PERSEPSI TERHADAP PERILAKU BERMASALAH PADA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 19 PON-TIANAK.

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU BERMASALAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 19 PONTIANAK.

  Etsukrilasa, Yuline, Luhur Wicaksono

Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak

Email :

  

Abstract

Perceptions of students 'problem behavior are students' perceptions of the types

and factors that cause problematic behavior that violate existing rules or rules

in the school environment. The method used is descriptive method with a quan-

titative approach in the form of analysis. Based on the results of the analysis of

data about the perception of problematic behavior of eighth grade students of

  

19 Junior High School in Pontianak as a whole reached 47% in the category of

quite high. Perceptions of the types of problematic behavior reached 45% with

a high enough category, Perception of internal factors causing problematic be-

havior reached 47% with a high enough category, and Perception of external

factors causing problem behavior reached 48% with a fairly high category.

  Keywords: Perceptions problematic behavior PENDAHULUAN

  Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan penunjang bagi kehidupan manusia, karena manu- sia merupakan bagian dari mahluk hidup yang memiliki kebutuhan, salah satu kebutuhan manusia adalah belajar, kare- na dengan belajar manusia dapat menge- tahui perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat mengikuti perkembangan teknologi, sehingga manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.

  Dalam keseluruhan proses pendidi- kan disekolah, kegiatan belajar merupa- kan kegiatan yang paling pokok yang berarti bahwa berhasil tidaknya pen- capaian pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik.

  Proses belajar mengajar merupa- kan proses yang terpenting karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. ekolah se- bagai miniatur masyarakat menampung bermacam-macam siswa dengan latar belakang kepribadian yang berbeda.

  Siswa tersebut heterogen sebab diantara mereka ada yang miskin, ada yang kaya, ada yang pintar, ada yang kurang, ada yang suka patuh, dan suka menen- tang. Dengan latar belakang kepribadian yang berbeda tersebut dapat memungkinkan siswa-siswa mengalami berbagai masalah.

  Di sini pula campur tangan lang- sung antara pendidik dan peserta didik berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergan- tung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta didik.

  Remaja merupakan bentuk pen- cerminan masyarakat yang akan datang, baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intel- ektual, penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, dan derajat kemajuan perilaku serta kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung kepada remaja sekarang (Musbikin, 2013: 3). Menurut Prasetyo (2013: 12), masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberon- takan. Penyebab remaja melakukan hal tersebut karena remaja umumnya masih belum memiliki identitas diri, mereka berada dalam proses penemuan identitas dirinya sendiri. Hal inilah yang me- nyebabkan jiwa remaja sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh luar serta gampang terombang ambing, karena pada dasarnya jiwa mereka masih diam- bang kelabilan.

  Pada masa sekarang, banyak remaja cendrung mengarahkan penemuan iden- titas mereka keidentitas yang tidak baik. Hasilnya timbullah suatu keadaan yang sering disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja ini sangat jelas dikat- egorikan kedalam bentuk perilaku me- nyimpang. Anak-anak remaja yang melakukan penyimpangan umumnya kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, serta suka menegakkan standar tingkah laku sendiri dan meremehkan keberadaan orang lain (Kartono, 2014: 9).

  Perilaku menyimpang atau ber- masalah yang sering juga disebut juve- nile delinquency ialah perilaku jahat ( dursila ) atau kejahatan / kenakalan anak-anak muda merupakan gejala sakit yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang melakukan penyimpangan atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat (Kartono, 2014: 6).

  Dengan adanya perilaku bermasa- lah yang muncul maka peneliti berharap agar guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dan guru bimbingan dan konseling dapat mencegah terjadinya perilaku bermasa- lah. However, some research has sug-

  gested that school is a factor of deviant behavior (Jou, 2001).

  Dikalangan remaja sering dijumpai adanya perilaku yang menyimpang. Per- ilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempur- na.Kelompok yang paling rentan dalam proses perilaku menyimpang yaitu para remaja atau peserta didik. Hal ini dapat ditanggulangi apabila fungsi keluarga berjalan dengan baik, karena Keluarga merupakan fungsi sosialisasi bagi ang- gota keluarga terutama anak, karena per- tama kali anak dilahirkan adalah di da- lam keluarga yang merupakan lembaga pertama dan utama.

