PERAN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU - Electronic theses of IAIN Ponorogo

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

  (Studi Kasus di MI Kresna Dolopo Madiun) Tesis

  Oleh : Puji Santoso

  NIM : 212216038

PASCASARJANA JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

  

ABSTRAK

Puji Santoso, 2018. Peran Kepala Madrasah dalam Peningkatan Kompetensi

  Pedagogik Guru (Studi Kasus di MI Kresna Dolopo Madiun). Tesis Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr.

  Abid Rohmanu, M.H.I.

  Kata Kunci: Inovasi Kepala Madrasah dan Kompetensi Pedagogik Guru

  Kemajuan sebuah lembaga pendidikan dimanapun lokasinya sangat dipengaruhi oleh mutu dan profesionalisme kepala Madrasah dalam memimpin atau memberdayakan seluruh organisasi sekolah terutama personil sekolah, baik pendidik maupun tenaga kependidikan. Untuk mewujudkan itu semua, Kepala Madrasah harus mempunyai peran inovasi yang bermutu dalam mengelola seluruh personil sekolah agar kompetensi dan potensi-potensi yang mereka miliki dapat berkembang. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dengan tujuan utama menjelaskan tentang upaya Kepala Madrasah sebagai inovator dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di Madrasah Ibtidaiyah Kresna Mlilir Dolopo Madiun.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun dalam analisis data, menggunakan analisi data kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga triangulasi yaitu triangulasi sumber, metode dan penyidik. Triangulasi sumber digunakan dengan cara membandingkan antara hasil data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Triangulasi metode dilakukan dengan cara pengumpulan data yang beredar, seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Triangulasi penyidik membandingkan data yang diperoleh seorang informan dengan informan lainnya.

  Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Upaya Kepala Madrasah Sebagai Inovator dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MI Kresna Dolopo Madiun yaitu: (a). Mengikutsertakan para pendidik dalam pelatihan-pelatihan, (b).

  Memberikan kesempatan kepada pendidik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, (c). Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar, (d). Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, (e). Membimbing dan mengembangkan pendidik, (f). Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, dan tehnologi, (g). Memberi contoh model pembelajaran dan bimbingan konseling yang baik. 2). Faktor Pendukung Upaya Kepala Madrasah Sebagai Inovator dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MI Kresna Dolopo Madiun yaitu: (a). Kepala madrasah yang profesional, (b). Motivasi pendidik tinggi, dan (c). Motivasi belajar peserta didik tinggi. 3). Faktor Penghambat Upaya Kepala Madrasah Sebagai Inovator dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di MI Kresna Dolopo Madiun yaitu: (a). Sarana prasarana kurang memadai, (b). Metode mengajar yang kurang variatif.

  ABSTRACT

Puji Santoso, 2018. The Role of School Principal in Improving Teacher's

  Pedagogic Competence (Case Study at MI Kresna Dolopo

  Madiun ). Thesis Department of Islamic Education Management

  (MPI), Postgraduate Program, State Islamic Institute (IAIN) Ponorogo. Dr. Abid Rohmanu, M.H.I.

  

Keywords: Innovation of School Principal and Teacher's Pedagogic

Competencies

  The progress of an educational institution wherever its location is strongly influenced by the quality and professionalism of the School Principal in leading or empowering all school organizations, especially school personnel, both educators and education personnel. To realize this, School Principal must have a quality innovation role in managing all school personnel so that their competencies and potentials can develop. Based on this research, the main objective is to explain the efforts of School Principal as innovators in improving the pedagogical competence of teachers in Islamic Elementary School Kresna Mlilir Dolopo Madiun.

  This study uses a qualitative approach, with data collection techniques of observation, interviews, and documentation. As for data analysis, using descriptive qualitative data analysis. In this study, researchers used three triangulations, namely triangulation of sources, methods and investigators. Source triangulation is used by comparing the results of observational data, interviews, and documentation. Triangulation method is carried out by circulating data, such as observation, interviews and documentation. Triangulation investigators compare data obtained by an informant with other informants.

