Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar
Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar di Tinjau Dari Filsafat
Diposkan oleh wawan firmana di 09.37 Label: Artikel Makalah
B.
Dan di repost oleh angga Debby frayudha
1.
TUJUAN
Makalah ini bertujuan sebagai bahan referensi alternatif dan belajar dalam menanggapi
masalah perkelahian remaja atau tawuran pelajar yang kerap terjadi sehingga kita mampu
mengurai berbagai sebab-sebab terjadinya dan sama-sama mencarikan solusi yang terbaik yang
Oleh : Wawan Firmana
dikaitkan dengan belajar Filsafat.
BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tawuran pelajar. Kata-kata ini sudah ada sejak dulu kala hingga kini. Bila kita melihat atau
memperhatikan di berita-berita media elektronik atau media cetak baru-baru ini ataupun secara
langsung dilingkungan sekitar kita lebih khususnya di wilayah perkotaan. Tentu kita akan
mendapati sebuah berita atau fenomena yang dapat dikatakan klasik tentang perkelahian remaja
A.
Landasan Teori
1.
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
sekolah yang melibatkan banyak remaja yaitu tawuran pelajar. Mengapa saya katakan klasik
Disamping itu, Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
karena peristiwa tersebut sudah kerap sekali terjadi. Dari perkelahian tersebut banyak memakan
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
korban baik luka ringan sampai pada kematian. Akibat dari hal tersebut sudah tentu sangat
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
menghawatirkan segenap lapisan masyarakat bahkan sampai ke tingkat yang lebih tinggi,
persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
mengancam masa depan bangsa dan Negara Indonesia karena menyangkut masa depan generasi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
muda yang moralnya kian merosot.
filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Berangkat dari fenomena tawuran pelajar tersebut maka saya mencoba mengangkat dalam
a.
Ciri-Ciri Berfikir Menggunakan Filsafat :
1.
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi ( logis).
2.
Berfikir secara sistematis.
3.
Menyusun suatu skema konsepsi dalam mencari solusi (radikal), dan
4.
Menyeluruh (universal).
bentuk makalah ini yang saya beri judul Makalah Filsafat Sebagai Solusi Masalah Kehidupan
(Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar) Filsafat sebagaimana kita ketahui adalah Ilmu yang
mengedepankan pemikiran yang mendalam dalam setiap sendi kehidupan sehingga diharapkan
Filsafat mampu menyelesaikan berbagai masalah sosial khususnya dalam mengatasi perkelahian
atau tawuran pelajar yang sering terjadi di Indonesia pada umumnya.
b.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.
Sebagai dasar dalam bertindak.
2.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2.
Pengertian Tawuran Pelajar
memutus tawuran dengan STM Boedi Oetomo. Kasus yang sama banyak terjadi di berbagai kota
di Indonesia. Namun masih banyak yang tanpa penyelesaian sehingga tawuran terus terjadi.
Menurut data Komnas Perlindungan Anak yang terbaru tahun 2012, jumlah tawuran pelajar
tahun ini sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah
tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Kasus terakhir aksi tawuran antarpelajar SMAN 70
dan SMAN 6 yang menewaskan Alawi (15 tahun) serta dua anak yang luka berat yang belum
diketahui identitasnya.
Pandangan umum masyarakat terhadap penyebab tawuran pelajar sering dituduhkan, pelajar
Satuan Tugas Perlindungan Anak menilai tawuran merupakan ekspresi kekerasan pelajar.
yang berkelahi berasal dari Sekolah Kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah.
Ekspresi ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti lemahnya pengasuhan dan ketahanan
Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di
keluarga, misalnya pendidikan yang tidak ramah anak, yang tak berorientasi pada pengetahuan.
antaranya adalah Sekolah Menengah Umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang
Juga karena lingkungan yang anarkistis dan mempertontonkan kekerasan.
menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan
“hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang
mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi.
B.
ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan
pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang
harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota besar,
masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan
Dinamika Masalah Tawuran Pelajar
pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya
Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian
seperti angkutan umum dan tata kota.
pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995
terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun
1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya
C.
Penyebab Perkelahian/Tawuran Pelajar
korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan
korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah
satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian,
perkelahian di tiga tempat sekaligus.
dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu:
Penyebab tawuran antar pelajar
ini pada umumnya
adalah adanya sejarah turun-temurun
tawuran antar sekolah. Di jakarta pada periode 1980-an, SMA 7 Gambir, Jakarta, terlibat konflik
dengan STM Boedi Oetomo Pejambon, semenjak itu sering terjadi tawuran antar sekolah ini.
Kemudian, pada awal tahun 1990-an, SMA 7 dipindahkan ke wilayah Karet Pejompongan untuk
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa
dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya
yang diharapkan oleh kelompoknya.
sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3.
D.
Faktor-Faktor Penyebab Tawuran Pelajar
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam
diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu
pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis
mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi
sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu,
lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang
monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum,
dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama temantemannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling
1.
Faktor internal.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi
lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan,
budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam
dan banyak.
penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai
tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda)
dalam “mendidik” siswanya.
4.
Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak
Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat
terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan
perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk
anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi
pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh
menyalahkan orang/pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara
kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya,
tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa
dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku
mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka
berkelahi.
terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya
sangat membutuhkan pengakuan.
2.
Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas
berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian
dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya,
E.
Dampak Perkelahian/Tawuran Pelajar
Jelas bahwa tawuran pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori
dampak negatif dari perkelahian pelajar, yaitu:
1.
Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
2.
Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas
pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
Didalam Filsafat juga terdapat Filsafat Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensipotensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
3.
Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi,
pendidikan. Dengan demikian jelas sudah Filsafat ada hubungannya dengan masalah tawuran
perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
pelajar karena tawuran pelajar itu sendiri berasal dari dunia pendidikan yang notabene juga
mempunyai filsafat tersendiri.
Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan
G.
Solusi Mengatasi Tawuran Pelajar
masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Dari pelbagai uraian masalah tawuran pelajar diatas maka tugas Filsafat yaitu mencari
Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan
penyelesaiannya dengan berfikir secara mendalam, sistematis, dan universal tentang sebab-sebab,
hidup bermasyarakat di Indonesia.
faktor-faktor yang menimbulkan masalah sosial Tawuran Pelajar. sehingga dapat menghasilkan
solusi yang tepat dan juga cermat. Berikut diantaranya solusi mengatasi masalah perkelahian
atau tawuran pelajar.
F.
Hubungan Tawuran Pelajar dengan Belajar Filsafat
1.
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Dari uraian masalah sosial tawuran pelajar diatas saya mencoba menghubung-kannya dengan
belajar Filsafat. Dalam hal ini Ilmu Filsafat dapat digunakan untuk mencegah terjadinya masalah
sosial yaitu setiap pihak harus berfikir secara menyeluruh dan mendalam tentang penyebabpenyebab serta faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah sosial dalam hal ini tentang
tawuran pelajar yang kerap terjadi dalam masyarakat Indonesia terutama di lingkungan
perkotaan.
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa
terlibat tawuran maka sekolah akan memberhenti-kan semua siswa dan melakukan penerimaan
siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa-siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman
yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan
senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
2.
Dari pengertian Filsafat dapat digunakan sebagai ilmu, Filsafat digunakan sebagai cara berfikir
serta Filsafat sebagai pandangan hidup maka tentu akar permasalahan perkelahian atau tawuran
pelajar tersebut seharusnya dapat dicegah mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai
saat ini sehingga masalah tawuran pelajar ini tidak akan terjadi lagi.
Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran
dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku
sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap
pelajar sekolah lain
3.
Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain.
