TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI - Institutional Repository ISI Surakarta
TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Tari
Jurusan Seni Tari diajukan Oleh :
Sri Maryati Andayani
NIM. 16134201
Kepada FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2018
Skripsi
TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN
DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN
KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI
dipersiapkan dan disusun oleh
Sri Maryati Andayani
NIM. 16134201 Telah disetujui
Untuk diujikan di hadapan tim penguji Surakarta,
Pembimbing
Dr. R.M. Pramutomo, M.Hum
NIP. 19680102 199502 1 001
Skripsi
TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN
DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWIdipersiapkan dan disusun oleh
Sri Maryati Andayani
NIM. 16134201 Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 18 Januari 2018
Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji, Penguji Utama,
Dr. Aton Rustandi Mulyana, S.Sn., M.Sn Tubagus Mulyadi, S.Kar., M.Hum NIP. 19710630 199802 1 001 NIP. 19590920 198610 1 001
Pembimbing
Dr. R.M. Pramutomo, M.Hum
NIP. 19680102 199502 1 001 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mencapai derajat sarjana S1 pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Surakarta, 18 Januari 2018 Dekan Fakultas Seni Pertunjukan
Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn
NIP. 196509141990111001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Garap Gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi ” ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta.
Kemudian atas bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi, penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Guntur, M.Hum., selaku Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
2. Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
3. Bapak Dr. R.M. Pramutomo, M.Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Warsono dan Bapak Sholikin selaku narasumber dari komunitas Tari Penthul Melikan.
5. Bapak Sulistiyana, selaku pegawai dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi yang telah kooperatif membantu memberikan data yang dibutuhkan untuk penelitian.
6. Ibu Yuni Mukti, S.Sn, selaku pegawai dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi yang telah kooperatif membantu memberikan data yang dibutuhkan untuk penelitian.
7. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta yang telah memberikan ilmu yang berguna selama perkuliahan.
8. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu yang juga telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta pihak yang memerlukannya.
Ngawi, Desember 2017 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii PENGESAHAN ....................................................................................... iii PERNYATAAN ....................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x ABSTRAK ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 5 C. Tujuan ............................................................................... 5 D. Manfaat ............................................................................. 6 E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 6 F. Landasan Teori ................................................................ 11 G. Metode Penelitian ........................................................... 14 H. Sistematika Penulisan ..................................................... 21 BAB II BENTUK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON
A.
Gerak Tari ......................................................................... 24 B. Penari ............................................................................... 32 C.
Tata Rias dan Busana ...................................................... 32 D.
Properti ............................................................................. 34 E. Musik Tari ........................................................................ 35 F. Tempat dan Waktu Pertunjukan................................... 36
BAB III GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI ...........................................
38 A. Materi garap ..................................................................... 39 B.
Penggarap ......................................................................... 58 C.
Sarana Garap .................................................................... 60 D.
Prabot atau piranti garap ............................................... 62 E. Penentu garap .................................................................. 63 F. Pertimbangan garap........................................................ 64 BAB IV PENUTUP .................................................................................
66 A. Kesimpulan ...................................................................... 66 B.
Saran .................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
69 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1. Urutan Gerak Tari Penthul Melikan .............................................
40
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gerak Gandengan Tangan ............................................
25 Gambar 2. Gerak OO AA .................................................................
26 Gambar 3. Gerak Maju Bung ...........................................................
27 Gambar 4. Gerak Selalu .....................................................................
28 Gambar 5. Gerak Insyaflah................................................................
29 Gambar 6. Gerak Sudah Jadi .............................................................
30 Gambar 7. Gerak Aku Suka ..............................................................
31 Gambar 8. Penari Tari Penthul Melikan ..........................................
32 Gambar 9. Busana Tari Penthul Melikan ........................................
33 Gambar 10. Topeng Tari Penthul Melikan ........................................
35 Gambar 11. Musik Tari Penthul Melikan ..........................................
36 Gambar 12. Busana Tari Penthul Melikan ........................................
56 Gambar 13. Musik Tari Penthul Melikan ..........................................
57
TINJAUAN GARAP GERAK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN
MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON
KABUPATEN NGAWI
Sri Maryati Andayani dan RM Pramutomo
Prodi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
Email: [email protected] dan [email protected]
ABSTRAK
Tari Penthul Melikan merupakan kesenian tradisional kerakyatan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Tari Penthul Melikan diciptakan oleh Bapak Munajah pada tahun 1952 di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Tarian ini diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah selesai membangun sekolah di Dusun Melikan pada saat itu. Penelitian ini menggunakan landasan teori bentuk oleh Susanne K. Langer. Sedangkan teori garap oleh Rahayu Supanggah meliputi materi garap, penggarap, sarana garap, prabot atau piranti garap, penentu garap dan pertimbangan garap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk dan garap tari Penthul Melikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hsil penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan bentuk dan garap tari Penthul Melikan. Bentuk tari Penthul Melikan tidak terlepas dari elemen-elemen pembentuknya yang saling berkaitan seperti gerak tari, penari, tata busana, properti. Sementara itu garap tari meliputi materi garap, penggarap, sarana garap, prabot atau piranti garap, penentu garap dan pertimbangan garap.
