PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI TERHADAP LAWAN JENIS ANTARA REMAJA PUTRA DAN REMAJA PUTRI SLEMAN YOGYAKARTA

  

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI

TERHADAP LAWAN JENIS ANTARA REMAJA PUTRA DAN

REMAJA PUTRI SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Sutri Astuti

  

NIM: 029114138

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  T erima kasih Telah mengajariku membedakan yang benar dan yang salah Mendorongku untuk mempertahankan mimpi-mimpiku Menunjukkan padaku agar tidak terpengaruh oleh rintangan Dan untuk mengubah kebingunganku menjadi senyuman Telah mengatakan bahwa kalian menyayangiku Menunjukkan bahwa betapa istimewanya cinta itu Menghapuskan air mataku kala aku sedih Dan untuk menenangkan kala aku ingin marah Telah membantu sesama dengan perbuatan baik kalian Mengajariku bahwa aku pun mesti menolong sesama Memelukku ketika aku merasa sunyi Dan membisikkan padaku, “Aku sayang padamu” Terima kasih, keluargaku, atas segala yang kalian lakukan. Entah bagaimana jadinya diriku tanpa kalian.

  James Malinchak

Ada orang yang memberikan waktunya, uangnya, keterampilannya dan

koneksinya. Ada juga yang memberikan darahnya ... , tapi setiap orang selalu

mempunyai sesuatu untuk diberikan.

  

Barbara bush

  Karya ini kupersembahkan bagi keluargaku terkasih”

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 20 April 2007 Penulis Sutri Astuti

  

ABSTRAK

Sutri Astuti (2007). Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap

Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Sleman Yogyakarta.

Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi,

Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan kecemasan

komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman

Yogyakarta. Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang dapat mengganggu

hubungan individu dengan lawan jenisnya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya

berkaitan dengan stereotip perbedaan peran gender laki-laki dan perempuan yang ada

di dalam masyarakat. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada

perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra

dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

  Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Terdiri dari 50 orang laki-

laki dan 50 orang perempuan, berusia 13 – 17 tahun, yang merupakan keturunan dari

perkawinan antar suku Jawa, yang dilahirkan, dibesarkan dan bertempat tinggal di

Sleman Yogyakarta, serta mengenal bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.

  Pengujian hipotesis menggunakan Independent Sample t-Test. Dari hasil

analisis diperoleh nilai t = -4,534 dengan p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti hipotesis

penelitian diterima. Dari hasil analisis juga didapatkan mean empiris remaja putra

sebesar 72,72 dan mean empiris remaja putri sebesar 82,16. Mean empiris remaja

putra lebih rendah daripada mean empiris remaja putri. Hal ini menunjukkan bahwa

remaja putra Sleman Yogyakarta memiliki tingkat kecemasan komunikasi terhadap

lawan jenis yang lebih rendah dibandingkan remaja putri Sleman Yogyakarta.

Berdasarkan kategorisasi yang menjadi analisis tambahan dalam penelitian ini juga

didapatkan bahwa prosentase remaja putra yang paling dominan terdapat pada

kategori rendah yaitu sebesar 64% dan prosentase yang paling dominan remaja putri

terdapat pada kategori sedang yaitu sebesar 66%. Hal ini menunjukkan bahwa secara

umum remaja putra Sleman Yogyakarta memiliki tingkat kecemasan komunikasi

terhadap lawan jenis yang rendah dan remaja putri Sleman Yogyakarta memiliki

tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang sedang.

  

ABSTRACT

Astuti, S (2007). The Difference of Communication Anxiety Level toward The

Opposite Sex between Sleman Yogyakarta Male and Female Teenagers.

Yogyakarta: Departement of Psychology, Faculty of Psychology, Sanata Dharma

University.

  The research was aimed at investigating the defference of communication

anxiety level toward the opposite sex between Sleman Yogyakarta male and female

teenagers. Communication anxiety toward the opposite sex that could disturb

individual and the opposite sex relationship, was under the influence of culture values

hooked on defference gender rules stereotypes males and females in society. The

hypothesis proposed there was defference communication anxiety level toward the

opposite sex between Sleman Yogyakarta male and female teenagers.

  Participant in this research were 100 persons. Consist of 50 males and 50

females, in 13 – 17 years old, were descent of the Javanese marriage, were born,

stayed in Sleman Yogyakarta and knew the Javanese language as the mother tongue.