  This study concluding that: 1) The efforts of School Principal as Innovators in Improving Teacher's Pedagogic Competence at MI Kresna Dolopo Madiun are: (a). Include educators in trainings, (b). Providing opportunities for educators to improve their knowledge and skills by studying to a higher level of education, (c).

  Trying to move the learning outcome evaluation team, (d). Use learning time effectively at school, (e). Guiding and developing educators, (f). Follow the development of science and technology, (g). Give examples of good learning and counseling models. 2). Supporting Factors of School Principal Efforts as Innovators in Improving Teacher's Pedagogic Competence at MI Kresna Dolopo Madiun namely: (a). Professional School Principal, (b). Educator motivation is high, and (c). Learning motivation of students is high. 3). Inhibiting Factors of School Principal as Innovators in Improving Teacher's Pedagogic Competence at MI Kresna Dolopo Madiun namely: (a). Infrastructure facilities are inadequate, (b). Less varied teaching methods.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan

  kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini, pengembangan profesionalisme tenaga pendidik mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya berhenti pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga pendidik profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.

  Pendidikan sangat membutuhkan gagasan-gagasan baru untuk meningkatkan output agar lebih berkwalitas. Hal ini biasanya disebut dengan inovasi pendidikan.

  Pelaksanaan inovasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dari seorang inovator atau pelaksana inovasi itu sendiri. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan kepala sekolah sebagai inovator pendidikan di sekolah, bertanggung jawab untuk keberhasilan dari suatu lembaga pendidikan secara keseluruhan. Menurut

  Komariah dkk, inovator adalah para pembaharu, perintis/pioner, atau orang yang paling cepat membuka diri dan menerima inovasi, bahkan menjadi pencari

  1 inovasi.

  Salah satu postingan kebijakan Mendikbud Muhadjir Effendi yang beredar di kalangan pendidik/guru, bahwa Kepala Sekolah (KS) tidak boleh mengajar tetapi sebagai manajer dan inspirator. Dari arahan ini berarti kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi kepemimpinan dan kreativitas selain kompetensi akademik.

  Hal itu tidak lepas dari perubahan zaman dan perubahan teknologi informasi komunikasi (TIK) yang begitu cepat dan massif. Kepala sekolah yang berpola lama akan tergilas oleh zaman karena ketidakmampuan menerjemahkan berbagai informasi dan perubahan itu sendiri. Kedua peran yang melekat tersebut wajib teraktualisasi demi idealisme jalannya roda manajemen sekolah. Salah satu aplikasinya adalah pengembangan kompetensi guru.

  Mengutip pendapat Laurence & Jonathan dalam bukunya This is Teaching : “

  teacher is professional person who conducts classes

  ” (guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola sekolah). Sementara menurut Jean & Morris dalam Foundation of Teaching an Introduction to Modern

  

Educational: “teacher are those persons who consciously direct the experiences

and behavior of and indivual so that education takes places”. Artinya, guru

1 Komariah, Aan, dkk. Visionary Leadrship Menuju Sekolah Efektif (Jakarta:Bumi Aksara, 2005),

   23. diakses pada

  12 Desember 2017. adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari

  3 seorang individu sehingga dapat terjadi pendidikan.

  Seorang guru harus memiliki empat kompetensi agar menjadi guru yang profesional, diantara kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu: mengenal karakteristik anak didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran,mampu mengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, memahami dan mengembangkan potensi peserta didik, komunikasi dengan peserta didik, penilaian dan evaluasi pembelajaran.