Kata kunci : tari Penthul Melikan, bentuk, garap gerak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan salah satu warisan budaya yang harus
dilestarikan. Penelitian ini membahas salah satu warisan budaya di Kabupaten Ngawi yaitu Tari Penthul Melikan. Hal ini dikarenakan jenis tari ini masih kurang populer dibandingkan Tari Orek-Orek yang telah dilakukan Festival se-Kabupaten Ngawi dengan jumlah peserta yang mencapai ratusan siswa.
Tari Penthul Melikan diciptakan oleh Munajah pada tahun 1952 di Dusun Melikan, Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi.
Tarian ini diciptakan untuk menghibur masyarakat setelah selesai membangun sekolah di Dusun Melikan pada saat itu. Tari ini ditampilkan pertama kali sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan. Tarian ini digambarkan dalam bentuk berbaris seperti prajurit dan setengah lingkaran. Sedangkan gerakannya melambangkan penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan ini menumbuhkan ketentraman dan kedamaiiunduh tanggal 3 Juni 2017).
Pementasan Tari Penthul Melikan ini biasanya dilakukan untuk memperingati Hari Besar Nasional dan Hari Besar Islam oleh penduduk setempat. Tari Penthul Melikan juga terpengaruh gaya Reog Ponorogo. Hal ini ditandai dengan adanya tingkat kesamaan pada kostum Tari Penthul Melikan yaitu pakaian hitam-hitam dan celana panjang tiga perempat.
Tari Penthul Melikan termasuk tari yang ditujukan untuk menyebarkan agama Islam, seperti halnya di Aceh ada Tari Saman, di Purworejo ada Tari Dolalak. Penciptaan Tari Penthul Melikan sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu yang serba mistik, mempunyai keyakinan dan kepercayaan tentang kemampuan indera keenam yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan masa lampau. Pada waktu itu masyarakat sekitar masih kuat akan animisme dan dinamismenya, walaupun sudah ada sebagian yang beragama Islam.
Jadi, materi Tari Penthul Melikan diciptakan dengan perpaduan antara pengaruh Hindu Kuno pada zaman kerajaan Kediri dan gamelan Jawa yang sedikit mirip dengan Laras Madyo yang pada dasarnya merupakan Kesenian Jawa yang Islami. diunduh tanggal 03 Juni 2017)
Tari Penthul Melikan merupakan tari yang menggunakan topeng setengah jadi yang terbuat dari kayu. Mengapa dikatakan setengah jadi? dikarenakan topeng tersebut permukaannya masih dalam tahap penggarapan secara kasar tidak seperti topeng-topeng pada umumnya.
Hal ini yang menjadi ciri khas topeng Penthul Melikan. Penggunaan atau watak setiap orang berbeda-beda tetapi tetap bersatu dalam kerja. Musik gamelan yang mengiringi tari ini sedikit mendapat pengaruh Reog Ponorogo. Pengaruh tersebut adalah nada-nada gamelan pada Tari Penthul Melikan mempunyai kemiripan dengan alunan nada pertunjukan Reog Ponorogo. Kemiripan tersebut tidak terlepas dari dekatnya letak geografis antara Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Ponorogo. Tari Penthul Melikan diiringi gending Jawa. Gerakan tari dimaksudkan sebagai lambang menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mengajak manusia untuk hidup bersatu demi terwujudnya suasana aman dan damai. (Warsono Wawancara, 9 September 2017). Seperti gerakan tari dengan tangan yang mengacungkan telunjuk ke atas, dua tangan menengadah ke depan, tangan mengacungkan jari telunjuk di atas kepala dengan gerakan melingkar, tangan dirangkai, dan sebagainya dengan membentuk formasi setengah lingkaran. Tari Penthul Melikan ini ditarikan oleh laki-laki.
