TELAAH HADIS TENTANG MELIHAT WANITA SEBELUM MENGKHITBAH (STUDI TAKHRIJ HADIS RIWAYAT ABU DAWUD TENTANG DIPERBOLEHKANNYA SEORANG LAKI-LAKI MELIHAT WANITA SEBELUM MENGKHITBAHNYA) - Test Repository

  

TELAAH HADIS TENTANG MELIHAT WANITA SEBELUM

MENGKHITBAH (STUDI TAKHRIJ HADIS RIWAYAT

ABU DAWUD TENTANG DIPERBOLEHKANNYA

SEORANG LAKI-LAKI MELIHAT WANITA

SEBELUM MENGKHITBAHNYA)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

  

Disusun oleh:

MUHAMAD HAFID

NIM: 21208007

JURUSAN

  SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2013

  

TELAAH HADIS TENTANG MELIHAT WANITA SEBELUM

MENGKHITBAH (STUDI TAKHRIJ HADIS RIWAYAT

ABU DAWUD TENTANG DIPERBOLEHKANNYA

SEORANG LAKI-LAKI MELIHAT WANITA

SEBELUM MENGKHITBAHNYA)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

  

Disusun oleh:

MUHAMAD HAFID

NIM: 21208007

JURUSAN

  SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2013

  KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA Jl. Nakula Sadewa VA No. 09 telp. ( 0298 ) 3419400,323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website :-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Hal : Pengajuan Skripsi Lamp : 4 eksemplar

  Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu‟alaikum wr.wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan koreksi serta perbaikan seperlunya, maka bersama kami ini kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

  Nama : Muhamad Hafid NIM : 21208007 Jurusan / Program Studi :

  Syari‟ah / Ahwal Al-Syakhshiyyah Judul : Telaah Hadis Tentang Melihat Wanita Sebelum

  Mengkhitbah (Studi Takhrij Hadis Riwayat Abu Dawud Tentang Diperbolehkannya Seorang Laki-Laki Melihat Wanita Sebelum

Mengkhitbahnya)

  untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu‟alaikum wr.wb.

  Salatiga, 11 September 2013

  

PENGESAHAN

SCAN

  

DEKLARASI

SCAN

  

MOTTO

للها ىلع لكوتف تمزع اذإف

  

Bila kamu telah bersungguh-sungguh

maka bertawakallah kepada Allah

dan ingatlah

  

نيدلاولا ىضر في للها ىضر

Keridhoan Allah itu bergantung pada

keridhoan kedua orang tua

  

PERSEMBAHAN

  Untuk ayahandaku Nur Khamid dan Ibundaku tercinta Sofiyah, cintamu laksana embun, bening, sejuk, suci, murni, tiada kata harap tetesan kembali. Untuk para guru, masyayikh, dan segenap dosen STAIN Salatiga, secara khusus kepada Prof. Dr. Muh. Zuhri, dari beliau saya mengenal Ulumul Hadis pertama kali.

  Untuk sepuluh bersaudara: (1) . mbak Isti’anah, (2) mbak Misrifah, (3) mbak Mudrikah,

  (4) mbak Marfu’ah, (5) mbak Siti Romlah, (6) Muhamad Hafid (7) dik Khamidah, (8) dik Muhammad Mahbub,

  (9) dik Muhammad Sukron Hamid, (10) dik Nur Jannah kalian adalah lautan inspirasiku.

  Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku, serta teman-teman yang turut membantu mengelupas kulit ketidaktahuanku. Semoga tidak lupa ilmu padi.

  Dan untuk yang selalu ada di hatiku... terima kasih selalu menemani, mendukung dan memotivasiku.

  Tiada kata yang lebih indah yang bisa aku sampaikan selain T ERIMA KASIH dan Do’a terbaik untuk semua...

  

ازجلا نسحا الله مك ازج

KATA PENGANTAR

     

  Alhamdulillahi Rabbil „aalamiin. Ucapan dan ungkapan syukur tiada

  terhenti penulis haturkan atas anugerah Allah SWT. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, rindu kami senantiasa mengiring setiap hembusan nafas dan detak kehidupan.

  Dengan Rahmat Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan atas bantuan banyak pihak yang telah mendukung serta memberikan sumbang sih saran dan kritik. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagai Skripsi pada Program Studi Al-ahwal Al-syakhshiyyah yang berjudul

  

Telaah Hadis Tentang Melihat Wanita Sebelum Mengkhitbah (Studi Takhrij

Hadis Riwayat Abu Dawud Tentang Diperbolehkannya Seorang Laki-Laki

Melihat Wanita Sebelum Mengkhitbahnya) dan penulis mengucapkan terima

  kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta mendoakan terselesaikannya skripsi ini, secara khusus kepada segenap civitas akademika STAIN Salatiga: 1.

  Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang kami hormati.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Ketua Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga atas kelonggaran hati beliau memperlancar proses pengajuan skripsi ini.

  3. Bapak Ilyya Muhsin, SHI., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ahwal Al

  Syakhshiyyah STAIN Salatiga atas kepercayaan beliau menyarankan penulis untuk studi takhrij hadis.

  4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. terima kasih atas kesabaran membimbing dan memberi dorongan semangat kepada penulis, meskipun penulis berkemampuan pas-pasan dalam studi takhrij hadis.

  5. Bapak. Prof. Dr. Muh. Zuhri atas tuntunan beliau mengajar Ulum Al-Hadis.

  6. Bapak dan Ibu seluruh pegawai, staf perpustakaan, security dan segenap civitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Serta semua pihak yang tak dapat kami tuliskan satu per satu. Semoga Allah senantiasa memudahkan urusannya dan keluarganya dalam kebaikan, karena Allah senantiasa memberikan pertolongan pada orang yang senantiasa menolong sesamanya. Semoga Allah SWT berkenan memberikan kesehatan dan balasan yang terbaik. Aamiin.

  Tiada gading yang tak retak, begitu pula dalam menyusun skripsi ini penulis yakin belum sempurna, masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan maupun isinya. Oleh sebab itu atas kritik dan saran dari seluruh pembaca, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

  Salatiga, September 2013 Penulis

  Muhamad Hafid

  NIM 21208007

  

ABSTRAK

  Hafid, Muhamad. 2013. Telaah Hadis Tentang Melihat Wanita Sebelum

  Mengkhitbah (Studi Takhrij Hadis Riwayat Abu Dawud Tentang Diperbolehkannya Seorang Laki-Laki Melihat Wanita Sebelum Mengkhitbahnya).

  Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Al-Ahwal Al- Sykahshiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag

  Kata Kunci: hadis, sanad, matan, melihat, khitbah

  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka untuk menganalisis sanad dan

  

matan hadis tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita dalam

  proses khitbah. Hadis yang menjadi objek penelitian ini adalah hadis riwayat Abu Dawud dari Jabir bin Abdillah tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana keabsahan hadis tersebut ditinjau dari sanad maupun matan-nya dan bagaimana implikasi hukum hadis tersebut.

  Peneliti melakukan tiga tahap yaitu penelitian sanad dan penelitian matan hadis lalu meneliti implikasi hadis berdasarkan kitab-kitab Fiqh yang berhubungan. Pada penelitian sanad tahap-tahapnya sebagai berikut: Menelusuri letak hadis pada kitab-kitab mukharrij hadis, menyusun bagan sanad hadis, memeriksa persambungan sanad dan reputasi periwayat hadis, mengambil natijah atau kesimpulan sementara tentang nilai sanad hadis. Sedangkan pada penelitian matan hadis penulis melakukan tahap-tahap berikut: Membandingkan hadis dengan ayat Al-Quran yang sesuai, membandingkan dengan hadis lain yang lebih shahih, membandingkan hadis dengan fakta sejarah, membandingkan hadis dengan rasio, mengambil kesimpulan sementara tentang nilai matan hadis. Selanjutnya adalah penjabaran implikasi hukum hadis

  Dari penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa hadis riwayat Abu Dawud dari Jabir bin Abdillah tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita yang hendak dilamarnya adalah termasuk hadis ahad dan memiliki sanad dengan kualitas hasan. Analisis matan hadis tidak menunjukan redaksi lafadz yang jauh berbeda secara makna, artinya hadis ini diriwayatkan dengan makna bukan dengan lafadz. Hadis tersebut terhindar dari syadz dan „illal, dan dari segi ke-

  

hujjah -annya dapat diterima (maqbul). Kesimpulan tentang implikasi hukum

  hadis ini menunjukkan laki-laki boleh melihat perempuan ketika kita sudah melamarnya dan sebelum melakukan akad. Diperbolehkannya laki-laki melihat wanita untuk tujuan pernikahan ini tidak merta mengubah hukum haram melihat lawan jenis yang bukan mahram, namun bertujuan untuk menghindari kekecewaan dan untuk lebih menjaga kelanggengan hubungan perkawinan yang sakinah, mawaddah, warrahmah .

