PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) SKRIPSI
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS TANAMAN KEDELAI
(Glycine max (L.) Merril)
SKRIPSI
S U R I Y A N I
07C10407159
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dalam penyediaan bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan yang penting, kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein dan lemak yang memadai. Dalam 100 gram kedelai kering terkandung 35 gram protein, 18 gram lemak, 32 gram karbohidrat, 4 gram serat serta air. Minyak kedelai kaya akan vitamin E (Fachruddin dan Lisdiana, 2000).
Peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat dan industri sehingga jumlah impor kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Permintaan kedelai untuk konsumsi dalam negeri meningkat, pada tahun 2004 mencapai 2.015 ton, namun permintaan terus meningkat pada tahun 2010 mencapai 2.466 ton. Hampir sebanyak 99% konsumsi kedelai digunakan sebagai bahan pangan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Indonesia harus melakukan impor (Warisno dan Kres, 2010).
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, peningkatan produksi kedelai perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi dapat ditempuh melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi lahan (Moenandir, 2004).
Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani yaitu dengan menggunakan pemupukan yang seimbang dan varietas unggul. Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai, maka perlu usaha pemakaian pupuk sebagai sumber hara. Hal ini disebabkan pemupukan satu ketersediaan unsur hara dalam tanah dan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara peemberian bahan organik (Moenandir, 2004).
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari fermentasi kotoran padat maupun cair (urin) hewan ternak yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Pupuk organik (pupuk kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk memacu pertumbuhan dan produksi tanaman (Adisarwanto, 2005)
Pupuk kandang sebagai salah satu pupuk organik yang diberikan kedalam tanah dapat meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya pegang air, meningkatkan kapasistas tukar kation (KTK) dan memacu aktivitas mikroorganisme tanah yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik menjadi unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti unsur P organik menjadi P anorganik dengan dosis
- 1 anjuran pupuk kandang adalah 5-10 ton ha (Muhidin, 2000).
Selain penggunaan pupuk kandang dalam meningkatkan produksi tanaman juga pemakaian varietas unggul yang toleran pada tanah masam merupakan salah satu strategi dalam peningkatan produksi kedelai. Varietas unggul merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktifitas tanaman dan pendapatan petani dari perkembangan benih hortikultura. Menurut penelitian Muhidin (2000) varietas kedelai yang toleran tidak mengalami penurunan produksi pada bobot 100 butir biji dan bobot biji pertanaman walaupun pembanding varietas tidak akan mengalami penurunan produksi secara nyata. Penggunaan varietas unggul dan pemberian pupuk kandang yang sesuai dan dosis
Pemilihan dan penggunaan varietas unggul di dataran rendah terkait erat dengan usaha perbaikan tanaman serta peningkatan produktivitas. Penggunaan varietas yang telah diketahui keunggulan atau sifatnya dan mampu beradaptasi ditempat tumbuhnya, abnormalitas tanaman mungkin saja terjadi dan juga dapat terhindarkan (Purwati dan Khairunisa, 2007)
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka perlu penelitian untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan varietas yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang optimal.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
2. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Botani Tanaman Kedelai 2.1.1. Sistematika
Semua varietas kedelai merupakan tanaman semusim, dan termasuk tanaman basah. Klasifikasi botani tanaman kedelai sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae Sub-famili : Papilionoidae Genus : Glycine Spesies : Glycine max (L.) Merril (AAK, 1989).
2.1.2. Morfologi Tanaman
a. Akar
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang.
Pada akar–akar cabang terdapat bintil–bintil akar berisi bakteri Rhizobium
japonicum , yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N 2 ) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (AAK, 1989).
b. Batang
Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi
5 dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hypocotyl, sedangkan bagian atas keping biji disebut epycotyl. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Muhidin, 2000).
c. Daun
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning–kuningan.
Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai tergantung pada varietas masing –masing dan juga Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun–daunnya mulai rontok (Moenandir, 2004).
d. Bunga
Bunga kedelai disebut bunga kupu–kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda.Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun biasanya terdapat 3–15 kuntum bunga, namun sebagian besar rontok, hanya beberapa yang dapat membentuk polong (AAK, 1989).
Bunga kedelai mempunyai 10 buah benangsari. Sembilan buah diantaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang mengelilingi putik. Sedangkan benang sari yang kesepuluh terpisah pada bagian pangkalnya dan seolah – olah menjadi penutup seludang. Bila putik dibelah, di dalamnya terdapat tiga bakal biji.Penyerbukannya termasuk penyerbukan sendiri dengan tepung sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga mekar (terbuka) (Purwati dan Khairunisa, 2007).
6
e. Polong dan Biji
Banyaknya polong tergantung pada jenisnya. Ada jenis kedelai yang menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit.Berat masing–masing biji pun berbeda–beda, ada yang bisa mencapai berat 50–500 gram per 1000 butir biji, warna biji pun berbeda–beda. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya). Disamping itu ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat– coklatan sampai hitam (AAK, 1989).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
2.2.1 Iklim Secara umum tanaman kedelai dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi kurang dari 1500 meter dari pemukaan laut (dpl), dan pada saat musim kemarau maupun musim penghujan, tapi dengan curah hujan yang baik untuk tanaman kedelai sekitar 500-3000 mm/tahun (Rukmana, 1996).
Suhu rata-rata yang optimal terhadap pertumbuhan kedelai berkisar antara
25 C, untuk fase pembungaan dibutuhkan suhu antara 65-70 %. (AAK, C – 35 1989).
2.2.2 Tanah Keadaan tanah yang baik untuk tanaman kedelai adalah lempung, lempung berpasir, dan lempung berliat, dan juga memiliki bahan organik tinggi agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Dengan keasaman tanah (pH) 6,0 - 6,5. Apabila pH tanah kurang dari 5,5 maka harus melakukan
7 pengapuran, jika tidak akan menghasilkan produksi yang sedikit atau tidak optimum (Muhidin, 2000).
2.3 Pupuk Kandang
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji, 1990).
Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh reaksi–reaksi kimia tanah terutama oleh pH tanah. Efesiensi dari pemupukan tergantung dari beberapa faktor diantaranya, jenis tanah (sebagai media tempat tumbuh yang paling dominan pengaruhnya) dan jenis pupuk dalam zona perakaran (Muhidin, 2000).
Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang cukup dikenal. Bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam (Erfandi et al .,2001).
Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu
8 jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi mengandung N, P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan tanaman (Manan, 1992).
Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalah: (1) memperbaiki kemampuan tanah menyimpan air, (2) memperbaiki struktur tanah, (3) memperbaiki nilai tukar kation (4) mempengaruhi kemantapan agregat tanah (5) menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman, (6) menghasilkan banyak CO
2 dan asam – asam organik yang membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Murni dan Faodji, 1990.) .
Tingkat kesuburan tanah sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dari ketiga parameter kesuburan tanah tersebut, sifat fisik tanah sangat menentukan kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, upaya perbaikan sifat – sifat fisik tanah sekaligus mengupayakan perbaikan sifat – sifat kimia tanah dengan pemberian bahan organik (Djuniwati et al., 2003).
Dari segi fisik bahan organik dapat memperbaiki agregat tanah, aerasi dan perkolasi, serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan mudah diolah. Perombakan bahan organik oleh jasad renik akan mempercepat terbentuknya humus. Humus yang berinteraksi dengan partikel tanah akan membentuk granulasi dan menjadi pengikat antar partikel tanah (Erfandi et al., 2001).
Menurut Abdurrahman et al. (2001), pemberian bahan organik mempunyai manfaat ganda, yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan
9 relatif kecil. Bahan organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia tanah.
