HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN DIAN PURNAMA SARI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRACT - Tampilan HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI

  

HUBUNGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN ASFIKSIA

NEONATORUM DI RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

DIAN PURNAMA SARI, S.ST

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN

  ABSTRACT Premature rupture of membranes is one of the occurrence of neonatal asphyxia and

  infection in mothers and newborns. In Indonesia death of mother and newborn are still high, one of the direct causes of maternal death is infection. Intrapartum infection in the period closely associated with the incidence of premature rupture of membranes, as well as one cause of newborn death was asphyxia neonatorum labor which can be accompanied by premature rupture

  

of membranes. This study aims to analyze the incidence of premature rupture of relations with

Asphyxia Neonatorum.

  The method used is a survey of Cross Sectional analytic approach. Collecting data in this study only secondary data obtained from a register in the Regional General Hospital Dr. H. Saleh Ansari Moch Banjarmasin In 2011, in which the entire population of newborns as many as 2053 people, with a saturated sampling, variables in this study was the incidence of premature rupture

  

of membranes (Independent), asphyxia neonatorum (Dependent). Data analysis through

statistical tabulations and Chi Square test with α of 0,05.

  The results of research in Regional General Hospital Dr. H. Moch. Saleh Ansari Banjarmasin in 2011 the numbers of asphyxia neonatorum as much as 2053 newborn infants with 202 people (9,8%) birth asphyxia accompanied by premature rupture of membranes, and 1851 newborns (90,2%) birth asphyxia is not accompanied by premature rupture of membranes . The results of statistical tests between the incidence of premature rupture of membranes with

  asphyxia neonatorum

  value of ρ = 0,196> α = 0,05 means Ho accepted and Ha rejected as such results in this study there was no relationship between the incidence of premature rupture of with asphyxia neonatorum Regional General Hospital Dr. H. Moch. Saleh Ansari

  membranes Banjarmasin in 2011.

  Keywords : Incidence of premature rupture of membranes, Asphyxia Neonatorum

LATAR BELAKANG

  Sistem kesehatan dijelaskan berdasarkan batasan sistem dan komponen-komponen yang berpengaruh dan membentuk sistem kesehatan itu sendiri. Permasalahan yang kesehatan yang sekarang sedang terjadi beserta perlunya suatu hubungan yang terintegrasi antara sistem kesehatan di daerah yang sesuai visi dan misi sistem kesehatan nasional (Adisasmito, 2008; h. 3).

  Menurut Depkes RI (2004) dalam Adisasmito (2008) mengatakan, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan suprasistem dari Sistem Kesehatan Daerah (SKD) atau sebagai

  bagian itegral dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ada merupakan fasilitator bagi pengembangan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) dengan mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan mempertimbangkan kondisi, dinamika dan masalah spesifik daerah. Dalam penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) tersebut perlu memperhatikan komitmen dilaksanakannya standar pelayanan minimal dibidang kesehatan dan juga global dalam pembangunan kesehatan, seperti pencapaian Millenium

  Development Goals (MDGS) (Adisasmito, 2008; h. 3).

  Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan millennium atau lebih dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGS) yang dicetuskan WHO (World Health Organization) pada tahun 2000. Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati 8 (delapan) tujuan Millenium Development Goals (MDGS), yang pencapaianya dicanangkan paling lambat pada tahun 2015 (Maryunani, 2009; h. 1).

  Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, indeksi lain dan kelainan neonatal (DepKes RI, 2008; h. 143).

  Angka Kematian Bayi (AKB) adalah tertinggi di Negara ASEAN. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sekarang adalah 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila di rincikan 157. 000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal dunia perhari. Dalam Millenium Development Goals (MDGS), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) menurun menjadi 17 bayi perkelahiran (Maryunani dan Nurhayati, 2009; h. 2).

  Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian

  bayi baru lahir setiap tahun. Di Indonesia angka kematian karena asfiksia dirumah sakit pusat rujukan provinsi di indonesia sebesar 41, 94%. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernafas, dari bantuan ringan (langkah awal dan

  

stimulasi untuk bernafas) sampai resusitasi yang ekstensif. Kira-kira 5% bayi pada saat lahir

  membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi untuk bernafas. Antara 1% dan 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada. Sebagian besar bayi yaitu sekitar 90%, tidak membutuhkan atau hanya sedikit memerlukan bantuan untuk memantapkan pernafasannya setelah lahir dan akan melalui masa transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin tanpa masalah (Kosim, 2008; h. 103).

  Berdasarkan jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) Dinas Kesehatan provinsi kalimantan selatan angka kematian ibu dengan infeksi terjadi peningkatan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2008 jumlah kematian ibu dengan infeksi sebanyak 4,3%, pada tahun 2009 jumlah kematian ibu dengan Infeksi sebanyak 5,5%, Sedangkan pada tahun 2010 jumlah kematian ibu dengan Infeksi sebanyak 5,8% (Laporan Dinkes provinsi Kalsel 2010).

  Kemudian dikemukakan kembali bahwa jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dengan

  

Asfiksia Neonatorum terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2008 Asfiksia sebanyak 28,2%,

  pada tahun 2009 angka kematian bayi (AKB) dengan Asfiksia Neonatorum sebanyak 34,1%, sedangkan pada tahun 2010 angka kematian bayi (AKB) dengan Asfiksia Neonatorum sebanyak 29,2% (Laporan Dinkes provinsi Kalsel 2010).

  Berdasarkan data register Di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, Asfiksia Neonatorum disertai persalinan dengan ketuban pecah dini terjadi peningkatan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2008 bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 53,4%, pada tahun 2009 bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 60,4%, sedangkan pada tahun 2010 bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 67,1% (Data Register RSUD Dr. H.

  Moch. Anshari Shaleh Banjarmasin).

  Ketuban pecah dini merupakan salah satu factor terjadinya asfiksia neonatorum dan

  infeksi. Hipoksia pada janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran transfor gas O dari ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O

  2

  2

  dan dalam menghilangkan CO

2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat

  kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal

  • – hal yang di derita ibu dalam persalinan (Prawirohardjo, 2007; h. 709).

  Asfiksia Neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi

  yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Disamping itu,

  pernafasan

Asfiksia Neonatorum atau asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas

  yang penting. Asfiksia paling sering terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi segera untuk meminimalkan

  mortalitas dan morbiditas (Muryunani dan Nurhayati, 2009; h. 43).

  METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik.

  Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di ruang bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin mulai bulan Januari sampai April 2011 sebanyak 2053 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi yang di lahirkan diruang bayi RSUD Dr. H.

  Moch. Ansari Saleh Banjarrmasin berjumlah 2053 orang. Teknik penggunaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian a.

  Variabel Penelitian 1)

  Variabel dependen (terikat) Variabel dalam penelitian ini adalah terjadinya asfiksia neonatorum diruang bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2011.

  2) Variabel independen (bebas)

  Variabel independen dalam penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin diruang bersalin RSUD Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin tahun 2011. Definisi Operasional (DO) Variabel

  Skala N Definisi Parameter dan Alat

  Variabel Pengukur o Operasional Kategori Ukur an

  A Dependen . Asfiksia Bayi tidak

  1. Asfiksia Buku Nominal

  Neonatoru segera Ringan jika Regist

  bernafas nilai apgar er

  m

  secara spontan skornya 7- setelah dilahirkan.

  2. Asfiksia Sedang jika nilai apgar skornya 4-6.

  3. Asfiksia Berat jika nilai apgar skornya 0-3. B .

  Independe n

  Kejadian

  Ketuban Pecah Dini

  Pecahnya selaput janin sebelum persalinan dimulai.

  1. Tidak Terjadi KPD

  2. Terjadi KPD

  Buku Regist er

  Nominal 1)

  Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penilitian (Saryono, 2010;h. 127).