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii PENGESAHAN .............................................................................................. iii DEKLARASI .................................................................................................. iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x

  BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 7 E. Metode Penelitian .................................................................... 9 F. Penegasan Istilah ...................................................................... 13 G. Telaah Pustaka ......................................................................... 15 H. Sistematika Penulisan .............................................................. 16 BAB II : TINJAUAN UMUM .................................................................... 17 A. Khitbah ..................................................................................... 17 1. Hikmah Disyariatkannya Khitbah ...................................... 18

  2. Melihat Wanita yang Dikhitbah ......................................... 19 3.

  Status Hukum Khitbah ...................................................... 21 B. Hadis dan Takhrij Hadis ......................................................... 22 1.

  Hadis ................................................................................. 22 2. Pembagian Hadis .............................................................. 23 3. Takhrij Hadis .................................................................... 28

  BAB III HASIL PENELITIAN SANAD HADIS........................................ 33 A. Menelusuri Letak Hadis pada Kitab Mukharrij Hadis ........... 33 B. Menyusun Bagan Sanad Hadis ............................................... 41 C. Memeriksa Persambungan Sanad dan Reputasi Periwayat Hadis ....................................................................................... 45 D. Kesimpulan Penelitian Sanad Hadis ....................................... 51 BAB IV ANALISIS MATAN HADIS ........................................................ 55 A. Pendekatan Nash Al-Quran ..................................................... 55 B. Penelitian Syadz dan „Illat ...................................................... 59 C. Asbaab al-Wurud Hadis .......................................................... 59 D. Analisis Bahasa dan Makna .................................................... 60 E. Kandungan Hukum ................................................................. 62 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 63 A. Kesimpulan ............................................................................. 63 B. Saran ....................................................................................... 65 Daftar Pustaka Lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan peristiwa yang bersifat sakral antara seorang

  laki-laki dan perempuan untuk membina sebuah keluarga. Keluarga yang harmonis, di dalam Islam dikenal dengan istilah keluarga sakinah, mawaddah,

  warrahmah. Islam memberikan tuntunan agar setiap muslim tidak sembarang

  dalam menentukan pasangan hidup. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muttafaq Alaih dari Abu Hurairah:

  ي يهُ عَ نْ هُيْ ي ي عَهبِ عَسعَحبِاعَ ي عَهبِا عَمبِايٍععَ نْ عَبِلِيهُ عَ نْ عَمنْا ي يعَا عَ يعَ لَّلعَ عَ يبِ نْ عَلعَ يهُ لَّلا ي لَّلعَ ييِّ بِ لَّ ا ينْ عَ يهُ نْ عَ يهُ لَّلا يعَ بِ عَ يعَ عَ نْيْ عَ هُ ي بِ عَ ينْ عَ ي يعَا عَلعَ ينْ عَ بِ عَ يبِ يِّلا ي بِا عَ بِ ينْ عَ نْا عَ ي عَهبِ بِلبِاعَ ي عَهبِا عَمعَ عَ *

  bahwa “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu.” (HR. Bukhari : 4700 dan Muslim : 2661)

  Kemudian bagaimana seorang laki-laki dapat mengetahui keempat hal di atas jika belum saling mengenal? Sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui hadisnya, untuk mengetahui mengetahui seorang perempuan yang akan dinikahi adalah seorang yang baik menurut tuntunan Islam, diperlukan sebuah upaya agar saling mengenal.

  Dalam Al-Quran surat al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi: …

              Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. (Depertemen Agama, Q.S. Al-Hujurat [49]: 13) Upaya untuk saling mengetahui antara calon mempelai dikenal dengan istilah

  ta‟aruf. Yaitu saling berkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan

  beserta keluarganya masing-masing untuk tujuan yang baik yakni untuk tujuan pernikahan. Setelah upaya

  ta‟aruf dilakukan dan ditemukan kecocokan satu

  sama lain maka proses selanjutnya khitbah atau peminangan. Peminangan merupakan langkah pendahuluan untuk menuju ke arah perjodohan antara seorang pria dan wanita. Islam mensyariatkan khitbah atau peminangan agar masing-masing calon suami dan calon istri dapat saling mengenal dan memahami pribadi masing-masing (Rofiq, 1998: 62). Pada pasal 1 Bab I Kompilasi Hukum Isalam huruf (a) juga telah memberi pengertian bahwa “peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan wanita

  ” dengan cara yang baik (ma‟ruf). (Kompilasi Hukum Islam dan Sabiq, tt: 51)

  Dalam proses perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan diperlukan adanya komunikasi baik secara langsung ataupun tidak langsung.

