MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA JAKARTA BERBASIS MASYARAKAT

  

MANAJEMEN PENGELOLAAN

OBJEK WISATA KOTA TUA JAKARTA BERBASIS MASYARAKAT

  SKRIPSI

  Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh RIZKI PARHANI NIM 6661110901

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

  Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat (Sabda Rasulullah SAW) Sukses akan datang kepada mereka yang berusaha, berdoa, bertawakal serta diiringi dengan doa kedua orang tua” (Rizki

Parhani)

  

Keluarga adalah penyemangat, inspirator, motivator

terbesar dan harta yang paling berharga di dunia ini”

  

(Rizki Parhani)

Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

bahagia

  Skripsi ini kupersembahkan

  

ABSTRAK

Rizki Parhani. NIM: 6661110901. Skripsi. Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat. Pembimbing I: Dr. Suwaib

Amiruddin, M.Si., dan Pembimbing II: Gandung Ismanto, S.Sos., MM

  Kota Tua Jakarta merupakan Objek Wisata yang memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi Kota Jakarta. Terdapat bangunan-bangunan tua peninggalan penjajahan Belanda, yang pada saat ini dijadikan museum. Di sana terdapat komunitas-komunitas yang ikut terlibat dalam pengelolaan. Namun masih kurangnya koordinasi, kurang optimalnya pengawasan, pengorganisasian komunitas masih kurang baik dan kurang tegasnya aturan terhadap komunitas yang tidak sesuai dengan unsur Kota Tua Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, untuk mengetahui proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan terkait dan untuk mengetahui fungsi masyarakat di dalam manajemen tersebut. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Henry Fayol yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan menurut Prasetya Irawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat belum baik. Dalam perencanaan masyarakat belum berperan aktif dalam perumusan perencanaan, koordinasi pun belum sampai kepada masyarakat ataupun komunitas-komunitas. Masyarakat hanya dilibatkan dalam pengarahan dan pengawasan. Selain itu belum adanya dana dari Pemerintah DKI Jakarta untuk mengembangkan komunitas-komunitas yang berpotensi mengenalkan Kota Tua Jakarta kepada masyarakat luas dan menjadi ciri khas Kota Tua Jakarta. Sarannya Pemerintah DKI Jakarta lebih melibatkan secara aktif komunitas dalam perumusan perencanaan dan memasukkan komunitas kedalam kegiatan-kegiatan didalam perencanaan, diberikan pelatihan dan diberdayakan.

  Kata Kunci: Kota Tua Jakarta, Manajemen, Masyarakat

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah.. Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, berkat, hidayah, karunia, petunjuk dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Berkat bantuan dan campur tangan-Nyalah peneliti bisa berada dititik ini. Tak hentinya mengucap syukur Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. Shalawat serta salam senantiasa peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang membawa kita semua dari zaman jahiliyyah ke zaman yang canggih seperti sekarang ini.

  Adapun penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian sarjana (S- 1) dengan judul “Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat”.

  Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih setulus hati kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Bapak Riswanda, M.A., P.hd., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Bapak Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si., Pembimbing I Skripsi yang senantiasa memberikan ilmu, kritik serta masukan kepada peneliti, dan membimbing peneliti dengan sabar dalam penyusunan Skripsi ini. Memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat membantu dalam penelitian ini. Terimakasih banyak Pak sudah membimbing saya.

  9. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., selaku Pembimbing II Skripsi yang selalu sabar dalam proses bimbingan, serta memberikan ilmu, kritik, dan saran kepada peneliti dalam penyusunan Skripsi ini beserta pemikiran- pemikiran yang sangat membantu peneliti.

  10. Bapak Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang

  11. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali peneliti dengan segala pengetahuan selama masa perkuliahan.

  12. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

  13. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Bapak Encu Suhandi, SE., MM., yang telah memberikan informasi dan data terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, serta nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada peneliti dan waktu yang diluangkan untuk melakukan wawancara.

  14. Pihak Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta Bapak Ario Wicaksono, SH yang telah memberikan informasi, data tentang pengelolaan dan manajemen di Kota Tua Jakarta, serta waktu untuk melakukan wawancara.