Kesenian daerah memang harus dijaga agar terus lestari untuk memberi khasanah budaya di negeri ini. Walaupun keberadaannya pernah hilang, Tari Penthul Melikan beberapa tahun belakangan telah muncul kembali. Bertempat di Dusun Melikan, juga terdapat komunitas yang bernama Komunitas Melikan yang mempelajari tari Penthul Melikan. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan sebagai kegiatan bapak Dusun Melikan. Pada saat tanggal 17 Agustus tahun 2015, komunitas beserta warga Dusun Melikan mengadakan upacara dengan menggunakan topeng sebagai ciri khas tari Penthul Melikan dengan tidak mengurangi rasa hormat dan khidmatnya upacara tujuh belasan.
diunduh tanggal 3 Juni 2017). Hasil pengumpulan data awal, menunjukkan bahwa gerak yang ada pada Tari Penthul Melikan terdiri dari 7 gerakan. Tari ini biasanya hanya ditarikan oleh sekolah Madrasah, sehingga tari ini tidak popular di Kabupaten Ngawi (Warsono Wawancara, 9 September 2017).
Alasan mengapa penulis tertarik dengan Tari Penthul Melikan karena ingin mengetahui lebih dalam tentang garap gerak Tari Penthul Melikan yang mempunyai potensi untuk menjadi salah satu tari unggulan yang tidak hanya ditampilkan pada kegiatan para santri namun juga dapat dinikmati khalayak umum di Kabupaten Ngawi. Tari Penthul Melikan sebagai warisan budaya perlu dilestarikan. Untuk itu garap gerak Tari Penthul Melikan perlu ditelaah sebagai penelitian agar lebih dikenal masyarakat di Kabupaten Ngawi sejajar dengan Tari Orek-Orek yang sudah lebih dahulu dipopulerkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui ada salah satu jenis tari tradisional di Kabupaten Ngawi yang perlu dilestarikan keberadaannya. Bangkitnya seni tari dengan adanya sanggar tari serta ini dapat terus dinikmati generasi selanjutnya. Untuk itu diperlukan suatu penelitian melalui pengumpulan data secara langsung dari lapangan tentang Tari Penthul Melikan. Sejarah terciptanya tari ini menunjukkan adanya budaya yang menarik untuk diteliti secara detail tentang gerakan serta makna yang terkandung didalamnya, kostum yang digunakan serta detail lain tentang tari Penthul Melikan. Hal ini juga menjadi daya tarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Garap Gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi ”. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berharga bagi pelestarian seni tari Kabupaten Ngawi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa
Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimana garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa
Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? C.
Tujuan
Pelaksanaan penelitian yang berjudul “Tinjauan Garap Gerak Tari Kabupaten Ngawi ” ini dilakukan dengan tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Tari Jurusan Seni Tari.
2. Tujuan Khusus a.
Untuk mendeskripsikan bentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.
b.
Untuk mendeskripsikan secara analitis garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan berharga bagi Ilmu Seni Tari melalui penerapan secara langsung analisis garap gerak Tari Penthul Melikan.
2. Turut melestarikan budaya seni tari Kabupaten Ngawi agar dapat dinikmati generasi penerus.
E. Tinjauan Pustaka Penelitian ini membahas garap gerak pada Tari Penthul Melikan.
Menurut Rusliana (2012: 46), gerak tari akan dapat dimengerti secara visual dengan memperhatikan bentuk dan desain geraknya. Desain gerak merupakan pola rangkaian dari elemen gerak yang estetis, dimana rangkaiannya merupakan rangkaian terpendek. Desain gerak yang disampaikan oleh Rusliana (2012: 47-48) ada 4 (empat) desain gerak, diantaranya adalah :
1. Desain gerak berdasarkan organ tubuh, diantaranya: Sikap tari, yaitu penampilan yang tidak bergerak. Pengertian ini serupa dengan pengertian menurut Anis Sujana (2007: 266) bahwa sikap dalam konteks tari adalah pose atau posisi tubuh dalam keadaan diam. Gerak, yaitu bagian tubuh yang melakukan gerak, bagian tubuh tersebut misalnya tangan atau kaki saja. Dapat juga harmonisasi dari beberapa bagian tubuh, seperti harmonisasi tangan dan kepala, tangan dan kaki. Sebagai contoh adalah gerak sembah, pada gerak ini sikap tarinya terdapat pada tangan dan geraknya terdapat pada kepala.
2. Desain gerak berdasarkan level penampilan tubuh. Level yang dimaksud adalah tinggi rendahnya penampilan tubuh dan yang termasuk level, diantaranya: a.
Level rendah: posisi seluruh badan menyentuh lantai, duduk, posisi lutut menyentuh lantai.
b.
Level menengah: posisi berdiri rapat kaki, badan agak membungkuk atau lutut ditekuk.
c.
Level tinggi: posisi seluruh badan berdiri dengan kaki jinjit, loncat.
3. Desain gerak berdasarkan volume, berhubungan dengan gerak.
Pengertian volume, yaitu ukuran besar kecilnya gerakan, diantaranya: a.
Volume kecil, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling kecil atau sempit.
b.
Volume menengah, yaitu ruang atau jangkauan geraknya diantara sempit dan luas atau menengah.
c.