  Pada penilitian ini, analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel (kejadian ketuban pecah dini serta

  asfiksia neonatorum ) kemudian dipersentasikan.

  Keterangan : f = frekuensi yang sedang di cari persentasinya N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu). P = Angka presentasi. (Sudijono A., 2009)

  2) Analisis Bivariat

  Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel (Saryono, 2010; h. 128). hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum. Analisis data ini menggunakan uji Chi Square (X 2 ) yaitu untuk melihat hubungan ketuban

  pecah dini dengan asfiksia neonatorum, dengan uji hipotesis.

  Keterangan :

  X

  2

  : Chi Square fo : frekuensi yang di observasi fe : frekuensi yang diharapkan (Hidayat, 2011; h. 127). Syarat uji ini 1.

  Skala pengukuran nominal atau ordinal dengan kategorikal.

  2. Data disusun dengan tabel kontingensi.

  3. Jika pada perhitungan ada ditemukan nilai harapan < 5 sebesar 20 % dari jumlah sel yang ada maka beberapa kategori digabung sampai tidak ditemukan nilai harapan < 5 sebesar 20 %, jika masih ditemukan nilai harapan <dari 5 pada tabel kontingensi 2x2 maka digunakan uji altrnatif fisher exact.

  4. Jika jumlah sampel kurang dari <40 maka yang dibaca continuity correction.

  Tingkat signifikan atau kemaknaan yang dipilh adalah α 0,05. kriteria uji hubungan antara variabel penelitian berdasarkan nilai ρ yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan, bila nilai ρ < α maka Ho ditolak Ha diterima, berarti ada hubungan yang bermakna antara kejadian ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum

  HASIL

  Dalam penelitian ini respondennya adalah seluruh ibu bersalin di Ruang Bersalin responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi ibu bersalin berdasarkan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011.

  No Kejadian KPD Frekuensi %

  1 KPD 202 9,8

  2 Tidak KPD 1851 90,2 Jumlah 2053 100

  (Sumber : Data Sekunder Tahun 2011)

  Berdasarkan Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa dari 2053 ibu bersalin angka kejadian KPD sebanyak 202 orang (9,8%)

Tabel 4.5 Distribusi Bayi Baru Lahir berdasarkan Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011.

  No Asfiksia Frekuensi %

  1 Ringan 752 36,6

  2 Sedang 1108

  54

  3 Berat 193 9,4 Jumlah 2053 100

  (Sumber : Data Sekunder Tahun 2011)

  Berdasarkan Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa dari 2053 bayi baru lahir dengan asfiksia dan sebagian besar bayi baru lahir dengan Asfiksia sedang sebanyak 1108 (54%) Analisa Bivariat Tabel 4.6 Hubungan Kejadian KPD dengan Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. H.

  Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011.

  Status Kejadian KPD Total Asfiksia Tidak KPD KPD

N % N % N %

  Ringan 689 91,6 63 8,4 752 100 Sedang 987 89,1 121 10,9 1108 100

  Berat 175 90,7 18 9,3 193 100 Jumlah 1851 271,4 202 28,6 2053 300 df = 2 Chi Square Tabel = 5, 991 p = 0,196 Chi Square Hitung= 3,258

  Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa dari 752 bayi baru lahir dengan asfiksia

  ringan ada 63 bayi baru lahir (8,4%) yang mengalami asfiksia ringan dengan persalinan

  yang disertai dengan KPD, dari 118 bayi baru lahir dengan asfiksia sedang ada 121 bayi baru lahir (10,9%) yang mengalami asfiksia sedang dengan persalinan yang disertai dengan KPD dan dari 193 bayi baru lahir dengan asfiksia berat ada 18 bayi baru lahir (9,3%) yang mengalami asfiksia berat dengan persalinan yang disertai dengan KPD.

  Hasil uji statistik dengan uji chi square didapatkan Chi Square table = 5, 991 > Chi Square hitung = 3, 258 atau nilai P = 0,196 > α (0,05), ini berarti Ho diterima dan Ha Ditolak, ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Kejadian

  Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011.

