PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERDASARKAN AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL VERSUS AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING)

  

PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERDASARKAN

AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL VERSUS AKUNTANSI

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

(ACTIVITY BASED COSTING)

  

Studi Kasus dan Kemungkinan Penerapannya

Pada PT. Macanan Jaya Cemerlang

Klaten

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi

  

Oleh:

LAMDOS PURBA

NIM: 021334046

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  ™ Kegagalan jangan dijadikan sebagai penghambat untuk

  meraih keberhasilan, kegagalan adalah saat kita istirahat untuk menengok sesaat perjalan yang telah kita lalui.

  ™ Keberhasilan tidak jatuh dari langit, tetapi keberhasilan

  datang dari doa, kemauan, dan semangat untuk maju mencapai apa yang kita cita-citakan.

  Karya sederhana ini kupersembahkan untuk Kemuliaan Allah,

sekaligus merupakan hadiah yang dapat kuberikan untuk (Alm) Bapak, Mamak

kokoh dan adik-adik tersayang, serta almamaterku, juga orang-orang yang yang kusayangi.

  ABSTRAK Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Dalam Perhitungan Harga Pokok Produk

Berdasarkan Akuntansi Biaya Tradisional Versus

Akuntansi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing)

  Studi Kasus: PT. Macanan Jaya Cemerlang, Klaten Lamdos Purba

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2007 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembebanan biaya overhead pabrik terhadap produk menurut perusahaan dan menurut activity based costing, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara pembebanan biaya

  overhead pabrik rata-rata per unit produk yang dihitung menurut perusahaan dengan

  biaya overhead pabrik rata-rata per unit produk yang dihitung dengan activity based costing system.

  Penelitian studi kasus ini dilakukan terhadap 15 jenis produk buku di perusahaan penerbit dan percetakan PT. Macanan Jaya Cemerlang, Klaten pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2007. Data dikumpulkan dengan metode: (1) dokumentasi, (2) wawancara, dan (3) observasi.

  Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah: (1) mendeskripsikan pembebanan BOP terhadap produk yang dilakukan perusahaan, (2) mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan, menentukan cost

  

pool dan cost driver dari setiap cost pool, menentukan cost pool rate, dan

  menentukan biaya overhead pabrik per unit untuk setiap produk, (3) Untuk menguji perbedaan antara pembebanan BOP menurut perusahaan dan menurut ABC digunakan uji-t (t-test).

  Hasil analisis dan pembahasan adalah: 1) perusahaan dalam membebankan biaya overhead menggunakan sistem tradisional dengan tarif tunggal dan dasar pembebanannya adalah satuan produksi (per unit); 2) pembebanan BOP ke produk dengan menggunakan ABC system dapat diterapkan di PT. Macanan Jaya Cemerlang dengan prosedur: (a) mengklasifikasikan berbagai aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan biaya overhead pabrik ke dalam cost driver, (b) menentukan tarif kelompok biaya (cost pool rate), (c) membebankan biaya overhead pabrik ke produk berdasarkan tarif kelompok biaya yang sudah ditentukan; 3) terdapat perbedaan yang signifikan antara pembebanan biaya overhead dengan menggunakan sistem tradisional dan dengan ABC System. BOP yang dibebankan kepada produk dengan menggunakan ABC System lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan sistem tradisional. Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan perlu mempertimbangkan penggunaan ABC System.

  

ABSTRACT

Assignment of Factory’s Overhead Cost in Calculating Cost of Goods

Manufactured Based on Conventional Costing Vs Activity Based Costing

  

A Case Study: PT. Macanan Jaya Cemerlang, Klaten

Lamdos Purba

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2007

  The aims of the research were to know the assignment of factory’s overhead cost in product according to the factory and according to activity based costing, and to know whether there is significant difference between the assignment of factory’s overhead cost per unit product average calculated by the firm and factory’s overhead cost per unit product average calculated by activity based costing system.

  This research was carried out on 15 books product at PT. Macanan Jaya Cemerlang, Klaten Press on April until July 2007. The data was obtained by documentation, interview, and observation method.

  The technique of data analysis was done by steps: 1) descibe assignment of overhead costs in a factory to product which done by the firm, 2) identify the activities of the firm, determine cost pool and cost drivers from every cost pool, determine cost pool rate and the overhead cost of the firm per unit product, 3) test the difference between assignment of overhead cost factory based on the firm and activity based costing used t-test.