  Perilaku bermasalah tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu per- ilaku bermasalah juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) yang disebabkan oleh beberapa factor. menurut Kartono Kartini yang di kutip (Imam Musbikin 2013:23) adalah sebagai berikut: Faktor intern sebagai penyebab timbul nya masalah pada siswa adalah berkaitan dengan kejiwaan, misalnya kejengkelan-kejengkelan anak untuk mencapai tujuan, juga melakukan kompensasi negatif sebagai penyalur tekanan-tekanan batin untuk mencapai tujuan itu. Pengendali ego atau keakuan yang lemah, ataupun mungkin terlalu besar mendorong anak bertindak tanpa pertimbangan yang pasti serta tidak sesuai dengan ukuran yang digariskan dalam norma masyarakat setempat. Faktor kejiwaan memegang peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan perilaku menyimpang siswa.

  Umumnya siswa mengalami gangguan kejiwaan sehubungan dengan perkembangan pribadi yang semakin pesat. Gangguan itu berubah menjadi kejengkelan apabila siswa mengahdapi hambatan, dan hambatan itu dirasakan membatasi gerak, maka akan men- dorong siswa umtuk melakukan tinda- kan yang dapat digolongkan sebagai penyimpangan. Faktor eksernal adalah faktor yang berkaitan dengan keadaan

METODE PENELITIAN

  Margono (2014:118) populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang diten tukan”.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

  Hadari Nawawi, (2012:101) ada 6 teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah: 1) Teknik observasi langsung, 2) Teknik observasi tidak langsung, 3) Teknik komunikasi lang- sung, 4) Teknik komunikasi tidak lang- sung, 5) Teknik documenter. Teknik

  untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.

  (random sampling) dengan cara undian

  Adapun metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sampel acak

  19 Pontianak dengan populasi ber- jumlah 247 siswa. Menurut Sugiyono (2008:118) Sam pel merupakan “bagian populasi yang diambil menjadi mewakili penelitian ini”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25% dari populasi, sampel penelitian berjumlah 63 siswa.

  VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

  Sudrajat (dalam Pansaut 2013:37) menyebutkan beberapa macam ben- tuk penelitian, yaitu: 1) Studi pengembangan, 2) Studi tindak lanjut,3) Analisis, 4) Studi ke- cendrungan, 5) Studi korelasi, 6) Studi kasus, 7) Studi survey.

  dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi perilaku bermasalah.

  Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. metode deskriptif adalah suatu cara untuk memecahkan masalah penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa masalah yang dikemukakan ada- lah masalah bersifat faktual serta data yang dideskripsikan sebagaimana adan- ya. Menurut Wirartha (2006:76) metode penelitian adalah “suatu cara atau prosedur untuk memperoleh pemecahan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi”. Bentuk penelitian yang digunakan adalah analisis. Subana dan

  Berdasarkan paparan diataslah yang membuat peneliti sangat tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang persepsi Terhadap Perilaku Bermasalah Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menen- gah Pertama Negeri 19 Pontianak.

  Berdasarkan paparan diatas situasi dan kondisi ini terjadi pula pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Pontianak. Berdasarkan praktek pen- galaman lapangan (PPL) dan prasurvey informasi yang didapatkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami perilaku bermasalah. Adapun jenis-jenis perilaku bermasalah yang di hadapi siswa anak suka membangkang atau melawan, keranjingan video game, bandel dan tid- ak bisa diam dan anak suka mengambil barang orang lain, bolos dan tidak mengerjakan tugas.

  Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua factor penyebab perilaku bermasalah antara lain, faktor internal siswa atau faktor yang ada di dalam diri siswa sendiri dan faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

  Menurut Muhibbin Syah (2008: 132-139) Faktor eksternal dibagi men- jadi 2 macam, yaitu factor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial ini meliputi ling- kungan orang tua dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf

  Menurut Kartono Kartini (dalam Imam Musbikin 2013:23) menyebut ada 3 faktor eksternal yang menyebabkan kenakalan siswa yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, ling- kungan sekolah.