  PEMBAHASAN 1.

  Ketuban Pecah Dini (KPD) Berdasarkan Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa dari 2053 ibu bersalin angka kejadian

  KPD sebanyak 202 orang (9,8%). Menurut Rahmawati (2002; h. 127), ketuban pecah (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah

  dini premature (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses

  persalinan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD (Prawirohardjo, 2008 ; h. 677).

  Menurut Rahmawati (2002; h. 128), mengatakan bahwa penyebab ketuban pecah dini tidak atau masih belum diketahui secara jelas sedangkan menurut Sutarinda (2004;h. faktor yang berhubungan dengan kebidanan dan kandungan serta faktor pendukung.

  Pada Kejadian Ketuban Pecah Dini pada penelitian ini berdasarkan buku register yang terbanyak terjadi Ketuban Pecah Dini yaitu pada usia > 35 tahun, grandemultipara, CPD (Cepalopelvik Disproporsi), serta kelainan letak.

  Faktor yang mengakibatkan kejadian KPD selain penyebab obstetrik salah satunya adalah faktor sosial budaya. Pada umumnya masyarakat menganggap kejadian KPD adalah hal yang biasa, dikenal dengan istilah “kembar banyu”, padahal ada kemungkinan itu adalah kejadian KPD, dan sering juga ditemukan budaya urut perut selama kehamilan, masyarakat menganggap dengan sering urut akan melonggarkan perut dan mempermudah persalinan nanti, secara medis urut perut akan membuat trauma pada selaput ketuban sehingga pecah sebelum waktunya.

2. Asfiksia Neonatorum

  Berdasarkan Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa dari 2053 bayi baru lahir dengan asfiksia dan sebagian besar bayi baru lahir dengan Asfiksia sedang sebanyak 1108 (54%).

  Menurut DepKes RI (2008; h. 144), Maryunani & Nurhayati (2008; h. 154) dan Setiawan (2009; h. 15), asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia Neonatorum merupakan

  kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernafasan yang berlanjut sehingga

  menimbulkan berbagai komplikasi. KPD merupakan salah satu faktor terjadinya asfiksia, selain KPD ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum seperti yang dikemukakan oleh berbagai sumber berikut :

  Kosim (2008 ; h.108), Aver dan Roff (2009; h. 32), Prawirohardjo (2006; h. 334), Prawirohardjo (2007; h. 709), asfiksia atau gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup O 2, sehingga mengalami hipoksia, Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang di derita ibu dalam persalinan. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh normal dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala, adapun janin yang berisiko tinggi terjadinya asfiksia terkait beberapa kondisi yang berhubungan dengan kehamilan, proses persalinan dan melahirkan.

  Faktor risiko antepartum yaitu gizi ibu yang buruk, demam saat kehamilan, hipertensi dalam kehamilan, perdarahan antepartum riwayat kematian neonatus sebelumnya, diabetes pada ibu, hipertensi kronik, anemia janin/ isoimunisasi, infeksi ibu, ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, tiroid, atau kelainan neurologi,

  

polihidramnion , oligohidramnion, KPD, hidrops fetalis, kehamilan lewat waktu,

  , gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani, hipotensi, eklampsi, kehamilan

  preeklampsi

  ganda, berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan, terapi obat seperti magnesium

  

karbonat, beta blo ker, ibu pengguna obat bius, malformasi atau anomali janin,

  berkurangnya gerakan janin, tanpa pemeriksaan antenatal, usia < 16 tahun atau > 35 tahun. Pada keadaan ini berpengaruh terhadap janin di sebabkan oleh gangguan serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan

  oksigenisasi

  fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat di usahakan.

  Faktor resiko janin seperti prolaps tali pusat, infusiensi plasenta, janin

  intrakranial , dan kelainan bawaan (hernia diagfragmatika, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru-paru , dan lain-lain).

