Analisis Kebijakan Luar Negeri Korea Uta

Analisis Kebijakan Luar Negeri Korea Utara dengan
Mempertimbangkan Factor Domestik
Oleh:
Unaesah Rahmah (1111113000103)
Suci Aulia Kartikasari (1111113000098)
Eko Nordiansyah(1110113000082)
Pada Sabtu 3 April 2013, Korea Utara memperingatkan Korea Selatan bahwa
Semenanjung Korea akan memasuki kondisi ”keadaan perang”. Ancaman terbaru yang
dirilis Korea Utara (Korut) ini hanya sehari setelah pemimpin mereka, Kim Jong Un,
mengancam akan menyerang Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu utama Korea
Selatan (Korsel). Ancaman Kim Jong Un menyusul kemarahannya atas manuver
pesawat-pesawat AS, bomber B-2, yang ”unjuk gigi” akurasi bom di wilayah Korsel.
”Sejak saat ini, hubungan Utara-Selatan akan diletakkan pada keadaan perang, dan semua
isu yang muncul antara Utara dan Selatan akan ditangani sesuai dengan peraturan
perang,” demikian kantor berita Korut, KCNA, yang mengutip pernyataan resmi
Pyongyang. Pernyataan ini, lanjut KCNA, tidak hanya sebatas perang lokal, tetapi juga
perang total dan perang senjata nuklir.1
Ada banyak faktor yang menyebabkan Korut mengambil kebijakan menyatakan
perang di semenanjung Korea. Namun tulisan ini lebih menyoroti faktor domestic yang
mendorong tercetusnya kebijakan tersebut. Pertama, adanya ideologi dan nilai-nilai di
warga Korea Utara yang dikenal dengan juche. Juche adalah sebuah pandangan hidup

bagi Korea Utara, yang menyatakan bahwa seseorang harus mampu mengontrol dunia
dan karena takdirnya yang memiliki chajusong, atau kreativitas dan kesadaran. Ideologi
juche ini memberikan konsepsi dalam pemikiran warga Korut bahwa seseorang harus
mendominasi dan membentuk kembali dunia.2
Pengertian juche berorientasi bahwa seseorang harus menjadi pemimpin dalam
revolusi dan merekonstruksi negara sendiri. Hal ini berarti Korut harus secepatnya
1 Kompas.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:14 WIB
2 www.stanford. /group/sjeaa/journal3/korea1.pdf diakses pada 4 April 2013 pukul 10:50 WIB

memegang atau memperoleh posisi yang independen, menolak untuk tergantung kepada
yang lain, gunakan otak sendiri, percaya pada kekuatan sendiri, memperlihatkan
semangat revolusi lewat kepercayaan diri, dan memperbaiki masalah menjadi
tanggungjawab setiap orang dalam setiap keadaan. 3 Nilai-nilai inilah yang kemudian
mendorong Korut untuk percaya bahwa kebijakan yang harus ditempuh saat ini adalah
menyatakan perang terhadap Korsel di semenanjuang Korea untuk membuktikan kepada
dunia bahwa mereka adalah kekuatan yang tidak dapat diremehkan.
Adanya doktrin yang dibawa oleh Kim il Sung yang sangat berpotensi
mengarahkan warga negaranya untuk berperang, dikenal dengan “Four Military Lines”
yaitu 1. Persenjatai semua warga negara, 2. Bentengi semua penjuru negara, 3. Latih
seluruh kelompok menjadi kader militer, dan 4. Jadikan juche sebagai fondasi untuk