Volume besar, yaitu ruang atau jangkauan geraknya paling besar atau luas.
4. Desain gerak berdasarkan kualitas gerak. Kualitas gerak yang dimaksud, yaitu jelas tidaknya akhir dari penggunaan tenaga saat a.
Gerak patah-patah, merupakan gerak yang peralihannya memiliki jeda yang tegas dan jelas.
b.
Gerak mengalun, merupakan gerak yang dilakukan secara berkelanjutan (Rusliana, 2012: 47-48). Bahan baku tari adalah gerak, Pengertian gerak tari bukanlah gerak seperti yang kita lakukan sehari-hari, akan tetapi mengandung arti yaitu gerak yang telah mengalami perubahan dari bentuk semula. Gerak tari adalah sebuah proses perpindahan satu sikap tubuh satu ke sikap tubuh lainnya. Adanya proses tersebut, maka gerak dapat dipahami sebagai kenyataan visual (Hidajat, 2005: 72). Gerak dalam tari merupakan gerakan-gerakan tubuh manusia yang telah diolah dan digarap dari wantah menjadi suatu gerak tertentu (Supardjan, 1983: 30). Secara garis besar gerak tari dibedakan menjadi dua yaitu gerak murni yang digarap untuk menggambarkan segi artistiknya saja tanpa maksud tertentu.
Adapun gerak maknawi yaitu gerak yang telah distilir dan digarap dengan maksud tertentu atau mengandung arti.
Jadi, dalam kesenian tradisional, gerak tari yang digunakan biasanya bersifat sederhana dan tidak ada aturan-aturan khusus yang mengikat. Hal ini dikarenakan para pendukung kesenian tradisional pada umumnya tidak terlalu mementingkan keindahan gerak karena masyarakat lebih mementingkan tujuan dari gerak tari yang diciptakannya dan untuk memenuhi kepuasan batin pada diri penarinya.
Guna memperkuat penjelasan di atas, maka perlu dikemukakan hasil penelitian terdahulu tentang garap gerak dalam sebuah tari.
Penelitian oleh Supriyanto (2012) tentang Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif Joged Mataram. Penulisan ini untuk mengetahui pengaruh wayang wong di Keraton Yogyakarta terhadap tari Klana Sri Suwela, dan membahas penerapan konsep Jogèd Mataram dalam tari Klana Sri Suwela. Penulisan ini menggunakan dua pendekatan yang melatarbelakanginya, yaitu pendekatan tekstual dan pendekatan konstektual. Secara tekstual pemberlakuan tari berkaitan dengan bentuk, struktur, dan gaya tarinya. Secara kontekstual pemberlakuan tari sebagai teks kebudayaan, dapat ditelaah melalui kedudukannya di masa sekarang kaitannya dengan catatan yang ada di masa lampau.
Pencermatan tari Klana Alus Sri Suwela melibatkan unsur-unsur yang mendasari penjelasan tentang konsep tari Jawa gaya Yogyakarta.
Unsur- unsur wiraga, wirama, dan wirasa merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam menjelaskan konsep tari Jawa. Di dalam pelaksanaan menari unsur wiraga, wirama, dan wirasa harus dibekali suatu ilmu yang disebut Jogèd Mataram. Jogèd Mataram sekarang ini dikenal dengan konsep jogèd Mataram, terdiri dari empat unsur yaitu, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh. Bentuk dan struktur tari mengacu pada tata hubungan dalam struktur tari, sistem pelaksanaan teknik dan cara bergerak dalam bagian-bagian tubuh penari sebagai perwujudan tari yang utuh.
Penelitian Martiara dan Wijaya (2012) tentang Tari Gandrung Terob sebagai Identitas Kultural Masyarakat Osing Banyuwangi. Gandrung Terob merupakan objek yang dikaji guna mengupas pola pikir masyarakat Osing Banyuwangi. Sudut pandang yang dipakai adalah Strukturalisme Levi-Strauss. Struktur merupakan susunan bagian-bagian dari suatu sistem yang saling terkait. Segala sesuatu yang memiliki bentuk diyakini memiliki struktur. Struktur kalimat dalam bahasa yang terdiri atas susunan huruf, fonem, dan kata, tidak akan memiliki arti apabila tidak terdapat relasi-relasi yang menghubungkannya untuk mendapatkan struktur yang bermakna. Keberadaan tari Gandrung Terob dilihat secara menyeluruh, tidak saja sebatas teks dan keterkaitan antar teks saja, melainkan pada konteks sosial budaya masyarakatnya. Melalui cara pandang holistik ini akan ditemukan pola pikir masyarakat Osing sebagai pemilik tari Gandrung Terob. Hal yang paling mendasar dalam melihat pola pikir adalah melihat konsep, sehingga Gandrung Terob tidak hanya dilihat sebagai artefak semata melainkan sebagai pandangan hidup atau ideologi masyarakat Osing sebagai penyangganya.
