BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah - Apri Rijal Khairun BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik WHO (World Health Organization).
Berdasarkan undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes Nomor 147 tahun 2010 Tentang Perijinan Rumah Sakit). Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
(Kepmenkes, 2004). Pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 adalah
1 Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi. Dalam perkembangan teknologi yang pesat dan persaingan yang semakin ketat, maka rumah sakit dituntut untuk terus melakukan peningkatan kualitas pelayanannya (Depkes RI, 2007).
Pelayanan yang bermutu dapat diberikan oleh rumah sakit kepada masyarakat, dengan mempersiapkan pelayanan yang ada di rumah sakit, diantaranya adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan juga sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit.
Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Karena pelayanan yang diberikan secara maksimal oleh perawat dapat memberikan perasaan puas pada pasien terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut.
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan. Pasien baru akan merasa puas apabila layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapanya (Pohan, 2007).
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan rumah sakit di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, dan kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu atau kurang.
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien hendaknya menerapkan penggunaan caring. Caring merupakan hal yang penting dalam keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional. Cara mengevaluasi kepuasan pasien yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit merupakan survey kepuasan pasien terhadap layanan keperawatan karena kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh perilaku caring perawat. Seorang perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah perawat yang memiliki sikap caring.
Tindakan pelayanan pasien di rumah sakit berupa caring perawat terdapat pada setiap ruang perawatan pasien diantaranya, yaitu: Instalasi Gawat Darurat dan rawat inap.
IGD adalah suatu unit dalam rumah sakit dimana semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran rumah sakit itu sebelumnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian dan perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi di tiap daerah (Sabarguna, 2009).
Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan tempat atau unit di rumah sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan, yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat. Perawat di IGD harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan situasi kritis dengan kecepatan dan ketepatan yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan lain. perawat IGD minimal memiliki sertifikat BTCLS (Basic Training Cardiac Life Support) atau PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) (Rankin. et. al, 2013).
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah atau rumah sakit swasta, serta puskesmas dan rumah bersalin yang oleh penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).
Pelayanan rawat inap merupakan tempat untuk perawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan rehabilitasi medik yang diberikan sebelum pasien pulang ke rumah. Pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan mutu yang sebaik-baiknya dengan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu yang berlaku dan etika yang berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan. Di IGD dan rawat inap semestinya tindakan caring diberikan pada setiap pasien, akan tetapi penerapan caring di rawat inap dan IGD berbeda. Penerapan caring di IGD seharusnya diberikan secara cepat dan tanggap, sedangkan penerapan caring di ruang rawat inap diberikan secara komunikatif. Namun terkadang sering ditemui pelayanan terhadap pasien yang tidak didasari dengan tindakan
caring . Pada penelitian ini digunakan ruang rawat inap kelas III sebagai
sampel, dikarenakan pada ruang perawatan ini jumlah pasien lebih banyak yang harus ditangani oleh perawat dibandingkan dengan ruang perawatan pasien lainnya.
Potter & perry, (2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat-klien yang terapeutik. Hal ini akan membuat pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan perawat kurang beperilaku caring kepada pasien.
Jika caring perawat kurang baik dan berlanjut terus menerus dapat berakibat pada ketidakpuasan terhadap pasien. Kondisi ketidakpuasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, dan larinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan lainnya yang dapat memberikan kepuasan. Untuk mengindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan (perawat) maka alangkah baiknya, jika suatu institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanannya. Salah satu bentuknya adalah dengan meningkatkan kemampuan caring.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 Desember 2014 diperoleh data dari 20 diantaranya 10 pasien IGD dan 10 rawat inap kelas III yang ditanya tentang caring perawat di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Di IGD, 2 orang pasien mengeluhkan bahwa perawat sering terlambat dalam menanggapi panggilan pasien. Keluhan lain dari 5 orang pasien yaitu perawat terkadang kurang bersahabat dalam memberikan pelayanan pada pasien sedangkan 3 orang lagi mengatakan pelayanan sudah baik tetapi masih kurangnya komunikasi antara perawat dengan pasien dan keluarga pasien. Sedangkan di rawat inap kelas III, 5 orang pasien mengeluhkan bahwa perawat sering terlambat dalam menanggapi panggilan pasien. Keluhan lain dari 3 orang pasien yaitu perawat terkadang kurang bersahabat dalam memberikan pelayanan pada pasien sedangkan 2 orang lagi mengatakan pelayanan sudah baik.