  The analysis result was: 1)in assigment of the overhead cost, the firm applied the traditional system which single rate and the assignment was based on product unit, 2) the assignment of overhead cost factory on the ABC system can be implemented in the PT. Macanan Jaya Cemerlang by procedure: (a) to classify various activities which related to overhead cost factory in the cost driver, (b) determine cost pool rate, (c) assignment overhead cost factory to product based on cost pool rate which has determined. 3) there was significant differences between the assignment of overhead cost which use traditional system and ABC system. Overhead cost factory that assiggned to product use ABC system was higher that used traditional. Based on analysis result can concluded that the company need to consider the using ABC system.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku atas segala anugerah, berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah dalam penyelesaian studi dan penulisan skripsi yang berjudul “Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Dalam Perhitungan Harga Pokok Produk Berdasarkan Akuntansi Biaya Tradisional Versus Akuntansi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing)”, juga ucapan terima kasih kepada semua pihak atas nasihat, dukungan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dengan segala keterbatasan dalam pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dimana penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tulus penulis kepada :

  1. Drs. T. Sarkim. M.Ed., Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

  3. Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi.

  4. Drs. FX. Muhadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu dengan senang hati dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan, koreksi dan saran selama penulisan sampai skripsi ini terselesaikan.

  5. S. Widanarto Prijowuntato selaku dosen penguji, terimakasih atas saran dan kritikan atas sekripsi ini.

  6. Natalina Premastuti Brataningrum, S. Pd. selaku dosen penguji, terimakasih atas saran dan kritikan atas sekripsi ini.

  7. Seluruh Dosen Fakultas Pendidikan khususnya Jurusan Akuntansi yang telah memberikan dan mengajarkan ilmu selama masa perkuliahan.

  8. Bapak Edi Kristanto, yang telah memberikan ijin dan kemudahan untuk melakukan penelitian.

  9. Seluruh staf dan karyawan PT. Macanan Jaya Cemerlang yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

  10. Mamak tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, dorongan, nasihat, perhatian dan setiap pengorbanan materi selama masa kuliah hingga penulisan skripsi ini akhirnya selesai.

  11. Adik-adikku tercinta yang telah memberikan nasihat, semangat, doa dan kasih sayang selama kuliah hingga penulisan skripsi ini selesai.

  12. Kokoh Alex yang telah memberikan cinta, doa, bantuan, semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

  13. Mbak Janti yang telah membantu dalam mendapatkan tempat penelitian.

  14. Teman-temanku PAK B’02 terimakasih atas kerja samanya selama ini. Aku sayang kalian semua.

  15. Seluruh Staf Tata Usaha Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, terima kasih pula buat dukungan dan bantuannya.

  16. Seluruh Staf Perpustakaan Sanata Dharma, yang telah banyak membantu dalam meminjamkan buku-buku sebagai referensi pembuatan skripsi sehingga akhirnya skripsi dapat terselesaikan serta terimakasih juga atas dukungannya dan kerja sama kepada penulis.

  17. Anak kost Bambang Tutuko No.9 dan Lambok terimakasih atas semangat dan dukungannya.

  18. Paingan Community terimakasih atas canda dan tawanya selama ini. Kalian tak terlupakan.

  19. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis bersedia menerima segala bentuk saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi dapat memberikan manfaat dan referensi bagi pembacanya.

  Yogyakarta, 20 September 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR................................................................................. viii DAFTAR ISI................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN..................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah....................................................

  1 B. Batasan Masalah ...............................................................

  5 C. Perumusan Masalah ..........................................................

  5 D. Tujuan Penelitian ..............................................................

  6 E. Manfaat Penelitian ............................................................

  6 BAB II LANDASAN TEORI.............................................................

  8

  B. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional..............

  14 C. Activity Based Costing System .......................................... 16

  1. Aktivitas...................................................................... 25

  2. Cost Pool...................................................................... 32

  3. Cost Driver................................................................... 33

  4. Cost Pool Rate ............................................................. 36

  D. Manfaat dan Keterbatasan ABC System ............................ 36

  E. Perbandingan Antara Akuntansi Biaya Tradisional Dengan ABC .....................................................................

  39 F. Hipotesis Penelitian ..........................................................

  42 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................

  43 A. Jenis Penelitian..................................................................

  43 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................

  43 C. Subjek dan Objek Penelitian .............................................

  43 D. Data Yang Dicari ..............................................................

  44 E. Teknik Pengumpulan Data................................................

  44 F. Teknik Analisis Data.........................................................

  45 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..............................