Penelitian oleh Anisa Dita Rahmawati (2014) tentang Analisis Struktur Gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga-Jawa Tengah. Tari Purbalingga. Dalam hal gerak, tari Lenggasor memiliki suatu bentuk dari keseluruhan bagian yang tiap-tiap bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Selain itu tari Lenggasor ini juga mempunyai struktur yang mengatur tata hubungan antara karakteristik gerak satu dengan karakteristik gerak yang lain baik secara garis besar maupun secara terperinci. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan analisis struktur gerak tari Lenggasor (Anisa Dita Rahmawati, 2014).
F.
Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep atau teori untuk memberi landasan dalam pembahasan atas permasalahan terkait dengan bentuk dan garap tari. Pengungkapan masalah yang dibahas pada penelitian ini diperlukan landasan teori yang tepat. Landasan teori dimaksudkan untuk mencari data dan membangun sebuah kerangka teori dan konsep sebagai pijakan dalam membedah dan menganalisis obyek penelitian yang dikaji.
Dalam memahami bentuk tari secara keseluruhan, tidak hanya berhenti pada gerak dan musiknya, tetap didukung pula oleh pembentuk unsur-unsur tari lainnya. Bentuk sajian Tari Penthul Melikan tidak lepas dari unsur yang membentuknya yaitu gerak, tata rias dan busana, musik dan tempat pentas. Keseluruhan unsur tersebut merupakan satu kesatuan, Bentuk dalam pengertian yang paling absrtak berarti struktur, artikulasi, sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan dari peberbagi faktor yang saling bergayutan (Langer, 1988: 15)
Pendapat di atas jelas menyebutkan bentuk yang dimaksud lebih kepada hubungan antara unsur satu dengan lainnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk pertunjukan mempunyai maksud bahwa antar unsur gerak, musik, tata rias dan busana suatu tempat pentas terangkai menjadi satu kesatuan.
Teori yang kedua adalah teori yang sesuai dan mendukung pembahasan mengenai garap. Teori yang digunakan untuk mengupas garap Tari Penthul Melikan mengacu pada teori yang dikemukakan Supanggah. Supanggah dalam bukunya yang berjudul
“Bothekan Karawitan ”, menyatakan bahwa :
Garap merupakan suatu “sistem” atau rangkaian kegiatan dari seseorang dan/atau berbagai pihak, terdiri dari beberapa tahapan atau kegiatan yang berbeda, masing-masing bagian atau tahapan memiliki dunia dan cara kerjanya sendiri yang mandiri, dengan peran masing- masing mereka bekerja sama dan bekerja bersama dalam satu kesatuan, untuk menghasilkan sesuatu, sesuai dengan maksud, tujuan atau hasil yang ingin dicapai. (Supanggah, 2007: 3).
Lebih lanjut Supanggah (2007: 4) mengungkapkan ada beberapa unsur garap yang terdiri dari materi garap, penggarap, sarana garap, perabot atau piranti garap, penentu garap dan pertimbangan garap. Unsur-unsur yang akan digunakan untuk menganalisis garap gerak Tari Penthul Melikan menggunakan acuan teori yang diungkapkan Rahayu Supanggah tersebut.
Materi garap merupakan bahan dasar atau bahan pokok yang akan digarap seseorang atau sekelompok orang (Supanggah, 2007: 9). Gerak sebagai medium pokok dalam pertunjukan tari dan digunakan untuk mengungkapkan ide dan rasa keindahan. Sementara itu penggarap menurut Supanggah (2007: 149) adalah seniman, para pengrawit, baik pengrawit penabuh gamelan maupun vokalis, yaitu pesindhen dan atau penggerong, yang sekarang disebut sebagai swarawati dan wiraswara.
Unsur garap selanjutnya adalah sarana garap. Membahas tentang sarana garap Supanggah (2007: 189) menjelaskan bahwa : Sarana garap adalah alat (fisik) yang digunakan oleh para pengrawit, termasuk vokalis sebagai media untuk menyampaikan gagasan, ide musikal atau mengekspresikan diri dan / atau perasaan dan/atau pesan mereka secara musikal kepada audience (bisa juga tanpa audience) atau kepada siapapun termasuk kepada diri atau lingkungan sendiri.
Supanggah menjelaskan yang dimaksud dengan piranti atau prabot garap ialah : Prabot garap atau tool adalah perangkat lunak atau sesuatu yang aslinya imajiner yang ada dalam benak seniman, pengrawit, baik itu berwujud gagasan / ide sebenarnya sudah ada vocabuler garap yang berbentuk tradisi / kebiasan pengrawit yang sudah ada sejak kurun waktu ratusan tahun atau dalam kurun waktu yang tidak bisa mengatakannya secara pasti (Supanggah, 2007: 199).