  The test of hypothesis was using Independent Sample t-Test. The result of t-

Test was -4,534 with p = 0,000 (p < 0,05), that meant the hypothesis was accepted.

From the result of the analysis was found that empirical mean for male teenagers was

72,72 and empirical mean for female teenagers was 82,16. Empirical mean for male

teenangers was lower than empirical mean for female teenagers. This indicated that

Sleman Yogyakarta male teenagers was lower than Sleman Yogyakarta female

teenagers in level of communication anxiety toward the opposite sex. Based in

categorize as additional analysis in this research was found that dominance pesentage

for male teenagers in low category was 64 % and dominance presentage for female

teenagers in medium category was 66%. This indicated that generally Sleman

Yogyakarta male teenagers had low in level of communication anxiety toward the

opposite sex and Sleman Yogyakarta female teenagers had medium in level of

communication anxiety toward the opposite sex.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda

Maria yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Pada kesempatan ini penulis hendak berterima kasih kepada segenap pihak

yang telah memberikan dukungan, semangat, dorongan dan bantuannya dalam bentuk

waktu, pikiran, tenaga ataupun doa kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik. Maka sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

  

2. Ibu Sylvia CMYM, S. Psi., M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah

membantu dan membimbing penulis selama ini, baik di dalam maupun di luar kelas.

  

3. Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima

kasih atas waktu, tenaga dan sumbangan pikiran yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  

4. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik. Terima kasih telah menjadi dosen pembimbing yang baik pada dua

  

5. Bapak Y. Agung Santoso, S. Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa membantu penulis selama empat tahun terakhir.

  

6. Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. selaku Dosen Mata Kuliah Seminar yang telah

memberikan banyak pengetahuan kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini dengan lancar.

  

7. Pegawai Sekretariat Psikologi. Mas Gandung, Mbak Nanik dan Pak Gie yang

dengan sabar membantu dan melayani kebutuhan administrasi perkuliahan penulis.

  

8. Mas Muji dan Mas Doni selaku pengurus Laboratorium dan Ruang Baca

Psikologi yang dengan sabar membantu dan melayani penulis selama praktikum psikodiagnostik dan juga peminjaman koleksi buku serta literatur.

  

9. Kedua orangtua penulis yang telah membesarkan dan mendidik dengan sepenuh

hati serta membantu dalam segala hal, baik dalam bentuk dukungan , semangat ataupun doa. Suatu penghargaan bagiku memiliki kalian.

  

10. Adik-adikku yang bandel. Terima kasih atas semangat, doa, bantuan dan

kegembiraan yang kalian berikan di setiap hari-hariku.

  

11. Bude, pakde, bulik dan paklik-paklikku terima kasih atas dukungan dan

bantuannya selama ini.

  

12. Kakak-kakakku, Mbak Tantie, Mbak Rinie, Mbak Tutut. Terima kasih atas doa

dan nasehat-nasehat yang kalian berikan.

  

13. Sahabatku di rumah. Siwar, Dewok dan Imung, terima kasih atas dukungan,

  

14. Sahabat-sahabatku di SMA. Indrek, Nitul dan Nety. terima kasih atas bantuan,

doa dan dukungannya.

  

15. Sahabatku Dina yang mau menjadi teman ngobrolku dari bangku SMA hingga di

bangku kuliah.

  

16. Sahabat-sahabatku di kampus. Winda, Katy, Cicil, terima kasih atas hari-hari

yang begitu mengebirakan, doa dan dukungan yang kalian berikan padaku. Aku beruntung mengenal kalian.

  

17. Temen-temen KKN-ku, Nick, Rinda, Lenta, Anez, Domi dan Heri. Terima kasih

atas doa dan bantuannya, senang pernah mengenal kalian.

  

18. Bappeda Kabupaten Sleman, segenap Perangkat Kelurahan Sinduadi dan segenap

Perangkat Dusun terima kasih atas ijin serta bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

19. Teman-teman angkatan 2002, baik cewek ataupun cowok yang telah menjadi

sahabat yang baik bagiku. Terima kasih atas saran, doa dan dukungannya.

  

20. Segenap subjek penelitian yang telah rela meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam mengisi angket penelitian.