memperbarui senjata, doktrin dan taktik untuk mempertahankan negara.4
Adanya sistem pemerintahan yang dinilai oleh seorang antropologis, Lee MoonWoong yang mendefinisikan tatanan politik Korea Utara sebagai “Family state”.
Hubungan yang terjadi antara masyarakat dengan pemimpin tertinggi lebih terasa seperti
hubungan keluarga. Peran seorang pemimpin layaknya peran seorang bapak dalam
sebuah kepala keluarga, yaitu mengatur urusan rumah, memiliki kekuasaan yang absolut
dan menjadi sumber dari semua kebijaksanaan.5
Adanya konsep janggunnim sikso, atau kami adalah keluarga Jendral menjadikan
pemikiran dasar yang ada di benak para warga Korut bahwa pemimpin mereka adalah
jantung revolusi dan menjadikan kehidupan setiap warga menjadi bagian dari kedaulatan
pemimpin dan menjadi bagian dari kehidupan ekonomi yang dipimpin oleh pemimpin. 6
Dengan adanya konsep dasar yang seperti ini menyebabkan decision-making process
berjalan mudah tanpa banyak protes. Karena warga Korut percaya bahwa pemimpin
mereka adalah seorang bapak yang akan mengarahkan mereka kepada kebaikan dan
kemenangan.
Pembentukan opini di Korut terjadi melalui slogan yang dilancarkan oleh para
pemimpin mereka. Slogan ini akhirnya akan mengkonstruk pemikiran warga negara
3 www.stanford. /group/sjeaa/journal3/korea1.pdf diakses pada 4 April 2013 pukul 10:50 WIB

4 http://www.StrategicStudiesInstitute.army.mil/ diakses pada 4 April 2013 pukul 10:52 WIB
5 http://www.japanfocus.org/-Byung_Ho-Chung/3789 diakses pada 4 April 2013 pukul 10:50 WIB

6 http://www.japanfocus.org/-Byung_Ho-Chung/3789 diakses pada 4 April 2013 pukul 10:50 WIB

Korut untuk berfikir bahwa Korut harus menjadi negara yang kuat dan makmur, lewat
firist-political military. Sejarah Korea Utara, mengikuti jejak Uni Soviet Stakhanovite,
untuk membangkitkan peran buruh, menyebarluakan hasrat, bahkan menakjubkan, buruh
sebagai dasar kemenangan warga. Korea Utara punya cara yang hampir sama untuk
membangkitkan semangat buruh yaitu dengan bentuk militer dan memperkuat karakter
nasional, yaitu dengan slogan dan gambaran yang dibawa oleh Kim il-Sung.7
Korea Utara memiliki kemampuan untuk memobilisasi massa karena karakternya
yang bersifat sosialis sehingga masyarakat akan mudah untuk terpancing dan memiliki
kesamaan pemikiran.8 Berbeda dengan negara demokratis dimana keputusan untuk
mengeluarkan satu kebijakan akan berjalan alot karena banyak opini yang harus
didengarkan. Korea Utara bukanlah militer-dikatator, tapi adalah sebuah kasus ekstrim
negara sosial yang otokratis. Bagi warga negara Korea pemimpin dan sosialisme
memiliki posisi yang sama berharga dan pentingnya dengan kemerdekaan bangsa.
Adanya term sosialisme dan juche yang diperkenalkan sejak tahun 2000, dan
tahun 2003 ditambah term songun. Ketiga term ini digunakan sebagai pembangkit
nasionalisme.9 Dari rasa nasionalisme ini bisa mengakibatkan legitimasi kepada semua
bentuk kebijakan pemerintah yang didasarkan pada kepentingan nasional.
Sumber kekuatan di Korea Utara adalah partai dan militer, kedua bagian ini

dikuasai oleh keluarga pemimpin sehingga pemutusan kebijakan tidak akan berjalan alot.
Kim Jong Un memiliki dukungan dari Partai dan pemberitaannya ke publik juga
berdasarkan konferensi Partai. Legitimasi di Korea Utara adalah performance-based,
Kim il Sung berhasil membuat negara Korea Utara menjadi benar-benar loyal terhadap
semua kebijakan yang diambil oleh pemerintahan. Brian Mayer mengatakan bahwa
warga Korea Utara lebih menyukai parental leader, dan negara ini tidak menunjukkan
adanya krisis legitimasi.10
Adanya sejarah peperangan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang sudah
terjadi semenjak perang dingin membuat warga negara Korut masih berfikir bahwa Korea
Selatan adalah musuh yang masih harus diperangi semenjak perang dingin. Secara teknis
7 http://www.japanfocus.org/-Byung_Ho-Chung/3789 diakses pada 4 April 2013 pukul 10:50 WIB
8 http://38north.org/2012/01/rfrank011112/ diakses pada 4 April 2012 pukul 10:53 WIB
9 http://38north.org/2012/01/rfrank011112/ diakses pada 4 April 2012 pukul 10:53 WIB