Selanjutnya dikemukakan unsur garap yaitu pertimbangan garap. Supanggah (2007: 289) menjelaskan bahwa pertimbangan garap bersifat
accidental dan fakultatif di mana di dalamnya terdiri dari faktor internal,
eksternal dan tujuan. Internal yaitu kondisi fisik dan/atau kejiwaan pengrawit pada saat melakukan garap, menabuh ricikan gamelan atau melantunkan tembang. Eksternal merupakan tanggapan dari penonton, tanggapan dari teman-teman seniman, tanggapan dari panitia ataupun dari masyarakat umum lainnya (Supanggah, 2007: 289).
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini meneliti garap gerak Tari Pentul Melikan. Untuk itu berdasarkan jenisnya penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu “suatu bentuk penelitian yang model analisisnya tidak menggunakan analisis statistik atau non statistic ” (Purwito, 2011: 8).
Berdasarkan asal data diperoleh penelitian ini termasuk dalam riset lapangan (field research ), yaitu “bentuk penelitian yang pengumpulan datanya di lapangan atau di lokasi penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu” (Purwito, 2011: 9).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dusun Melikan, Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September –Oktober 2017.
3. Jenis Data Penelitian ini akan membahas garap gerak Tari Pentul Melikan.
Untuk membahas permasalahan tersebut perlu ditentukan jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini agar dapat dihasilkan penelitian yang akurat. Jenis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Data primer Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu narasumber pada kegiatan wawancara.
b.
Data sekunder Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan data pendukung penelitian. Data sekunder ini berupa data tentang tari penthul Melikan yang diperoleh dari arsip, selain itu data sekunder ini juga berupa tentang teori yang mendukung penelitian yang berasal dari buku, jurnal penelitian terdahulu, maupun internet.
4. Sumber Data
Jenis data yang dikemukakan sebelumnya perlu diperoleh dari sumber data yang tepat. Membahas tentang sumber data, Purwito (2011: 53) menjelaskan bahwa :
Sumber data pada prinsipnya adalah asal data yang diperoleh dalam suatu penelitian. Secara garis besar, berdasarkan sifatnya maka sumber data atau sumber informasi dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu sumber data primer dan sumber data sumber yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data kedua dan seterusnya yang juga dipakai dalam sebuah penelitian untuk mendukung sumber data primer dalam upaya mengungkap permasalahan penelitian (Purwito, 2011: 53).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer berupa responden yang menjawab pertanyaan dalam wawancara, serta sumber data sekunder berupa buku, jurnal dan hasil penelitian terdahulu.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2010: 305) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dengan demikian kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai penyampai instrumen. Artinya dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang melakukan penafsiran makna dan menemukan nilai-nilai tersebut. Peneliti juga merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelaporan hasil penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat secara langsung Tari Pentul Melikan guna mengamati mengiringi, alat musik yang digunakan dalam pertunjukan dan lain-lain. Pada saat melakukan observasi peneliti merekam kegiatan pada pementasan Tari Pentul Melikan. Rekaman yang dihasilkan diteliti dan dianalisis serta dikonsultasikan dengan narasumber yang berkompeten dalam memberikan data yang detail dan valid melalui kegiatan wawancara.
b. Wawancara
Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014: 318). Langkah yang dilakukan dalam wawancara ini adalah, peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber yang dianggap peneliti memiliki data yang dibutuhkan untuk penelitian. Setelah daftar pertanyaan selesai dibuat, maka peneliti akan melakukan wawancara yang ditujukan kepada narasumber.
Narasumber yang akan dimintai keterangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)
Sulistiyana, dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi guna mengetahui garap gerak Tari
2) Suwandi, selaku penyusun gendhing pengiring Tari Penthul
Melikan guna mendapatkan informasi dalam penentu garap gendhing .
3) Warsono, selaku ketua komunitas Tari Penthul Melikan guna mendapatkan informasi terkait dengan Tari Penthul Melikan.
4) Sholikin, selaku anggota komunitas Tari Penthul Melikan guna mendapatkan informasi tentang gerak dan musik pengiring Tari
Penthul Melikan.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
“secara operasional analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga langkah sistematis secara jalin menjalin, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan”. Adapun penjelasan tentang tiga langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Reduksi data
Reduksi data dilakukan dengan penyeleksian informan, pencatatan/perekaman informasi data ke dalam pola yang telah ditetapkan, pemilihan terhadap dokumen yang diperlukan, serta pengembangan proposisi-proposisi. Dalam reduksi data ini dilakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan konversi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan dengan memilah data berupa foto dan hasil wawancara dan disederhanakan sesuai kebutuhan penelitian.