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang
dilakukan mediasi dengan bantuan tokoh masyarakat setempat.
kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi
sekolah terkait, bila ada isu-isu pelajar sekolahnya berkonflik dengan sekolah lain harus segera
dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat
dilakukan upaya damai, jangan lagi dibiarkan.
jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain
segera keluarkan dari sekolah.
4.
Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar
pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar
sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar.
Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah
tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5.
Mengadakan Program Ekstrakurikuler yang melibatkan berbagai sekolah
Pihak sekolah bisa mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai
minat siswa-siswa di tiap sekolah. Misalnya rutin mengadakan pertandingan olahraga tahunan
antar masing-masing sekolah. Seminar antar sekolah, pecinta alam, pramuka dan school meeting
yang melibatkan banyak siswa antar sekolah yang sering terlibat tawuran.
6.
Pihak Dinas pendidikan juga bisa memasukkan sekolah-sekolah yang sering tawuran ke buku
hitam, jika dalam jangka waktu tertentu masih saja tawuran, maka sekolah-sekolah tersebut
ditutup. Bagi pihak sekolah yang terlibat bisa membuat peraturan bagi yang terlibat tawuran
dikeluarkan dari sekolah dan siswa yang bersangkutan tidak boleh lagi melanjutkan sekolah di
kota tersebut baik di negeri maupun swasta. Peraturan yang memang “kurang adil” ini harus
didukung untuk memutus rantai tawuran.
8.
Mendampingi para pelaku yang terlibat perkelahian atau tawuran pelajar.
Mulai dari orang tua, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, pihak sekolah guru
dan para siswa, pemerintah dalam hal ini harus membuat kebijakan yang tepat dalam
mendampingi pelaku tawuran pelajar. jangan membiarkan pelaku tawuran semakin menjadi-jadi
dan tidak dihiraukan. Oleh sebab itu dibutuhkan lembaga atau tenaga sukarela yang bersedia
membimbing para pelaku tawuran pelajar sehingga diharapkan berubah dan menjadi giat
menuntut ilmu lagi.
Upaya Damai semua pihak yang terlibat tawuran
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah sekolah-sekolah yang bertikai melakukan perdamaian
dengan mengadakan “jalan sehat damai bersama” dengan menyertakan keluarga masing-masing
dengan melibatkan pihak pemerintah, tokoh masyarakat, sponsor dan sebagainya. Acara-acara
seperti itu juga bisa diisi dengan lomba-lomba yang menyenangkan dan diagendakan setiap
tahun. masing-masing pihak sekolah dengan bantuan tokoh masyarakat sekitar memediasi siswa
antar sekolah melakukan perdamaian dengan rutin mengadakan pertandingan olahraga tahunan
antar masing-masing sekolah.
7.
Begitu juga dengan pihak
Peran Aktiv Pemerintah Dalam Hal Ini Dinas Pendidikan
Langkah preventif yang harus dilakukan Dinas Pendidikan adalah melakukan penyelidikan dan
evaluasi ke setiap sekolah-sekolah. Sekolah -sekolah yang ada dendam dan sering tawuran
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa kita harus menerapkan
filsafat untuk mencari penyelesaian yang tepat dan juga cermat secara sistematis dan universal.
Tidak hanya melihat sisi yang biasa terlihat tetapi menggali semua faktor-faktor penyebab
tawuran tersebut. Sehingga kita bisa memberikan solusi atau pemecahan masalah yang terbaik
supaya tawuran ini tidak terjadi lagi. Intinya semua masalah harus diselesaikan dengan cara
memikirkan secara mendalam sampai kepada akar-akar permasalahannya sehingga dapat
dibenahi.
