BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.) - Tina Marina BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tanaman Caisin (Brassica chinensis L.) Caisin merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar

  dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Caisin termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga dan broccoli. Caisin berkembang pesat di daerah sub tropis maupun tropis (Rukmana, 2007).

  Caisin bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya diduga dari Tiongkok (Cina), karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Akan tetapi untuk caisin sendiri merupakan jenis tanaman sawi yang dapat tumbuh baik pada dataran rendah (Anonim, 2007).

  Tanaman caisin memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang- cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.

  Struktur daunnya halus, tidak berbulu dan tidak berkrop serta bertangkai panjang yang bentuknya pipih yang berfungsi sebagai pembentuk dan penopang daun.

  Caisin umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah (Rukmana, 2007).

  Menurut Rukmana (2007), syarat tumbuh yang baik untuk tanaman caisin adalah sebagai berikut:

  1. Iklim Caisin dikenal sebagai sayuran daerah beriklim sedang (sub tropis), tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (Tropis). Saat ini telah banyak dihasilkan varietas-varietas caisin yang tahan (toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi sangat baik di daerah yang suhunya antara 27 – 32

  C. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman caisin tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.

  2. Tanah Caisin dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah Andosol. Syarat tanah yang ideal untuk tanaman caisin adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang, tata udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7.

B. Pupuk Hayati

  Pupuk hayati atau lebih dikenal dengan nama pupuk mikroba telah banyak beredar di pasaran dan mulai banyak digunakan oleh petani. Pupuk mikroba menurut SK Menteri Pertanian No. R.130.760.11.1998 digolongkan kedalam kelompok pupuk alternatif. Secara umum istilah pupuk hayati diartikan sebagai suatu bahan yang mengandung sel hidup atau dalam keadaan laten dari suatu strain penambat nitrogen, pelarut, atau mikroorganisme selulolitik yang diberikan ke biji, tanah, atau ke tempat pengomposan. Pupuk hayati banyak dimanfaatkan petani untuk meningkatkan hasil dan memperbaiki mutu. Namun, pemakaian pupuk tersebut harus hati-hati karena komposisi hara yang ada pada label kemasan kadang tidak sesuai dengan yang dikandungnya (Anonim, 2008 a.).

  Upaya yang harus ditempuh dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran oleh pupuk adalah mengoptimalkan peran mikroba tanah, karena mikroba tanah mempunyai peran membantu dan meningkatkan laju serapan unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman (Saifuddin, 1993). Penggunaan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobologis untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk mikroba bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan soil-borne disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

  Menurut Higa dan Widiana (1996), dalam Suwatno (2004). Sumber unsur fosfor dapat diuraikan oleh mikroorganisme - mikrorganisme yang berada di dalam tanah. Namun untuk mempercepat penguraian unsur fosfor dapat pula ditambahkan mikroorganisme dari luar, sehingga mikroorganisme di dalam tanah menjadi semakin kompleks dan proses penguraian pun semakin cepat.

  Penambahan mikroorganisme dari luar yang berfungsi untuk melarutkan unsur. fosfor di dalam tanah dapat diberikan melalui pupuk hayati (biofertilizer).

  Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Tiens Golden Harvest, komposisi dari pupuk hayati ini adalah sebagai berikut:

  Kandungan Pupuk Tiens Golden Harvest : 1. Azotobacter sp 2,0 x 107 ? 105 sel/ml.

  2. Mikroba pelarut fosfat 3,0 x 107 ? 105 sel/ml.

  3. Azospirillum sp 2,3 x 108 ? 105 sel/ml.

  4. Mikroba Pendegradasi Selulose 3,5 x 107 ? 104 sel/ml.

  5. Lactobacillus sp 1,5 x 104 ? 103 sel/ml.

  6. Pseudomonas sp 1,7 x 106 ? 104 sel/ml.

  7. P=34,70 ppm; K=1700 ppm C Organik=0,92%; N=0,04%

Fe=44,3ppm; Mn=0,23 ppm Cu 0,85 ppm Zn=3,7 ppm.

Keuntungan Menggunakan Pupuk Tiens Golden Harvest (Berdasarkan uji Lab):

  1. Hasil Panen akan meningkat 20% s/d 50% dari biasanya (melebihi potensi produksi sebenarnya).

  2. Penggunaan pupuk kimia lebih hemat 50% dari biasanya.

  3. Mampu menguraikan pestisida (residu s/d 0%) dan mengurangi tumbuhnya gulma (Anonim, 2008 b.).

  Dari kandungan pupuk hayati Tiens Golden Harvest, terdapat

bakteri yang sangat berguna dalam memenuhi kandungan unsur hara

terhadap tanaman karena salah satunya berperan di dalam menambat unsur

N, seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Jenis bakteri bebas penambat N dan sifatnya.

  Nama Sifat umum

  Azotobakter Aerobik, hidup di dalam tanah, air dan permukaan daun

Azospirillum Mikro-aerobik, hidup bebas atau asosiasi dengan akar tanaman

  Sumber: Anonim, 2006.

  Pupuk hayati Tiens Golden Harverst cara penggunaannya dapat dengan disiramkan atau disemprotkan ke tanaman. Kebutuhan per hektar untuk tanaman sayur-sayuran adalah 2 liter/100 liter air. Tiens Golden Harvest dberikan pada umur 7 hari setelah tanam sebanyak 0,4ml/l per tanaman dan diberikan pada umur 15 hari setelah tanam sebanyak 0,4 ml/l per tanaman.

