan antara lain:
1) Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal
yang dilakukan oleh penulis saat akan
memulai tindakan. Agar perencanaan mudah
dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang
akan melakukan tindakan, maka penulis
membuat rencana tindakan sebagai berikut :
(a) Merumusan masalah yang akan dicari
solusinya, yaitu masih banyaknya guru
yang kurang disiplin dalam kehadiran di
kelas pada proses belajar mengajar.
(b) Merumusan tujuan indakan. pemberian
Reward dan Punishment kepada guruguru untuk meningkatkan kedisiplinan
guru dalam kehadiran di kelas pada
proses belajar mengajar.

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 24

(c) Merumusan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam meningkatkan disiplin guru dalam
kehadiran di kelas. Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini ditetapkan sebesar 75%, artinya tindakan ini
dinyatakan berhasil bila 75% guru
tidak terlambat masuk kelas dalam
proses pembelajaran.
(d) Merumusan langkah-langkah kegiatan
penyelesaian tindakan antara lain
adalah melakukan sosialisasi kepada
para guru mengenai penelitian yang
akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan
yang dilakukan oleh penulis.
(e) Kepada para guru disampaikan mengenai penerapan Reward dan Punishment
yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Pada siklus pertama ini,
akan dipampang/ditempel diruang guru,
maupun diruang TU, peringkat namanama guru yang paling rendah tingkat
keterlambatan masuk kelasnya sampai
yang paling tinggi tingkat keterlambatannya.
(f) Mengidentifikasi warga sekolah dan
atau pihak-pihak terkait lainnya yang
terlibat dalam penyelesaian masalah/
menghadapi tantangan / melakukan
tindakan. Penulis melakukan identifikasi siapa saja yang dilibatkan
dalam penelitian ini. Pihak-pihak yang
dilibatkan dalam penelitian ini adalah :
guru, guru piket, TU, dan siswa.
(g) Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. Metode
pengumpulan data yang diambil oleh
penulis merupakan data kualitatif
melalui observasi, pengamatan serta
wawancara kepada siswa mengenai
kehadiran guru di kelas pada kegiatan
belajar mengajar.

(h) Penyusunan instrumen pengamatan
dan evaluasi. Dalam pengambilan data,
penulis menggunakan instrument
berupa lembar observasi/pengamatan,
skala penilaian serta angket yang
disebarkan kepada siswa, untuk
mengetahui penilaian dari siswa
mengenai tingkat kehadiran guru di
kelas dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
(i) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan.
Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain : lembar pengamatan, alat tulis ,
serta jam dinding yang ada disetiap
kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari
setiap guru.
2)

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan, antara lain :
(a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris
kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan
banyaknya jumlah rombongan belajar
di SMA Negeri 1 Warureja sebanyak 13
rombongan belajar. Dalam lembar
pengamatan itu, telah dibuat daftar
guru yang mengajar di kelas itu setiap
jam dan diberi kolom jam masuk kelas
serta jam keluar kelas. Lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran.
(b) Berkoordinasi dengan petugas piket
yang setiap hari terdiri dari 2 orang
petugas, yaitu dari guru yang tidak
mempunyai jam mengajar pada hari
itu dan satu orang dari tata usaha.
Petugas piket akan mengedarkan
daftar hadir guru di kelas yang telah
dibuat agar dapat melihat tingkat
kehadiran guru disetiap kelas dan
disetiap pergantian jam pelajaran.
jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