Dalam penyelesaiannya pun harus melibatkan semua komponen, baik dari pemerintah, lapisan
masyarakat, maupun orang tua dan pihak sekolah yang terlibat. Karena tawuran sendiri dipicu
oleh ketidakmampuan orang dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak tersalurkan
dengan baik, dan fasilitas yang terbatas. Kemudian tekanan sistem pendidikan yang membuat
anak stres, pengaruh kelompok atau pergaulan, juga pendapat dan suara anak yang tidak
didengarkan. Serta kurangnya penghargaan terhadap anak dan pemanfaatan waktu luang, Untuk
mengurangi ekspresi kekerasan ini, sudah semestinya semua kita segera berbenah menjadi
pribadi yang baik dan juga selalu mengajarkan pada kebaikan dan mencegah kerusakan.
B.
Saran
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan harus memberikan bimbingan yang berkelanjutan
pada pelaku tawuran. Misalnya mendirikan lembaga khusus atau tenaga perorngan atau
kelompok yang difasilitasi oleh pemerintah yang bekerjasama dengan sekolah terlebih kepada
orang tua dalam upaya mengembalikan pelaku-pelaku tawuran agar tetap semangat belajar
sendiri sehingga tetap mampu mandiri.dan berubah menjadi lebih baik. Jangan dibiarkan begitu
saja para pelaku tawuran karena mereka merupakan generasi penerus. Bila moral mereka
semakin memburuk tentu akan lebih menyusahkan dikemudian hari.
Terakhir bagi orangtua yang akan menyekolahkan anaknya carilah informasi mengenai sekolah
yang akan dimasuki, jika sekolah tersebut punya latar belakang tawuran antar sekolah dan masih
berlanjut, sebaiknya hindari memasukkan anak ke sekolah tersebut. Carilah sekolah yang tidak
bermasalah. Orangtua juga musti mengawasi pergaulan sang anak baik dilingkungan tempat
tinggal maupun sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro,2001,Filsafat Umum,Jakarta:Rajawali Pers
Blog Sander Diki Zulkarnaen, M.Psi.blogger.com
TEMPO.COM
http://grabalong.blogspot.com/2013/01/analisis-kritis-masalah-tawuran-pelajar.html
Diposkan oleh wawan firmana di 09.37 Label: Artikel Makalah
B.
Dan di repost oleh angga Debby frayudha
1.
TUJUAN
Makalah ini bertujuan sebagai bahan referensi alternatif dan belajar dalam menanggapi
masalah perkelahian remaja atau tawuran pelajar yang kerap terjadi sehingga kita mampu
mengurai berbagai sebab-sebab terjadinya dan sama-sama mencarikan solusi yang terbaik yang
Oleh : Wawan Firmana
dikaitkan dengan belajar Filsafat.
BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tawuran pelajar. Kata-kata ini sudah ada sejak dulu kala hingga kini. Bila kita melihat atau
memperhatikan di berita-berita media elektronik atau media cetak baru-baru ini ataupun secara
langsung dilingkungan sekitar kita lebih khususnya di wilayah perkotaan. Tentu kita akan
mendapati sebuah berita atau fenomena yang dapat dikatakan klasik tentang perkelahian remaja
A.
Landasan Teori
1.
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
sekolah yang melibatkan banyak remaja yaitu tawuran pelajar. Mengapa saya katakan klasik
Disamping itu, Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
karena peristiwa tersebut sudah kerap sekali terjadi. Dari perkelahian tersebut banyak memakan
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
korban baik luka ringan sampai pada kematian. Akibat dari hal tersebut sudah tentu sangat
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
menghawatirkan segenap lapisan masyarakat bahkan sampai ke tingkat yang lebih tinggi,
persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
mengancam masa depan bangsa dan Negara Indonesia karena menyangkut masa depan generasi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
muda yang moralnya kian merosot.
filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Berangkat dari fenomena tawuran pelajar tersebut maka saya mencoba mengangkat dalam
a.
Ciri-Ciri Berfikir Menggunakan Filsafat :
1.
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi ( logis).
2.
Berfikir secara sistematis.
3.
Menyusun suatu skema konsepsi dalam mencari solusi (radikal), dan
4.
