PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE II - Elib Repository

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF
MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE II

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun
Arini Usrotus Sa’adah
A01401860

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017

i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama


: Arini Usrotus Sa’adah

NIM

: A01401860

Program Studi

: DIII KEPERAWATAN

Institusi

: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran oranglain yang saya aku sebagai tulisan atau
pikiran saya sendiri


Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanki atau perbuatan tersebut.

Kebumen, Agustus 2017

Pembuat Pernyataan

Arini Usrotus Sa’adah

ii

MBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Arini Usrotus Sa’adah , NIM: A01401860, dengan judul
“Penerapan Perawatan Luka Menggunakan Madu Efektif Mempercepat Penyembuhan
Luka Diabetes Mellitus Tipe II” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Hari/ Tanggal : 5 Agustus 2017
Tempat

: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong


Pembimbing

(Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep)

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Arini Usrotus Sa’adah, NIM: A01401860, dengan
judul “Penerapan Perawatan Luka Menggunakan Madu Efektif Mempercepat
Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Tipe II” telah dipertahankan di depan
dewan penguji pada tanggal 7 Agustus 2017

Dewan Penguji

iii

Penguji Ketua
Podo Yuwono, S. Kep., Ns., M.Kep, CWCS

(............................................)

Penguji Anggota

Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep

(............................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong

(Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep)

iv

MOTTO
Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.

”Believe in god is no longer merely a believe, but it has
become to be a science of the highest dimension”.
Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi

hebat dalam tindakan.

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang, Mencintailah bagaikan
tak pernah disakiti (Mark Twain).

Sahabat sejati bukan memberi pada saat orang meminta, ia
mempunyai mata pandang yang mampu menembus relung
kebisuan sahabatnya. Ia memberi tanpa kata-kata, tanpa
menepuk dada.

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan baik. Karya
sederhana ini saya persembahkan untuk :
1. Bapak H Mastur (Alm) dan Ibu Hj Siti Aminah yang telah menjadi motivasi
terbesar dalam hidup saya, yang senantiasa mendoakan saya, menyayangi saya
dan atas semua pengorbanan dan kesabaran dalam mengantarkan saya sampai

detik ini.
2. Kakak-kakak tersayang yang tidak bisa saya sebut satu-persatu yang selalu
memberikan do’a dan semangat untuk saya.
3. Miftah Pambudi yang menjadi salah satu penyemangat terbesar saya, yang
selalu memberikan do’a, semangat dan selalu menemani saya dalam proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Sahabat-sahabat seperjuangan yang tidak bisa saya sebut satu-persatu,
khususnya untuk kelas 3A DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Gombong tahun 2016/2017.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Penerapan Perawatan Luka Menggunakan Madu Efektif Mempercepat
Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Tipe II”. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis
mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluargaku atas cinta, dukungan dan do’a yang
selalu diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.
2. Herniyatun, S. Kp., M.Kep Sp., Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
3. Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong
4. Bambang Utoyo, S. Kep., Ns.,

M. Kep, selaku pembimbing yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Diyah Astutiningrum, M. Kep selaku pembimbing akademik.
6. Miftah Pambudi yang selalu memberikan semangat, dan selalu menemani
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh

karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.

Gombong, Agustus 2017
Arini Usrotus Sa’adah

vii

Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Juli 2017
Arini Urotus Sa’adah 1) Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep2)
ABSTRAK
PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU EFEKTIF
MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA DIABETES MELLITUS TIPE
II
Latar belakang: Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen 2015,
Prevalensi ulkus kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM) berkisar dari 2%-10%,
yang mengalami amputasi 7%-20%. Salah satu penanganan luka gangren

diabetes dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis menggunakan madu.
Secara klinis, aplikasi madu dapat mengurangi edema, membentuk eksudat,
meminimalkan pembentukan jaringan parut, dan mengurangi sensasi nyeri pada
luka bakar dan jenis luka lainnya.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui penerapan perawatan luka menggunakan
madu efektif mempercepat penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe II.
Metode: Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus.
Partisipannya adalah 2 orang klien ulkus kaki diabetic. Instrumennya adalah
Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan luka dan observasi luka.
Hasil: Klien yang menderita ulkus kaki diabetic mengalami kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
Intervensi: Tindakan yang dilakukan dalam mempercepat penyembuhan luka
diabetes melitus tipe II, adalah perawatan luka menggunakan madu.
Evaluasi: Diagnosa kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati
perifer dapat teratasi. Perawatan luka menggunakan madu terbukti efektif
mempercepat penyembuhan luka diabetes melitus tipe II.
Kata Kunci: diabetes mellitus tipe II, madu, perawatan luka
1. Mahasiswa
2. Dosen