  Hasil analisis pada ibu bersalin diruang bayi RSUD. Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011 angka asfiksia neonatorum disertai persalinan dengan KPD sebanyak 202 orang (9,8%) sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada persalinan tidak disertai dengan KPD, asfiksia neonatorum banyak terjadi pada persalinan tanpa disertai persalinan dengan KPD karena banyak faktor-faktor lain yang dapat menyebababkan asfiksia neonatorum selain KPD, seperti hipertensi dlam kehamilan, penyakit menahun yang diderita ibu seperti penyakit jantung, paru, solusio plasenta,

  plasenta previa, malpresentasi , BBLR, pertumbuhan janin terhambat.

3. Hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum

  Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 2053 bayi baru lahir yang asfiksia disertai dengan persalinan KPD ada 202 orang (28,6%) yaitu sebanyak 63 bayi baru lahir dengan asfiksia ringan (8,4%), sebanyak 121 bayi baru lahir dengan asfiksia sedang (10,9%) dan sebanyak 18 bayi baru lahir dengan asfiksia berat (9,3%).

  KPD merupakan salah satu penyebab terjadinya asfiksia neonatorum, yaitu KPD yang > 24 jam, ketuban pecah/bercampur mekonium dan air ketuban keruh. Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transfor O dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O

  2

  2

  dan dalam menghilangkan CO 2 (Prawirohardjo, 2006; h. 334).

  Air ketuban keruh bercampur mekonium berpotensi serius meningkatkan berbagai macam penyebab. Lingkungan intrauterin tersebut dapat di akibatkan oleh adanya infeksi seperti khorioamnionitis. Fetus yang terpapar air ketuban bercampur

  

mekonium berisiko tinggi terjadi infeksi dari pada air ketuban tidak keruh. Infeksi dapat

  meningkatkan sensitivitas fetus terhadap hipoksia dan kontribusi terhadap terjadinya fetal distress pada saat persalinan.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya air ketuban keruh di antaranya adalah adanya riwayat ibu hipertensi terutama pada kasus preeklampsi mengalami penurunan aliran darah ke uterus yang selanjutnya akan menurunkan perfusi plasenta, plasenta pada ibu preeklampsi lebih kecil dibandingkan pada ibu tanpa preeklampsi sehingga secara

  

fungsional tidak cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan janin akan nutrisi dan

  oksigen berakibat terjadinya asfiksia bahkan kematian janin dalam rahim. Masa gestasi

  

post term sering disertai dengan oligohidramnion, air ketuban keruh dan air ketuban

  bercampur mekonium berkaitan dengan adanya respon janin terhadap stress intrauterin, menyebabkan peristaltik traktus gastrointestinal dan relaksasi tonus spingter

  hipoksia ani sehingga memicu terjadinya pengeluaran mekonium.

  Hasil analisa tidak menunjukan tidak ada hubungan antara kejadian ketuban pecah

  

dini dengan asfiksia neonatorum di ruang bayi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

  Banjarmasin tahun 2012 kemungkinan terjadinya asfiksia neonatorum disebabkan oleh faktor lain, artinya KPD bukan sebagai faktor utama penyebab terjadinya KPD, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh variabel lain seperti yang telah dijelaskan pada teori di atas serta faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1.

  Kejadian KPD dari 2053 ibu bersalin diruang bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011 sebanyak 202 orang (9,8%).

  2. Jumlah Bayi baru lahir di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011 dengan asfiksia yang disertai persalinan dengan KPD sebanyak 202 bayi baru lahir (9,8%).

  3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian ketuban pecah dini dengan asfiksia neonatorum di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011.

  SARAN 1.

  Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan rujukan/pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terutama bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir serta pada data pasien di harapkan lebih jelas dan dilengkapi lagi untuk mempermudah pengambilan data untuk peneliti selanjutnya.

  2. Bagi Institusi Pendidikan Penulis berharap hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi mata kuliah

  Asuhan Kebidanan, khususnya materi yang membahas tentang bayi baru lahir dengan Asfiksia Neonatorum dan dapat menjadi sumber bagi peneliti berikutnya.