  Ungkapan di atas pelaksanaannya masih jauh dari negara kita, terbukti dari Laporan Indeks Daya Saing Global yang menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan peringkat inovasi global yang sangat jauh yakni berada di peringkat 87 dari 127 negara. Peringkat tersebut bahkan masih kalah dengan

  4

  negara tetangga seperti Malaysia di peringkat 37 dan Vietnam di peringkat 47. Ini membuktikan bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan negara ini untuk meningkatkan iniovasinya khususnya di bidang pendidikan.

  Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk memajukan dan menumbuh suburkan inovasi pendidikan di Indonesia adalah dengan mengenali bagaimana sebuah inovasi dibuat dan dikembangkan. Berbicara pengembangan inovasi, maka

  

diakses pada tanggal 01 Mei 2018. iakses pada tanggal 24 Juni 2018. merujuk kepada manajemen startegik lebih khusus kepada desain pengembangan inovasi. Dalam hal ini, desain pengembangan inovasi sangat diperlukan dalammenyusun setiap program-program sekola, lebih khusus dalam menyusun program-program sekolah, lebih khusus dalam menyusun program-program inovasi. Sehingga diharapkan setiap program yang diciptakan melalui langkah- langkah desain pengembangan inovasi akan menghasilkan program yang dapat memberikan nilai daya saing kepada lembaga pendidikan.

  Hasil penjajagan awal di lapangan telah ditemukan pimpinan lembaga pendidikan yang telah menjalankan kepemimpinannya, yaitu bapak Ghufron Mahmud Kepala MI Kresna Dolopo Madiun. Dalam kepemimpinannya beliau telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kinerja guru baik melalui

  

ability maupun motivasi. Peningkatan melalui ability seperti memberikan

  bimbingan secara umum, bimbingan secara klasikal (individu), pengutusan guru untuk workshop, bekerja sama dengan instansi lain, mewajibkan untuk ikut KKG atau semacam program MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) bagi guru yang kurang kemampuan atau kompetensinya. Sedangkan peningkatan melalui motivasi seperti, memberi semangat dan perlakuan baik bagi guru yang berprestasi baik, memberi contoh bimbingan konseling, evaluasi kegiatan belajar melalui koordinator masing-masing divisi serta memberikan tunjangan hari raya,

  5 yang mana sebelumnya belum maksimal diterapkan di MI Kresna.

  Karena pembinaan guru dan kesiswaannya yang baik oleh kepala madrasah 5 sehingga menjadi menonjol dalam prestasi yang didapatnya. Berbagai kejuaraan Ghufron Mahmud, Wawancara, Madiun, 20 Februari 2018. baik akademis maupun non-akademis dari tingkat kabupaten hingga nasional berhasil diraih. Berbagai kejuaraan diantaranya Olimpiade Sains tingkat Jawa Timur yang berhasil meraih juara umum (piala bergilir), Olimpiade Sains Omnas Malang meraih predikat The Best Ten dan salah satunya membawa pulang emas.

  Kejuaraan tingkat Nasionaljuga pernah diraih seperti Juara Satu Olimpiade Matematika, dan masih banyak lagi prestasi yang diraih, setiap tahun paling tidak

  6

  ada 35-40 tropi yang dibawa pulang. Semua prestasi yang didapat oleh MI Kresna tidak lepas dari guru-guru berkompetensi dan peran kepala sekolahnya.

  Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Nurdin: Guru dalam Islam adalah orang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didiknya dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan dia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu

  7 yang mandiri.

  Berangkat dari penjajagan awal di atas, makatesis ini berjudul : “Peran Kepala Madrasah dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru di Madrasah Ibtidaiyah Kresna Dolopo Madiun”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana upaya kepala madrasah sebagai inovator dalam meningkatkan 6 kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun? 7 Ahrisul Iftitah, Wawancara, Madiun, 20 Februari 2018.

  Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Yogyakarta: Prismasophie, 2004), 156.

  2. Apa faktor pendukung upaya kepala madrasah sebagai inovator dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun?

  3. Apa faktor penghambat upaya kepala madrasah sebagai inovator dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk menjelaskan peran kepala madrasah sebagai inovator dalam peningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun.