viii

DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
July, 2017
Arini Urotus Sa’adah 1) Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep2)
ABSTRACT
THE APPLICATION OF WOUND CARE USING HONEY
EFFECTIVELY TO ACCELERATE THE WOUND HEALING OF
DIABETES MELLITUS TYPE II
Background: According to the data of Health Office of Kebumen, the prevalence
of foot ulcers of Diabetus Melitus (DM) patient is 2% to 10%, and the amputation
rate is 7%-20%. One of the ways how to handle diabetes gangrene wounds is by
non-pharmacological therapy with honey. Clinically, the application of honey can
reduce edema, form exudates, minimize scar tissue formation, and can also reduce
pain sensation in burnt wound and other wounds.
Objective: To find out the effectiveness of wound care application using honey in
accelerating the healing of DM type II wound.
Method: This study is an analytical descriptive with case study approach. The
participants are 2 clients suffering from dabetic foot ulcers. The instruments are

Procedural Operation Standard of wound care and wound observation.
Result: The clients suffering from diabetic foot ulcers have impaired tissue
integrity assosiated with peripheral neuropathy.
Intervention: To accelerate the healing of DM type II wound is treatment care
using honey.
Evaluation: The diagnosis of tissue integrity assosiated with peripheral
neurophaty was resolved. Wound care using honey is effective to accelerate the
healing of DM type II wound.
Keywords: Diabetus mellitus type II, honey, wound care
1. Student
2. Lecturer

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN ORISINALITAS ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO ........................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan ....................................................................................................... 6
Tujuan Umum ......................................................................................... 6
Tujuan Khusus ........................................................................................ 6
D. Manfaaat ................................................................................................... 6
Manfaat bagi Masyarakat ....................................................................... 6
Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan .................................................. 6
Manfaat bagi Praktek Pelayanan Keperawatan ...................................... 7
Manfaat bagi Penulis .............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8
A. Landasan Teori ............................................................................................ 8
1. Diabetes Mellitus ..................................................................................... 8
a. Pengertian ........................................................................................... 8
b. Etiologi ................................................................................................ 8
c. Patofisiologi ........................................................................................ 9
d. Klasifikasi ........................................................................................... 11
e. Tanda dan Gejala ................................................................................. 11

x

f. Manifestasi Klinik................................................................................ 12
g. Komplikasi .......................................................................................... 12
h. Luka Diabetik ...................................................................................... 16
i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ...................................................... 18
Madu ................................................................................................................ 24
a. Pengertian ........................................................................................... 24
b. Kandungan Madu................................................................................ 24
c. Pemanfaatan Madu.............................................................................. 24
d. Madu sebagai agen topikal luka ......................................................... 26
e. Madu sebagai agen anti infeksi ........................................................... 26
f. Madu sebagai agen anti bakteri ........................................................... 26
g. Madu sebagai agen anti inflamasi....................................................... 27
h. Madu memiliki kemampuan untuk debridement luka ........................ 27
i. Terapi Madu pada luka Gangren ......................................................... 28
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................................ 29
Desain Studi Kasus ................................................................................. 29
Subyek Studi Kasus ................................................................................ 29
Fokus Studi Kasus .................................................................................. 30
Definisi Operasional ............................................................................... 30
Instrumen Studi Kasus ............................................................................ 31
Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31
Lokasi dan Waktu Studi Kasus ............................................................... 32
Analisa Data dan Penyajian Data ........................................................... 32
Etika Penelitian Studi Kasus................................................................... 33
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .............................. 35
Hasil Studi Kasus.................................................................................... 35
Pembahasan ............................................................................................ 56
Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 67
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 68
Kesimpulan ............................................................................................. 68
Saran ....................................................................................................... 68