10 http://38north.org/2012/01/rfrank011112/ diakses pada 4 April 2012 pukul 10:53 WIB

perang Korea telah berkahir pada tahun 1953 dengan penandatanganan perjanjian militer.
Bukan hanya tidak adanya perjanjian perdamaian, namun perang antar Korea melalui
konfrontasi militer dan tekanan diantara keduanya semakin tinggi dan berlanjut, bahkan
berakhir dengan pertentangan militer. Penolakan terhadap atsitektur keamanan baru

setelah Perang Dingin berakhir, perang di semenanjung Korea masih menjadi
peninggalan sejarah yang belum memiliki kejelasan kapan akan diakhiri. Kecurigaan dan
saling tidak percaya berasal dari perpanjangan konflik yang semakin mempertinggi
perang militer di Semenanjung Korea. 11
Alasannya mengapa Korut membuat ancaman ini, sebenarnya Korut tidak siap
dihadapkan dengan perang total. Ini hanya perang urat syaraf untuk meningkatkan posisi
runding negara tersebut melawan Amerika Serikat agar tercipta ketakutan yang besar di
semenanjung dan kawasan. Jadi dengan cara ini Korut ingin menciptakan ketakutan yang
besar di Semenanjung dan seluruh penjuru kawasan. Jadi ia bisa menjadi negara yang
ditakuti dan disegani.
Peran Media dalam mengkonstruksi opini warga Korut. Hampir semua konten
dalam 12 koran Korea Utara, 20 yang terbit berkala, dan penyiar berasal dari Korean
Cenral News Agency. Berita difokuskan pada pernyataan pemimpin dan aktivitasnya.
Beberapa elit diperbolehkan untuk mengakses internet, namun publik dibatasi dalam
mengakses internet dengan adanya monitoring dan sensor jaringan menyebabkan tidak
adanya jaringan untuk berkoneksi dengan internet. Asiapress, sebuah media Jepang
memberikan beberapa sukarelawan jurnalis kepada Korut dan video kamera untuk
merekam kehidupan di Korut. Hanya beberapa jurnalis luar negeri yang diizinkan, itupun
aksesnya dibatasi dan mereka harus ditemani oleh penjaga.12
Media mempunyai peranan dalam membentuk opini publik dengan menyajikan

berita mengenai perkataan Kim Jung-il. Perkataan membara ini dapat membolisasi massa
yaitu “Seluruh penjuru negara dan semua masyarakat, adanya kenaikan harga setelah
perang, harus menampilkan perlawanan yang dinamis, menghimpun kekuatan untuk
membuka gerbang menjadi hebat, makmur dan negara yang kuat, bersatu dengan partai,
satu pemikiran dan tujuan”. Mengkontruksi pemikiran masyarakat bahwa tindakan yang
11 http://japanfocus.org/-Chung_in-Moon/3333 diakses pada 4 April 2013 pukul 10:53 WIB
12 http://www.cpj.org/reports/2012/05/10-most-censored-countries.php diakses pada 4 April 2013 pukul
10:52 WIB