Foto dan keterangan dari narasumber tentang gerak Tari Penthul Melikan dan tari yang dihasilkan dari garap dipilah sesuai dengan pembahasan yang dilakukan.
b. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan cara deskriptif, yaitu merangkai dan menyusun informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan atau penyederhanaan informasi yang dan mudah dipahami. Penyajian data menggunakan teks naratif yang dilengkapi dengan jaringan kerja yang berkaitan sehingga semua informasi yang disusun mudah dilihat dan dimengerti. Data foto dan wawancara tentang Tari Penthul Melikan disajikan serta diberi narasi sesuai dengan masing-masing foto yang ditampilkan. Narasi tersebut menjelaskan tentang data yang disajikan sehingga mudah dipahami pembaca.
c. Penarikan simpulan
Penarikan simpulan yaitu suatu kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan-catatan lapangan dengan maksud untuk menguji kebenaran dan validitas makna yang muncul di lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan yang kuat, simpulan dapat disusun lebih rinci dan utuh (Miles dan Huberman, 2007: 20-21).
Penarikan simpulan ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang diteliti. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pembahasan tentang bentuk dan garap Tari Penthul Melikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka analisis data selanjutnya akan disajikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang secara sistematis dilakukan dalam bentuk narasi, uraian dengan suatu argumentasi. Data kuantitatif yang diperlukan sebagai tambahan penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan jenis dan bentuk data, baik yang dituangkan dalam bentuk tabel maupun dengan bentuk narasi lainnya.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I: Merupakan pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematikan penulisan.
BAB II: Menjelaskan tentang nentuk Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, berisi tentang gerak tari, penari, tata rias, property, musik tari, tempat dan waktu pertunjukan.
BAB III: Mengungkapkan garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Pada bab ini dibahas tentang materi garap, penggarap, sarana garap, perabot atau piranti garap, penentu garap dan perkembangan garap gerak Tari Penthul Melikan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.
BAB IV: Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II BENTUK TARI PENTHUL MELIKAN DI DUSUN MELIKAN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Tari Penthul Melikan merupakan kesenian tradisional kerakyatan di Dusun Melikan Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Soedarsono (1978: 20 –21) menjelaskan bahwa kesenian tradisional
kerakyatan adalah bentuk kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat biasa atau disebut dengan kesenian rakyat. Tari-tarian tradisonal kerakyatan pada umumnya sangat sederhana dan kurang begitu mengindahkan norma-norma keindahan dan bentuk-bentuk yang berstandar. Tidak seperti tari klasik yang ada di keraton. Gerakan tarinya sangat sederhana dan lebih mementingkan keyakinan yang terletak di balik tarian tersebut.
Bentuk pada dasarnya berhubungan erat dengan aspek visual. Bentuk aspek visual ini terjadi hubungan timbal balik antara aspek-aspek yang terlihat di dalamnya. Unsur yang berkaitan sebagai pendukung bentuk menjadi kesatuan meliputi gerak, tata rias dan busana, properti, musik dan pendukung lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Langer (1988: 15) bahwa bentuk itu sebagai suatu cara untuk dimana keseluruhan aspek bisa dirakit. Bentuk penyajian tari adalah wujud keseluruhan dari suatu pertunjukan yang di dalamnya terdapat aspek-aspek atau elemen- elemen pokok yang diteliti diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis yang tinggi. Elemen-elemen tersebut mempunyai fungsi yang saling mendukung dalam sebuah pertunjukan tari. Elemen Tari Penthul Melikan yang dibahas pada penelitian ini meliputi gerak tari, penari, tata rias, tata busana, musik tari serta tempat pertujukan.
A. Gerak Tari
Gerak merupakan media pokok dalam sajian pertunjukan tari (Langer, 1988: 16). Melalui gerak, penari dapat mengungkapkan ekspresi perjalanan jiwanya secara utuh sehingga maksud yang ingin disampaikan melalui gerak itu dapat dilihat jelas dan dinikmati oleh penonton. Gerak pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu gerak maknawi dan gerak murni.
Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti, sedangkan gerak murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk yang artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu (Soedarsono, 1978: 22 –23).