  52 A. Sejarah Perusahaan............................................................

  52 B. Lokasi Perusahaan.............................................................

  53 C. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................

  54

  E. Personalia .......................................................................... 60

  F. Produksi ............................................................................ 69 G. Penanganan Bahan ............................................................

  75 H. Pengendalian Proses dan Mutu .........................................

  75 I. Pemasaran ......................................................................... 77 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..........................

  80 A. Deskripsi Data...................................................................

  80 B. Analisis Data .....................................................................

  84 C. Pembahasan....................................................................... 127

  BAB VI PENUTUP.............................................................................. 132 A. Kesimpulan ....................................................................... 132 B. Keterbatasan Penelitian..................................................... 133 C. Saran.................................................................................. 134 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 135 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel II.1 Membandingkan Karakteristik Sistem Biaya Tradisional Dengan Kontemporer ...........................................................................

  42 Tabel V.1 Sampel Produk yang Dihasilkan ..............................................

  80 Tabel V.2 BOP yang Dianggarkan............................................................

  81 Tabel V.3 Jumlah Cost Driver yang Digunakan Oleh Setiap Produk.......

  83 Tabel V.4 Perhitungan BOP per Unit Menurut Sistem Tradisional..........

  86 Tabel V.5 Cost Pool dan Cost Driver .......................................................

  90 Tabel V.6 Total Pemakaian Bahan Penolong ...........................................

  91 Tabel V.7 Jumlah Pemakaian Bahan Penolong Untuk Setiap Produk......

  92 Tabel V.8 Konsumsi Jam Mesin Untuk Setiap Produk ............................

  93 Tabel V.9 Frekuensi Penyimpanan Setiap Produk....................................

  94 Tabel V.10 Konsumsi Jam Kerja Setiap Produk.........................................

  95 Tabel V.11 Jam Pemeliharaan Setiap Produk .............................................

  96 Tabel V.12 Konsumsi Jam Inspeksi Setiap Produk ....................................

  97 Tabel V.13 Frekuensi Pemindahan Setiap Produk......................................

  98 Tabel V.14 Konsumsi Jam Tenaga Kerja Langsung Setiap Produk ...........

  99 Tabel V.15 Frekuensi Pesanan Setiap Produk ............................................ 100 Tabel V.16 Cost Pool Rate Setiap Aktivitas ............................................... 101 Tabel V.17 Perhitungan BOP per Unit Buku 1........................................... 104

  Tabel V.19 Perhitungan BOP per Unit Buku 3........................................... 106 Tabel V.20 Perhitungan BOP per Unit Buku 4........................................... 107 Tabel V.21 Perhitungan BOP per Unit Buku 5........................................... 108 Tabel V.22 Perhitungan BOP per Unit Buku 6........................................... 109 Tabel V.23 Perhitungan BOP per Unit Buku 7........................................... 110 Tabel V.24 Perhitungan BOP per Unit Buku 8........................................... 111 Tabel V.25 Perhitungan BOP per Unit Buku 9........................................... 112 Tabel V.26 Perhitungan BOP per Unit Buku 10......................................... 113 Tabel V.27 Perhitungan BOP per Unit Buku 11......................................... 114 Tabel V.28 Perhitungan BOP per Unit Buku 12......................................... 115 Tabel V.29 Perhitungan BOP per Unit Buku 13......................................... 116 Tabel V.30 Perhitungan BOP per Unit Buku 14......................................... 117 Tabel V.31 Perhitungan BOP per Unit Buku 15......................................... 118 Tabel V.32 Persentase Perbedaan Antara BOP per Unit Berdasarkan Sistem

  Tradisional dan ABC System................................................... 120 Tabel V.33 Uji-t Untuk Menganalisa Perbedaan BOP per Unit Sistem

  Tradisional Dengan ABC System ............................................ 121

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar II.1 Alokasi biaya kepada aktivitas dan produk...........................

  19 Gambar IV.2 Struktur Organisasi PT. Macanan Jaya Cemerlang...............

  55 Gambar IV.3 Proses Produksi PT. Macanan Jaya Cemerlang ....................

  73

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha mengalami banyak perubahan. Perusahaan-

  perusahaan di bidang manufaktur maupun jasa banyak yang mengeksploitasi teknologi proses yang baru, sistem penanganan material dan persediaan yang baru, kemampuan yang berdasarkan komputer dalam desain, perekayasaan dan produksi, serta pendekatan yang baru dalam manajemen tenaga kerja. Perkembangan teknologi telah mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak hanya bersaing pada tingkat lokal, regional, ataupun nasional melainkan dapat bersaing sampai tingkat dunia. Untuk dapat bertahan dalam persaingan itu tentunya perusahaan harus dapat membuat produknya bermutu dengan harga yang lebih murah. Harga yang murah hanya dapat dihasilkan dengan menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai bagi barang yang dihasilkan.