  15. Bapak Dodi Riadi dan Bapak Firman, narasumber dari Local Working Group Kota Tua Jakarta.

  16. Pihak pengelola museum, Bapak Sumardi, Bapak Hari Prabowo, Bapak Khasirun dan Bapak Yosep yang telah memberikan data dan informasi mengenai museum-museum di Kota Tua Jakarta kesediaannya sebagai narasumber bagi penelitian ini, dan semua narasumber yang ada dalam penelitian ini.

  18. Kedua Orang Tuaku tersayang dan tercinta, Bapak Mamat dan Ibu Elah yang telah memberikan semangat, motivasi serta dukungan moril maupun materil kepada peneliti dalam melakukan penelitian ini, dan tanpa lelah untuk mendoakan peneliti dalam meraih kesuksesan. Terimakasih atas segala yang sudah diberikan, tanpa Mamah dan Babeh saya tidak akan bisa seperti sekarang.

  19. Adik saya satu-satunya Achmad Aldiansyah yang selalu mendukung apa yang kakaknya lakukan.

  20. Kakek saya yang selalu memberikan perhatiannya baik moril maupun materil kepada cucu pertamanya ini dari kecil hingga sekarang dan juga Almh. Nenek saya yang tidak pernah terlupakan.

  21. Adhi Makayasa Saputra yang selalu memberikan semangat serta dukungan kepada peneliti selama melakukan penelitian. Senantiasa meluangkan waktu untuk bertukar pikiran mengenai Skripsi ini, memberikan masukan, kritik dan saran, serta menemani peneliti dalam melakukan penelitian ini.

  Terimakasih banyak atas semuanya.

  22. Kepada Saudara-saudaraku Kaka Neneng, Om Aji, Kaka Mimil, Om Udi, Kaka Iyus yang telah memberikan dukungan, semangat dan memberikan

  Resty Nani Yustini, Metta Miftahul Jannah, Ika Dewi Safitri, Anita, Melinda Paula Tumbol, Veronica Puspaningtyas yang saling mendoakan dan memberikan semangat.

  24. Teman-teman Administrasi Negara Reguler 2011 yang memberikan kesan dan kenangan selama masa perkuliahan.

  25. Teman-teman kostan Mega, Ka erni dan Ka nita yang selalu menghibur dengan canda tawa dan memberikan semangat.

  26. Teman-teman Kelompok Kerja Mahasiswa (KKM) 62 Desa Kubang Jaya Tahun 2014 yang memberikan kenangan selama KKM.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Serang, Februari 2016 Rizki Parhani

  

ABSTRACT

Rizki Parhani. NIM. 6661110901. Research Paper. Management of Attraction

Jakarta Old City Based of Society. Public Administration Study Program,

Faculty of Social and Political Sciences, Sultan Ageng Tirtayasa University.

First Adviser Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si, and Second Adviser Gandung

Ismanto, S.Sos., MM.

  

Jakarta Old City is attraction which has very important historical value in

Jakarta. There are old buildings legacy of the Dutch colonialists, which is

currently used as a museum. In there, there are communities are involved in the

management of Jakarta Old City attractions, society and visitors are also involved

but there is still a lack of coordination, lack of optimal controlling, communities

organizing is still not good and lack of firm on the rules of the communities which

not accordance with the elements of the Jakarta Old City. The purpose of this

research are to know the involvement of the society in the management of Jakarta

Old City attraction, to know the process of the society involvement to making the

rules which relating, and to know the function of the society in the management of

the Jakarta Old City attraction. This research uses the functions of management

theory of Henry Fayol, there are planning, organizing, commanding, coordinating

and controlling. The method of this research is used descriptive method with

qualitative approach. The analysis technique of data is used according to

Prasetya Irawan. The result of this research indicate that management of

attraction Jakarta Old City based of society is not good. Society has not been fully

involved, in the planning society has not role actively in the formulation of

planning, coordination is not yet up to the society or communities. Society only

involved in directing and controlling. Communities only given directions by

stakeholders and give the directions to their members. Beside that, there are no

funds from the government of DKI Jakarta to develop communities which have the

potential to introduce the Jakarta Old City to the wide society and become a

characteristic of the Jakarta Old City. Suggestion for the government of DKI

Jakarta more actively involve the community in the formulation of planning and

involve the community in the program of planning, given training and

empowered.