Secara kimia, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas menahan air, sehingga mampu mendetoksifikasi elemen – elemen dan dan senyawa beracun seperti pestisida. Bahan organik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan hara tanah terutama kandungan N dan S. Selain itu berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan akar tanaman. Secara biologi, bahan organik merupakan sumber makanan dan energi utama bagi organisme tanah. Populasi mikroorganisme tanah akan menurun seiring dengan penurunan kandungan bahan organik tanah. Tanpa kehadiran mikroorganisme tanah reaksi-reaksi biokimia akan terhenti (Muhidin, 2000).
2.4 Varietas Tanaman Tingkat hasil tanaman ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil yang diperoleh biasanya bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan tumbuh (Kasim dan Djunainah, 1993).
Penggunaan jenis varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yang juga berbeda. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang ada dibedakan menjadi varietas genjah yang berumur kurang dari 80 hari, varietas sedang berumur 81-89 hari dan varietas dalam berumur lebih dari 90 hari (Adisarwanto dan Wudianto, 1998).
Kedelai varietas Anjasmoro adalah kedelai yang berdaya hasil tinggi yang merupakan tipe pertumbuhan determinate. Umur panen kedelai varietas
10 Anjasmoro adalah 82 - 92 HST, umur berbunga 35 – 39 HST, dengan produksi 2.03 -2,25 ton/ha (Sunarto, 1996 ).
Kedelai varietas Detam 1 merupakan kedelai hasil persilangan antara kedelai varietas orba dan varietas No.1682. Umur panen kedelai varietas Detam 1 adalah 84 hari dengan umur berbunga 36 hari. Tipe pertumbuhan determinat, batang kokoh dan tahan rebah. Tinggi kedelai varietas ini adalah 40 – 50 cm dengan hasil rata – rata 1.6 ton/ha biji kering (Rukmana dan Yunarsih, 1996).
2.5. Peran Unsur Hara Bagi Tanaman
2.5.1. Peran Unsur Hara Makro
Peranan unsur nitrogen (N) bagi tanaman guna untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan juga berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman selain itu juga merangsang pertumbuhan vegetatif serta merupakan pembentukan klorofil yang mempengaruhi zat hijau daun. Jenis pupuk ini didominasi oleh unsur nitrogen (N), yang disuplai oleh urea adanya unsur lain yang terdapat didalamnya lebih bersifat sebagai pengikat (Denidi, 2007).
Peran Unsur Phospat berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman dan juga merangsang pembungaan dan pembuahan.
Selain itu juga merangsang pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel (Anonymous, 2010). Phospat merupakan hara tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik: Phospat diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman.
11 bagian penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phospat juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat.
(Denidi, 2007).
Peran Unsur kalium (K) Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air yang disuplai oleh KCl atau kalium sulfat (KNO
3 ). Kalium juga meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit (Denidi, 2007).
2.5.2. Peran Unsur Hara Mikro
Peranan unsur mangan (Mn) bagi tanaman dalam proses pertumbuhan tanaman sebagai aktivator untuk beberapa metabolis dan menaikkan peranan secara langsung dalam proses fotosintesis. Serta juga dapat mempercepat perkembangan dalam pemasakan buah dan meningkatkan ketersediaan P dan Ca (Anonymous, 2010).
Peranan unsur Boron (B) bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman berfungsi sebagai meningkatkan reaksi-reaksi metabolisme dalam worofit dan karbohidrat. Selain itu juga unsur boron berfungsi sebagai pembentukkan tepung sari, biji, pertumbuhan wada tepung sari serta membentuk komplek gula yang berasosiasi/berhubungan dengan translokasi gula dalam pembentukan protein (Erfandi et al., 2001).
Peranan unsur klorida (Ci) berfungsi sebagai reaksi pemecah air secara kimia dengan adanya sinar matahari dan aktivitas beberapa enzim dalam transportasi beberapa kation seperti K, Ca dan Mg. Klorida juga berperan pentin g bagi tanaman sebagai pengatur aktivitas stomata yang selanjutnya dapat
12 mengendalikan kehilangan air dan cekraman air, serta dapat mempertahankan turgor (Anonymous, 2010).