  Lingkungan organisasi dan teknik manufaktur telah mengalami perubahan namun sistem akuntansi biaya belum mengalami perubahan. Sebagian besar perusahaan masih menggunakan sistem tradisional yang telah dikembangkan puluhan tahun yang lalu pada keadaan yang sangat berbeda dengan keadaan yang sekarang.

  Dalam perusahaan manufaktur, penentuan harga pokok produk merupakan suatu masalah yang sangat penting. Penentuan harga pokok tersebut bermanfaat bagi pihak luar, maupun dalam rangka kebijakan pengendalian intern perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

  Untuk menentukan harga pokok produk terdapat tiga komponen dasar yang harus kita perhitungkan yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Agar produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dihitung dengan harga pokok yang tepat maka pengelolaan dan pengendalian ketiga komponen biaya tersebut harus ditangani dengan seksama. Dari ketiga komponen biaya tersebut biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung relatif lebih mudah pembebanannya ke masing-masing produk, karena kedua komponen di atas lebih mudah ditelusuri dari awal proses produksi sampai produk jadi. Di lain pihak untuk komponen biaya overhead pabrik agak mengalami kesulitan dalam pembebanannya kepada produk. Hal ini disebabkan oleh sifat biaya overhead pabrik yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi (tetap dan variabel) barang atau produk. Keadaan tersebut akan lebih rumit lagi bila pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk dengan spesifikasi yang berbeda-beda.

  Perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk (product

  

diversification), memerlukan metode pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih

  tepat, yang mencerminkan konsumsi biaya terhadap produk. Biaya overhead pabrik yang besar, memerlukan teknologi pengelolaan biaya yang dirancang untuk membantu manajemen memantau konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk. Dalam kondisi demikian manajemen akan mampu menjadikan perusahaan cost effective, salah satu daya yang harus dimiliki oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia.

  Untuk penentuan harga pokok dalam metode harga pokok pesanan BOP harus dibebankan kepada setiap pesanan, begitu pula dengan harga pokok proses dibebankan kepada tarif yang digunakan yang kita kenal adalah tarif tunggal untuk seluruh pabrik dan tarif departemen produk. Dalam pembebanan BOP dasar pembebanan yang selama ini sudah dikenal dan telah diterapkan pada berbagai perusahaan biasanya adalah berdasarkan salah satu di antara berikut ini: jumlah jam kerja mesin, biaya bahan baku, jumlah satuan produk, jumlah jam kerja langsung, jumlah biaya tenaga kerja langsung atau yang lain. Sistem yang mendasarkan pada salah satu dari hal di atas, sekarang dikenal dengan akuntansi biaya konvensional atau akuntansi biaya tradisional.

  Konsep akuntansi manajemen terbaru telah diciptakan. Konsep tersebut adalah akuntansi berbasis pada aktivitas (activity accounting). Aktivitas menunjukkan pekerjaan yang berulang-ulang yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok tertentu di dalam perusahaan sebagai upaya pencapaian tujuan perusahaan. Aktivitas adalah pemicu biaya, sehingga menyebabkan biaya. Selanjutnya biaya produk ditelusur melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan sejak dari perancangan, perekayasaan, pemrosesan dan seterusnya hingga produk itu sampai di tangan konsumen. (Patrict L. Romano, 1989: 65-66).

  Suatu teknik yang digunakan untuk menyediakan informasi biaya produk aktivitas). Sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas diperlukan untuk menghadapi distorsi (penyimpangan) biaya produk yang disebabkan oleh sistem tradisional jika perusahaan menggunakan suatu basis tunggal yang berkaitan dengan volume produksi (misalnya jam tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja langsung).