  Keywords: Jakarta Old City, Management, Society

  DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ABSTRAK ABSTRACK i

  KATA PENGANTAR v

  DAFTAR ISI viii

  DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ix

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah

  1

  1.2 Identifikasi Masalah

  21

  1.3 Batasan Masalah

  21

  1.4 Rumusan Masalah

  22

  1.5 Tujuan Penelitian

  22

  1.6 Manfaat Penelitian

  23

  1.7 Sistematika Penulisan

  24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

  2.1 Tinjauan Pustaka

  29

  2.1.1 Pengertian Manajemen

  29

  2.1.2 Pentingnya Manajemen

  32

  2.1.3 Prinsip Manajemen

  34

  2.1.4 Fungsi dan Tujuan Manajemen

  35

  2.1.4.1 Fungsi Perencanaan

  38

  2.1.4.2 Fungsi Pengorganisasian

  40

  2.1.4.3 Fungsi Pengarahan

  42

  2.1.4.4 Fungsi Pengkoordinasian

  44

  

2.1.4.4.1 Tipe-Tipe Koordinasi

  44

  2.1.4.5 Fungsi Pengawasan

  46

  2.1.4.5.1 Tipe-Tipe Pengawasan

  47

  2.1.5 Definisi Pengelolaan

  48

  2.1.6 Pemerintahan

  49

  2.1.7 Definisi Organisasi

  52

  2.1.7.1 Ciri-Ciri Organisasi

  54

  2.1.7.2

  54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

3.7.2 Teknik Analisis Data

  4.1.5 Gambaran Umum Local Working Group (LWG) 103

  93

  4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

  96

  4.1.3.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

  96

  4.1.3.2 Susunan Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

  97

  4.1.4 Gambaran Umum Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta 100

  4.1.4.1 Susunan Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta 102

  c. Fungsi 105

  a. Visi 104

  b. Misi 105

  71

  4.1.6 Gambaran Umum Komunitas-Komunitas di Kota Tua Jakarta 106

  107

  4.2.1 Deskripsi Data Penelitian 107

  4.2.2 Daftar Informan Penelitian 109

  111

  4.3.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta 112

  4.3.1.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 112

  4.3.1.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 131

  4.1.2 Deskripsi Objek Wisata Kota Tua Jakarta

  90

  4.1.1 Deskripsi Kota Jakarta

  90

  3.2 Fokus Penelitian

  72

  3.3 Lokasi Penelitian

  72

  3.4 Fenomena yang Diamati

  72

  3.4.1 Definisi Konsep

  73

  3.4.2 Definisi Operasional

  74

  3.5 Instrumen Penelitian

  75

  3.6 Informan Penelitian

  77

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

  79

  79

  3.7.1.1 Sumber Data Primer

  79

  3.7.1.2 Sumber Data Sekunder

  84

  85

  3.8 Jadwal Penelitian

  89 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.5.1 Visi dan Misi LWG 104

4.2 Deskripsi Data

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

  4.3.2.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 156

4.4 Pembahasan

  4.4.2.1 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 193

  x LAMPIRAN

  5.2 Saran 212

  5.1 Kesimpulan 210

  4.4.3.5 Fungsi Masyarakat dalam Pengawasan 207

  4.4.3.4 Fungsi Masyarakat dalam Pengkoordinasian 206

  4.4.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Pengarahan 204

  4.4.3.2 Fungsi Masyarakat dalam Pengorganisasian 203

  4.4.3.1 Fungsi Masyarakat dalam Perencanaan 200

  4.4.3 Fungsi Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta 200

  4.4.2.5 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 199

  4.4.2.4 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 197

  4.4.2.3 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 196

  4.4.2.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 195

  4.4.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Membuat Aturan Terkait Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta 193