  2. Untuk mendeskripsikan faktor apa saja yang mendukung peran inovasi kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun.

  3. Untuk mendeskripsikan faktor apa saja yang menghambat peran inovasi kepala madrasah dalam peningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoretis Secara teoretis, dengan penelitian ini akan ditemukan peran yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan hasil dari peran inovasi kepala madrasah terhadap guru.

2. Manfaat Praktis

  Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : a.

  Kepala madrasah, agar penelitian ini dapat dijadikan perbandingan untuk menjalankan peran yang dilakukan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru di sekolahnya dan dapat memberikan pemahaman terkait pentingnya peran inovasi kepala madrasah.

  b.

  Peneliti, diharapkan dapat menambah cakrawala berpikir dan mendapat pengalaman praktis dalam memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan yang berkaitan dengan peran inovasi kepala madrasah.

  c.

  Mahasiswa Manajemen, diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengerjakan tugas dan memberikan wawasan berkaitan dengan peran inovasi kepala madrasah.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefiniskan ”pendekatan kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku (tindakan) yang diamati.

  8 Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya dengan

  penelitian lainnya. Bogdan dan Biklen mengajukan lima karakteristik yang melekat pada penelitian kualitatif, yaitu: naturalistic, descriptive data, concern

  with process, inductive, and meaning .

  

9

Sedangkan Lincoln dan Guba mengulas

  10 (sepuluh) ciri penelitian kualitatif, yaitu: latar alamiah, peneliti sebagai

  8 Robert C. Bogdan & S.J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods (New York: John Wiley, 1975), 5. 9 Robert C. Bogdan, & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education;An introduction to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982), 4. instrumen kunci, analisis data secara induktif, grounded theory, deskriptif, lebih

  10 mementingkan proses daripada hasil.

  Berikut adalah deskripsi singkat aplikasi lima karakteristik tersebut dalam penelitian ini. Pertama, penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural

  

setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri sebagai instrumen

  kunci. Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan (tanpa diwakilkan), yaitu di MI Kresna Dolopo Madiun. Kedua, penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen dan rekaman lainnya. Ketiga, dalam penelitian kualitatif, ”proses” lebih dipentingkan daripada ”hasil”. Sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian ini lebih memperhatikan pada proses wawancara, kegiatan kepala sekolah serta mencatat aktifitas-aktifitas kegiatan belajar mngajar yang terjadi di MI Kresna Dolopo Madiun.Keempat, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara induktif. Artinya bahwa penelitian ini, bertolak dari data di lapangan, kemudian peneliti memanfaatkan teori sebagai bahan penjelas data dan berakhir dengan suatu penemuan hipotesis atau teori. Kelima, makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. Dalam konteks penelitian ini, peneliti berusaha mencari ”makna” dari ”kegiatan-kegiatan di 10 sekolah dalam konteks peningkatan kompetensi pedagogik guru.

  Lincoln & Guba, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1981), 39-44.

  Adapun Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah case

  

studies , yaitu desain penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang

  11

  digunakan untuk situasi sekolah tertentu. Yang menurut Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai 1).

  

“instance or example of the occurance of sth., 2) “actual state of affairs;

situation”, dan 3). “circumstances or special conditions relating to a person or

thing”. Secara berurutan artinya ialah 1) contoh kejadian sesuatu, 2) kondisi

  aktual dari keadaan atau situasi, dan 3) lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu. Dari penjabaran definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut.

  Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.

2. Instrumen Penelitian

  Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

  12

  skenarionya. Untuk itu, posisi peneliti dalam penelitian adalah sebagai

11 Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education;An introduction to theory and , 63.

  12 methods

Pengamatan berperanserta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama

itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut instrumen kunci, partisipan penuh, dan sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang. Kecermatan dan keuletan peneliti sangat mempengaruhi hasil dari penelitiannya. Sehingga peneliti harus jeli dalam mengambil data maupun mengumpulkan data yang akan digunakan nanti.