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Lembah Sabil, di Desa Peunaga Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dari tanggal 21 Mei sampai 24 Agustus 2012.
3.2. Bahan Dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Benih Benih Kedelai yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan varietas Anjasmoro dan varietas Detam 1 yang di peroleh dari BPTP Banda Aceh.
b. Pupuk Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi yang sudah terdekomposisi dengan sempurna. Pupuk kandang diambil di Desa Peunaga Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dan Pupuk kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP36 dan KCl yang didapat dari toko pertanian Meulaboh
c. Pestisida Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah pestisida anorganik Insektisida Decis 25 Ec.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, garu, parang, hand spayer, meteran, gembor, ember, timbangan, pamplet nama, tali, alat tulis dan lain-lain.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 2, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi dosis pupuk kandang dan beberapa varietas.
Faktor Dosis Pupuk Kandang (K) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
- 1
K = 0 ton ha (Kontrol)
- 1 -1
K = 5 ton ha (0,72 kg plot )
1
- 1 -1
K
2 = 10 ton ha (1,44 kg plot )
- 1 -1
K = 15 ton ha (2,16 kg plot )
3 Faktor Varietas (V) terdiri atas 2 taraf, yaitu :
V
1 = Anjasmoro
V = Detam 1
2 Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka
terdapat 24 satuan unit percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
- 1
1 K
1 K
2 V
2
1,44 1,44
Anjasmoro Detam 1
7
8 K
3 V
3 V
6 K
2
2,16 2,16
Anjasmoro Detam 1
Model Matematis yang digunakan adalah: Y ijk = + i + K j + V k + (KV) jk + ijk
Keterangan:
Y ijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk kandang taraf ke-j, faktor varietas taraf ke-k dan ulangan ke-i = Nilai tengah umum
i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
K j = pengaruh faktor dosis pupuk kandang ke-j ( j = 1,2, 3 dan 4) V k = Pengaruh faktor varietas ke-k ( k = 1 dan 2) (KV) jk = Interaksi faktor dosis pupuk kandang dan varietas pada taraf pupuk kandang ke-j, dan taraf varietas ke-k
ijk
2 V
5
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Pupuk Kandang dan Varietas Kedelai.
V
No
KombinasiPerlakuan Dosis Pupuk Kandang
(kg plot
) Varietas Kedelai
1
2 K
V
1 K
2 Kontrol
Anjasmoro Detam 1
Kontrol Anjasmoro
Detam 1
3
4 K
1 V
1 K
1 V
2
0,72 0,72
= Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dosis pupuk kandang taraf ke-j, faktor verietas taraf ke-k. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut:
BNJ0,05 = q0.05 (p;dbg) Dimana :
BNJ 0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 % q 0,05 ( p;db g ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat bebas galat )
KT = Kuadrat tengah galat
g r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang diolah hanya bagian atas (Top Soil) dengan kedalaman ± 20 cm. Setelah itu, tanah didiamkan selama satu minggu.
2. Pembuatan Plot Pembuatan plot dilakukan setelah pengolahan tanah, dengan luas plot berukuran 120 cm x 120 cm.
3. Aplikasi Pupuk Kandang Aplikasi pupuk kandang diberi dengan cara ditebar setelah plot jadi, pupuk kandang diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis sesuai perlakuan, kemudian dicangkul hingga pupuk kandang tercampur dengan tanah.
4. Pemupukkan Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan
- 1 -1 -1 -1 -1
Urea 50 kg ha (7,2 g plot ), SP-36 75 kg ha (10,8 g plot ) dan KCl 75 kg ha
- 1
(10,8 g plot ). Aplikasi pupuk dasar ditebar pada permukaan tanah, lalu tanah diolah/dicangkul agar tercampur rata dengan tanah.
5. Perlakuan Benih Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai
Anjasmoro dan Detam 1 sebanyak 1,5 kg. Benih kedelai terlebih dahulu dilakukan pemilahan atau pemilihan karena ada biji yang tidak layak digunakan akibat pecah.