  4.3.2.3 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 162

  4.4.1.5 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 192

  4.3.2.4 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 164

  4.3.2.5 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 166

  4.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat 168

  4.3.3.1 Fungsi Masyarakat dalam Perencanaan 168

  4.3.3.2 Fungsi Masyarakat dalam Pengorganisasian 174

  4.3.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Pengarahan 176

  4.3.3.4 Fungsi Masyarakat dalam Pengkoordinasian 179

  4.3.3.5 Fungsi Masyarakat dalam Pengawasan 180

  183

  4.4.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta 183

  4.4.1.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 184

  4.4.1.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 188

  4.4.1.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 190

  4.4.1.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 191

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan

  78 Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

  83 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

  89 Tabel 4.1 Daftar Informan 110

Tabel 4.2 Jumlah Pengunjung Museum Seni Rupa dan Keramik Tahun 2014 124Tabel 4.3 Jumlah Pengunjung Museum Sejarah Jakarta Tahun 2014 125Tabel 4.4 Jumlah Pengunjung Museum Wayang Tahun 2014 126

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kelompok Komunitas

  15 Gambar 2.1 Organisasi formal dan informal dan ciri-ciri mereka

  57 Gambar 2.2 Organisasi-organisasi primer dan organisasi-organisasi sekunder

  58 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian

  69 Gambar 3.1 Proses Analisis Data Menurut Irawan

  87 Gambar 4.1 Peta Kota DKI Jakarta

  92 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua 103

Gambar 4.3 Kelompok Komunitas

  116

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Transkrip Data Lampiran 2 Koding Data Lampiran 3 Kategorisasi Data Lampiran 4 Catatan Lapangan Lampiran 5 Kisi-kisi Wawancara Lampiran 6 Membercheck (Transkrip Wawancara) Lampiran 7 Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian Lampiran 9 Daftar Komunitas di Kota Tua pada Awalnya Lampiran 10 Daftar Komunitas Setelah Berkurang Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Jakarta merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia. Dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, Jakarta merupakan pusat pemerintahan di Indonesia dan salah satu kota besar di Indonesia dengan segala macam aktivitas masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jakarta Tahun 2013, Jakarta merupakan kota dengan penduduk yang padat di Indonesia, dengan kepadatan penduduk mencapai 14.469 orang perkilometer persegi, dengan luas wilayah

  2 664,01 km dan jumlah penduduk 12.998.816 jiwa.

  Hal ini dikarenakan tingginya angka mobilitas penduduk di Jakarta. Banyak masyarakat dari luar Jakarta yang datang dan menetap di Jakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta, hasil sensus 2010 mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5% penduduk merupakan imigran antar provinsi. Pada tahun 2010 daerah yang memiliki angka mobilitas yang tinggi atau penduduknya banyak yang keluar daerah adalah Jawa Barat dengan 730.878 jiwa, sedangkan daerah yang dimobilitasi atau dijadikan tempat perpindahan adalah DKI Jakarta dengan 734.584 jiwa. Hal ini dikarenakan Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara penduduknya terus bertambah, hal ini menggambarkan kepadatan penduduk terjadi di Kota Jakarta. (Sumber: /02/2015]) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota

  Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi DKI Jakarta dengan kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki fungsi dan peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar- besarnya kesejahteraan rakyat.

  Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 127 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Penataan dan Pengembangan Kawasan Kota Tua Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bahwa untuk mewujudkan Kota Tua sebagai kawasan sejarah, budaya dan bisnis serta sebagai tujuan wisata, perlu dilaksanakan penataan dan pengembangan melalui penanganan yang lebih optimal. Penataan dan pengembangan Kota Tua sebagai kawasan sejarah, budaya dan bisnis serta sebagai tujuan wisata merupakan salah satu lingkup tugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

  Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 127 Tahun 2007 Kawasan Kota Tua adalah kesatuan geografis beserta unsur terkait di dalamnya seluas ± 846 ha yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Gubernur Nomor 34 Tahun 2006 tentang Penguasaan Perencanaan Dalam Rangka Penataan Kawasan Kota Tua Seluas ± 846 ha yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Barat.

  Namun menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

  Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Benda Cagar Budaya bahwa upaya pelestarian terhadap bangunan bersejarah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah untuk menjaga keaslian arsitektur bangunan, mempertahankan nilai-nilai sejarah untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya arti sejarah nasional dan sejarah perkembangan Kota Jakarta.

  Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua, pengelolaan Kawasan Kota Tua dilakukan secara terpadu lintas sektoral dan wilayah serta melibatkan secara aktif dunia usaha dan kelompok-kelompok masyarakat.