  Mana data yang akan digunakan dan mana data yang tidak gunakan dipilah dan dipilih dengan baik.

3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Kresna Dolopo Madiun Jawa Timur.

  Beberapa alasan penulis mengadakan penelitian di MI Kresna berdasarkan atas beberapa pertimbangan baik kemenarikan, keunikan, dan kenyataan: a.

  Kepala MI Kresna merupakan ketua KKG se Kabupaten Madiun dijenjang Ibtidaiyah.

  b.

  MI Kresna ini peran kepala madrasah sangat nampak sekali dibuktikan dengan dokumen sekolah mengenai keberhasilan guru dalam meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai kegiatan, baik tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi maupun nasional.

  c.

  Lembaga ini menjadi lembaga pendidikan yang cukup diminati terbukti peserta didik yang mendaftar sangat banyak.

4. Sumber dan Jenis Data

  Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan

  

berlaku tanpa gangguan. Robert C. Bogdan, Participant Observation in Organizational Setting

(Syracuse New York: Syracuse University Press, 1972), 3.

  13

  lainnya. Berkaitan dengan hal itu, sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah: kata-kata, tindakan, sumber tertulis, foto, dan statistik. Pertama, kata- kata. Kata-kata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kata orang-orang yang diwawancarai atau informan, yaitu: bapak Gufron Mahmud (kepala Madrasah), Yuli Setyawati (Waka Kurikulum) sebagai perencana kegiatan yang berkaitan dengan kompetensi guru, Siti Khusnia, Ahrisul Iftitah (guru) sebagai pelaksana pembelajaran, sehingga kompetensi guru sangat di utamakan. Kedua, tindakan. Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan orang- orang yang diamati, yaitu: kepala madrasah MI Kresna Dolopo Madiun, guru dan murid. Ketiga, sumber tertulis. Meskipun sumber data tertulis bukan merupakan sumber data utama, tetapi pada tataran realitas peneliti tidak bisa melepaskan diri dari sumber data tertulis sebagai data pendukung. Di antara sumber data tertulis dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa dan daftar guru. Keempat, foto. Dalam penelitian ini, foto digunakan sebagai sumber data penguat hasil observasi, karena pada tataran realitas foto dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Dalam penelitian ini ada dua katagori foto, yaitu foto yang dihasilkan orang lain dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. Sedangkan foto yang dihasilkan oleh peneliti adalah foto yang diambil peneliti di saat peneliti melakukan pengamatan berperanserta. Sebagai contoh adalah foto kegiatan belajar mengajar 13 di ruang kelas dan foto kegiatan rapat. Keempat, data statistik. Yang dimaksud

  

Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and Analysis (Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company, 1984), 47. dengan data statistik dalam penelitian ini, adalah bukan statistik alat analisis sebagaimana digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk menguji hipotesis, tetapi statistik sebagai data. Artinya data statistik yang telah tersedia akan dijadikan peneliti sebagai sumber data tambahan. Sebagai contoh adalah data statistik lokasi MI Kresna Dolopo Madiun.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi (non partisipan)

  Dengan teknik ini, peneliti mengamati aktifitas sehari-hari obyek penelitian, karakteristik fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menuju bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif (descriptive

  

observations ) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi

  sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations). Akhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective observations). Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.

  Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Sebagaimana ditegaskan oleh Bogdan dan Biklen bahwa seorang peneliti pada saat di lapangan harus membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan. Sebab jantung penelitian dalam konteks penelitian kualitatif adalah catatan lapangan. Catatan tersebut menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan

  14 refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

  Kegiatan-kegitan yang diamati dan kemudian dicatat dan direfleksikan oleh peneliti selama di lapangan, di antaranya adalah kegiatan yang terjadi diruang kelas seperti strategi mengajar guru, media pembelajaran yang digunakan guru, kegiatan guru diluar kelas dan kegiatan kepala sekolah.

b. Wawancara

  Sebagaimana yang ditulis oleh Lincoln dan Guba, maksud dan tujuan dilakukannya wawancara dalam penelitian kualitatif adalah: 1) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; 2) merekonstruksi kebulatan-kebulatan yang dialami masa lalu; 3) memproyeksikan kebulatan-kebulatan yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; 4) memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan 5) memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti

  15

  sebagai pengecekan anggota. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitin ini adalah wawancara tertutup. Maksud wawancara tertutup dalam 14 konteks penelitian ini adalah orang-orang yang diwawancarai (informan)

  

Lihat dalam Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education;An introduction

15 to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982), 74.

  Lincoln & Guba, Effective Evaluation, 266. mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan diwawancarai. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstuktur. Artinya pelaksanaan tanyajawab menggunakan pedoman wawancara. Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini, ditetapkan dengan cara purposive sampling dan snowball sampling, Sugiyono menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel

  16

  dengan pertimbangan tertentu. pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria- kriteria kedisiplinan pegawai. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin

  17

  lama semakin besar. Orang-orang yang dimaksud di atas yaitu:

1) Kepala Madrasah.

  2) 16 Yuli Setyawati (Waka Kurikulum).

  

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Penerbit

17 Alfabeta,2008), 61.

  Ibid.

3) Guru-guru.

c. Dokumentasi

  Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman (record). Lincoln dan Guba membedakan definisi antara dokumen dan rekaman. Menurutnya rekaman adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristewa. Sedangkan dokumen adalah setiap bahan tertulis yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan

  18 tertentu.

  Menurut Lincoln dan Guba ada beberapa alasan mengapa teknik dokumentasi dapat digunakan dalam proses penelitian. Pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu. Kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi dimasa lampau, maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. Ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara konseptual relevan dan mendasar dalam konteknya. Keempat, sumber ini

  19 sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas.

  Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan dokumentasi adalah rekaman wawancara dengan guru, waka kurikulum dan kepala madrasah.

  18 19 Lincoln & Guba, Effective Evaluation, 228.

  Ibid.,229.

6. Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat

  20

  kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan hanya satu tahap, yaitu analisis data satu kasus. Hanya kejadian di sekolah yang diteliti itu saja tanpa membandingkan atau menelliti dengan sekolah lain.

  Analisis data dalam satu situasi sosial (single social situation) adalah analisis data yang dilakukan di masing-masing lokasi penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep yang diberikan Miles & Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas yang dimaksud meliputi data reduction, data display dan

  21 conclusion, sebagaimana pada gambar berikut:

  20 Analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field

notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to

enable you to present what you have discovered to others. Lihat dalam Robert C. Bogdan dan

21 Biklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods, 157.

  

Lihat dalam Matthew B. Miles & AS. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep

Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), 16.

  Penyajian data Pengumpulan data

  Kesimpulan Reduksi data

  Gambar: 1.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman Data yang ditemukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi di ketiga warga masyarakat pengguna, sangat komplek. Untuk itu peneliti melakukan reduksi data, yaitu kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, disesuaikan dengan fokus penelitian.

  Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

  Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data (data

  

display ), yaitu pemaparan data sesuai dengan masing-masing fokus penelitian

  dalam bentuk uraian, dan bagan yang menghubungkan antar katagori. Sebagai langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data a. Keikutsertaan yang diperpanjang.

  Sebagaimana diuraiakan di atas, bahwa peneliti dalam konteks penelitian kualitatif adalah instrumen kunci. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Di lokasi ini peneliti ikut masuk di tengah-tengah kegiatan sekolah mulai tanggal 26 November 2017 sampai 01 Maret 2018. Setelah dirasa data belum lengkap maka peneliti memperpanjang penelitian sampai 30 Juni 2018.

b. Pengamatan yang tekun.

  Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang terkait tentang kegiatan-kegiatan kompetensi pedagogik guru.

  Jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan ”lingkup”, maka ketekunan pengamatan menyediakan ”kedalaman”. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan kegiatan-kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun, kemudian menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.

  Pertama, Triangulasi dengan Sumber

  Triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

  

22

  berbeda dalam metode kualitatif. Contoh penerapan triangulasi dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah memperoleh data dari wawancara dan observasi, selain itu peneliti juga menggunakan sumber tertulis, dokumen lembaga, arsip lembaga serta dokumentasi lembaga yang akan memberikan pandangan yang berbeda tentang fenomena yang diteliti.

  Kedua, Triangulasi dengan Metode

  Triangulasi dengan menggunakan metode dalam konteks penelitian ini, digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan melakukan check data

  23

  kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Aplikasinya dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

  Selain itu untuk mengecek kebenaran menggunakan informan atau

  24

  narasumber yang berbeda. Dalam hal ini peneliti memilih narasumber diantaranya kepala sekolah, guru dan waka kurikulum. Sedangkan metodenya adalah wawancara dengan narasumber tersebut dan observasi di MI Kresna langsung.

  Ketiga, Triangulasi dengan Penyidik

  Triangulasi dengan penyidik dalam konteks penelitian ini, digunakan untuk pengecekan kembali derajat keabsahan data dengan jalan

  25

  memanfaatkan peneliti lainnya. Contoh penerapannya dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah dengan menggunakan lebih dari satu orang

  22 Michael Quinn Patton, Qualitative Evaluation Methods (Beverly Hills: Sage Publications, 1987), 23 331. 24 Michael Quinn Patton., 329. 25 Ibid.

  Ibid. dalam pengumpulan dan analisis data, yaitu ada 4 orang yang menjadi narasumber peneliti.

  c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi.

  Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil sementara yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

  Contoh penerapannya dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah dengan membuat forumdiskusi tentang penelitian terkait. Sehingga dalam diskusi itu nanti akan bisa memberikan informasi tentang penelitian yang di tempat lain. Sehingga akan membantu peneliti dalam melengkapi penelitiannya. Dalam hal ini peneliti membuat forum diskusi dengan teman satu kelas dan teman satu lokasi penelitian.

  d. Kecukupan Referensial.

  Konsep kecukupan referensial dalam konteks penelitian mula-mula diusulkan oleh Eisner dalam Lincoln dan Guba sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan data tertulis untuk keperluan

  26

  evaluasi. Kecukupan referensial dalam proses penelitian ini adalah dengan mengggunakan camera dantape-recordersebagai alat perekam yang pada saat senggang dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul. Contoh penerapannya dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah penggunaan camera dan recorder dalam kegiatan wawancara serta observasi.

26 Lincoln dan Guba, Effective Evaluation, 313.

8. Sistematika Pembahasan

  Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab dan masing-masing bab berkaitan erat yang merupakan satu kesatuan utuh, dengan melihat sistematika pembahasan ini diharapkan pembaca mempunyai gambaran awal tentang isi yang terkandung di dalam tesis, enam bab tersebut yaitu:

  Bab I yang merupakan bagian awal atau pendahuluan yang menjadi gambaran umum tentang konsep secara keseluruhan tentang penelitian yang akan dilakukan yaitu peran inovasi kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Berangkat dari latar belakang, menentukan fokus dan rumusan masalah, tujuan penelitian yang akan dicapai, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika pembahasan.