6. Penanaman Penanaman dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm, lubang tanam dibuat dengan cara ditugal sedalam 3 cm. Setelah itu dimasukkan 2 biji tiap lubang, penanaman dilakukan pada sore hari.
7. Pemeliharaan
a. Penyulaman Penyulaman dilakukan karena terdapat tanaman dalam keadaan tidak tumbuh atau mati. Penyulaman ini dilakukan pada awal pertumbuhan setelah waktu 4 – 7 hari setelah tanam.
b. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu setelah
Pembumbunan dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kored secara hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman.
c. Pengendalian Hama Pengendalian hama dilakukan Penyemprotan insektisida berupa Decis 25 Ec dengan konsentrasi 0,5 ml/l air, aplikasi dilakukan pada umur 65 HST.
8. Pemanenan Pemanenan tanaman kacang kedelai dilakukan pada umur 89 HST dan daun tanaman sudah mulai menguning.
3.5. Pengamatan
Ada beberapa peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
1. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi batang dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi pada 8 tanaman sampel masing-masing plot dengan menggunakan meteran dalam satuan cm, pengukuran dilakukan pada umur 15,30 dan 45 HST.
2. Persentase Polong Bernas dan Persentase Polong Hampa Pengamatan persentase polong bernas dan persentase polong hampa dilakukan dengan cara menghitung semua polong bernas dan polong hampa pada
8 tanaman sampel masing-masing plot
3. Berat 1000 Biji kering (gram) Pengamatan berat 1000 biji kering dilakukan dengan cara menimbang 1000 biji kering pada masing-masing plot dengan menggunakan timbangan
Analitik dalam satuan gram.
4. Berat Biji Kering Per Plot Netto Pengamatan berat biji kering per plot netto dilakukan dengan cara menimbang keseluruhan biji dalam tiap plot. Penimbangan hanya dilakukan pada
8 tanaman sampel masing-masing plot dengan menggunakan timbangan analitik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 14) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap persentase polong bernas dan polong hampa. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, berat 1000 biji kering dan berat biji kering per plot.
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST.
Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman ( cm ) -1 Simbol ton ha
15 HST
30 HST
45 HST K 0 (kontrol) 16,07 25,57 62,65 K
5 16,13 26,05 63,08
1
10 15,42 27,30 63,67
K
2 K
3
15 14,80 25,48 63,38 Tabel 2 menunjukan bahwa tanaman tertinggi umur 15 HST dijumpai
- 1
pada dosis pupuk kandang 5 ton ha (K ) namun tidak berbeda nyata dengan
1
dosis pupuk kandang lainnya, pada umur 30 dan 45 HST tanaman tertinggi
- 1
dijumpai pada dosis 10 ton ha (K
2 ) namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang lainnya.
21 Hal ini diduga karena pada dosis pupuk kandang tersebut unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia dalam keadaan seimbang dan tidak dapat memicu pertumbuhan dengan baik walaupun faktor lingkungan mendukung. Wibawa (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat memperbaiki keadaan fisik tanah menjadi gembur, aerasi tanah menjadi lebih baik sehingga absorpsi unsur hara oleh tanaman akan lebih mudah. Akan tetapi pemberian pupuk kandang di samping memperbaiki sifat fisik tanah juga menyediakan unsur hara dalam waktu yang lama, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik (Dartius, 1990).