  Pengelolaan dapat dilakukan dengan membentuk Badan Otorita yang mempunyai kewenangan yang memadai. Guna lebih mengoptimalkan pengelolaan Kawasan Kota Tua dan memberikan insentif yang memadai dalam pelestariannya, dapat dikembangkan Kawasan Kota Tua sebagai Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK).

  Dalam hal ini yang merupakan pengelola kawasan Kota Tua Jakarta adalah Unit Pengelola Kawasan Kota Tua. Sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan koordinasi dengan swasta dan masyarakat untuk berperan serta dalam penataan dan pengembangan Kawasan Kota Tua.

  Provinsi DKI Jakarta memiliki beberapa tempat wisata antara lain Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional, Kota Tua Jakarta, dan berbagai museum lainnya. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pendapatan daerah di Provinsi DKI Jakarta, dengan banyaknya kunjungan masyarakat lokal, luar daerah maupun luar negeri yang datang ke Jakarta, maka pendapatan daerah Provinsi DKI Jakarta akan semakin meningkat. Di antara beberapa tempat pariwisata di DKI Jakarta, lebih banyak tempat pariwisata yang menawarkan kesenangan atau hiburan, namun hanya sedikit tempat wisata yang menawarkan pengetahuan, wawasan dan cerita sejarah di masa lampau seperti di museum-museum yang ada di Kota Tua Jakarta. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi Pemerintah DKI Jakarta untuk memperkenalkan dan melestarikan objek wisata seperti Kota Tua Jakarta ini.

  Kota Tua Jakarta merupakan suatu wilayah yang termasuk ke dalam Kota Administrasi Jakarta Barat dan Kota Administrasi Jakarta Utara yang disana terdapat bangunan-bangunan peninggalan zaman penjajahan Belanda.

  Berdasarkan wawancara peneliti kepada narasumber Bapak Ario (29 Tahun) selaku Staf Seksi Penataan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta , Kota Tua pada zaman dahulu merupakan pusat pemerintahan Belanda pada saat menjajah tersebut telah beberapa kali beralih fungsi dan sampai pada saat ini telah diresmikan pemerintah untuk dijadikan museum bersejarah. Pada saat ini objek wisata Kota Tua Jakarta terdapat beberapa museum, antara lain Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Bank Mandiri, dan Museum Bank Indonesia.

  Daerah Khusus Ibukota Jakarta termasuk daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Selain menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia, Kota Jakarta juga dapat menjadi kota tujuan wisata bagi masyarakat lokal, masyarakat dari luar Jakarta maupun mancanegara. Kota Jakarta juga harus mampu meningkatkan kunjungan pariwisata di dalam Kota Jakarta itu sendiri, sehingga Kota Jakarta tidak hanya terkesan buruk oleh masyarakat dari luar Jakarta yaitu sebagai kota yang macet dan padat penduduk, namun dengan adanya objek pariwisata yang ditingkatkan maka akan membawa nama baik Kota Jakarta serta mambawa dampak positif lainnya bagi Kota Jakarta itu sendiri. Jakarta memiliki banyak aset-aset pariwisata yang sangat potensial untuk dikembangkan yang nantinya akan berdampak positif terhadap aktivitas ekonomi daerah.

  Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Jakarta ditempatkan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Sehingga banyak gedung-gedung tua peninggalan pemerintahan Belanda yang ada di Jakarta dan sekarang dijadikan museum- masa penjajahan belanda. Di Kota Tua itu sendiri terdapat beberapa museum antara lain: Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Bank Mandiri, dan Museum Bank Indonesia. Bangunan museum-museum ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda pada masa lampau, yang sekarang bangunannya dijadikan museum untuk menyimpan benda- benda peninggalan masa penjajahan tersebut.

  Kawasan Kota Tua Jakarta yang memiliki luas ±846 ha terbagi dalam 5 (lima) zona wilayah, yaitu Zona 1 (satu) adalah Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya, Zona 2 (dua) adalah Kawasan Pusat Kota Lama (Taman Fatahillah) dan sekitarnya, Zona 3 (tiga) adalah Kawasan Pecinan, Zona 4 (empat) adalah Kawasan Perkampungan Multi Etnis, dan Zona 5 (lima) adalah Kawasan Pusat Bisnis Kota Tua. Dalam penelitian ini, peneliti fokus meneliti pada Kawasan Zona 2 atau Kawasan Pusat Kota Lama (Taman Fatahillah), karena zona ini merupakan prioritas utama dalam pengembangan Kota Tua Jakarta dalam waktu dekat.