  Activity-Based Costing System memfokuskan pada aktivitas yang timbul

  atau yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya aktivitas yang dimaksud adalah biaya aktivitas berlevel unit, batch, produk dan fasilitas. Dalam sistem ini biaya aktivitas dibebankan pada satu produk berdasarkan pada konsumsi produk oleh aktivitasnya sehingga dengan activity-based costing system penentuan HPP menjadi lebih baik dan lebih akurat. Bedasarkan uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengadakan studi tentang perkembangan PT. Macanan Jaya Cemerlang, dalam rangka kesiapannya dan kemungkinan penerapan Activity-Based

  

Costing dalam pembebanan biaya overhead. Maksud dari penelitian ini ingin

  mengetahui kesiapan perusahaan dalam rangka penerapan sistem activity-based

  

costing dan usaha yang dapat dilakukan serta manfaat yang diperoleh bila

  menerapkan sistem activity-based costing. Untuk itu dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM

  

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERDASARKAN AKUNTANSI

BIAYA TRADISIONAL VERSUS AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN

AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING)”. Studi Kasus dan

  B. Batasan Masalah

  1. ABC dapat diterapkan untuk seluruh aktivitas dalam daur hidup suatu produk, mulai dari tahap desain sampai dengan pengembangan, tahap produksi sampai dengan tahap distribusi. Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada penentuan biaya overhead pabrik pada proses produksi untuk semua produk yang menggunakan fasilitas produksi yang sama pada PT. Macanan Jaya Cemerlang.

  2. Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada pembebanan BOP saja.

  3. Dalam penelitian ini, penentuan biaya overhead pabrik dilakukan oleh data tahun 2005.

  C. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pembebanan BOP terhadap produk yang diterapkan PT.

  Macanan Jaya Cemerlang?

  2. Bagaimanakah pembebanan BOP terhadap produk di PT. Macanan Jaya Cemerlang jika menggunakan ABC?

  3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pembebanan BOP per unit produk yang ditetapkan PT. Macanan Jaya Cemerlang dengan pembebanan BOP per unit produk berdasarkan ABC!

  D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui sistem pembebanan BOP terhadap produk yang diterapkan PT. Macanan Jaya Cemerlang

  2. Untuk mengetahui pembebanan BOP terhadap unit produk jika diterapkan di PT. Macanan Jaya Cemerlang berdasarkan Sistem ABC.

  3. Untuk mengetahui perbedaan antara pembebanan BOP per unit produk yang diterapkan PT. Macanan Jaya Cemerlang dengan pembebanan BOP per unit berdasarkan Sistem ABC.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan apabila perusahaan ingin menerapkan metode penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas, karena sistem ini merupakan hal baru yang mampu menyediakan informasi biaya dengan baik, sehingga dengan demikian perusahaan dapat memperbaiki sistem penentuan harga pokok produk yang saat ini masih diterapkan.

  2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan dan dapat sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

  3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan teori-teori yang ada pada perkuliahan ke dalam praktik yang sesungguhnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Tradisional

  1. Definisi dan tujuan Akuntansi Biaya Definisi akuntansi biaya menurut Supriono (1990:12) adalah “Salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya “.

  Definisi akuntansi biaya menurut The National Association of Accounting (NAA) dalam Statement on Management Accounting no.2 yaitu (Polimeni, 1991:5) “ A

  technique or method for determining the cost of a project, process, or thing used by the majority of legal intelities a society, or specifically prescribed by an our oritative accounting group ”.

  Pada awal timbulnya, akuntansi biaya hanya ditujukan untuk menghitung persediaan dan penentuan harga pokok produk saja. Namun dalam perkembangan selanjutnya, akuntansi biaya tidak lagi semata-mata ditujukan untuk menyajikan informasi yang berkaitan dengan biaya produksi saja, tetapi juga menyediakan informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola perusahaan, menurut Supriyono informasi biaya bermanfaat untuk (1990:14): a. Perencanaan dan pengendalian biaya.

  b. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.

  2. Definisi dan tujuan Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen dapat didefinisikan dalam arti sempit dan luas. Definisi akuntansi manajemen dalam arti sempit menurut Supriono (1994:38) yaitu proses untuk menyediakan informasi bagi para manajer dalam melaksanakan fungsi- fungsi. Definisi akuntansi manajemen dalam arti luas yaitu definisi akuntansi manajemen yang dinyatakan oleh NAA dalam SMA no. 1a (Polimeni, 1991:6)

  “… as the prosess of:

Identification. The recoqnition an evaluation of business and other economy

event for appropriate accounting action.

  Measurement. The quantification, including estimates, of business transaction or other economy event that have accured or may accured.

Accumulation. The disciplined and consistent approach to recording and

classifying appropriate business transaction and other economy event. Analysis. The determination of the reason for, and relationship of, the reported activity with other economy event and circumstances.

Preparation and interpretation. The meaningful coordinating of accounting

and/or planning data statistics for information presented in a logical format, and if appropriate, inclding the conclusions drawn from those data.

  

Communication. The reporting of pertinent information to management and

other for internal and external uses.