Gerak dalam Tari Penthul Melikan merupakan gerak tari maknawi dan gerak non representatif karena hanya berupa simbolik yang memiliki arti. Hasil pengumpulan data diketahui bentuk Tari Penthul Melikan terdapat tujuh gerakan. Masing-masing gerakan memiliki makna yang
1. Gerakan pertama disebut gerak Gandengan Tangan.
Bentuk gerakan pertama ini adalah gerakan rangkaian tangan dimana tangan penari saling dikaitkan tangan kiri penari dikaitkan dengan tangan kanan penari disebelahnya kemudian tangan mereka berada di pinggang dan posisi kaki agak terbuka. Kemudian lutut para penari tersebut ditekuk sehingga penari bergerak ke atas ke bawah. Arti dari gerakan ini adalah dalam kehidupan sehari-hari manusia harus senantiasa bergotong royong saling membantu satu sama lain. Hal ini merupakan ajaran untuk kita bahwa meskipun berbeda-beda tetapi tetap harus saling tolong menolong dan salin menjaga kebersamaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Gerak Gandengan Tangan
(Foto : Sholikin, 2016)
2. Gerakan kedua disebut gerak OO AA
Gerakan kedua yaitu jari mengembang ke hidung. Bentuk gerakan tersebut adalah jari tangan terbuka kemudian jari tangan kiri menyentuh hidung pada bagian jari jempol kemudian jari tangan kanan berada di depan jari tangan kiri. Jari jempol tangan kanan menyentuh jari kelingking tangan kiri. Dalam melakukan gerakan ini sama dengan gerakan pada bagian pertama tadi yaitu lutut ditekuk kemudian penari bergerak ke atas ke bawah. Dalam gerakan ini para penari sambil mengatakan “OO AA” hal tersebut Obah Allah. Maksud dari hal tersebut adalah Obah dalam bahasa Jawa berarti bergerak jadi artinya adalah setiap perbuatan manusia atau tingkah laku manusia, kegiatan manusia harus tetap sesuai dengan ajaran agama islam, sesuai dengan ajaran dari Allah.
Gambar 2. Gerak OO AA
3. Gerakan ketiga disebut gerak Maju Bung
Gerakan ketiga adalah gerak tangan yang menengadah ke atas, bentuk dari gerakan ini adalah tangan lurus ke depan berbentuk siku- siku dan kedua telapak tangan menengadah ke atas. Kemudian diikuti dengan gerakan kaki kiri maju kemudian kembali lagi digantikan kaki kanan yang maju. Pada gerakan ini para penari mengucapkan kata “ Maju bung”, kata ini berarti ajakan untuk semua agar tetap bersemangat untuk maju, maju dalam hal kehidupan sehari-hari misalnya saja dalam bekerja, ataupun mencari ilmu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Gerak Maju Bung
(Foto : Sholikin, 2016)
4. Gerakan keempat disebut gerak Selalu
Gerakan keempat adalah gerak tangan siku-siku kemudian serong ke kiri. Bentuk gerakan ini hampir sama dengan gerakan ketiga yaitu tangan lurus ke depan berbentuk siku- siku dan kedua telapak tangan menengadah ke atas kemudian kaki berjalan di tempat dan perlahan berputar ke kiri. Dalam gerakan ini para penari mengucapkan kata “ selalu”. Maksud dari kata tersebut adalah di dunia ini segalanya selalu berubah.
Gambar 4. Gerak Selalu
(Foto : Sholikin, 2016) 5. Gerakan kelima disebut gerak Insyaflah
Gerakan kelima yaitu gerakan jari telunjuk mengacung. Bentuk dari gerakan ini adalah jari telunjuk dari tangan kanan mengacung ke atas, dan tangan kiri di bawah. Kemudian jari telunjuk tersebut diputar di atas kepala. Makna dari gerakan ini adalah jari telunjuk yang mengacung di atas menggambarkan bahwa Tuhan itu satu atau Maha Esa, bumi itu satu dan terus berputar.
Gambar 5. Gerak Insyaflah
(Foto : Sholikin, 2016) 6. Gerakan keenam disebut gerak Sudah Jadi
Gerakan keenam adalah jari jempol mengacung. Bentuk dari gerakan ini adalah tangan kanan lurus ke depan kemudian sambil kaki kanan berada di depan sambil berjalan di tempat. Dalam gerakan ini para penari mengucapkan “sudah jadi“ yang artinya manusia harus dapat mengendalikan diri sendiri dari hawa nafsu dunia.
Gambar 6. Gerak Sudah Jadi
(Foto : Sholikin, 2016) 7. Gerakan ketujuh disebut gerak Aku Suka
Gerakan ketujuh adalah gerakan tangan yang mengembang atau terbuka ke atas. Bentuk dari gerakan ini adalah kedua tangan lurus ke atas kepala kemudian telapak tangan dibuka ke atas. Setelah itu penari berjalan di tempat dan perlahan memutar ke kiri. Dalam gerakan memutar ini para penari mengucapkan kata “aku suka” makna dari kata tersebut adalah kegembiraan seseorang karena telah berhasil mencapai sesuatu yang telah menjadi tujuan.
Gambar 7. Gerak Aku Suka