4.1.2. Persentase Polong Bernas dan Hampa (%)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8 dan 10) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap persentase polong bernas dan polong hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa tanaman kedelai pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Persentase Polong Persentase Polong
Kandang Bernas Hampa- -1 Simbol ton ha % %
Arsin √× Arsin √×
K 0 (kontrol) 81,86 64,84 a 18,14 25,19 b
K1
5 87,06 69,06 b 12,94 20,91 a
K
2
10 85,58 67,81ab 14,41 22,18 ab
K
15 84,47 68,59 b 15,53 21,41a
3 BNJ 0,05 4,13 4,12
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
Keterangan:
berbedah nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 3 menunjukkan bahwa persetase polong bernas terbanyak dijumpai
- 1
- 1
pada dosis 5 ton ha (K
1 ) yang berbeda nyata dengan dosis 0 ton ha (K ) namun
- 1 -1
- 1
- 1
- 1
- 1
84.47
15 P
10
5
88.00
87.00
86.00
85.00
84.00
83.00
82.00
81.00
80.00
85.58
22 persentase polong hampa terbanyak dijumpai pada dosis 0 ton ha
87.06
81.86
Meningkatnya persentase polong bernas diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai tersedia dalam keadaan yang berimbang serta dapat memicu pertumbuhan tanaman dan juga dalam proses terjadinya fotosintesis yang baik. Ifansyah et al (2003) dalam Idris (2008) menyatakan bahwa bahan organik merupakan salah satu sumber koloid tanah yang peranannya akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dengan meningkatnya KTK tanah maka unsur N, P, K dapat diserap dan menjadi sumber hara tersedia dalam tanah. Dalam hal ini, didukung oleh serapan hara N, P dan K tanaman yang cenderung lebih tinggi sehingga dapat menompang pertumbuhan
Gambar 1. Persentase Polong Bernas Tanaman Kedelai Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
(K 2 ). Rata-rata persentase polong bernas dan hampa dari berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
), namun tidak berbeda nyata dengan dosis 10 ton ha
3
(K
) dan 15 ton ha
1
(K
(K ) yang berbeda nyata pada dosis 5 ton ha
er se n tas e P ol on g B er n as ( % ) Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1 )
23
20.00
)
19.00
(% a
18.14
18.00
p
17.00
am H
15.53
16.00
g
15.00
on ol
14.00 P
14.41
12.94
e
13.00
tas
12.00
n se
11.00
er P
10.00
5
10
15
- -1 Dosis Pupuk Kandang (ton ha )
Gambar 2. Persentase Polong Hampa Tanaman Kedelai Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
Hal ini diduga karena meningkatnya aktivitas mikroorganisme dengan adanya dosis pupuk kandang sapi yang tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah Nitrogen tersedia meningkat dalam tanah, akan tetapi pengisian polong tidak sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadisuznitro (2002) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang sapi (pupuk organik) yang tinggi menjadi N tersedia bagi tanaman dan merangsang pertumbuhan tanaman sehingga pengisian polong tidak maksimal dan oleh kondisi fisik, biologi tanah serta terjadinya laju pelapukan bahan organik dan peningkatan kelembaban.
24
4.1.3. Berat 1000 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 12) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap 1000 biji kering.
Rata-rata berat 1000 biji kering tanaman kedelai pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kedelai pada Berbagai
Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk Kandang -1 Berat 1000 Biji (g) Simbol ton ha K 0 (kontrol) 141,89 K
1
5 141,99
K
2
10 145,84
K
15 144,74
3 Tabel 4 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering terberat dijumpai pada
- 1
dosis pupuk kandang 10 ton ha (K
2 ) namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Hal ini diduga karena salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman kedelai tidak terpenuhi seperti unsur fosfor yang merangsang pembungaan dan pembuahan sehingga pemberian pupuk kandang dengan berbagai level tidak berpengaruh terhadap berat 1000 biji kering. Parman (2007) menyatakan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang menghasilkan pengaruh yang komplek terhadap pembentukan produksi karbohidrat. Fosfor dan Kalium berperan dalam mengaktifkan enzim yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
4.1.4. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis
25 Rata-rata berat biji kering per plot netto tanaman kedelai pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk Kandang Berat Biji Kering Per Plot Netto -1 (g) Simbol ton ha K 0 (kontrol) 98,23
5 114,03
K
1 K
2
10 122,43
K
15 130,07
3 Tabel 5 menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto terberat
- 1
dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha (K
3 ) namun tidak berbeda nyata
- 1 -1 dengan dosis pupuk kandang 0 ton/ha (K ), 5 ton ha (K ) dan 10 ton ha (K ).