  Tujuan akuntansi manajemen menurut NAA dalam SMA no. 1b yaitu: (Polimeni,1991:6)

  a. Menyediakan informasi yang diperlukan dalam perencanaan, pengevaluasian dan pengendalian operasi; pengamanan aktiva operasi; dan pengkomunikasian dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan. b. Berpartisipasi dalam penentuan strategi, taktik, pembuatan keputusan, pengoperasian, dan mengkoordinasi berbagai pengaruh yang memasuki organisasi.

  3. Penentuan Harga Pokok Produk dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Di dalam sistem akuntansi biaya tradisional, biaya-biaya dicatat, dikumpulkan dan dikendalikan menurut elemen-elemennya berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara ini biaya-biaya produksi juga ditentukan menurut jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh pusat setiap biaya. Selanjutnya dengan perbedaan karakteristik proses-proses produksi, dikembangkan cara pencatatan, pengklasifikasian dan pengkajian biaya yang berbeda. Pengembangan tersebut sesuai dengan proses produksi yang dilakukan. Menurut Mulyadi laporan harga pokok produk terdiri dari tiga komponen utama biaya produksi yaitu: (1993:11-12)

  a. Biaya Bahan Baku (BBB) Biaya bahan baku langsung (BBBL) adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk yang bersangkutan. Biaya bahan baku tidak langsung (BBBTL) atau bahan baku penolong merupakan bahan yang meskipun menjadi bagian dari produk yang jadi tetapi jumlahnya relatif kecil. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diperhitungkan secara langsung dalam pembuatan produk tersebut dan biaya tenaga kerja langsung dapat diidentifikasikan terhadap produk tertentu.

  c. Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan pabrik dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tidak langsung lainnya.

  Menurut Mulyadi biaya overhead pabrik juga dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan yaitu: (1993:207-209) a. Penggolongan Biaya overhead pabrik menurut sifatnya yaitu:

  1) Biaya reparasi dan pemeliharaan 2) Biaya bahan penolong 3) Biaya tenaga kerja tidak langsung 4) Biaya timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap 5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu 6) Biaya yang secara langsung yang memerlukan pengeluaran tunai

  b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi yaitu:

  1) Biaya overhead tetap, contohnya adalah biaya penyusutan aktiva tetap, biaya asuransi, gaji mandor.

  2) Biaya overhead variabel, contohnya adalah biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung.

  3) Biaya overhead semi variabel, contohnya adalah biaya listrik, biaya reparasi, biaya pemeliharaan.

  c. Penggolongan Biaya overhead pabrik menurut departemen yaitu: 1) Biaya overhead langsung departemen, yaitu biaya overhead yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen itu sendiri, contohnya adalah gaji mandor departemen produksi.

  2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen, yaitu biaya overhead yang manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu departemen, contohnya adalah biaya pemeliharaan dan biaya asuransi gedung pabrik.

  Sistem akuntansi biaya tradisional mengasumsikan volume keluaran atau unit produk merupakan satu-satunya pemicu timbulnya biaya (cost driver).

  Asumsi tersebut menyebabkan timbulnya implikasi sebagai berikut:

  a. BTKL dan BBBL dapat diidentifikasi secara langsung ke produk, karena perubahan ini sebanding dengan volume keluaran atau unit yang diproduksi. Biaya pokok dapat ditelusuri secara langsung ke unit produk. b. Dalam mengidentifikasikan BOP kepada produk dilakukan pemisahan biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

  Ada beberapa metode untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel yaitu: 1) Metode titik tertinggi dan titik terendah 2) Metode kuadrat terkecil 3) Metode diagram terpencar Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan perubahan volume aktivitas. Biaya overhead pabrik variabel dapat langsung dibebankan pada produk. Contoh: biaya bahan bakar, biaya penerimaan barang. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah walaupun aktivitasnya berubah. Biaya overhead tetap dialokasikan kepada produk, menggunakan basis-basis alokasi arrbitrer (sewenang-wenang). Contoh: biaya sewa periodik, biaya penyusutan aktiva tetap, biaya gaji manajer. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah dengan adanya perubahan kapasitas aktivitas. Contoh: biaya listrik, biaya pemeliharaan.

  Menurut Mulyadi ada beberapa macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk diantaranya adalah: (1993:213)

  a. Satuan produk

  b. Biaya bahan baku

  c. Biaya tenaga kerja langsung e. Jam mesin Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan biaya

  overhead pabrik adalah:

  1) Harus mempertahankan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.