Hal 25

Guru yang terlambat lebih dari 15
menit, dianggap tidak hadir dan diberi
tanda silang.
(c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa
maupun dari penulis.
(d) Kegiatan tersebut dilakukan terus
setiap hari kepada setiap guru selama
satu bulan (satu siklus).
3) Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
lembar observasi selama satu bulan (satu
siklus),untuk semua guru yang berjumlah
23 orang. Selama pengamatan peneliti
dibantu atau berkolaborasi dengan guru
piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi :
(a) Kehadiran guru di kelas
(b) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas
(c) Waktu meninggalkan kelas setelah
selesai pelajaran
Peneliti juga melakukan penilaian
dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru di kelas. Dari hasil
pengamatan serta rekap dari tingkat
kehadiran guru di kelas pada proses belajar
mengajar dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapittulasi Tingkat
Keterlambatan guru Pada Siklus 1
Waktu
Keterlambatan/Jumlah/Prosentase
< 10 menit 10 – 15 menit > 10 menit
5
7
11
21,74%
30,43%
47,83 %
Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru di kelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 5
orang guru terlambat masuk kelas kurang

dari 10 menit, 7 orang guru terlambat
masuk kelas 10 menit sampai dengan 15
menit, dan 11 orang guru terlambat masuk
kelas lebih dari 15 menit.
4) Refleksi
Setelah selesai satu siklus maka
diadakan refleksi mengenai kelemahan atau
kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada
siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Dari hasil refleksi dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward
dan Punishment yang lebih tegas lagi
daripada siklus pertama.
Siklus 2
1) Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan Reward dan Punishment
yang lebih tegas dibandingkan dengan
siklus pertama.
Peneliti merencanakan untuk mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat
keterlambatan guru masuk kelas dalam
proses belajar mengajar, pada kegiatan
upacara bendera hari Senin. Hal ini terlebih
dahulu disosialisasikan kepada semua guru
pada saat refleksi siklus pertama.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah
pada siklus yang kedua ini dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan, antara lain :
(a) Menyebarkan
lembar
pengamatan
kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris
kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan
banyaknya jumlah rombongan belajar di
SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal
sebanyak 13 rombongan belajar. Dalam
lembar pengamatan itu, telah dibuat
daftar guru yang mengajar dikelas itu

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 26

setiap jam dan diberi kolom jam masuk
kelas serta jam keluar kelas.
(b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang
setiap hari terdiri dari 2 orang petugas,
yaitu dari guru yang tidak mempunyai
jam mengajar pada hari itu dan satu
orang dari tata usaha. Petugas piket akan
mengedarkan daftar hadir guru dikelas
yang telah dibuat agar dapat melihat
tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan
disetiap pergantian jam pelajaran. Guru
yang terlambat lebih dari 15 menit,
dianggap tidak hadir dan diberi tanda
silang.
(c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan
rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik
dari guru piket, dari siswa maupun dari
penulis.Kegiatan tersebut dilakukan
terus setiap hari kepada setiap guru
selama satu bulan (satu siklus) pada
siklus kedua
3) Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
lembar observasi selama satu bulan (satu
siklus), untuk semua guru yang berjumlah
23 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket.
Pengamatan oleh peneliti meliputi : (1)
Kehadiran guru dikelas, (2) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas, (3) Waktu
meninggalkan kelas setelah selesai
pelajaran.
Peneliti juga melakukan penilaian
dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas. Dari hasil
pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar
mengajar pada siklus kedua dapat dilihat
pada 4.2.

Tabel 4.2. Rekapitulasi Tingkat
Keterlambatan Guru Pada Kehadiran di
Kelas Pada Siklus 2
Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase
< 10 menit 10 – 15 menit > 10 menit
18
5
0
78,26%
21,74%
0,00%
Dari hasil rekapitulasi tingkat
keterlambatan guru di kelas pada
proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 18 orang guru terlambat masuk
kelas kurang dari 10 menit, 5 orang guru
terlambat masuk kelas 10 menit sampai
dengan 15 menit, dan tidak ada satu
orangpun guru yang terlambat masuk
kelas lebih dari 15 menit.
4) Refleksi
Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan
refleksi mengenai kelemahann atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada
siklus kedua tersebut.
Dari hasil observasi dan data yang
diperoleh, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus
kedua dinyatakan berhasil, karena terdapat
78,26% guru yang terlambat kurang dari 10
menit, atau melebihi target yang telah
ditentukan sebesar 75%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data, dari penelitian
tindakan pada siklus 1 dan 2 dapat diambil
simpulan bahwa penerapan Reward dan
Punishment efektif untuk meningkatkan disiplin
kehadiran guru di kelas pada kegiatan belajar
mengajar pada SMA Negeri 1 Warureja
Kabupaten Tegal. Hal ini terbukti bahwa pada
awalnya masih terdapat ,,,,,,,, pada siklus 1 guru
yang terlambat lebih dari 15 menit sebanyak 5