xi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin
(Soegondo, 2007). DM adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut
Internasional of Diabetic Ferderation (2016) tingkat prevalensi global penderita
DM pada tahun 2015 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan
mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 387 juta kasus. Indonesia
negara dengan penderita diabetes terbanyak keempat di dunia setelah India (31,7
juta), China (20,8 juta) dan Amerika Serikat (17,7 juta) (Medan Bisnis Daily,
2011). Angka kejadian DM menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan
dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari
keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Berdasarkan data profil kesehatan
Kabupaten Kebumen 2015, penemuan kasus baru DM sejumlah 2.216 kasus
Penyakit ini dapat mengenai banyak orang pada semua lapisan masyarakat
diseluruh dunia. DM seperti juga penyakit tidak menular lainnya akan
berkembang menjadi suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia.
Penyakit ini juga menjadi beban yang besar bagi pelayanan kesehatan dan
perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui komplikasi-komplikasi
(Waspadji, 2008). DM disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata,
katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke. Tidak
jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh
karena terjadi pembusukan (Depkes, 2010).

1

2

Smeltzer et al. (2012) menyatakan DM tidak hanya menyebabkan terjadinya
komplikasi akut namun juga komplikasi kronik yang ditimbulkan oleh adanya
mikroangiopati maupun makroangiopati yang dialaminya. Komplikasi kronik
biasanya terjadi dalam 5-10 tahun setelah diagnosis ditegakkan.
Brunner dan Suddarth (2012) menyatakan Gangguan atau kelainan pada
kaki pasien penderita diabetes adalah adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan
pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Dari ketiga hal tersebut, yang
paling berperan adalah kelainan pada saraf, sedangkan kelainan pembuluh darah
lebih berperan nyata pada penyembuhan luka sehingga menentukan nasib kaki.
Keadaan kelainan saraf dapat mengenai saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf
otonom. Selain itu, terjadi perubahan daya membesar-mengecil pembuluh darah
vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi
kaku.Keadaan lebih lanjut terjadi perubahan bentuk kaki Charchot, yang
menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki yang baru dan berisiko terjadinya
luka.
Ribu dan Wahl (2014) menyatakan Ulkus (luka) kaki pada pasien DM
merupakan tanda adanya komplikasi vaskular dan neuropathy. Ulkus kaki pada
pasien DM disebabkan oleh kurangnya suplai darah pada arteri dan atau vena.
Seperti pada pasien ulkus kronik umumnya, pasien ulkus DM dapat merasakan
kehilangan sensasi, mudah terjadi trauma dan kerusakan kulit, deformitas kaki
bahkan sampai mengalami hospitalisasi hingga amputasi. Clayton dan Tom
(2009) mengungkapkan bahwa komplikasi lanjut ulkus diabetik adalah infeksi
kronis.
Kerusakan pada jaringan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.
Sel, platelet dan kolagen tercampur dan mengadakan interaksi. Leukosit melekat
pada sel endotel pembuluh darah mikro setempat, pembuluh darah yang rusak
akan tersumbat tetapi pembuluh darah yang ada didekatnya, terutama venula
dengan cepat akan mengadakan dilatasi. Leukosit bermigrasi di antara sel-sel
endotel ke tempat yang rusak dan dalam beberapa jam tepi daerah jaringan yang
rusak sudah diinfiltrasi oleh granulosit dan makrofag. Leukosit yang rusak segera
digantikan oleh fibroblas yang juga sedang bermetabolisme dengan cepat,
2

3

sehingga dibutuhkan kemampuan sirkulasi yang besar, tetapi keadaan tersebut
tidak didukung oleh sirkulasi yang baik, sehingga hal itu dapat menyebabkan
hipoksia jaringan (Subekti, 2009).
Frykberg, et al. (2016) menyatakan Prevalensi ulkus kaki pada pasien DM
dilaporkan bervariasi pada beberapa populasi yaitu berkisar dari 2% hingga 10%
dan 7%-20% pasien ulkus kaki DM mengalami amputasi serta 85 % amputasi
pada ekstremitas bawah disebabkan oleh ulkus kaki yang dialami pasien DM.
Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen 2015, dari 2.216 kasus baru
yang ditemukan DM sejumlah 7% diantaranya (155 orang) mengalami ulkus. Di
United Kingdom pasien DM sebanyak 1, 8 juta jiwa dan diramalkan akan
meningkat menjadi tiga juta jiwa pada tahun 2010, oleh sebab itu ulkus kaki
diabetes akan menjadi suatu isu kesehatan masyarakat yang utama.
Ribu dan Wahl (2014) mengungkapkan Prevalensi ulkus kaki diabetes ini
meningkat pada beberapa negara akibat permasalahan ekonomi, standar foot care
dan kualitas dari footware. Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa
angka kematian ulkus gangren pada pasien DM berkisar 17%-32%, sedangkan
laju amputasi berkisar antara 15%–30% (Soegondo, 2016).
Frykberg,et al. (2016) menyatakan Ulkus kaki mungkin membutuhkan
waktu berminggu-minggu atau bulan dalam proses penyembuhannya, dan ulkus
yang tidak sembuh mungkin akan mengalami infeksi, gangren dan amputasi.
Ulkus merupakan penyebab umum masuknya pasien DM ke rumah sakit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan ulkus diabetikum
yaitu pengaturan makan yang baik dengan mengurangi makanan yang
mengandung gula, mengkonsumsi makanan dengan kadar protein tinggi misalnya
daging tanpa lemak, telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhi makanan dengan
kandungan tinggi