  

21. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, yang telah

membantu, baik secara moril maupun materiil. Terima kasih penulis sampaikan kepada Anda semua.

  Skripsi ini telah disusun oleh penulis dengan usaha yang maksimal. Namun

demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

  

menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, agar

skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat

bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi semua pihak yang

terkait.

  Yogyakarta, 20 April 2007 Penulis Sutri Astuti

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman Persetujuan ............................................................................................ i Halaman Pengesahan ............................................................................................ ii

Halaman Motto dan Persembahan ........................................................................ iii

Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................... iv

Abstrak ................................................................................................................. v

Abstract ................................................................................................................. vi

Kata Pengantar ...................................................................................................... vii

Daftar Isi ............................................................................................................... xi

Daftar Tabel .......................................................................................................... xv

Daftar Gambar ...................................................................................................... xvi

Daftar Lampiran ................................................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................

  8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................

  8 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

  8

  1. Manfaat Teoritis ........................................................................... 8

  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ............................................................................................. 10

  1. Definisi dan batasan Remaja ..................................................... 10

  2. Ciri-ciri Masa Remaja................................................................ 11

  3. Tugas Perkembangan Remaja ................................................... 14

  

B. Jenis Kelamin .................................................................................. 16

  1. Pengertian Jenis Kelamin .......................................................... 16

  2. Perbedaan Karakteristik Laki-laki dan Perempuan .................. 17

  C. Budaya Jawa Terkait dengan Stereotip Perbedaan Peran Gender Laki-laki dan Perempuan .......................................... 18

D. Kecemasan Komunikasi................................................................... 19

  1. Pengertian Komunikasi ............................................................. 19

  2. Pengertian Kecemasan ............................................................... 20

  3. Kecemasan Komunikasi ............................................................ 21

  4. Ciri-ciri Kecemasan Komunikasi .............................................. 22

  5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Komunikasi ................................................................................ 24

E. Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis............................... 25

  F. Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Sleman Yogyakarta ......................................................................... 27

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................ 35 B. Variabel Penelitian .......................................................................... 35

  1. Variabel Bebas ........................................................................... 35

  2. Variabel Tergantung .................................................................. 36

  C. Definisi Operasional ........................................................................ 36

  1. Jenis Kelamin ............................................................................ 36

  2. Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis......................... 36

  D. Subjek Penelitian ............................................................................. 38

  E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 39

  F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 40

  G. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ........................................ 42

  1. Validitas ..................................................................................... 42

  2. Seleksi Aitem ............................................................................. 43

  3. Reliabilitas ................................................................................. 45

  H. Metode Alnalisis Data ..................................................................... 46

  BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 47 B. Hasil Penelitian ................................................................................ 48

  1. Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 48

  a. Uji Normalitas .................................................................... 48

  b. Uji Homogenitas .................................................................. 49

  3. Uji Perbedaan ............................................................................ 49

  C. Analisis Tambahan .......................................................................... 51

  D. Pembahasan ..................................................................................... 53

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 60 B. Saran ................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ...........................

  41 Tabel 2. Blue Print Aitem Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................ 41 Tabel 3. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................ 42 Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis yang Lolos Seleksi ............................................. 44 Tabel 5. Distribusi Aitem Paska Uji Coba Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................ 45 Tabel 6. Deskripsi Data Skor Penelitian Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................ 48 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji t Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................ 50 Tabel 8. Norma Kategori Skor .............................................................................

  51 Tabel 9. Kategori Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ..............

  52 Tabel 9. 1. Kategori Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Remaja Putra ..................................................................... 53 Tabel 9. 2. Kategori Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Remaja Putri ..................................................................... 53

  

DAFTAR GAMBAR

Gbr 1. Skema Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja

  

Putri Sleman Yogyakarta ..........................................................................

  34

  

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN UJI COBA Uji Daya Beda Aitem dan Estimasi Reliabilitas ...................................................

  64 Slkala Uji Coba Penelitian ....................................................................................

  70 Tabulasi Data Hasil Uji Coba ...............................................................................

  75 LAMPIRAN PENELITIAN Uji Normalitas ......................................................................................................