  Salah satu bentuk komunikasi langsungnya adalah saling bertemu face to face yang memungkinkan seorang laki-laki melihat langsung perempuan bukan

  

mahram yang hendak dinikahinya. Berkaitan dengan melihat calon mempelai

  yang akan dinikahi, penulis menemukan sebuah hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud yang dishahihkan oleh Hakim dalam Kitab Bulugh Al Maram min

  Adillah al Ahkam karya Ibnu Hajar al-Asqolani yang berbunyi:

  اذإ ( : ملس و ويلع للها ىلص للها لوسر لاق : لاق ونع للها يضر رباج نع و اهحاكن لىإ هوعدي ام لىإ اهنم َرظني نأ عاطتسا نإف ، ةأرلما مكدحأ بطخ . مكالحا وححصو ةقث ولاجرو دواد وبأ و دحمأ هاور ) لعفيلف Artinya: Dari Jabir r.a.

  bahwa Rasulullah Shallallaahu „alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu melamar perempuan, jika ia bisa memandang bagian yang menarik darinya untuk menikahinya

  , hendaknya ia lakukan.” (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya. Hadis shahih menurut Hakim) (al-Asqolani, 1378 Hijriyah: hlm.209) Dengan adanya peminangan tidak lantas menimbulkan berubahnya status hukum bagi hubungan laki-laki maupun perempuan, baik hubungan secara fisik maupun hubungan non fisik, karena pinangan bukanlah sebuah ikatan hak dan kewajiban. Sebagaimaan Kompilasi Hukum Islam menegaskan pada pasal 13 ayat (1) bahwa

  “Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas memutuskan hubungan peminangan.” Dilanjutkan ayat (2) yang berbunyi

  “Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan tata cara yang baik sesuai dengan tuntunan agama dan kebiasaan setempat, sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.” Maka, dapat dipahami bahwa meskipun sebuah peminangan telah disetujui dan saling menerima, para calon mempelai tetap tidak diperbolehkan melakukan sesuatu y ang dilarang secara syar‟i, seperti ber-ikhtilath atau bersepi-sepi berdua hingga dilangsungkannya aqad perkawinan yang sah.

  Dalam pergaulan masyarakat ada sebuah kebiasaan yang dimaklumkan namun tidak jelas apa yang menjadi landasan, bahwa seorang laki-laki dan perempuan yang telah menyetujui sebuah peminangan, seolah-olah telah menjadi jaminan pasti akan melakukan pernikahan dan menjadi suami istri (Rofiq, 1998:64). Bahkan oleh orang tua masing-masing calon mempelai diijinkan melakukan segala aktifitas bersama-sama. Saling berpandangan dengan disertai syahwat, saling bersentuhan baik sengaja ataupun tidak, dan aktifitas lain yang belum layak bagi dua orang yang belum sah sebagai suami istri pun kadang tidak dapat terhindarkan.

  Perkembangan sosial kemasyarakatan yang diiringi perkembangan cara bergaul manusia yang cenderung lebih terbuka kepada hal-hal yang bersifat global, maka perhatian masyarakat kepada kaidah-kaidah agama sebagaimana Al-Quran dan hadis menjadi semakin surut. Karena itulah penulis sebagai akademisi syari‟ah merasa tergerak untuk meneliti lebih lanjut sebenarnya bagaimana Islam mengatur tata cara pergaulan khususnya pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

  Mengingat diri penulis adalah mahasiswa program studi Ahwal al

  

Syakhshiyyah, maka penulis tertarik untuk meneliti hadis yang berkenaan

  dengan nadhar sebelum khitbah atau peminangan. Objek yang mejadi kajian penelitian ini berupa teks hadis maka penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian pustaka yakni kajian sanad dan matan hadis. Pada penelitian ini penulis membatasi pada bab nadhar yang berarti melihat, yakni tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita yang akan menjadi calon istri pada saat khitbah.

  Pertanyaan yang ingin dijawab dengan penelitian hadis ini adalah bagaimana keabsahan atau validitas sanad dan matan hadis tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya. Apakah sanad hadis tersebut bersambung kepada nabi SAW atau apakah ada rantai sanad yang terputus. Kemudian tentang matan hadis tersebut apakah tidak bertentangan dengan nash Al-Quran, terdapat syadz atau pertentangan dengan hadis lain yang sahih atau tidak, dan apakah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahma d dan Abu Dawud tersebut tidak mengandung „íllal atau terdapat cacat hadis.