  Pada zona 2 (dua) adalah Kawasan Pusat Kota Lama (Taman Fatahillah) dan sekitarnya merupakan pusat pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta dan mempunyai visi misi yaitu memori pusat kota lama, dalam arti mengingatkan kembali akan sejarah dimasa lampau. Di zona 2 ini terdapat beberapa museum, diantaranya Museum Fatahillah, Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan

  Zona 2 (dua) yaitu Taman Fatahillah dan sekitarnya memiliki luas 443 ha. Peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan 256,69 ha; perkantoran 87,04 ha; taman 3,69 ha; pertanian 14,10 ha; lahan tidur 13,24 ha; dan lain lain 58,24 ha. Zona 2 (dua) Taman Fatahillah dan sekitarnya termasuk ke dalam Kecamatan Tamansari, Kelurahan Pinangsia. Masyarakat yang terdekat dengan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta adalah masyarakat Kelurahan Pinangsia.

  Kelurahan Pinangsia memiliki luas 96 ha dengan jumlah penduduk 16.672 jiwa dan 3.813 KK.

  (Sumber: <http://www.jakarta.go.id> [14/02/2015]) Di zaman modern seperti sekarang ini, dengan banyaknya jumlah penduduk yang ada di Ibukota Negara Republik Indonesia dan dengan banyaknya objek-objek wisata yang lebih modern dan lebih menarik banyak bermunculan, harus diaturnya sedemikian rupa agar objek wisata Kota Tua Jakarta ini tetap menarik minat pengunjung yang datang dan menjadi tempat kunjungan yang nyaman ditengah padatnya Kota Jakarta. Pada dasarnya objek wisata Kota Tua ini sudah cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah pengunjung yang peneliti dapatkan dari 3 (tiga) museum yang ada di Kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

  Berdasarkan data pengunjung yang peneliti dapatkan dari narasumber di museum-museum di Kota Tua Jakarta antara lain: Tahun 2013 dan tahun 2014. Dasar (SD) sebanyak 7.360 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 4.508 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 3.246 pengunjung. Jumlah keseluruhan totalnya sebanyak 60.810 pengunjung. Sedangkan pada bulan Januari hingga Desember 2014 jumlah pengunjung yang datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik meningkat yaitu Wisatawan Nusantara sebanyak 65.490 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 1.215 pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) 12.537 pengunjung, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11.183 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 13.626 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 8.824 pengunjung, mahasiswa 10.471 pengunjung. Jumlah keseluruhan totalnya sebanyak 123.346 pengunjung.

  Selanjutnya pada Museum Sejarah Jakarta, Pengunjung pada tahun 2013 bulan Januari hingga Desember baik wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang mengunjungi museum ini, antara lain: Wisatawan Nusantara sebanyak 120.347 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 15.182 pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 18.827 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 9.298 Pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 3.037, Mahasiswa sebanyak 16.292 pengunjung, Riset 5.948 pengunjung, Tidak Resmi 7.394 orang.

  Jumlah keseluruhan pengunjung totalnya sebanyak 196.325 pengunjung. pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 6.560 pengunjung, pelajar 122.896 pengunjung. Mahasiswa 63.391 pengunjung. Resmi 4832 pengunjung.

  Jumlah keseluruhan pengunjung totalnya sebanyak 265.940 pengunjung.

  Selanjutnya adalah Museum Wayang, Pengunjung di Museum ini pun juga cukup banyak. Pengunjung pada tahun 2013 pada bulan Januari hingga Desember baik wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang mengunjungi museum ini, antara lain: Wisatawan Nusantara sebanyak 133.476 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 52.386 pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 20.148 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 11.283 Pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 2.328 pengunjung, Mahasiswa sebanyak 23.494 pengunjung, Tidak Resmi 7.364 orang. Jumlah keseluruhan pengunjung totalnya sebanyak 250.479 pengunjung.