harus dilakukan oleh negara adalah tindakan offensive.13 Dan deklarasi perang ini
merupakan tindakan offensive.
Ketika berita yang dihadirkan adalah tentang pemimpin mereka yang
mengeluarkan slogan untuk mendorong semangat nasionalisme tanpa disuguhkan berita
internasional, tentu warga Korut akan mendukung keputusan pemimpin mereka untuk
menyatakan perang di Semenanjung Korea. Bisa kita baca dari kebijakan pemerintah
yang sangat ketat di bidang jurnalistik. Sehingga warga Korut tidak diberi kesempatan
sedikitpun untuk memiliki pandangan yang berbeda dengan peimpin dan pemerintahan
mereka. Hal-hal yang dilakukan oleh pemerintah adalah memblok akses website;
pembatasan penggunaan elektronik recording dan penyebaran berita; tidak adanya media
swasta atau independen; pembatasan terhadap ruang gerak jurnalis; disyaratkan adanya

perizinan bagi setiap tindakan jurnalisme; adanya monitoring terhadap jurnalis;
memacetkan siaran luar negeri; memblok wartawan luar negeri.14
Adanya kontrol yang ketat diberlakukan untuk mencegah dan meredam
kekacauan politik, sehingga wajar apabila warga negara Korut tidak melakukan aksi
protes terhadap kebijakan Korut untuk menyatakan perang di Semenanjung Korea.
Karena semua opini mereka telah dikontruksi menjadi satu pemikiran: tindakan
pemerintah adalah benar, demi melindungi negara dan bangsa. Ciri khas dari negara
sosialis adalah pemerintah melakukan kontrol terhadap media internasional dan domestik.
Hanya beberapa media asing yang diperbolehkan untuk meliput di Korea Utara,
sementara semua ulasan berita domestik dibawah kontrol pemerintah.15
Pimpinan Korut, Kim Jong Un ingin memamerkan kekuatannya terhadap lawan
politik di Korut dan menaikkan citranya di hadapan rakyat. Peringatan dan ancaman
Korut hanya bagian dari retorika pemimpin Kom Jong Un. Ibaratnya dengan cara ini
akan Membangun reputasi figur Kim Jong-un. ketegangan ini hanya cara Kim Jong-un
untuk membangun propaganda reputasi figurnya yang pemberani melawan AS. Sebagai
anak muda yang belum punya pengalaman militer, Kim harus membangun reputasi ini
lewat "konflik" dengan AS dan Korsel.
13 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
14 http://www.cpj.org/reports/2012/05/10-most-censored-countries.php diakses pada 4 April 2013 pukul
10:52 WIB

15 http://www.cpj.org/reports/2012/05/10-most-censored-countries.php diakses pada 4 April 2013 pukul
10:52 WIB

Militer bagi Korea Utara bukan hanya berperan sebagai defender atau penjaga,
tapi juga dipandang sebagai sektor yang strategis. “Kekuatan yang besar harus ditaruh
sebagai pembangunan dalam industri keamanan seperti yang disyaratkan oleh konstruksi
ekonomi dalam masa songun dan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung hal
itu dalam perlakuan yang istimewa”. Adanya tindakan menyatakan perang sebagai
keinginan dari Korut untuk memperbagus militer mereka dan juga meningkatkan
ekonomi Korut.16
Adanya deklarasi perang ini juga bisa mengembangkan sektor ekonomi, karena
akan membolisasi buruh. Karena menjadikan industri metal sebagai sumber dari ekonomi
sosialis yang independen, dan memberikan ruang kepada sektor industri berat, mesin, dan
ilmu kimia. Rencana industri: membangkitkan 7.76 juta kilo listrik per tahun,
memproduksi 33 juta ton metal, 13 juta ton batu bara, dan 72 juta muatan.17
Adanya konsep military-firs politic yang dielu-elukan oleh pemimpin Korea Utara
menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme pada warga negara Korea Utara.
Melalui military-first politic slogan yang menjadi tujuan Korea Utara adalah “bangsa
yang kuat dan makmur”. Sehingga lewat propaganda military-first politic akan dimaknai
tindakan Korut yang mendkalarasikan perang di semanjung Korea sebagai tindakan