Dengan caring yang baik terhadap pasien, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kepuasan pasien dalam menerima layanan keperawatan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
”Perbedaan caring perawat pada kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Masalah Bagaimana perbedaan caring perawat terhadap kepuasan pasien
IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2. Sub Masalah
a. Bagaimana perbedaan caring perawat IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
b. Bagaimana perbedaan kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. c. Bagaimana perbedaan caring perawat pada kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan caring perawat pada kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelaksanaan caring perawat IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
b. Mengetahui tingkat kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
c. Mengetahui perbedaan caring perawat terhadap kepuasan pasien IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi praktek keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran penerapan caring IGD dengan rawat inap kelas III. Serta penelitian ini dapat memberikan masukan bagi praktek keperawatan sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan caring perawat IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan perawatan IGD dengan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
3. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini memberikan informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan IGD dengan rawat inap III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti selanjutnya tentang caring perawat dan kepuasan pasien IGD dengan rawat inap III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
E. Penelitian Terkait
Penelitian tentang caring perawat dan kepuasan pasien pernah dilakukan sebelumnya oleh :
1. Sukesi (2013) melakukan penelitian tentang upaya peningkatan caring perawat terhadap kepuasan pasien diruang rawat inap rumah sakit permata medika semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 52 pasien yang diambil dengan total sampling pada periode April 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara caring perawat dengan kepuasan pasien (p = 0,015; α
0,05). Perawat yang caring mempunyai peluang 4,92 kali untuk memberikan kepuasan pasien dibanding yang kurang caring.
Perbedaan penenilian ini dengan penelitian di atas, yaitu: dalam penelitian sampel yang digunakan sebanyak 170 pasien yang diambil dengan stratified random sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kompatarif.
2. Penelitian lain dilakukan oleh Mawarni, (2013) tentang hubungan kualitas pelayanan perawat dengan kepuasan pasien rawat inap RSUD Mattaher Jambi. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 33 responden,12 pasien (36.4%) tidak puas atas kualitas pelayanan perawat dan 21 pasien (63.6%) puas atas kualitas pelayanan perawat. Uji statistik mengatakan (p<0.05). Ada hubungan yang bermakna antara kualitas pelayanan perawat dan kepuasan pasien.
Perbedaan penenilian ini dengan penelitian di atas, yaitu: dalam penelitian sampel yang digunakan sebanyak 170 pasien yang diambil dengan stratified random sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kompatarif, sedangkan penelitian di atas menggunakan korelasi.
3. Widhianarti, (2009) melakukan penelitian tentang hubungan perilaku
caring perawat dengan kepuasan klien dalam pelayanan keperawatan di
instalasi rawat inap rumah sakit bhayangkara semarang. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan deskriptif korelatif dilakukan terhadap 80 responden. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dengan p value 0,03. Perawat profesional harus mampu menerapkan teori dan mengaplikasikan caring, sehingga akan membantu kesembuhan dan menimbulkan kepuasan pasien.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional . Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepuasan pasien. Sedangkan varieabel independen yang digunakan adalah
caring perawat. Peneliti ingin mengetahui perbedaan caring perawat IGD
dengan rawat inap kelas III terhadap kepuasan pasien di IGD RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan menggunakan metode non
eksperiment . Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh
pasien yang berada di IGD dan rawat inap kelas III RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada bulan Januari 2015.