karbohidrat serta melakukan latihan fisik secara teratur

(Nurhasan, 2012).
Metode konvensional atau metode yang sering diterapkan sejak dahulu telah
dikembangkan untuk membantu penyembuhan luka, seperti dengan menjahit
luka, menggunakan antiseptik dosis tinggi, dan pembalutan dengan menggunakan
bahan yang menyerap. Namun ketika diteliti lebih lanjut, ternyata cara tersebut
3

4

sama sekali tidak membantu penyembuhan luka bahkan berisiko memperburuk
kondisiluka. Antiseptik seperti hydrogen peroxide, povidone iodine dan acetic
acid selalu digunakan untuk menangani luka pada metode konvensional.
Walaupun alasan penggunaan antiseptik pada luka bertujuan untuk menjaga luka
tersebut agar menjadi steril, masalah utama yang justru timbul adalah antiseptik
tersebut tidak hanya membunuh kuman-kuman yang ada, namun juga membunuh
leukosit yaitu sel darah yang dapat membunuh bakteri pathogen dan jaringan
fibroblast yang membentuk jaringan kulit baru. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan pada proses penyembuhan luka
Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan
dalam perawatan luka diabetes mellitus (Suriadi, 2009). Berbagai penelitian
ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti
kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman
(Dixon, 2009). Madu memiliki siafat anti bakteri yang membantu mengatasi
infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta
meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan (Hamad,
2008).
Madu memiliki beberapa karakteristik penting dalam proses penyembuhan
luka seperti aktivitas antiinflamasi, aktivitas antibakterial, aktivitas antioksidan,
kemampuan menstimulasi proses pengangkatan jaringan mati/ debridement,
mengurangi bau pada luka, serta mempertahankan kelembapan luka yang pada
akhirnya dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Sudjatmiko, 2011).
Proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan
terapi farmakologis, terbukti dalam waktu dua minggu jaringan granulasi pada
luka diabetik tumbuh. Dalam madu banyak terdapat kandungan vitamin, asam,
mineral, dan enzim, yang sangat berguna sekali bagi tubuh sebagai pengobatan
secara tradisional, antibodi, dan penghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor.
Selain asam organik, dalam madu juga terdapat kandungan asam amino yang
berkaitan dalam pembuatan protein tubuh (asam amino non essensial). Selain

4

5

asam amino non essensial ada juga asam amino essensial diantaranya lysine,
histadin, triptofan, dll (Wati, 2009)
Selain itu, madu juga mengandung antibiotika sebagai antibakteri dan
antiseptik menjaga luka. Bahkan madu sarang segera menyembuhkan luka bakar
akibat tersiram air mendidih atau minyak panas (Suranto, 2007). Saptorini (2009)
mengatakan sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada
perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan
sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang
tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga
mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.
Untuk mencegah komplikasi luka diabetik yang berlangsung lama dan
mencegah ke arah yang lebih buruk maka perlu diperhatikan bagaimana
perawatan luka pada penderita diabetes dimana terdapat empat prinsip
pengelolaan luka diabetes untuk mengoptimalkan proses penyembuhan yaitu:
preparasi dasar luka, proteksi luka, pembalutan luka, dan oksigenasi luka.
Penggunaan prinsip ini diharapkan sebanyak 80% masalah luka kaki diabetik
akan dapat disembuhkan, sehingga dapat menghindari kejadian amputasi
(Kartika, 2013).
Secara klinis, aplikasi madu pada luka terbukti dapat mengurangi edema dan
pembentukan eksudat, meminimalisasi pembentukan jaringan parut, dan
mengurangi sensasi nyeri pada luka bakar atau jenis luka lainnya (Molan, 2015).
Dalam penelitian Ayu (2010), tentang potensi antibakterial madu lokal Indonesia
(Madu Murni Nusantara) menunjukkan madu lokal Indonesia efektif mengatasi
infeksi.