  Bab II, berisi tentang kajian terdahulu dan kajian teori sebagai landasan melakukan penelitian. Bab III, berisi tentang paparan data dan temuan penelitian, bab ini memaparkan tentang penemuan peneliti dilapangan. Bab IV, berisi tentang pembahasan terkait peran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI Kresna Dolopo Madiun. Bab V, merupakan bab penutup. Bab ini berfungsi untuk mempermudah para pembaca dalam mengambil inti sari dari tesis, yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II PERAN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU A. Kajian Terdahulu Jemingan 2015

  ,”Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan

Mutu Kompetensi Guru” (Studi Kasus di MIN Bangunrejo Sukorejo Ponorogo)”.

  Tesis yang ditulis oleh mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Ponorogo yang menjelaskan bahwa peningkatan kompetensi guru di MIN Bangunrejo Sukorejo dapat diraih dengan peran serta kepala sekolah. Upaya yang dilakukan oleh kepala Madrasah Bangunrejo Sukorejo yaitu : a) menghimbau agar guru-guru yang telah sertifikasi untuk studi lanjut, membeli buku referensi mengajar dan semua sudah memiliki laptop sebagai sarana mengajar. b) mengikutkan aktif dalam forum kelompok kerja guru (KKG) baik tingkat kecamatan maupun kabupaten.c) memberikan kesempatan dan memotifasi untuk mengikuti diklat mapel umum maupun agama. d) memotifasi dan menghimbau bisa berpartisipasi dalam menulis artikel atau karya tulis penelitian tindakan kelas. Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan pembahasan mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Sedangkan perbedaannya penelitian terdahulu lebih memfokuskan pada peningkatan profesionalisme guru, sedangkan penelitian yang sekarang memfokuskan pada upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dan

  27 peran kepala sekolah sebagai inovator.

  Tadius Herculanus Bahari Sindju Tomo Djudin 2012,”Peranan Kepala

  

Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru” (Studi tentang Peranan Kepala

  Sekolah Dasar Negeri 7 Sintang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Peran Kepala Sekolah Dasar Negeri 7 Sintang dalam meningkatkan kompetensi guru SDN 7 Sintang. Upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru antara lain kegiatan seminar, kegiatan kelompok kerja guru (KKG), pendidikandan pelatihan (diklat), pelatihan pengoperasian komputer. Peningkatan kedisiplinan serta penertiban guru piket. Faktor pendukung menurut kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru antara lain tersedianya sarana dan prasarana yang relative memadai, jumlah murid yang relative banyak, kerjasama antar sekolah dengan masyarakat yakni Dinas Pendidikan, Badan Lingkungan Hidup, Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, orang tua siswa/komite sekolah. Faktor penghambat antara lain rendahnya presentasi tenaga pendidik di SDN 7 Sintang yang belum memenuhi kualifikasi tenaga pendidik sesuai Standar Nasional Pendidikan, rendahnya motivasi guru untuk meningkatkan kualifikasi akademik, kurangnya biaya atau dana dan dominannya kaum wanita di SDN 7 Sintang hingga agak sulit melakukan koordinasi. Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan membahas 27 tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Sedangkan

  

Jemingan ,”Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Kompetensi Guru”, Tesis Pascasarjana IAIN Ponorogo (Oktober, 2015). perbedaannya penelitian terdahulu lebih memfokuskan pada peran kepala sekolah terhadap pembinaan empat kompetensi guru, sedangkan penelitian yang sekarang memfokuskan pada upaya peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi

  28 pedagogik guru.

  Munawir 2010

  ,“Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru Pendidikan Agma Islam” (Studi Kasus di SMAN 1 Gemuh

  Semarang). Tesis yang ditulis oleh mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Walisongo Semarang yang menjelaskan bahwa peningkatan kompetensi guru PAI di SMAN 1 Gemuh dapat diraih melalui dua hal yaitu dengan usaha dari guru PAI dan peran serta kepala sekolah. Upaya guru PAI dalam rangka meningkatkan kompetensinya melalui empat hal, meliputi: kompetensi pedagogik, pribadi, sosial dan profesional. Kepala SMAN 1 Gemuh berperan sebagai edukator, manajer, administrator, leader dan supervisor.