  Al-Quran adalah sumber hukum utama agama Islam, sedangkan hadis adalah sumber kedua, maka semestinya hadis bersifat melengkapi kepada ayat-ayat Al-

  Q‟uran. Di satu sisi Al Quran surat An-Nuur ayat 30-31 yang berbunyi:            

                       . . . Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:

  „Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat

  ‟. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: „Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya . . . (Departemen Agama RI, QS. An-Nuur: ayat 30-31) Ayat di atas jelas memerintahkan kepada laki-laki dan wanita muslim untuk menahan pandangannya serta kemaluannya, menyiratkan makna bahwa memandang lawan jenis selain mahram adalah dilarang. Di sisi lain terdapat bunyi hadis yang menganjurkan laki-laki melihat perempuan dalam pinangan atau khitbah. Dengan pemahaman sederhana tanpa melalui telaah kritis, hadis yang berbunyi:

  اهحاكن لىإ هوعدي ام لىإ اهنم َرظني نأ عاطتسا نإف ، ةأرلما مكدحأ بطخ اذإ لعفيلف

  (al-Asqolani, 1378 Hijriyah: hlm.209) Bunyi hadis tersebut tampak sangat bertentangan dengan Al-Quran surat An-Nuur ayat 30 maupun ayat 31 dari segi perintah dan larangan.

  Perbedaan ini akan sangat berpotensi menimbulkan permasalahan ketidakpastian hukum dalam masyarakat, selain itu adanya perbedaan penafsiran akan mengakibatkan ummat Islam tidak yakin dalam mengamalkan Al-Quran dan hadis. Untuk itulah penelitian studi hadis ini menjadi penting untuk mengetahui tingkat keabsahan sanad maupun matan-nya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian pustaka dengan judul: Telaah Hadis Tentang Melihat Wanita Sebelum Mengkhitbahnya

  (Studi Takhrij Hadis Riwayat Abu Dawud Tentang Diperbolehkannya Seorang Laki-Laki Melihat Wanita Sebelum Mengkhitbahnya)

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimana keabsahan sanad hadis riwayat Abu Dawud tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya?

  2. Bagaimana keabsahan matan hadis riwayat Abu Dawud tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya? 3. Bagaimana implikasi hukum hadis tentang diperbolehkannya seorang laki- laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya terhadap pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang belum shah sebagai suami istri? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian pustaka ini adalah:

  1. Mengetahui keabsahan sanad hadis hadis riwayat Abu Dawud tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya.

  2. Mengetahui keabsahan matan hadis riwayat Abu Dawud tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya.

  3. Bagaimana implikasi hukum hadis riwayat Abu Dawud tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya terhadap pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang belum syah sebagai suami istri?

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Secara teoritis: a.

  Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan bahan kajian pustaka khususnya para pengkaji hadis.

  b.

  Sebagai sumbangan pemikiran untuk pembaca yang akan mengadakan penelititan lebih lanjut di bidang telaah hadis.

  c.

  Untuk mewujudkan hubungan pergaulan yang baik dalam masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis.

2. Secara praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan ilmu pengetahuan bagi semua pihak, khususnya bagi: a.

  Peneliti Sebagai syarat untuk meperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu syari‟ah program studi Ahwal Al-Syakhshiyyah dan sebagai wawasan ilmu pengetahuan yang berguna ketika peneliti sudah berperan aktif dalam masyarakat.

  b.

  Lembaga pemerintahan yang bergerak dalam bidang pembinaan keluarga dan pernikahan Sebagai tambahan referensi untuk memberikan informasi dan memberikan tambahan pengetahuan terhadap masyarakat khususnya bagi calon mempelai akan pentingnya menjaga kesucian hubungan sesuai dengan ketentuan Al-

  Qur‟an dan Hadis sehingga akan terbina sebuah keluarga yang harmonis yang terjaga kesuciannya dimulai dari menjaga pandangan mata dari hal-hal yang tidak baik.

  c.

  Masyarakat Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan dalam membina masyarakat yang Islami khususnya dalam pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan. Dengan membaca hasil penelitian hadis ini, seorang muslim laki-laki diharapkan mampu menjaga pandangan dengan sebaik-baiknya untuk menghindari kemungkinan timbulnya syahwat yang tidak diperbolehkan. Begitu juga seorang muslimah diharapkan mampu menjaga dirinya untuk tidak menampakkan perhiasan yang telah diberikan oleh Allah kecuali hanya kepada orang-orang yang dibenarkan dan dihalalkan secara syar‟i.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-empirik yang menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Oleh karena itu sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan-bahan tertulis baik berupa literatur berbahasa Arab maupun Indonesia yang mempunyai relevansi dengan permasalahan penelitian ini. Dalam Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN Salatiga diterangkan bahwa penelitian ini termasuk penelitian

  takhrij hadis yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sumber

  suatu hadis dan menjelaskan tingkat keshahihannya (STAIN Salatiga, 2009: 57).