  Sedangkan pengunjung tahun 2014 pada bulan Januari hingga Desember mengalami peningkatan jumlah pengunjung baik wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang mengunjungi museum ini, antara lain: Wisatawan Nusantara sebanyak 254.499 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 47.198 pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 37.639 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 4.547 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 1.620 pengunjung,

  Penjabaran jumlah pengunjung dimasing-masing museum menggambarkan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Fatahillah dan Museum Wayang pada tahun 2013 dan tahun 2014 cukup banyak dan mengalami peningkatan. Hal ini menandakan jumlah pengunjung yang datang ke Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta sebanyak jumlah pengunjung yang datang ke museum atau bahkan melebihi jumlah pengunjung di museum-museum tersebut.

  Dalam pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta melibatkan beberapa pihak yang terkait, diantaranya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Tamansari, pihak pengelola museum-museum serta melibatkan masyarakat atau komunitas-komunitas yang ada disekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta, khususnya yaitu masyarakat Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari. Komunitas-komunitas yang berada di Kota Tua Jakarta berasal dari dalam masyarakat Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari maupun berasal dari luar daerah. Hal ini dikarenakan adanya masyarakat urban yang datang ke daerah kawasan Kota Tua Jakarta, bertempat tinggal disana dan ikut menjadi komunitas di Kota Tua Jakarta. Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini sangat diperlukan dan sangat diperhatikan bagaimana pelaksanaannya, karena apabila manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta tidak dilakukan Jakarta. Masyarakat merupakan aspek yang sangat penting dalam pengelolaan Objek Wisata ini, karena dengan adanya masyarakat yang ikut serta dan terlibat langsung dalam pengelolaan Kota Tua Jakarta, maka pengelolaan itupun akan dilaksanakan dengan bantuan masyarakat yang ikut berpartisipasi dan menjaga kelestarian Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

  Pengelolaan Kawasan Kota Tua dilakukan secara terpadu lintas sektoral dan wilayah serta melibatkan secara aktif dunia usaha dan kelompok-kelompok masyarakat. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi penataan Kawasan Kota Tua, setiap individu masyarakat berhak untuk berpartisipasi aktif dan memberikan aspirasinya untuk kemajuan dan percepatan pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta. Dalam hal ini masyarakat merupakan orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lainnya dalam penataan ruang. Peran masyarakat merupakan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. (Sumber: Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 36 Tahun 2014)

  Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini tidak hanya melibatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saja, melainkan melibatkan pihak swasta, masyarakat sekitar maupun wisatawan. Dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

  (Konsorsium) dan juga bekerja sama dengan Pihak UNESCO ASEAN serta dibantu pula oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO). Dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga ikut melibatkan masyarakat yaitu diantaranya komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Taman Fatahillah, Lembaga Swadaya Masyarakat, pedagang kaki lima yang ada di sekitar Kawasan Taman Fatahillah serta wisatawan yang datang ke Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

  Selain banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta, banyak juga kumpulan-kumpulan kelompok atau komunitas yang ada di sekitar kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Komunitas merupakan sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Komunitas dapat dikatakan juga sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

  Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Sumber:/02/2015])

  Dalam hal ini masyarakat yang ikut terlibat langsung dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah komunitas-komunitas yang Komunitas-komunitas yang ada di kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini dinaungi oleh Local Working Group (LWG) dan dibina oleh Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta. Pada awal terbentuknya Local Working Group (LWG) berjumlah 79 komunitas, kemudian semakin lama semakin berkurang sampai sekarang jumlahnya sebanyak 32 komunitas. Hal ini dikarenakan komunitas-komunitas yang sebelumnya diseleksi lagi oleh Pihak Unit Pengelola Kawasan Kota Tua sesuai dengan unsur-unsur kebudayaan Kota Tua atau unsur sejarah. Komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini ikut memberikan kontribusi dalam meramaikan Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

  Berdasarkan data yang peneliti dapat dari Pihak Unit Pengelola Kawasan Kota Tua dari 32 komunitas yang ada saat ini terdapat beberapa kelompok bidang yaitu diantaranya:

Gambar 1.1 Kelompok Komunitas

  Bidang Pendidikan 1. Gerakan Pramuka Museum Mandiri

  2. Forum Indonesia Membaca

  3. Komunitas Jelajah Budaya Bidang Seni

  1. Marching Band Museum

  2. Barongsai dan Tanjidor Museum Mandiri

  3. Musisi Lesehan

  4. Pengamen Kota Tua

  5. Paguyuban Onthel Wisata Fatahillah

  6. Indonesia Community Art (ICA)

  7. Komunitas Lorong Rupa Bidang Keagamaan

  1. Rhuha Fatahillah Bidang Kesejarahan

  1. Komunitas Manusia Batu

  2. Komunitas Tempoe Doeloe

  3. Trem Kota Tua

   4. Sahabat Kota Tua (Sumber: Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, 2015) Berdasarkan wawancara peneliti kepada Bapak Rizal sebagai Bendahara Komunitas Manusia Batu, komunitas berperan penting dalam kegiatan wisata di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Komunitaslah yang menghidupkan suasana di Kawasan Kota Tua Jakarta. Dengan adanya komunitas, pengunjung dapat menikmati berbagai macam seni maupun budaya yang dibawakan oleh komunitas tersebut, bahkan dapat menggunakannya. Seperti komunitas Sepeda Ontel, pengunjung dapat menggunakan sepeda ontel tersebut untuk berkeliling di Taman Fatahillah yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

  Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa adanya komunitas- komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta disamping memberikan kontribusi dalam meramaikan Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, komunitas-komunitas yang ada juga mengharuskan pemerintah ataupun pengelola Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta untuk mengatur dan mengelolanya, karena apabila komunitas-komunitas ini tidak diatur oleh pemerintah, banyak komunitas-komunitas yang masuk di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta tanpa seizin pihak pengelola. Menurut wawancara dan observasi awal peneliti ada beberapa komunitas yang berada di Kawasan Taman Fatahillah Objek Wisata Kota Tua Jakarta yang masuk tanpa seizin pihak pengelola dan tidak sesuai dengan kriteria yang diharuskan pengelola untuk menjadi komunitas di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta dan berkontribusi di dalamnya. ditempat-tempat lain yaitu adanya Komunitas Manusia Batu yang menyerupai penjajah maupun pejuang pada masa penjajahan zaman dahulu, namun tidak bergerak seperti batu, ada juga Komunitas Lorong Rupa yang merupakan suatu tempat di Sekitar Taman Fatahillah yang memamerkan hasil kreativitas para seniman, seperti lukisan dan gambar-gambar tentang penjajahan zaman dahulu. Masih banyak komunitas-komunitas lain yang ada di Kota Tua Jakarta yang kental dengan unsur sejarah dan suasana tempo dulu.

  Adanya komunitas-komunitas ini membuat suasana di Sekitar Kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta semakin hidup dan menyenangkan, karena komunitas-komunitas yang ada di sekitar Taman Fatahillah dapat menghibur pengunjung dan dapat dinikmati oleh pengunjung, seperti Komunitas Sepeda Onthel. Pengunjung dapat menyewa sepeda onthel yang disediakan oleh Komunitas Sepeda Onthel. Komunitas-komunitas yang ada berperan penting untuk meramaikan suasana di Kota Tua Jakarta, karena setelah museum-museum yang ada di Sekitar Taman Fatahillah tutup, pengunjung bisa menikmati komunitas-komunitas yang ada disekeliling Taman Fatahillah. Komunitas- komunitas yang ada di Taman Fatahillah juga mempengaruhi baik atau tidaknya manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Apabila komunitas- komunitas yang ada dibina dengan baik, maka manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua dapat dikatakan baik, dan sebaliknya. Namun dibalik adanya

  Adapun masalah yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu: Pertama, mengenai manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat. Dalam hal ini komunitas di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ikut serta dalam pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta agar Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta dapat menjadi Kawasan yang rapi dan teratur, namun menurut wawancara yang peneliti lakukan kepada salah satu anggota komunitas, ada beberapa komunitas yang masuk di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta tanpa seizin pihak pengelola dan tidak sesuai dengan kriteria yang diharuskan pengelola untuk menjadi komunitas di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta dan berkontribusi di dalamnya. Hal ini juga terkait dengan perencanaan yang telah direncanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, perencanaan yang telah ditetapkan dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta terkait dengan keterlibatan masyarakat.