Menyeluruh (universal).
bentuk makalah ini yang saya beri judul Makalah Filsafat Sebagai Solusi Masalah Kehidupan
(Analisis Kritis Masalah Tawuran Pelajar) Filsafat sebagaimana kita ketahui adalah Ilmu yang
mengedepankan pemikiran yang mendalam dalam setiap sendi kehidupan sehingga diharapkan
Filsafat mampu menyelesaikan berbagai masalah sosial khususnya dalam mengatasi perkelahian
atau tawuran pelajar yang sering terjadi di Indonesia pada umumnya.
b.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.
Sebagai dasar dalam bertindak.
2.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2.
Pengertian Tawuran Pelajar
memutus tawuran dengan STM Boedi Oetomo. Kasus yang sama banyak terjadi di berbagai kota
di Indonesia. Namun masih banyak yang tanpa penyelesaian sehingga tawuran terus terjadi.
Menurut data Komnas Perlindungan Anak yang terbaru tahun 2012, jumlah tawuran pelajar
tahun ini sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah
tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Kasus terakhir aksi tawuran antarpelajar SMAN 70
dan SMAN 6 yang menewaskan Alawi (15 tahun) serta dua anak yang luka berat yang belum
diketahui identitasnya.
Pandangan umum masyarakat terhadap penyebab tawuran pelajar sering dituduhkan, pelajar
Satuan Tugas Perlindungan Anak menilai tawuran merupakan ekspresi kekerasan pelajar.
yang berkelahi berasal dari Sekolah Kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah.
Ekspresi ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti lemahnya pengasuhan dan ketahanan
Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di
keluarga, misalnya pendidikan yang tidak ramah anak, yang tak berorientasi pada pengetahuan.
antaranya adalah Sekolah Menengah Umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang
Juga karena lingkungan yang anarkistis dan mempertontonkan kekerasan.
menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan
“hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang
mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi.
B.
ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan
pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang
harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota besar,
masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan
Dinamika Masalah Tawuran Pelajar
pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya
Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian
seperti angkutan umum dan tata kota.
pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995
terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun
1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya
C.
Penyebab Perkelahian/Tawuran Pelajar
korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan
korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah
satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian,
perkelahian di tiga tempat sekaligus.
dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu:
Penyebab tawuran antar pelajar
ini pada umumnya
adalah adanya sejarah turun-temurun
tawuran antar sekolah. Di jakarta pada periode 1980-an, SMA 7 Gambir, Jakarta, terlibat konflik
dengan STM Boedi Oetomo Pejambon, semenjak itu sering terjadi tawuran antar sekolah ini.
Kemudian, pada awal tahun 1990-an, SMA 7 dipindahkan ke wilayah Karet Pejompongan untuk
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa
dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya
yang diharapkan oleh kelompoknya.
sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3.
D.
Faktor-Faktor Penyebab Tawuran Pelajar
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam
diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu
pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis
mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi
sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu,
lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang
monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum,
dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama temantemannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling
1.
Faktor internal.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi
lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan,
budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam
dan banyak.
penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai
tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda)
dalam “mendidik” siswanya.
4.
Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak
Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat
terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan
perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk
anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi
pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh
menyalahkan orang/pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara
kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya,
tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa
dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku
mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka
berkelahi.
terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya
sangat membutuhkan pengakuan.
2.
Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas
berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian
dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya,
E.
Dampak Perkelahian/Tawuran Pelajar
Jelas bahwa tawuran pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori
dampak negatif dari perkelahian pelajar, yaitu:
1.
Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
2.
Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas
pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
Didalam Filsafat juga terdapat Filsafat Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensipotensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
3.
Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi,
pendidikan. Dengan demikian jelas sudah Filsafat ada hubungannya dengan masalah tawuran
perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
pelajar karena tawuran pelajar itu sendiri berasal dari dunia pendidikan yang notabene juga
mempunyai filsafat tersendiri.
Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan
G.
Solusi Mengatasi Tawuran Pelajar
masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Dari pelbagai uraian masalah tawuran pelajar diatas maka tugas Filsafat yaitu mencari
Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan
penyelesaiannya dengan berfikir secara mendalam, sistematis, dan universal tentang sebab-sebab,
hidup bermasyarakat di Indonesia.
faktor-faktor yang menimbulkan masalah sosial Tawuran Pelajar. sehingga dapat menghasilkan
solusi yang tepat dan juga cermat. Berikut diantaranya solusi mengatasi masalah perkelahian
atau tawuran pelajar.
F.
Hubungan Tawuran Pelajar dengan Belajar Filsafat
1.
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Dari uraian masalah sosial tawuran pelajar diatas saya mencoba menghubung-kannya dengan
belajar Filsafat. Dalam hal ini Ilmu Filsafat dapat digunakan untuk mencegah terjadinya masalah
sosial yaitu setiap pihak harus berfikir secara menyeluruh dan mendalam tentang penyebabpenyebab serta faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah sosial dalam hal ini tentang
tawuran pelajar yang kerap terjadi dalam masyarakat Indonesia terutama di lingkungan
perkotaan.
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa
terlibat tawuran maka sekolah akan memberhenti-kan semua siswa dan melakukan penerimaan
siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa-siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman
yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan
senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
2.
Dari pengertian Filsafat dapat digunakan sebagai ilmu, Filsafat digunakan sebagai cara berfikir
serta Filsafat sebagai pandangan hidup maka tentu akar permasalahan perkelahian atau tawuran
pelajar tersebut seharusnya dapat dicegah mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai
saat ini sehingga masalah tawuran pelajar ini tidak akan terjadi lagi.
Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran
dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku
sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap
pelajar sekolah lain
3.
Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain.
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang
dilakukan mediasi dengan bantuan tokoh masyarakat setempat.
kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi
sekolah terkait, bila ada isu-isu pelajar sekolahnya berkonflik dengan sekolah lain harus segera
dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat
dilakukan upaya damai, jangan lagi dibiarkan.
jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain
segera keluarkan dari sekolah.
4.
Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar
pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar
sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar.
Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah
tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5.
Mengadakan Program Ekstrakurikuler yang melibatkan berbagai sekolah
Pihak sekolah bisa mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai
minat siswa-siswa di tiap sekolah. Misalnya rutin mengadakan pertandingan olahraga tahunan
antar masing-masing sekolah. Seminar antar sekolah, pecinta alam, pramuka dan school meeting
yang melibatkan banyak siswa antar sekolah yang sering terlibat tawuran.
6.
Pihak Dinas pendidikan juga bisa memasukkan sekolah-sekolah yang sering tawuran ke buku
hitam, jika dalam jangka waktu tertentu masih saja tawuran, maka sekolah-sekolah tersebut
ditutup. Bagi pihak sekolah yang terlibat bisa membuat peraturan bagi yang terlibat tawuran
dikeluarkan dari sekolah dan siswa yang bersangkutan tidak boleh lagi melanjutkan sekolah di
kota tersebut baik di negeri maupun swasta. Peraturan yang memang “kurang adil” ini harus
didukung untuk memutus rantai tawuran.
8.
Mendampingi para pelaku yang terlibat perkelahian atau tawuran pelajar.
Mulai dari orang tua, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, pihak sekolah guru
dan para siswa, pemerintah dalam hal ini harus membuat kebijakan yang tepat dalam
mendampingi pelaku tawuran pelajar. jangan membiarkan pelaku tawuran semakin menjadi-jadi
dan tidak dihiraukan. Oleh sebab itu dibutuhkan lembaga atau tenaga sukarela yang bersedia
membimbing para pelaku tawuran pelajar sehingga diharapkan berubah dan menjadi giat
menuntut ilmu lagi.