  2. Pendekatan Penelitian Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara mendalam segala aspek yang melekat pada sebuah hadis dan mempertegas makna hadis. Dalam hal ini peneliti menguraikan dan mendiskripkan hadis riwayat Abu Dawud tentang diperbolehkannya seorang laki-laki melihat wanita yang dikhitbahnya melalui dua tahapan yaitu validitas sanad dan

  matan hadis kemudian dilanjutkan dengan kandungan dan makna hadis serta mejelaskan implikasi hukum dari hadis yang dikaji.

  3. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan pada sumber perolehan data, maka data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a.

  Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. (Hasan, 2002: 33) Adapun data primer yang menjadi rujukan utama hadis yang diteliti adalah kitab-kitab hadis. Di antara kitab-kitab itu adalah Syarh Sunan Abu Daud karya Syamsuddin Abu al-Qoyyim al Jauziyah, Musnad Ahmad Imam bin Hanbal karya

  Ahmad bin Hanbal, Tadzhib al-Tadzhib karya al-Hafidz Abi al-Fadl Ahmad bin 'Ali bin Hajar Syahabuddin al-Asqalani al-Syafi'i.

  b.

  Data Sekunder Dengan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek (Hasan, 2002: 33). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku- buku, maupun hasil karya yang berwujud laporan maupun artikel yang mendukung dalam penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

  Dalam pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi. Metode ini diterapkan terbatas pada dokumen tertulis seperti buku, jurnal ilmiah atau dokumentasi tertulis lainnya. Dalam penelitian hadis, penerapan metode dokumentasi ini dilakukan dengan dua teknik pengumpulan data, yaitu; melalui sistem digital dan melalui sistem manual. Yang dimaksud dengan sistem digital yaitu penelusuran hadis melalui sebuah aplikasi program komputer yang berisi data-data koleksi kitab hadis yang telah terdokumentasi dalam koleksi hadis virtual. Sedangkan sistem manual yang dimaksud adalah cara takhrij al-hadis melalui Sembilan Kitab-kitab Hadis atau terkenal dengan sebutan

  al Kutub al Tis‟ah. Pada penelitian ini

  peneliti memprioritaskan metode takhrij dengan sumber pustaka fisik berupa kitab-kitab atau buku-buku cetak, sedangkan sumber-sumber virtual hanya digunakan untuk bahan pembantu.

  Ada beberapa cara atau metode untuk men-takhrij hadis dengan system manual, yakni: 1)

  Melalui pengenalan nama sahabat perawi hadis 2)

  Melalui pengenalan lafaz awal hadis 3)

  Melalui topik yang terkandung dalam matan hadis 4)

  Melalui pengamatan tertentu yang terdapat dalam suatu hadis 5)

  Melalui pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan

  hadis (Sulaiman, 2008:158)

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengenalan kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadis karena cara ini menurut penulis paling praktis dalam melakukan takhrij hadis ini. Adapun tahapan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Mufahras li Alfadz al-Hadis al-Nabawy .

  Penelusuran hadis pada kitab-kitab hadis yang dirujuk oleh al Mu‟jam

  Menyusun skema sanad periwayat hadis.

  • Memeriksa persambungan sanad dan reputasi para periwayat yakni
  • meneliti ke-adilan dan ke-dhabitan perawi berdasarkan penilaian al-

  jarh wa al- ta‟dil kemudian mengambil natijah atau kesimpulan

  sementara tentang nilai sanad hadis apakah shahih, hasan atau dha

  ‟if (Zuhri, 2003:150-151).

5. Metode Analisis Data

  Metode Analisis Data berarti menjelaskan data-data yang diperoleh melalui penelitian (Sugiono, 2009:30). Dari penelitian hadis yang secara dasar terbagi dalam dua komponen, yakni sanad dan matan, maka analisis data hadis akan meliputi dua komponen tersebut. Dalam penelitian sanad, digunakan metode kritik sanad dengan pendekatan keilmuan dengan kitab

  Tadzhibu-al-Tadzhib , serta mencermati silsilah guru-murid dan proses

  penerimaan hadis tersebut (tahammul wal ada

  ‟). Hal itu dilakukan untuk

  mengetahui integritas dan tingkatan intelektualitas seorang rawi serta validitas pertemuan antara mereka selaku guru-murid dalam periwayatan hadis.