  • – staf administrasi di ling- kungan sekolah, dan teman
  • –teman di sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
lam penelitian ini adalah teknik komu- nikasi tidak langsung Alat pengumpul data berupa angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat per- tanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab Sugiyono (2017: 142)

  Sebelum angket disebarkan, dil- akukan uji validitas terdahulu dengan program computer Statistical Product

  and Service Solusion (SPSS) dan uji

  validitas angket dilakukan kepada 63 responden.

  Darmadi (2013:118) “Relia- bilitas adalah tingkatan pada mana suatu tes secara konsisten mengukur bebera- papun tes itu mengukur”. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach, yaitu kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan metode ini, bila koefisien reliabilitas > 0,6.

  Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik ana- lisis perhitungan persentase rumus sebagai berikut:

  ............................... (1) Keterangan: P% = Persentase yang dipakai f = Jumlah alternative jawaban N = Jumlah sampel

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Pengolahan Data

  • – (1×S ideal) s/d X ideal (1×S ideal) = 31,5 - (1×10,5) s/d 31,5 + (1×10,5) = 31,5
  • – 10,5 s/d 31,5 + 10,5 = 21 s/d 42 adalah kategori sedang Untuk kategori “tinggi” adalah diatas rentang “sedang” yaitu 43 s/d 63 Untuk kategori “rendah” dibawah rentang “sedang” yaitu 0 s/d 20

  Data penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket selanjutnya diolah berdasarkan teknik pengolahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pen- golahan data dalam penelitian ini dil- akukan dengan langkah-langkah:

  1)

  Menetapkan angket yang dapat diolah, dan melakukan pemeriksaan isian angket, untuk melihat lengkap atau tid- aknya respoden menjawab pernyataan tersebut.

  2)

  Menetapkan nomor urut pada setiap angket dimana nomor urut tersebut sekaligus nomor urut respoden, 3) Menetapkan kualifikasi alternative jawaban setiap item angket, yaitu 55 jawaban dengan kualifikasi baik diberi bobot 1, dan kualifikasi bobot rendah atau kurang di beri bobot 0, 4) Menetap- kan tolak ukur untuk kategori hasil perhitungan persentase sebagai pedoman interprestasi data yang diperoleh dari perhitungan persentase.

  Data penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket selanjutnya diolah berdasarkan teknik pengolahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk menjawab sub masalah ini dengan menggunakan perhitungan rumus presentase. Tolok ukur kategori hasil angket dapat dipergunakan per- bandingan dari pendapat Popham dan Sirotnik ( dalam Sari 2013 ).Adapun tolok ukur tersebut terdapat di bawah ini: X ideal- (1 × S ideal) s/d X ideal + (1 × S ideal) Keterangan : X ideal = Rata-Rata Ideal Nilai Z = 1(Rumus) S ideal = jumlah responden × skor tertinggi Skor Ideal = 63 × 1= 63 X (rata-rata ideal) = = = 31,5 S ideal = = = 10,5 Nilai Z =1 (rumus) X ideal

  Dari hasil tolak ukur diatas yang dipergunakan untuk menentukan kate- diamati dalam penelitian dengan Adapun analisis data tentang Per- prosedur sebagai berikut: 1) Menen- sepsi Terhadap Perilaku Bermasalah tukan jumlah skor aktual setiap aspek Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menen- variabel. 2) Menentukan jumlah skor gah Pertama Negeri 19 Pontianak dapat maksimal untuk setiap aspek variabel, 3) dilihat pada tabel berikut: Menetukan presentase untuk setiap aspek variabel. 4) Mengkonsultasikan perhitungan presentase dengan tabel tolak ukur penilaian kategori.