1
2 Hal ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara fosfor dan Kalium
yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai tidak terpenuhi dalam keadaan yang cukup sehingga tidak dapat memicu pertumbuhan dan produksi tanaman dengan baik serta laju fotosintesis tidak maksimum dalam mentranslokasikan karbohidrat dan protein. Selain itu juga, Djuniwati et al, (2003) dalam Idris (2008) menyatakan bahwa bahan organik menghasilkan asam-asam organik sehingga N, P dan K menjadi tersedia dalam tanah. Hasil dekomposisi bahan organik seperti asam sitrat, asam asetat merupakan sebagai sumber energi bagi aktifitas mikroorganisme yang menghasilkan enzim, salah satunya enzim yang merubah organik menjadi anorganik sehingga dapat diserap oleh tanaman, akan tetapi juga foktor lingkungan yang lebih mendukung dalam proses pembentukan karbohidrat, lemak dan protein.
26
4.2. Pengaruh Varietas
Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran bernomor genap 2 sampai 14) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
15 HST, persentase polong bernas , persentase polong hampa dan berat 1000 biji . Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 30 HST , 45 HST sdan berat biji perplot netto.
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 2,4 dan 6) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 15 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 30 HST dan 45 HST.
Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada beberapa varietas pada umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas pada Umur 15, 30, dan 45 HST
Pengaruh Varietas Tinggi Tanaman (cm) Simbol Varietas
15 HST
30 HST
45 HST
Anjasmoro
V 1 14,96 a 25,70 62,18
V
2 Detam-1 16,24 b 26,49 64,21
- BNJ 0,75
0,05 : Angka yang diikuti oleh hurur yang sama pada kolom yang sama tidak
Keterangan
berbeda nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ)
Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi pada umur 15 HST dijumpai pada varietas Detam-1(V ) yang berbeda nyata dengan varietas
2 Anjasmoro (V 1 ). Sedangkan umur 30 dan 45 HST tanaman tertinggi dijumpai
pada varietas Detam-1 (V
2 ) namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan varietas Anjasmoro (V 1 ).
27 Rata-rata tinggi tanaman dari beberapa varietas pada umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 15, 30 dan 45 HST Pada Berbagai Varietas.
Varietas Detam-1 memberikan hasil yang lebih baik pada tinggi tanaman dibanding varietas Anjasmoro, hal ini diduga karena pengaruh sifat genetik tanaman yang berbeda dari masing-masing varietas dan dalam beradaptasi pada lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang (1997) menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan suatu varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya, meskipun secara genetis ada varietas yang memiliki potensi hasil yang baik, tetapi karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya dapat juga menurunkan hasil produksi.
4.2.2. Persentase Polong Bernas dan Hampa (%)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8 dan 10) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap persentase polong bernas dan
28 persentase polong hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan polong hampa tanaman kedelai pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kedelai pada
Beberapa Varietas
Persentase Polong Persentase Polong Pengaruh Varietas Bernas Hampa % %
Simbol Varietas Arsin √× Arsin √×
V Anjasmoro 69,11 86,55 b 20,89 13,45 a
1 V
2 Detam-1 66,04 82,94 a 23,95 17,06 b BNJ 0,05 2,15 2,15
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf peluang 5 % (uji BNJ)
Tabel 8 menujukkan bahwa persentase polong bernas tertinggi dijumpai pada varietas Anjasmoro (V
1 ) yang berbeda nyata dengan varietas Detam-1 (V 2 ).
Sedangkan pada persetase polong hampa tertinggi dijumpai pada varietas Detam-1 (V
2 ) namun berbeda nyata dengan varietas Anjamoro (V 1 ) .