  Dalam penelitian matan, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Pengevaluasian atas validitas matan diuji pada tingkat kesesuaian isi berita hadis dengan penegasan eksplisit Al-Qur'an, logika atau akal sehat, fakta sejarah, informasi hadis- hadis lain yang bermutu shahih serta hal-hal yang oleh masyarakat umum diakui sebagai bagian integral ajaran Islam. Sedangkan dalam menganalisa implikasi hukum menggunakan pendekatan keilmuan fiqh atau hukum Islam yaitu ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang di dasarkan nash Al-Quran dan al-Sunnah (Nata, 1999:250).

F. Penegasan Istilah

  Hadis menurut bahasa artinya yang baru, berita, pesan keagamaan,

  pembicaraan. Dalam istilah al-hadits berarti pembicaraan yang diriwayatkan dari nabi SAW, segala sesuatu yang berupa berita yang dikatakan berasal dari Nabi SAW, baik berupa ucapan, tindakan atau taqrir atau pembiaran Nabi SAW (Zuhri, 2003: hlm. 1)

  Sanad menurut bahasa artinya bagian tanah yang tinggi, atau puncak

  bukit, sandaran, tempat bersandar, yang menjadi sandaran. Sedangkan arti sanad yang berkembang dalam ilmu hadis yaitu jalan yang menyampaikan kepada matan hadis. Kemudian istilah sanad yang mashur dalam ilmu hadis yaitu orang-orang yang dilalui berita hadis dari sumber pertama sampai dengan penerima hadis terakhir (Zuhri, 2003: hlm. 10).

  Matan menurut bahasa artinya sesuatu yang tampak. Sedangkan

  menurut istilah ilmu hadis, matan yaitu: materi atau redaksi hadis yang diriwayatkan dari satu orang ke orang lain. Kata Imam Al-Suyuti yang dikutip oleh Prof. Dr. Muh. Zuhri hadis “yaitu lafaz-lafaz hadis yang membentuk pengertian atau makna (Zuhri, 2003: hlm. 10).

  Takhrij arti menurut bahasa yaitu mengeluarkan, melatih, meneliti,

  menghadapkan (Zuhri, 2003: hlm.149-150). Pengertian takhrij menurut istilah ada beberapa pengertian, penulis mengambil satu pengertian yang peling mendekati dengan tujuan penelitian ini adalah “Menunjukkan letak asal hadis pada sumber aslinya dan dikemukakan secara lengkap dengan sanad- nya masing-masing. Pada kegiatan inilah dilakukan penelusuran hadis dalam berbagai kitab sumber asli dari hadis yang bersangkutan dikemukakan lengkap dengan matan beserta sanad-nya. (Sulaiman, 2008: hlm.155-156).

  Khitbah berasal dari kata khotoba yang berarti berkhutbah, berpidato,

  pembukaan, melamar atau meminang. Al-khitbu dengan dikasrah kho

  nya

  berarti pembukaan atau pendahuluan, al-khitbatu berarti pinangan atau lamaran (Munawwir, 1984:376). Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam

  Buku I tentang Hukum Perkawinan bab I Ketentuan Umum pasal 1 huruf (a) menyebutkan “Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.” G.

   Telaah Pustaka

  Untuk menghindari pengulangan penelitian yang sama, peneliti melakukan telaah pustaka terhadap karya-karya sebelumnya. Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan, peneliti belum menemukan karya yang sama dalam bentuk skripsi maupun tesis yang membahas kajian yang sama dengan yang peneliti lakukan yaitu kajian sanad dan matan hadis tentang diperbolehkannya seorang laki melihat wanita sebelum mengkhitbahnya.

  Peneliti hanya menemukan satu tulisan yang dipublikasikan melalui weblog musolliazmi.blogspot.com yaitu tulisan yang berjudul

  “Hadis Tentang Diperbolehkannya Melihat Wanita yang Akan Dilamar ”. Karya ini berbentuk

  makalah dan tidak diketahui secara jelas siapa penulisnya, hanya dapat diketahui nama yang mengunggah tulisan tersebut yakni Musolli Azmi.

  Perbedaan dengan penelitian skripsi penulis adalah pada kajian sanad dan matannya. Makalah tersebut tidak memaparkan kajian sanad dan matan hadis secara mendalam serta tidak menjelaskan reputasi sanad hadis satu per satu. Dengan demikian penelitian skripsi penulis ini terhindar dari plagiarisme, bahkan penelitian ini sangat mendukung dan perlu untuk dilakukan sebagai kajian lanjutan yang lebih komprehensif.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan penjelasan dalam penelitian hadis ini perlu adanya sistematika pembahasan yang jelas. Sistematika pembahasan peneliti uraikan sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian yang terdiri dari: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data, dan sistematika pembahasan.