Penelitian Siswantoro (2015) tentang “Efektifitas perawatan luka

diabetik metode modern dressing menggunakan madu terhadap proses
penyembuhan luka” menunjukkan perawatan luka diabetik metode modern
dressing menggunakan madu berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka.
Sebelum

dilakukan

perawatan

luka

diabetik

metode

modern

dressing

menggunakan madu rata-rata responden memiliki gread III (46,7%) sedangkan
setelah erawatan luka diabetik metode modern dressing menggunakan madu ratarata responden memiliki gread II (46,7%).
5

6

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merasa perlu melakukan penerapan
perawatan luka menggunakan madu untuk mempercepat penyembuhan luka
Diabetes Mellitus Tipe 2.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Apakah penerapan perawatan
luka menggunakan madu efektif mempercepat penyembuhan luka Diabetes
Mellitus Tipe 2 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan penerapan perawatan luka menggunakan madu efektif
mempercepat penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2 sebelum
dilakukan perawatan luka menggunakan madu.
b. Mengetahui proses penyembuhan luka Diabetes Mellitus Tipe 2 setelah
dilakukan perawatan luka menggunakan madu.

D. Manfaat
1. Masyarakat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang metode yang sederhana dan murah dalam perawatan
luka diabetes mellitus yaitu menggunakan madu.
2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang
berharga tentang penggunaan kompres madu sebagai obat alternatif pada
penyembuhan

luka

diabetes

mellitus,

sehingga

dapat

merupakan

pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang.

6

7

3. Praktek Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan
dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
lebih komprehensif pada pasien dengan luka DM.
4. Penulis
Memperoleh

pengalaman

dalam

mengaplikasikan

hasil

riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang perawatan luka Diabetes
Mellitus Tipe 2 menggunakan madu

7

77 1

DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, S. (2009). Topical Clindamycin Preparations in the Treatment of Acne
Vulgaris. New York. 24 hlm.
Agustina,

H.R.

(2009).

Perawatan

Luka

Modern.

Tersedia

http://www.keperawatan-online.co.cc/2009/01/perawatan-luka
modern.html [29 Desember 2011].
Anderson, I. (2006). Debridement methods in wound care. Nursing Standard, 20
(24), 65-72. DOI: 10.7748/ns2006.02.20.24.65.c407
Anshori, et al. (2014). Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap
Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten
Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3). Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Jember.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ayu, D. (2010). Antibacterial Activity of Indonesian Local Honey Against Strains
of P. Aeruginosa, S. Aureus and MRSA.
Badero, M. et al. (2013). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta : EGC.
Belcher, J. (2012). A review of medical-grade honey in wound care. British
Journal of Nursing. 21 (15), S4-S9 PMID: 22874825
Brunner dan Suddarth. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Buckle, et al. (2008). Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh: Purnomo. H dan Adiono.
UI Press. Jakarta. Hal: 40.
Budiarto, E. (2009). Biostatika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Burhan dan Bungin. 2009. Analisis Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo
Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.

2

Clayton, W. dan Elasy, T.A. (2009). A review of the pathophysiology,
classification and treatment of foot ulcers in diabetic patients. Clinical
Diab, 27(2):52-58. Jakarta : EGC.
Cooper, R.A. (2008). The efficacy of honey in inhibiting strains of pseudomonas
auroginosa from infected burns. Jurnal Burn Care Rehabil.; 23:366-70.
Depkes. (2010). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.
Dixon. (2009). www.mail-archive.com/milis-nakita@news. Diakses 21 Mei 2009.
Eddy,

et

al.

(2008).