Rata-rata persentase polong bernas dan hampa dari beberapa varietas dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
87.00
86.55 )
86.00 (% s a rn
85.00 e B g n
84.00 lo o P
82.94 se
83.00 ta n e rs e
82.00 P
81.00 Anjasmoro Detam-1 Varietas Gambar 4. Persentase Polong Bernas Tanaman Kedelai Pada Berbagai Varietas.
29 Hal ini diduga akibat respon fisiologi yang berbeda dari suatu genetis dan faktor lingkungandalam proses pembentukkan protein dan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa jumlah daun yang lebih banyak dapat meningkatkan kloroplas (sebagai tempat difusi CO2 ke dalam daun) yang sangat menentukan peningkatan laju fotosintesis. Proses fotosintesa ini digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan proses pada vase generatif akan dialokasikan untuk pembentukan pati (karbohidrat) pada suatu tanaman.
17.05
18.00
16.00 ) %
13.45 (
14.00 a p m
12.00 a H g
10.00 n lo o
8.00 P se
6.00 ta n e
4.00 rs e P
2.00
0.00 Anjasmoro Detam-1 Varietas Gambar 5. Persentase Polong Hampa Tanaman Kedelai Pada Berbagai Varietas.
Tingginya persentase polong hampa diduga karena pada tiap varietas memiliki karakter tersendiri dalam beradaptasi dengan lingkungan. Walaupun unsur hara yang tersedia pada tanah tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustin (1994) yang menyatakan bahwa semakin komponen pertumbuhan dan produksi setiap varietas disamping tergantung pada sifat genetik juga dipengaruhi oleh faktor interaksi lingkungan yang selalu terdapat perbedaan respon genotip
30 pada tempat tumbuhnya masing-masing varietas sehingga memberikan tingkat produksi yang berbeda.
Keragaman akibat faktor lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu sama lain dalam mempengaruhi penampilan fenotipe tanaman.
Faktor genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya faktor lingkungan yang diperlukan. Selama proses pengisian biji, pengangkutan fotosintesa dari bagian vegetatif terutama daun sangat besar (Dachlan, 2008).
4.2.3. Berat 1000 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 12) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap berat 1000 biji kering.
Rata-rata berat 1000 biji kering tanaman kedelai pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas.
Pengaruh Varietas Berat 1000 Biji Kering Simbol Varietas (g)
V
1 Anjasmoro 153,03 b
V Detam-1 134,20 a
2 BNJ 0,05 10,56
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ)
Tabel 9 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering terberat dijumpai pada varietas Anjasmoro (V ), dimana varietas Anjamoro berbeda nyata dengan
1
varietas Detam-1 (V
2 ). Rata-rata berat biji kering dari beberapa varietas dapat dilihat pada gambar 6.
31 Gambar 6. Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kedelai Pada Berbagai Varietas Hal ini diduga karena faktor genetis yang berbeda dan faktor lingkungan yang memiliki karakter dalam beradaptasi dari tempat tumbuhnya sehingga dapat memberikan hasil yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Adrianus (2012) mengemukakan bahwa faktor genetik tanaman merupakan salah satu penyebab perbedaan antara satu tanaman dengan tanaman lain, sehingga tiap varietas memberikan hasil yang berbeda dan juga daya serap unsur hara yang berbada pula.
Dartius (1990) menambahkan bahwa dengan semakin banyaknya bobot tanaman maka radiasi surya yang diterima akan semakin besar. Hal ini menyebabkan fotosintesa yang dihasilkan dan proses fotosintesis akan semakin banyak, fotosintesa yang dihasilkan tersebut akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan sangat erat hubungannya dengan produksi biji. Semakin berat bobot kering tanaman maka produksi biji yang dihasilkan pun akan semakin banyak.
32
4.2.4. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji perplot netto.
Rata-rata berat biji kering per plot netto tanaman kedelai pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Berat Biji kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas
Pengaruh Varietas Berat Biji Kering Per Plot (g) Simbol Varietas
Anjasmoro 122,87
V
1 V
2 Detam-1 109,52
Tabel 10 Menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto terberat dijumpai pada varietas Anjasmoro (V
1 ) namun tidak berbeda nyata dengan
varietas Detam-1 (V 2 ).