  Bab II Tinjauan umum dari judul yang peneliti lakukan. Kajian pustaka yang digunakan yaitu tentang pengertian khitbah, melihat wanita dan status hukum akibat adanya khitbah atau peminangan. Kemudian pembahasan tentang telaah kritik hadis, pengertian dan sejarah kritik hadis, kritik sanad dan matan, takhrij serta i‟tibar.

  Bab III Analisis sanad Hadis. Pembahasan dalam penelitian bab ini yaitu mencari validitas hadis dengan melakukan analisis sanad hadis meliputi tahun wafat, relasi guru dan murid serta penilaian jarh dan

  ta‟dil oleh para ulama kritikus hadis.

Bab IV Analisis matan hadis meliputi pendekatan al- Qur‟an, Hadis,

  asbab wurud dan bahasa sekaligus kandungan makna dan implikasi hukumnya terhadap hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

  Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN UMUM A. Khitbah Al-Khitbah berasal dari kata khotoba yang memiliki beberapa arti,

  diantaranya berkhutbah, berpidato, pembukaan, melamar atau meminang. Al-

  khitbu dengan dikasrah kho‟-nya berarti pembukaan atau pendahuluan, orang

  laki-laki yang melamar wanita dan al-khitbatu berarti pinangan atau lamaran (Munawwir, 1984:376). Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam Buku I tentang Hukum Perkawinan bab I Ketentuan Umum pasal 1 huruf (a) menyebutkan “Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.” Maka khitbah dapat pula berarti permintaan seorang laki-laki pada seorang wanita untuk dinikahi atau untuk melakukan perkawinan.

  Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu “akad yang sangat kuat atau mitsaqan

  ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

  ibadah.” Anjuran melakukan perkawinan diantaranya untuk menjaga agar manusia di atas dunia ini hidup aman tenteram penuh kebahagiaan dengan keturunan yang teratur, jadi bukan keturunan yang tidak tentu mana bapak, mana ibu, mana anak atau adik, cucu ipar dan lain sebagainya.

  Kehidupan keluarga yang baik, tenteram, penuh cinta dan kasih sayang atas dasar taat dan tunduk pada perintah Allah perlu adanya sebuah perencanaan yang matang. Salah satu hal yang termasuk dalam perencanaan

  17 itu adalah dengan adanya khitbah atau peminangan. Khitbah bukanlah suatu hal yang menjadi syarat syah terjadinya sebuah pernikahan, namun khitbah sangat diperlukan sebagai langkah pendahuluan sebelum terjadinya akad nikah yang syah.

1. Hikmah Disyariatkannya Khitbah

  Pernikahan tak ubahnya adalah merupakan sebuah akad transaksi yang mempunyai pengaruh yang sakral karena menyangkut kehidupan manusia dan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pernikahan merupakan sarana yang agung dan terpercaya dalam menjaga kelanjutan keturunan, memberikan ketenangan, cinta, dan kasih sayang. Sesuatu yang memiliki makna yang sangat agung tidak akan maksimal jika tidak dipersiapkan dengan baik. Bagaimanapun juga perencanaan yang matang sangat diperlukan untuk menyongsong akad yang agung tersebut.

  Khitbah sebagai sebuah pendahuluan menuju akad nikah

  merupakan sebuah janji untuk menikah. Masing-masing pihak hendaknya menggantungkan janji atas dasar pilihannya sendiri sehingga kesakralan untuk mengikat janji sekali untuk selamanya pun dapat tercapai. Seorang laki-laki maupun perempuan pasti berharap mendapatkan pasangan yang diidam-idamkan, memiliki watak dan perilaku terpuji, menentramkan, memberi ketenangan, dan kebagiaan batin. Melalui jalan khitbah seorang laki-laki akan dikenalkan dengan karakter, perilaku, dan akhlaq calon teman hidupnya, bila keduanya telah saling mengetahui pribadi dengan sebaik-baiknya, maka akan terbentuk kemantapan hati untuk bersama- sama membina keluarga bahagia (Azzam, 2009: 9).

2. Melihat Wanita yang Dikhitbah

  Hukum dasar melihat wanita bukan mahram bagi lelaki dan sebaliknya adalah haram. Laki-laki dan perempuan diwajibkan menahan pandangan dari yang haram bagi laki-laki maupun wanita, sebagaimana firman Allah Ta‟ala dalam Q.S. An-Nuur 30-31 berikut:

                        

            …