Topical

Honey

for

Diabetic

Foot

Ulcers.

http://www.fammed.wisc.edu/research/eksternal-funded/honey-ulcers.
Diakses pada tanggal 22 maret 2008.
French, et al. (2005). Dysmenorrhea. Michigan State University College of Human
Medicine, East Lansing Michigan, USA. Am Fam Physician. 15;71
(2):285-291.
Frykberg, et al. (2016). Diabetic Foot Disorders: A Clinical Practice Guideline.
Hammad, S. 99. (2008). Resep Sehat dengan Madu. Solo: Aqwamedika.
Hidayat, A.A.A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika.
IDF. (2016). Diabetes Atlas Sixth Edition. International Diabetes Federation.
Iqbal.

(2008).

Rumah

Madu.

http://209.85.175.132/search?q=cache:0U-

musF0GosJ:rumahmadu.com/2008_01_01_archive.html+dr.jamal+burha
n+dari+universitas+iskandariyah+madu+luka+bakar&hl=id&ct=clnk&cd
=1&gl=id. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2008.
Judith, M. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. 9th ed. Dialihbahasakan oleh Esty
Wahyuningsih., Dwi Widiarti (ed). Jakarta: EGC
Kamarudin, A.M., Jamal, and Yassim, M. (2007). Biochemical study on the
efficacy of Malaysian honey on inflicted wounds: an animal model.
Medical Journal of Islamic Academiy Sciences. 13(3): 125-132.

3

Estiyani, Kartika. (2013). Penyusunan Laporan Keuangan Pada Express Laundry
Periode Maret 2013. Laporan: Universitas Padjajaran. Bandung.
http://media.unpad.ac.id/. Diakses 27 April 2015.
Lestari, et al. (2012). Determinantys carriage of resistant Echerichia coli in the
Indonesian population inside and outside hospitals. Journal of
Antimicrobial Chemotheraphy. Vol. 66. p. 377-384.
Loiselle. (2004). Canadian Essentials of Nursing Research. Philadhelpia :
Lippinchott Williams dan Wilkins. Dalam Palestin dan Bondan. Prinsipprinsip

Etika

penelitian

ilmiah.

http://bondanriset.blogspot/2006/10/prinsip-prinsip/etika.penelitian.html.
Diakses pada tanggal 21 Februari 2012.
Misnadiarly. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publising.
Noer, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Gaya
Baru
Molan, P.C. (2015). Potential of honey in the treatment of wounds and burn,
Am.J.Clin.Dermatol. 2 (1): 13-19.
Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Penerbit Remaja
Rosdakarya.
Morison, M.J. (2009). Manajemen Luka. (Alih Bahasa oleh Tyas mono A.F).
Jakarta: EGC
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nurhasan. (2012). Kiat Melawan Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nursalam.

(2011). Konsep dan

Penerapan

Metodologi

Penelitian

Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Pramana, et al. (2012). Efektifitas Pengobatan Madu Alami Terhadap
Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetes (IKD) (STUDI KASUS DI
BANGETAYU DAN PUSKESMAS GENUK SEMARANG). Jurnal
Kesehatan. Semarang
Ribu, L. and Wahl, A. (2014). How patients diabetes who have foot and leg ulcer
perceive the nursing care they receive. Journal Of Wound Care.

4

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Rohmah, N. and Walid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Yogyakarta : AR-Ruz Media.
Santoso, D.S.B. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus
dengan kadar hba1c pada pasien diabetes mellitus di poli rawat jalan
endokrin

RSU

Saiful

Anwar

Malang.

http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/MAJALAH
0910710057.pdf. Diakses pada tanggal 12 Juli, 2013
Saptorini. (2009). Analisa Madu dari Segi Kandungannya Berikut Khasiatnya
masing-masing.

http://www.mail-archive.com/forum@alumni-

akabogor.net/msg01046.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2009.
Sibbald, R.G. and Keast, D.H. (2006). Best practice recommendations for
preparing the wound bed. clinical practice. wound care. Canada
Siswantoro (2015). Efektifitas perawatan luka diabetik metode modern dressing
menggunakan madu terhadap proses penyembuhan luka. Mojokerto.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Program Studi Ilmu Keperawatan,
STIKES Dian Husada Mojokerto.
Smeltzer, et al. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi Volume 2).
Jakarta : EGC.
Soegondo.

(2007).

Diabetes

Melitus,

Penatalaksanaan

Terpadu.