C. Media Tanam 1.

  Tanah Tanah dalam segi pertanian diartikan sebagai media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan-bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air. Tanah merupakan komponen penting bagi kehidupan tanaman karena sebagai tempat berpijaknya tanaman dan berfungsi sebagai penyedia zat makanan atau unsur-unsur hara bagi tanaman (Hardjowigeno, 2003).

  Menurut Cahyono (1995) dalam Soeprapto (2005), fungsi tanah yang utama adalah : a.

  Menyediakan unsur hara, mineral, serta sebagai tempat pertukaran hara tanaman dan tanah.

  b.

  Sebagai tempat tumbuhnya tanaman.

  c.

  Sebagai tempat penyediaan dan sumber air bagi tanaman.

  d.

  Sebagai tempat yang menyediakan udara dan pernapasan akar tanaman.

  Tanah tersusun dari empat komponen dasar, yakni bahan mineral hasil pelapukan batu-batuan, bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk hidup, air, dan udara. Berdasarkan unsur penyusunnya tanah dibedakan menjadi dua golongan, yakni tanah mineral dan tanah organik.

  Tanah mineral terbentuk dari pelapukan dan hancuran batu-batuan. Kandungan bahan organiknya sangat kecil (1-6%). Tanah organik terbentuk dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan dengan kandungan bahan organik mencapai 80%.

  Menurut Novizan (2002), tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman semestinya dapat segera diperbarui sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan melakukan pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara di dalam tanah agar kebutuhan tanaman tercukupi. Selain itu pemupukan juga bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu merubah zat-zat makanan yang semula tidak tersedia dan tidak mudah diserap menjadi tersedia dan mudah diserap tanaman.

2. Pasir

  Pasir merupakan jenis media dengan struktur yang lebih kasar dibandingkan tanah. Media pasir sedikit mengandung bahan organik karena sifatnya sarang. Media pasir akan lebih membutuhkan air tetapi tanah berpasir tidak mudah memadat dan menggumpal sehingga memudahkan tanaman untuk dapat mengembangkan akarnya (Harjdowigeno, 2000 dalam Pudjono, 2005).

  Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.

  Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori - pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.

  Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam

  .

  secara tunggal 2008 c.)

3. Sekam bakar Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling.

  Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase media tanam menjadi lebih baik 2008 c.).

  Sekam bakar berasal dari sekam padi yang disangrai sampai hitam tetapi bentuknya masih utuh dan tidak sampai menjadi abu. Dengan disangrai ini, sekam menjadi arang sekaligus disterilkan, karena dengan suhu yang tinggi itu benih penyakit maupun benih padi yang tersisa akan mati. Arang sekam adalah media yang porous, tetapi kurang mampu menampung air. Oleh karena itu dalam penggunaannya, dicampur dengan media lain yang mampu menampung air.

  Menurut(2008 c.), penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.

  Sekam bakar yang baik adalah sekam yang sudah terbakar, tetapi tidak terlalu hancur. Sifat sekam bakar yang porous dan mampu menyimpan air, hampir mirip dengan cacahan pakis 2008 d.).

4. Pupuk kandang kotoran sapi

  Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan sering disebut juga dengan pupuk kandang yang mempunyai unsur hara yang lengkap, mulai dari unsur N (Nitrogen), P (Fosfor), dan K (Kalium). Dengan adanya ketiga unsur tersebut maka pupuk kandang sangat tepat digunakan sebagai media tanam.

  Pupuk kandang sendiri berasal dari kotoran hewan.

  Kelebihan dari pupuk kandang terletak dari kandungan mikro organik yang sifatnya dapat merombak bahan organik yang susah diserap oleh tanaman menjadi mudah diserap oleh tanaman. Kelebihan penggunaan pupuk kandang lainnya sebagai komponen media tanam adalah menjamin

  .

  ketersediaan unsur hara bagi tanaman, walaupun tanpa tambahan pupuk kimia Pemakaian pupuk kandang sebagai media tanam tanaman harus sudah dalam keadaan matang serta steril. Fermentasi yang kurang belum selesai berakibat timbul banyak bakteri sehingga tanaman mudah rusak serta akar yang membusuk 2008 c.).

  D.

  

Penggunaan Pupuk Hayati dan Media Tanam Pada Budidaya Tanaman

  Menurut Tutuko (2004), penggunaan media tanam tanah dan pasir berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tanaman, bobot basah akar, dan bobot kering akar caisin, karena tanah mempunyai sifat-sifat mengikat air yang sangat tinggi dan pasir mempunyai sifat-sifat drainase yang cepat sehingga tidak menimbulkan genangan, perakaran menjadi luas dan ringan.

  Setiawan (2007), melaporkan bahwa pertumbuhan dan hasil seledri yang terendah adalah pada perlakuan P0M0 (tanpa pupuk hayati dimedia tanam pasir + top soil). Pertumbuhan dan hasil seledri yang terbaik adalah dengan penggunaan pupuk hayati (P1) pada media tanam campuran pasir + top soil + casting (M2), serta interaksi keduanya (P1M2), yang menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang lebih dominan pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar seledri.

  Menurut Gonggo (1998), bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap peubah bobot daun dan batang kedelai. Tanaman kedelai yang diberi pupuk hayati Rhizobium + Mikoriza memberikan bobot batang dan daun yang lebih berat dibandingkan jika hanya mendapat Rhizobium atau Mikoriza saja.

  Dosis kascing hanya menampakkan pengaruh yang nyata pada kandungan P dalam tanah. Interaksi antara pupuk hayati dan dosis kascing hanya terdapat pada peubah kandungan P dalam tanah dan jaringan tanaman. Hasil biji kering kedelai per tanaman tertinggi sebesar 47.56 g diperoleh dari tanaman yang mendapat pupuk hayati Mikoriza dan kascing 15 ton/ha.