  83 Uji Homogenitas ...................................................................................................

  86 Uji perbedaan / Uji t .............................................................................................

  87 Skala Penelitian ....................................................................................................

  88 Tabulasi Data Penelitian .......................................................................................

  92 LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIAN DAN SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu

  berkeinginan untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Proses interaksi antar manusia tersebut selalu didahului dengan kontak komunikasi. Komunikasi merupakan peristiwa sosial, yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain (Rakhmat, 2001).

  Komunikasi merupakan hal yang biasa dilakukan oleh manusia. Komunikasi dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti komunikasi antara guru dan murid, orangtua dan anak serta komunikasi yang dilakukan remaja putra dan remaja putri pada masa pacaran, yaitu masa untuk lebih mengenal lawan jenis.

  Komunikasi menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2003), dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan baik dalam bentuk verbal ataupun nonverbal yang dikirimkan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi juga merupakan hal yang akrab dalam kehidupan manusia, seperti komunikasi yang dilakukan oleh remaja putra dan remaja putri dalam pergaulan untuk lebih mengenal teman- temannya, termasuk teman lawan jenisnya. Berdasarkan hal tersebut maka setiap manusia, khususnya remaja diharapkan dapat melakukan komunikasi dengan

  

demikian, masih saja ada orang yang mengalami kegagalan dalam komunikasi

dengan sesama dan tidak semua remaja dapat berkomunikasi secara baik dengan

lawan jenisnya.

  Menurut Rakhmat (2001) kecemasan adalah salah satu faktor yang dapat

menyebabkan kegagalan komunikasi dengan orang lain. Kecemasan dalam

komunikasi menurut De Vito (1995) dinyatakan sebagai perasaan malu, perasaan

takut dan keengganan untuk berkomunikasi atau terlibat dalam interaksi

komunikasi. Orang yang pencemas dalam komunikasi cenderung menarik diri

dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk tidak terlibat komunikasi dan

berbicara apabila terdesak saja (Rakhmat, 2001).

  Kecemasan dalam berkomunikasi sering terjadi pada remaja dalam

hubungannya dengan lawan jenis. Kanuyoso (1986) menyatakan bahwa tidak

sedikit muda-mudi atau remaja yang kesulitan berhadapan dengan lawan

jenisnya. Hal ini biasanya disebabkan oleh perasaan malu dan minder ketika

berhadapan dengan lawan jenis yang mengakibatkan kesulitan untuk

berkomunikasi, sehingga mereka hanya diam saja ketika harus berhadapan

dengan lawan jenisnya.

  Masa remaja adalah masa yang penting dimana seorang individu

mengalami berbagai perubahan baik secara biologis, psikologis ataupun sosial.

  

Hurlock (1991) menyatakan bahwa awal masa ini berlangsung antara umur 13

tahun sampai dengan kira-kira 17 tahun dan berakhir antara umur 18 hingga kira-

  

perkembangan yang berhubungan dengan lawan jenis. Mereka harus

menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum

pernah ada. Mereka yang sebelumnya lebih berminat untuk bermain dengan

sesama jenis, pada masa remaja ini minat tersebut mulai beralih kepada

ketertarikan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Keadaan atau perasaan

tersebut adalah hal yang baru yang memerlukan penyesuaian, sehingga terkadang

dapat menimbulkan ketegangan emosi atau kecemasan.

  Kecemasan komunikasi yang dialami remaja dalam hubungannya dengan

lawan jenis dapat mengganggu terpenuhinya tugas perkembangan remaja, yaitu

menjalin hubungan yang baru dengan lawan jenisnya. Kegagalan penguasaan

tugas perkembangan akan menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan

bagi seorang individu. Salah satunya adalah pertimbangan sosial yang tidak

menyenangkan dan tidak dapat dihindari sebagai seorang individu yang dianggap

belum matang. Hal ini akan mengakibatkan penilaian diri yang kurang

menyenangkan dan dapat mengakibatkan konsep diri yang negatif (Hurlock,

1991).

  Kecemasan komunikasi tersebut menurut Burgoon dan Ruffner (1978)

memiliki beberapa ciri, meliputi unwillingness yaitu keengganan individu untuk

terlibat komunikasi akibat adanya rasa cemas. Remaja cenderung merasa enggan

untuk terlibat komunikasi dengan lawan jenisnya karena telah dikuasai oleh

perasaan cemas yang ada dalam dirinya. Avoiding yang merupakan komponen

  

adanya rasa cemas. Remaja memiliki minat untuk berkomunikasi, tetapi mereka

dikuasai oleh perasaan cemas, sehingga cenderung menghindari situasi

komunikasi dengan lawan jenis. Komponen yang terakhir adalah uncontrol, yaitu

kurangnya kontrol terhadap situasi komunikasi yang diakibatkan adanya rasa

cemas. Remaja kurang dapat mengontrol situasi komunikasi dengan lawan jenis

akibat adanya rasa cemas.

  Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis tidak timbul begitu saja

Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis secara tidak langsung dapat

dipengaruhi oleh stereotip masyarakat tempat individu hidup dan dibesarkan.

Anthony (dalam Hurlock, 1991), menegaskan bahwa stereotip berfungsi sebagai

cerminan yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra

diri remaja sendiri yang lambat laun akan dianggap sebagai gambaran yang asli

atau konsep diri dari remaja sendiri dan remaja membentuk perilakunya melalui

gambaran ini. Menurut Maxwell Maltz (dalam Rakhmat, 2001), konsep diri yang

positif dapat meningkatkan rasa percaya diri. Rakhmat (2001) juga

mengemukakan bahwa percaya diri adalah faktor yang paling menentukan adanya

kecemasan komunikasi. Orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari

situasi komuniksi, lebih banyak diam dan dalam diskusi cendrung berbicara

terpatah-patah.

  Masyarakat sebagai lingkungan sosial telah memberikan stereotip atau

penilaian yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan semenjak lahir. Laki-

  

untuk bersifat feminin (Uyun, 2002). Penelitian mengenai stereotip atau penilaian

perbedaan peran gender (gender rules) laki-laki dan perempuan telah banyak

dilakukan dan dapat disimpulkan bahwa stereotip atau penilaian perbedaan peran

gender tersebut ada pada semua budaya, termasuk budaya Jawa (Uyun, 2002).

  Budaya Jawa hidup dan berkembang pada masyarakat Jawa atau suku

bangsa Jawa. Magnis-Suseno (2001) menyatakan bahwa masyarakat atau suku

bangsa Jawa adalah mereka yang tinggal di bagian tengah dan timur pulau Jawa

dan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Budaya Jawa sendiri

dipelajari melalui pendidikan dalam keluarga sejak seorang individu masih kecil

dan ditekankan oleh masyarakat kepada individu sebagai anggota dari

masyarakat. Pendidikan dalam keluarga dimaksudkan untuk menghasilkan

individu yang sosial dan patuh terhadap otoritas norma dan penilaian

masyarakatnya (Mulder, 1986).

  Penelitian mengenai budaya Jawa terkadang dikaitkan dengan kota

Yogyakarta dan ada beberapa peneliti yang memilih kota tersebut sebagai lokasi

penelitian. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Mulder (1986) dan

penelitian yang dilakukan oleh Nurmawati (2004) yang menggunakan kota

Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Namun dalam penelitian ini peneliti ingin

menggunakan Sleman sebagai lokasi penelitian mengingat Sleman merupakan

salah satu daerah yang masih menjunjung budaya Jawa. Sebagian besar

masyarakat Sleman juga mengakui pentingnya nilai-nilai dan norma budaya Jawa

  

sebagai pedoman dan tuntunan berperilaku dalam masyarakat (Ariani, dkk.,

2002).

  Masyarakat Kabupaten Sleman yang masih menjunjung budaya Jawa

memberikan stereotip atau penilaian bagi laki-laki pada umumnya sebagai

seorang yang superior, yaitu aktif, pemberani, mau berusaha, agresif dan realistik.

Stereotip atau penilaian superioritas tersebut membuat mereka juga mendapatkan

aturan dalam pergaulan dari masyarakat, namun tidak begitu ketat seperti halnya

kaum perempuan (Uyun, 2002). Stereotip atau penilaian superioritas dan

larangan yang tidak begitu ketat dalam hal pergaulan tersebut justru menjadi suatu

hal yang akan mendukung bagi tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa

percaya diri remaja putra ketika harus berkomunikasi dengan orang lain, yang

membuat mereka menjadi seorang yang aktif, pemberani, mau berusaha dan

agresif dalam situasi komunikasi dengan orang lain, termasuk dengan lawan

jenisnya.