  

Tabel 1. Hasil Analisis Data Layanan Informasi

Tentang Kemampuan Berkomunikasi

No Aspek Variabel

  X X % Katagori Aktual Ideal Persepsi Terhadap perilaku bermasalah 1565 3339

  47 Cukup siswa Tinggi 421 945

  45 Tinggi Persepsi terhadap jenis-jenis perilaku bermasalah

  1 Anak suka membangkang atau 58 126

  46 Cukup melawan Tinggi

  2 Keranjingan video game 54 126

  43 Cukup Tinggi

  3 Defresi pada anak 56 126

  44 Cukup Tinggi

  4 Bandel tidak bisa diam 51 126

  40 Cukup Tinggi

  5 Suka mengambil barang orang lain 66 126

  52 Cukup Tinggi

  6 Membolos 83 189

  44 Cukup Tinggi

  7 Tidak mengerjakan tugas 53 126

  42 Cukup Tinggi

  Persepsi terhadap factor internal 356 756

  47 Cukup

penyebab perilaku bermasalah Tinggi

  1 Pergaulan 117 252

  46 Cukup Tinggi

  2 Beredarnya film atau bacaan forno 81 189

  43 Cukup Tinggi

  3 Kurang memanfaatkan waktu luang 158 315

  50 Cukup Tinggi

  Persepsi terhadap factor eksternal 788 1638

  48 Cukup

penyebab perilaku bermasalah Tinggi

  Pembahasan

  Berdasarkan tabel 1 di atas tampak bahwa secara keseluruhan persepsi terhadap perilaku bermasalah siswa kelas VIII Sekolah Menegah Pertama Negeri 19 Pon- tianak mencapai skor aktual 1.565 dari skor maksimal ideal 3.339 berarti mencapai 47% berada pada kate gori “Cukup Tinggi ”. Agar dapat melihat persepsi terhadap per- ilaku bermasalah siswa kelas VIII Sekolah Menegah Pertama Negeri 19 Pontianak maka perlu dilihat dari indicator sebagai berikut: 1) Persepsi terhadap jenis-jenis perilaku bermasalah siswa mencapai skore 45 % berada pada kategori cukup tinggi. Artinya bahwa persepsi siswa terhadap anak yang suka mem bangkang atau mela- wan, keranjingan video game, defresi pada anak, bandel tidak bisa diam, suka mengambil barang orang lain, membolos dan tidak mengerjakan tugas merupakan jenis-jenis perilaku bermasalah yang cukup tinggi yang sering dialami oleh sebagian besar siswa. Adapun persepsi siswa ter- hadap jenis-jenis perilaku bermasalah siswa dalam penelitian ini sesuai pendapat “Hen- dra Surya (dalam skripsi elin 2016) menya- takan bahwa perilaku-perilaku menyimpang pada anak antara lain: Anak suka mem- bangkang atau melawan, Keranjingan video game, Depresi pada anak, Anak suka mengamuk dan memaki, Merasa kesepian atau terkucil, Bandel dan tidak bisa diam, Anak suka mengambil barang orang lain, Gemar bertanya”. 2) Persepsi terhadap fac- tor internal penyebab perilaku bermasalah mencapai skore 47 % dengan kategori cukup tinggi. Artinya bahwa pergaulan yang salah, beredarnya film-film forno dan kurangnya memanfaatkan waktu luang merupakan factor penyebab timbulnya per- ilaku bermasalah yang cukup tinggi yang dialami oleh sebagian besar siswa. Adapun persepsi siswa terhadap factor internal penyebab perilaku bermasalah siswa dalam penelitian ini sesuai pendapat

  “Yusuf (2004 : 212) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja dian- taranya : Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol, Kurang dapat me- mamfaatkan waktu luang, Pergaulan (salah memimilih teman yang perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral), Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno”. 3) Persepsi terhadap factor ekster- nal penyebab perilaku bermasalah men- capai skore 48 % dengan kategori cukup tinggi. Artinya bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan factor penyebab timbulnya perilaku bermasalah yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku bermasalah pada sebagian besar siswa. Adapun persepsi siswa terhadap fac- tor eksternal penyebab perilaku bermasalah siswa dalam penelitian ini sesuai pendapat “Menurut pendapat Yusuf (2004 : 212) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja diantaranya : Ke- lalaian orang tua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama), Perselisihan atau konflik orang tua (antara anggota keluarga), Per- ceraian orang tua, Diperjual belikan minu- man keras / obat-obatan terlarang secara bebas, Kehidupan ekonomi orang tua yang morat-marit, Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak, Kehidupan mo- rali tas dilingkungan sekolah”.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan pengolahan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap perilaku bermasalah siswa kelas