Upaya Damai semua pihak yang terlibat tawuran
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah sekolah-sekolah yang bertikai melakukan perdamaian
dengan mengadakan “jalan sehat damai bersama” dengan menyertakan keluarga masing-masing
dengan melibatkan pihak pemerintah, tokoh masyarakat, sponsor dan sebagainya. Acara-acara
seperti itu juga bisa diisi dengan lomba-lomba yang menyenangkan dan diagendakan setiap
tahun. masing-masing pihak sekolah dengan bantuan tokoh masyarakat sekitar memediasi siswa
antar sekolah melakukan perdamaian dengan rutin mengadakan pertandingan olahraga tahunan
antar masing-masing sekolah.
7.
Begitu juga dengan pihak
Peran Aktiv Pemerintah Dalam Hal Ini Dinas Pendidikan
Langkah preventif yang harus dilakukan Dinas Pendidikan adalah melakukan penyelidikan dan
evaluasi ke setiap sekolah-sekolah. Sekolah -sekolah yang ada dendam dan sering tawuran
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa kita harus menerapkan
filsafat untuk mencari penyelesaian yang tepat dan juga cermat secara sistematis dan universal.
Tidak hanya melihat sisi yang biasa terlihat tetapi menggali semua faktor-faktor penyebab
tawuran tersebut. Sehingga kita bisa memberikan solusi atau pemecahan masalah yang terbaik
supaya tawuran ini tidak terjadi lagi. Intinya semua masalah harus diselesaikan dengan cara
memikirkan secara mendalam sampai kepada akar-akar permasalahannya sehingga dapat
dibenahi.
Dalam penyelesaiannya pun harus melibatkan semua komponen, baik dari pemerintah, lapisan
masyarakat, maupun orang tua dan pihak sekolah yang terlibat. Karena tawuran sendiri dipicu
oleh ketidakmampuan orang dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak tersalurkan
dengan baik, dan fasilitas yang terbatas. Kemudian tekanan sistem pendidikan yang membuat
anak stres, pengaruh kelompok atau pergaulan, juga pendapat dan suara anak yang tidak
didengarkan. Serta kurangnya penghargaan terhadap anak dan pemanfaatan waktu luang, Untuk
mengurangi ekspresi kekerasan ini, sudah semestinya semua kita segera berbenah menjadi
pribadi yang baik dan juga selalu mengajarkan pada kebaikan dan mencegah kerusakan.
B.
Saran
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan harus memberikan bimbingan yang berkelanjutan
pada pelaku tawuran. Misalnya mendirikan lembaga khusus atau tenaga perorngan atau
kelompok yang difasilitasi oleh pemerintah yang bekerjasama dengan sekolah terlebih kepada
orang tua dalam upaya mengembalikan pelaku-pelaku tawuran agar tetap semangat belajar
sendiri sehingga tetap mampu mandiri.dan berubah menjadi lebih baik. Jangan dibiarkan begitu
saja para pelaku tawuran karena mereka merupakan generasi penerus. Bila moral mereka
semakin memburuk tentu akan lebih menyusahkan dikemudian hari.
Terakhir bagi orangtua yang akan menyekolahkan anaknya carilah informasi mengenai sekolah
yang akan dimasuki, jika sekolah tersebut punya latar belakang tawuran antar sekolah dan masih
berlanjut, sebaiknya hindari memasukkan anak ke sekolah tersebut. Carilah sekolah yang tidak
bermasalah. Orangtua juga musti mengawasi pergaulan sang anak baik dilingkungan tempat
tinggal maupun sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro,2001,Filsafat Umum,Jakarta:Rajawali Pers
Blog Sander Diki Zulkarnaen, M.Psi.blogger.com
TEMPO.COM
http://grabalong.blogspot.com/2013/01/analisis-kritis-masalah-tawuran-pelajar.html