  2) Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang dipakai. Terdapat dua metode pencatatan biaya yaitu metode harga pokok proses

  

(process costing) dan metode harga pokok pesanan (job order costing). Process

costing yaitu metode penentuan harga pokok produk yang cara pencatatan,

  pengklasifikasian dan penyajian biayanya didasarkan pada pesanan. Dalam praktiknya, masing-masing metode penentuan harga pokok tersebut tidak diterapkan secara murni. Untuk mempermudah perhitungan besarnya harga pokok produk, baik dalam full

  

costing maupun variable costing, maka diasumsikan bahwa volume keluaran atau

unit produk merupakan suatu pemicu biaya (cost driver).

B. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

  Akuntansi biaya tradisional tidak mampu menyediakan informasi yang menggambarkan seluruh kegiatan di pabrik. Akuntansi biaya tradisional dirancang proses pembuatan produk meliputi tahap desain, pengembangan produk dan tahap distribusi. Pada masa lalu, tahap produksi merupakan tahap yang signfikan, karena pada tahap ini diperlukan pengorbanan sumber daya yang material. Namun pada masa kini, tahap desain, pengembangan produk dan tahap distribusi merupakan tahap yang menentukan keunggulan jangka panjang perusahaan.

  Melihat keadaan pabrik pada masa kini, akuntansi biaya tradisional memiliki cacat rancangan berikut ini (Cooper, 1991:82-83): a. Hanya menggunakan jam kerja langsung (atau biaya tenaga kerja langsung).

  Sebagai dasar untuk pengalokasian BOP dari pusat biaya kepada produk dan jasa. Dalam pabrik yang banyak menggunakan mesin-mesin dan peralatan yang dikendalikan dengan komputer, dengan demikian tenaga kerja langsung menjadi berkurang.

  b. Akuntansi biaya tradisional membebankan BOP kepada produk atas dasar kualitas yang diproduksi. Metode pembebanan BOP kepada produk ini disebut unit based system. Dalam unit based system, BOP dianggap proporsional dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Pembebanan BOP atas dasar jam tenaga kerja langsung atau biaya tenaga kerja langsung akan menghasilkan informasi biaya produk yang mengandung quantity distortion.

  Quantity distortion ini terjadi karena dasar alokasi biaya tidak sesuai sumber daya yang dikonsumsi oleh produk.

  c. Akuntansi biaya tradisional membebankan BOP kepada produk melalui dua produksi maupun departemen pembantu. Selanjutnya BOP departemen pembantu dialokasikan kepada departemen produksi. Tahap kedua, BOP yang telah melalui tahap agregasi tahap pertama, dibebankan kepada produk atas dasar jam tenaga kerja langsung, jam mesin atau biaya tenaga kerja langsung BOP yang dibebankan secara agregasi ini menimbulkan price distortion.

  d. Akuntansi biaya tradisional dirancang dan dikembangkan ketika tahap produksi merupakan tahap yang dominan dalam perusahaan. Dengan semakin rumitnya fungsi pemasaran dalam perusahaan, akuntansi biaya tradisional tetap menitikberatkan pada akumulasi dan penyajian informasi biaya produksi saja.

C. Activity Based Costing System

  1. Latar Belakang Timbulnya Activity Based Costing System

  Activity based costing system (ABC System) timbul karena kebutuhan

  manajemen akan informasi akuntansi yang mampu merefleksikan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk. Menurut Mulyadi kebutuhan informasi biaya didorong berbagai sebab sebagai berikut ini: (1993)

  a. Persaingan global memaksa manajemen perusahaan mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective. Untuk menjadi produsen yang cost effective, manajemen harus dapat mengidentifikasikan non

  Dengan demikian, manajemen memerlukan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk baik bagi value added activities maupun non value

  added activities. Dengan informasi biaya menurut kegiatan ini,

  manajemen berada pada posisi yang dapat mengendalikan dan membantu pengorbanan berbagai sumber daya dalam setiap kegiatan untuk menghasilkan produk.

  b. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk (advanced

  

manufacturing technology) menyebabkan proporsi BOP dalam product

cost lebih tinggi dibandingkan dengan biaya bahan baku dan tenaga kerja

  langsung.

  c. Untuk memenangkan persaingan yang bersifat global dan tajam, perusahaan manufaktur harus menerapkan market driven strategy.