militer yang akan membawa Korut menjadi bangsa yang kuat dan makmur oleh
masyarakatnya.18
Permasalahan domestik yang dihadapi oleh Korut saat ini adalah melandanya
krisis pangan yang berkelanjutan. Kondisi sosial yang dihadapi oleh Korea Utara saat ini
adalah kelaparan, krisis pangan, harga bahan pangan yang mahal karena terjadinya inflasi
keuangan yang tinggi.19 Adanya perubahan ekonomi dapat menimbulkan keributan dalam
sistem sosial Korea Utara. Sebagai rentetan dari robohnya Uni Soviet, ekonomi Korea
Utara menurun tajam, dan merupakan puncak dari krisis pangan di abad ke-20. Sebanyak
satu juta manusia –lima persen dari seluruh populasi- meninggal di pertengahan tahun
1990an. Pasar dapat menjadi lahan subur bagi protes dan perlawanan20

16 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
17 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
18 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
19 www.petersoninstitute.org diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
20 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB

Hal ini akan berpotensi terjadinya pemberontakan dan protes dari masyarakat
kepada pemerintah. Untuk itulah deklarasi perang Korea Utara di semenanjung Korea
sebagai bentuk pengalihan isu agar masyarakat tidak terfokus pada masalah dalam negeri.

Akan tetapi pemerintah menggiring pemahan masyarakat Korea Utara untuk menghadapi
musuh bersama di luar, yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Padahal pangan adalah salah satu aspek utama dalam social contract. Pemerintah
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan warga negaranya berarti ia telah
menyulut api pemberontakan dalam tubuh warga negaranya. 21 Karena social contract
antara masyarakat dengan negara adalah tercapainya kesejahteraan ketika masyarakat
mendelegasikan sebagian haknya kepada negara. Krisis pangan Korea Utara mampu
menggerakkan wacana untuk membuka perekonomian dan menerima bantuan luar negeri.
Hal ini tentu adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh negara sosialis seperti Korea
Utara.22
Ketakutan dalam konteks politik, jika disalahartikan oleh negara-negara lain, akan
berujung pada naiknya "nilai tawar" politik Korea Utara. Ujungnya, Korut bisa
mendapatkan bantuan ekonomi dari negara-negara Rusia, AS, Jepang, agar ancaman ini
tidak terjadi. Jadi ini adalah taktik ekonomi dari Korut dengan mengancam terjadinya
perang di semenanjung Korea dan jika perang ini tidak mau terjadi maka Rusia, AS,
Jepang harus membantu ekonomi dari Korut itu sendiri.
Sistem pemerintahan Korea Utara yang otoritarian dicirikan dengan kekuasaan
politik yang bertumpu pada penguasa, bisa dengan cepat merubah arah negara tersebut. 23
Karena dalam rezim ototritarian masyarakat tidak secara aktif ikut dan terlibat dalam
perpolitikan dalam negeri.

Adanya konsep military-first politic atau songun sebagai ideologi baru negara, hal
tersebut mengindikasikan bahwa militer akan dijadikan sebagai model dan institusi
utama. Sehingga tindakan menyatakan perang memang berangkat dari pemahaman
masyarakatnya untuk menjadikan militer sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan

21 www.petersoninstitute.org diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
22 www.petersoninstitute.org diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
23 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB

dunia internasional yang paling utama. Ideologi military-first politic telah ditanamkan
sejak pemerintahan Kim Jong-il yang berkharisma.24
Militer juga bisa menjadi sumber ekonomi karena akan mendorong pengalokasian
sumber

daya

ke

militer,

menumbuhkan

military-industrial

complex

dan

mengidentifikasikan industri militer sebagai sektor yang berpotensi.25
Korea Selatan (Korsel) baru saja memilih presiden mereka yang baru, Park Geunhye. Sejak 1992, setiap presiden baru Korsel dilantik, Korea Utara biasanya akan
melempar "salam hangat" provokasi ancaman perang. Sebagian pengamat menilai, ini
hanya cara Korut untuk memaksa Korsel menoleh ke mereka. Jadi bisa jadi ini sebagai
intrik agar Korsel bisa menoleh kepada Korut.

24 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB
25 www.piie.com diakses pada 4 April 2013 pukul 10:54 WIB

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63