  3. Bagi peneliti lain

  Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor lain penyebab asfiksia neonatorum selain ketuban pecah dini serta bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan data tidak hanya data sekunder saja tetapi juga data primer

  DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (2008). Sistem Kesehatan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

  Akbid Bunga Kalimantan. (2011). Buku panduan Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Bunga Kalimantan. Banjarmasin : Yayasan Pendidikan Bunga Kalimantan Banjarmasin. Aver. L. T & Roff. F. A (2009). At A Glance Neonatologi. Jakarta : Erlangga. Departemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKD).

  Jakarta. Dewi. L. N. V. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2011). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

  Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medik

  Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medik Kosim, Sholeh. (2008). Buku Ajar Neonologi. Jakarta : IDAI.

  Maryunani, A. & Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit pada Masa Neonatus. Jakarta : Trans Info Medika.

  • . (2008). Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan Neonatal). Jakarta : Trans Info Medika.

  Norwitz. E. & Schorge. J. (2002). At A Glance Obstetri dan Genikologi Edisi kedua. Jakarta : Erlangga. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YPB-SP.

  Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YPB-SP. Rahmawati, N, E. (2011). Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya : Victory Inti Cipta. Rini, E.A. (2009). Faktor Risiko Ketuban Bercampur Mekonium dengan Kejadian Sepsis Neonatorum. Semarang : PDF.

  RSU. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. (2011). Laporan & Profil RSU. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Banjarmasin : RSU. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Rukiyah, Y, A. & Yulianti, Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info Medika. Saifuddin, B, A. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.

  Jakarta : YBP-SP. Setiawan. A. & Saryono. (2010). Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.

  Yogjakarta : Nuha Medika. Setiawan, Ari. (2009). Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Huna Medika. Sudijono. A. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan patologi kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika. Sutarinda. (2004). Pedoman Diagnosa Dan Terapi Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi.

  Banjarmasin : RSUD – FK Unlam. Taber, B. (2002). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : ECG. Wiknjosastro, Guraldi. (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : DepKes RI. Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YPB-SP

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF DI SD NEGERI 44 TARATAK KECAMATAN KOTO XI TARUSAN

0 0 12

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TIPE INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SDN 2 BARUNG-BARUNG BELANTI Erlisman SDN 2 Barung-barung Belanti Email: erlismanbbb67gmail.com

0 0 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI TEKNIK SUPERVISI BERKELOMPOK BERBASIS DISKUSI DI SDN 28 SIMPANG

0 0 10

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) MELALUI KEGIATAN PELATIHAN DAN BIMBINGAN (LATBIM) DI SDN 14 BATANG GASAN

0 0 12

PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN RPP MELALUI MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH OLEH GURU DI SMPN 3 LUHAK NAN DUO

0 0 8

PELAKSANAAN TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL SEBAGAI IMPLEMENTASI KERJA GURU DI SDN 12 LUNANG Halijah SDN 12 Lunang Email: 311263gmail.com

0 0 10

UPAYA PENINGKATAN PRSETASI BELAJAR DENGAN MENINGKATAKAN KEMAMPUAN KINERJA GURU MELALUI BIMBINGAN DAN SUPERVISI DI SDN 39 KAMPUNG PANSUR

0 1 8

UPAYA PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN GURU MATA PELAJARAN MELALUI SUPERVISI KEPENDIDIKAN MODEL BERFIKIR, MENULIS DAN BERDISKUSI DI SDN 14 SIGUNTUR MUDA DELISA ROZA SDN 14 Siguntur Muda Email: delisasigunturgmail.com

0 0 10

1 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN PADA SISWI SMPN 13 BANJARMASIN SIXTIA KUSUMAWATI, S.SiT AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN PADA SISWI SMPN 13 BANJARMASIN

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS MANDASTANA DETI AGUSTIN NUGRAHENI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

0 5 11