  Manajemen perusahaan harus senantiasa memperbaiki kegiatan-kegiatan dalam proses produksi. Untuk memantau dampak perbaikan tersebut, manajemen memerlukan informasi yang teliti mengenai penggunaan sumber daya dalam berbagai aktivitas produksi.

  d. Market driven strategy menuntut manajemen perusahaan manufaktur untuk inovatif. Dengan inovasi, product life cycle menjadi semakin pendek. Informasi product life cycle digunakan untuk memutuskan peluncuran produk baru, penghentian produksi produk tertentu dan e. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan informasi biaya yang sebelumnya tidak terbayangkan pada waktu penggunaan manual system maupun bookkeeping machine system.

  2. Pengertian Activity Based Costing System Menurut Charles T. Horngren Dan Gary L. Sundem (1993) mendefinisikan Activity based costing (ABC) sebagai berikut: “…is a system

  that first accumulates overhead cost for each of the activities of on

organization, and than assign the cost of activities to the product, servies, or

other cost object that causes that activity”.

  Menurut Robin Cooper (1991), activity based costing system memiliki pengertian sebagai berikut: “… those that trace cost to product

  according to the activities performance on their independent of volume…”

  James A. Brimson (1991), pengertian akuntansi aktivitas adalah sebagai berikut: “… is a process of accumulating and tracing cost and

  

performance data to a firm’s activities and providing feedback of actual result

against the planed cost to initiate corrective action where required”.

  Dari berbagai pengertian di atas, maka proposal ini lebih mengarah pada pengertian sistem ABC yang pertama, yaitu suatu sistem yang mula- mula mengakumulasi biaya overhead setiap aktivitas perusahaan, dan kemudian membebankan biaya aktivitas tersebut ke produk, jasa atau objek

3. Asumsi ABC System

  Ada dua anggapan penting yang mendasari ABC system yaitu:

  a. Kegiatan menyebabkan timbulnya biaya

  ABC System berangkat dari anggapan bahwa sumber daya pembantu atau

  sumber daya tidak langsung juga memiliki peranan dalam pelaksanaan kegiatan.

  b. Produk (dan pelanggan) menyebabkan timbulnya permintaan atas penawaran Untuk membuat produk diperlukan berbagai kegiatan, dan setiap kegiatan memerlukan sumber daya.

  Dua anggapan yang mendasari ABC System dapat lebih jelas dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

  Produk Sumber

  (Pelanggan) Aktivitas Daya Gambar II.1

  Alokasi biaya kepada aktivitas dan produk Karena perusahaan ingin memenuhi kebutuhan konsumen, maka perusahaan melakukan kegiatan guna menghasilkan produk atau jasa dan proses produksi membutuhkan sumber daya perusahaan. Penentuan biaya produksi harus sesuai dengan sumber daya yang diserap aktivitas yang dilaksanakan guna menghasilkan produk. Dengan pengolahan yang baik atas kegiatan produksi, manajemen mampu membawa perusahaan unggul dalam persaingan jangka panjang. Untuk mampu mengelola kegiatan perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan.

  4. Kondisi yang diperlukan dalam penerapan ABC System Menurut Supriyono ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum penerapan ABC System yaitu: (1994: 247-250) a. Biaya–biaya berdasar non unit harus merupakan presentase signifikan dari biaya overhead. Biaya non unit yaitu biaya yang tidak berhubungan secara langsung dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh biaya non unit adalah biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya penerangan pabrik, biaya depresiasi pabrik dan lain–lain. Jika jumlah biaya–biaya ini kecil, maka tidak ada masalah dalam pengalokasian pada tiap produk.

  b. Rasio–rasio konsumsi antara aktivitas–aktivitas berdasarkan unit dan aktivitas–aktivitas berdasarkan non unit harus berbeda. Aktivitas berdasarkan unit yaitu aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu produk unit dikerjakan, jumlah aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas berdasarkan unit yaitu penggunaan energi (listrik) untuk menghasilkan produk. Aktivitas non unit yaitu aktivitas yang pengerjaannya tidak didasarkan pada jumlah unit yang diproduksi.

  Contoh aktivitas non unit adalah aktivitas penelitian dan pengembangan, Selain dua hal di atas, kondisi yang dipersyaratkan oleh penentuan harga pokok berdasarkan sistem ABC agar pemanfaatanya menjadi optimal yaitu: (Cooper, 1991:372)

  a. Diversitas produk tinggi Diversitas produk tinggi mempunyai arti bahwa perusahaan memproduksi berbagai macam produk atau lini produk dengan menggunakan beberapa fasilitas manufaktur yang sama. Dengan demikian timbul masalah untuk mengalokasikan atau membebankan sumber daya yang dikonsumsi ke masing–masing produk.