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 27

orang, guru terlambat masuk kelas kurang
dari 10 menit, 7 orang guru terlambat masuk
kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 11
orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15
menit, sedangkan pada siklus 2 sebanyak 18
orang guru terlambat masuk kelas kurang
dari 10 menit, 5 orang guru terlambat masuk
kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan
tidak ada satu orangpun guru yang terlambat
masuk kelas lebih dari 15 menit.
Penerapan Reward dan Punishment dapat
meningkat kedisiplinan guru dalam hadir di kelas
pada kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1
Warureja Kabupaten Tegal.

PENUTUP
A. Simpulan
Reward dan Punishment atau ganjaran dan
hukuman merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kedisiplinan guru. Pernyataan ini
sesuai dengan hasil penelitian tindakan sekolah
yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
mengatasi permasalahan kehadiran guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Hasil penelitian
tindakan sekolah ini juga menguatkan pendapat
bahwa reward dan punishment merupakan salah
satu pilar dalam disiplin.
Pemberian reward dan punishment yang
memenuhi kaedah dedaktik metodik akan
memotivasi guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik dan pengajar yang professional.

B. Saran
Karena adanya pengaruh positif penerapan
Reward dan Punishment terhadap disiplin guru
hadir di dalam kelas pada kegiatan belajar
mengajar, maka melalui penulis mengajukan
saran : Kepada semua guru dalam melaksanakan
tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam
kehadiran di kelas sebagai bentuk pelayanan
minimal kepada peserta didik di sekolah.

Sikap disiplin hadir sekolah bukan kewajiban guru saja tetapi juga tenaga kependidikan
non guru dalam hal ini staf TU.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan
Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On
Line]. Tersedia : http:// akhmadsudrajat.
wordpress.com/2010/03/04/manfaatprinsip-dan-asas-pengembangan-budayasekolah/[06 Oktober 2010]
Amstrong.Michael, (1991). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Anwar Prabu Mangkunegara,(1994). Psikologi
Perusahaan. Bandung : PT.Trigenda
Karya.
__________________________
(2000).
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, S. (2002).
Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Aunurrahman,dkk(2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta
Bambang Nugroho. (2006). Reward dan
Punishment. Bulletin Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum Edisi No.
6/IV/Juni 2006
Departemen Pendidikan Nasional. (2003).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta:Depdiknas.
Hidayat,
Sucherli.
(1986).
Peningkatan
Produktivitas Organisasi dan Pegawai
Negeri Sipil: Kasus Indonesia, Jakarta:
Prisma
Megawangi, Ratna. (2007). Membangun SDM
Indonesia Melalui Pendidikan Holistik
Berbasis Karakter. Jakarta : Indonesian
Heritage Foundation

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 28

Sanjaya,W.(2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line].
Tersedia : http://subagio-subagio. blogspot.
com/2010/03/kompetensi-guru-dalammeningkatkan-mutu.html
Syamsul Hadi,(2009). Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah Disampaikan
pada
Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala
Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran.

Departemen Pendidikan Nasional,Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga
Kependidikan
*) Penulis adalah Kepala SMA Negeri 1 Warureja
Kabupaten Tegal. NIP 19690908 199702 1003.
Lahir di Pemalang 8 September 1969. Pangkat
Pembina Tingkat I IV/b. Tahun 2012
memperoleh Gelar Magister Pendidikan dari
Program Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang pada program studi Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Kontak : 0857 4206 7688.

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
Hal 29