  1 Keluarga 542 1134

  48 Cukup Tinggi

  2 Sekolah 164 315

  52 Cukup Tinggi

  3 Masyarakat 82 189

  43 Cukup Tinggi VIII Sekolah Menegah Pertama Negeri 19 Pontianak cukup tinggi. Hal ini dapat dirinci kan sebagai berikut: 1) Persepsi ter- hadap jenis-jenis perilaku bermasalah siswa mencapai skore 45 % berada pada kategori cukup tinggi. Artinya bahwa hampir seba- gian besar siswa sudah memilki pandangan terhadap jenis-jenis perilaku bermasalah seperti anak yang suka membangkang atau melawan, keranjingan video game, defresi pada anak, bandel tidak bisa diam, suka mengambil barang orang lain, membolos dan tidak mengerjakan tugas. 2) Persepsi terhadap factor internal penyebab perilaku bermasalah mencapai skore 47 % dengan kategori cukup tinggi. Artinya bahwa ham- pir sebagian besar siswa sudah memiliki pandangan terhadap factor internal penyebab perilaku bermasalah seperti per- gaulan yang salah, beredarnya film-film forno dan kurangnya memanfaatkan waktu luang. 3) Persepsi terhadap factor eksternal penyebab perilaku bermasalah mencapai skore 48 % dengan kategori cukup tinggi. Artinya bahwa hampir sebagian besar siswa sudah memiliki pandangan terhadap factor eksternal penyebab perilaku bermasalah seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.

  Saran

  Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pen- didikan (STKIP-PGRI) Prasetyo, H., Sulistyarini, Parijo. 2013.

  menyimpang siswa kelas 1 SD Negeri

  Okvianti, Elin. (2016). Studi kasus perilaku

  sitas Riau Syah, Muhibin.2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

  kelompok terhadap peningkatan self regulation. Pekan Baru. FKIP Univer-

  Alfabeta Sari, ferlinita. (2013). Pengaruh konseling

  . Ban- dung: Afabeta Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuali- tatif, kuantitatif dan R&D . Bandung.

  Kuantitatif Kualitatif dan R&D

  Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

  2, No 7 (2013). Untan E-journal (Online).

  Pengendalian Perilaku Menyimpang Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al- Ishlah Baitil Mal Pontianak . Volume

  Penggunaan Media Visual Dengan Motivasi Belajar Siswa. Pontianak.

  Berdasarkan pada kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Guru BK diharapkan mem- berikan bimbingan belajar dalam rangka memotivasi siswa tentang pentingnya mengerjakan tugas. 2) Guru BK harus memberikan bimbingan bagaimana hen- daknya memilih film/ bacaan yang baik bagi siswa sehingga siswa tidak terjerumus dalam menonton film forno dan membaca majalah dewasa. 3) Guru BK hendaknya memberikan bimbingan pergaulan social termaksud bagaimana cara memilih teman bergaul

  da Univesiy Press Pansaut, Yuniarsih. Hubungan Antara

  Bidang Sosial . Pontianak: Gadjah Ma-

  nafa Publishing. Nawawi, Hadari. (2012). Metode Penelitian

  lan Siswa Remaja : Solusi Mencegah Tawuran Pelajar, Siswa Bolos Sekolah Hingga Minum Minuman Keras dan Penyalahgunaan Narkoba. Riau : Za-

  karya Musbikin, Imam. 2013. Mengatasi Kenaka-

  didikan. Bandung: PT Romaja Rosda-

  Margono. (2014). Metode Penelitian Pen-

  Kenakalan Remaja. Depok :Rajagrafindo Rosada.

  Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial II :

  source and Adult Learning, V 32 ol. 8, Num. 2, December 2012 Research in Applied Psychology, 11 , 93-115.

DAFTAR RUJUKAN

  Jou, S. (2001). Can a youth love to go to school and yet behave delinquently? A study on schooling and juvenile delin- quency. The Journal of Human Re-

  ngemplak nganti sleman . Universitas Bandung: PT Remaja Rosdakarya Off- negeri yogyakarta set.

  Syamsu Yusuf LN. (2009). Psikolog Perkembangan Anak dan Remaja .