  Berbeda dengan kaum perempuan yang pada umumnya dipandang sebagai

seorang yang inferior, yaitu penakut, pencemas, tergantung dan pemalu. Stereotip

inferioritas tersebut membuat mereka mendapatkan aturan dalam pergaulan yang

lebih ketat dari masyarakat. Mereka selalu mengingatkan bahwa seorang remaja

putri harus menjaga kehormatan dan tidak boleh keluar malam sendirian (Uyun,

2002). Aturan dalam pergaulan yang lebih ketat dan stereotip atau penilaian

inferioritas masyarakat tersebut menjadi suatu hal yang kurang mendukung bagi

  

harus berkomunikasi dengan orang lain, yang membuat mereka menjadi seorang

yang penakut, pencemas, tergantung dan pemalu dalam situasi komunikasi

dengan orang lain, termasuk dengan lawan jenisnya.

  Peran kaum perempuan dalam budaya Jawa memang cenderung ditekan

dengan stereotip atau penilaian inferioritas dan ruang gerak dalam kehidupan

serta pergaulannya cenderung dibatasi. Namun, seiring dengan perkembangan

zaman kearah modernisasi, tampak peran kaum perempuan cukup besar dalam

berbagai aspek kehidupan. Ruang gerak kaum perempuan sudah semakin luas dan

mereka juga mulai mendapat kesempatan untuk bekerja di luar rumah serta

memperoleh pendidikan seperti halnya kaum laki-laki. Uyun (2002),

mengemukakan bahwa ada perempuan yang bekerja di pabrik, di kantor, di toko

ataupun bekerja sebagai tenaga kerja di negara lain. Bahkan, menurut Nurmawati

(2004), dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis kelamin, kaum perempuan

mulai diberi kesempatan menduduki posisi-posisi penting yang biasanya

diberikan kepada kaum laki-laki.

  Peran kaum perempuan dalam kehidupan yang semakin besar tersebut,

tentu saja menunjukkan bahwa kemampuan kaum perempuan sebenarnya belum

tentu kalah bila dibandingkan dengan kemampuan kaum laki-laki, salah satunya

adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, termasuk

berkomunikasi dengan lawan jenis dalam aktivitas kehidupannya.

  Berdasarkan telaah di atas maka peneliti disini ingin melihat apakah ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman

  Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

  a. Apabila penelitian ini terbukti ada perbedaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan menambah informasi di bidang psikologi, khususnya bagi psikologi komunikasi dan psikologi perkembangan mengenai perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian yang akan datang.

2. Manfaat praktis

  a. Bagi remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai wacana reflektif dan dasar pengembangan keterampilan sosial dalam diri remaja, terutama keterampilan komunikasi remaja dalam pergaulan dengan lawan jenis, sehingga remaja dapat lebih mempersiapkan diri untuk mengantisipasi terjadinya kecemasan komunikasi dalam pergaulan mereka dengan teman lawan jenis.

  b. Bagi masyarakat dan keluarga Apabila penelitian ini terbukti ada perbedaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi keluarga dan masyarakat untuk lebih mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai yang mendukung keterampilan sosial remaja putra dan remaja putri, terutama keterampilan komunikasi dalam pergaulan dengan lawan jenis bagi kelompok remaja yang memiliki tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang lebih tinggi dan tetap menanamkan nilai-nilai yang mendukung keterampilan komunikasi dalam pergaulan dengan lawan jenis

  

terhadap lawan jenis yang lebih rendah, sehingga perbedaan kecemasan

komunikasi yang terjadi pada remaja putra dan remaja putri dalam

pergaulan dengan lawan jenisnya dapat diantisipasi secara tepat dan

efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

1. Definisi dan Batasan Remaja

  Istilah remaja sering dikenal dengan istilah adolescence yang berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

  Istilah adolescence memiliki artian yang luas, meliputi kematangan mental, emosional, sosial dan fisik yang berawal pada usia 13 tahun hingga kurang lebih 17 tahun dan berakhir antara usia 18 tahun hingga kurang lebih 21 tahun (Hurlock, 1991).

  Piaget (dalam Hurlock, 1991) menyatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah masa dimana seorang individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana mereka sudah tidak merasakan adanya perbedaan tingkat usia, baik merasa lebih tua ataupun merasa lebih muda.