Skripsi

Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.
Soegondo, S and Sukardi K. (2008). Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes
Melitus Kencing Manis sakit Gula. Skripsi Kedokteran. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Subekti, I. (2009). Organisasi Diabetes di Indonesia. Dalam : Soegondo, S.,
Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Skripsi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.
Sudjatmiko, G (2011). Petunjuk praktis ilmu bedah plastik rekonstruksi. (3rd ed. p.
144-7). Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan.
Suranto, A. (2007). Terapi Madu. Jakarta : KDT.

5

Suriadi. (2009). Perawatan luka. (Edisi 1). Jakarta : Sagung Seto.
Suriadi. (2015). Perawatan luka. (Edisi 3). Jakarta : Sagung Seto.
Suryadhine. (2007). Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Suryani, M. et al. (2012). Efektifitas Pengobatan Madu Alami Terhadap
Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetes (IKD) (STUDI KASUS DI
BANGETAYU DAN PUSKESMAS GENUK SEMARANG). Jurnal
Kesehatan. Semarang
Susan, Y. (2008). Hand Out Ekologi Tumbuhan. Madura : Universitas Islam
Madura Pamekasan
Sutanto, Teguh. (2013). Diabetes deteksi pencegahan pengobatan Yogyakarta:
Buku Pintar.
Syahbudin, S. (2007). Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Wagner, C.M. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC). Sixth Edition.
United States : Elsevier
Waspadji, S. (2008). Penatalaksanaan DM terpadu. Skripsi Kedokteran. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wati,

I

(2009).

Pemenuhan

Kecukupan

Gizi

Bagi

Pekerja.

http://www.gizikia.depkes.go.id/pemenuhan-kecukupangizi-bagi-pekerja/.
[cited 2015 Feb 6]. p. 1–6. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
Wijaya, S.A. and Putri, M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika.

1

Susan, Y. (2008). Hand Out Ekologi Tumbuhan. Madura : Universitas Islam
Madura

Pamekn

Gizi

Bagi

Pekerja.

http://www.gizikia.depkes.go.id/pemenuha[cited 2015 Feb 6]. p. 1–6.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
W

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

Foto sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu
Klien 1

Klien 2

35

Foto setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu
Klien 1

Klien 2

36

FORM PENGKAJIAN LUKA DENGAN DESIGN–R
NAMA : …………………………………………….

UMUR :…………Th/Bln

JEIS KELAMIN : L / P

TANGGAL PENGKAJIAN : ………………………HARI ; ……………… JAM :…………… lokasi luka : …………………

0
1

DEPTH
Tidak ada lesi dan kemerahan pada kulit
Kemerahan menetap

2

Lesi mencapai dermis

d

3
4
D
5

U

Lesi mencapai sub-kutan
Lesi mencapai
otot,tendon,dan tulang.
Lesi mencapai artikuler
atau rongga tubuh, atau
tidak mungkin di ukur.
Tidak diketahui

EXUDAT E
e

0

Tidak ada
Ringan : Tidak perlu mengganti dressing
E
setiap hari
Sedang : Perlu mengganti dressing setiap
hari
SIZE
Tidak ada
Kurang dari 4 cm²
4 cm² - < 16 cm²
S
16 cm² -< 36 cm²
36 cm² - < 64 cm²
64 cm² -< 100 cm²
INFECTION
Tidak ada
I
Demam,kemerahan,bengkak,dan nyeri
sekitar luka.
GRANULATION
Granulasi tidak bisa dikaji

1

Granulasi sehat mencapai 90% atau lebih

5

2

Granulasi sehat mencapai 50% tetapi
tidak lebih dari 90%.
NECROTIC

6

0

Tidak ada nekrotik

0
1
3

s

0
3
6
8
9
12
0

i
1

6

15 ≥ 100 cm²

3
9

4

g
G

3
n

N
6

0
p

POCKET
Tidak ada pocket/undermining (kantong
luka)
P

Banyak : Perlu mengganti
lebih dari 2 kali setiap
hari

Ada tanda-tanda infeksi
lokal
Demam sistemik

Granulasi sehat mencapai
10% tetapi tidak lebih dari
50%.
Granulasi sehat kurang
dari 10%.
Tidak ada granulasi

Terdapat jaringan
nekrotik lunak
Terdapat jaringan
nekrotik keras

6

< 4 cm²

9

4 cm² -< 16 cm²

37

12
24

16 cm² - < 36 cm²
>36 cm²

Catatan
:……………………………………………………………

38

39