  Neidhart (dalam Gunarsa, 1981) berpendapat bahwa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana ia sudah harus berdiri sendiri. Erikson (dalam Gunarsa, 1981) juga menyatakan definisi mengenai remaja yang dihubungkan dengan perkembangan psikis yang berlangsung pada masa tersebut. Ia mengemukakan bahwa remaja merupakan suatu masa dimana terbentuk dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain, serta tetap ada walaupun telah mengalami berbagai perubahan.

  Pandangan dari segi seksualitas juga dikemukakan oleh Anna Freud (dalam Gunarsa, 1981), menurutnya remaja merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi ego, hubungan dengan orangtua dan orang lain serta cita-cita yang dimiliki.

  Spranger (dalam Gunarsa, 1981) juga berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa dimana seorang individu sangat membutuhkan pengertian dan hanya dengan pengertian yang mendalam para remaja dapat dibantu.

  Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, maka dapat dikatakan bahwa remaja adalah individu yang berada pada masa peralihan dan perubahan berbagai aspek diri, baik fisik, seksual, emosional ataupun psikis kearah tingkatan yang lebih matang.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

  Masa remaja adalah masa yang paling menonjol dalam kehidupan setiap individu. Pada masa ini setiap individu akan mengalami suatau situasi yang khas yang mungkin tidak dialami pada masa kanak-kanak ataupun masa dewasa. Ciri-ciri yang merupakan kekhasan masa remaja lebih baik diketahui

  

agar dapat diarahkan dengan baik. Zulkifli (1995) mengemukakan beberapa

ciri masa remaja, yaitu: a. Perubahan fisik Fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan perubahan yang terjadi pada masa kanak-kanak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi perubahan yang cepat itu maka remaja memerlukan makan dan tidur yang lebih banyak.

  b. Perkembangan seksual Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah. Tanda-tanda kematangan seksual mulai muncul baik pada remaja putra ataupun remaja putri. Pada remaja putra alat reproduksi sperma mulai diprodukasi, leher menonjol karena tumbuhnya buah jakun yang membuat suara menjadi pecah dan tumbuh bulu-bulu (rambut) di sekitar alat kemaluannya. Sedangkan pada remaja putri, karena produksi hormon dalam tubuhnya mulai timbul jerawat, buah dada mulai tumbuh, pinggul melebar dan mengalami menstruasi.

  c. Cara berpikir kausalitas Remaja akan berpikir kritis sehingga mereka akan melawan bila guru dan orangtua tidak memahami cara berpikir remaja dan akibatnya akan muncul masalah kenakalan remaja. d. Emosi yang meluap-luap Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pikiran yang realistis.

  e. Mulai tertarik pada lawan jenis Secara biologis manusia dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orangtua kurang mengerti dan melarang, maka akan menimbulkan masalah dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orangtuanya.

  f. Menarik perhatian lingkungan Remaja mulai menarik perhatian dari lingkungannya, mereka berusaha mendapatkan status dan peran. Bila tidak diberi peranan, ia akan menarik perhatian masyarakat dengan malakukan perkelahian atau kenakalan lainnya.

  g. Terikat dengan kelompok Remaja dalam kehidupan sosial sangat terikat dengan kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang orangtua atau keluarga dinomorduakan dan kelompok dinomorsatukan. Orangtua biasanya akan marah dan karena remaja di rumah kurang dimengerti oleh orangtuanya, maka mereka bergabung dengan kelompok sebaya yang mau mengerti dirinya.

  Hurlock (1991) mengemukakan beberapa ciri masa remaja meliputi perubahan fisik, keraguan akan peran dan status, nilai kausalitas, penyesuaian terhadap standar kelompok, terlibat dalam perbuatan seks dan meningginya emosi. Gunarsa (1981), juga mengemukakan beberapa ciri remaja meliputi kegelisahan akan keinginan yang tak tersalurkan, kebingungan akan status, keinginan akan hal yang berhubungan dengan fungsi ketubuhan (seks, obat- obatan dan merokok) dan terlibat aktivitas kelompok.

  Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan fisik, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, mulai tertarik pada lawan jenis atau minat akan seks, menarik perhatian lingkungan, keraguan akan peran dan status, serta terikat dengan kelompok merupakan ciri-ciri yang menjadi kekhasan masa remaja.