I016-1 IDENTIFIKASI INSTRUMEN : PEOPLE BASED LEARNING EVALUATION MODEL UNTUK MENGATASI KETIDAKPUASAN STAKEHOLDERS

  

IDENTIFIKASI INSTRUMEN : PEOPLE BASED LEARNING EVALUATION

MODEL UNTUK MENGATASI KETIDAKPUASAN STAKEHOLDERS 1) 2)

  

Fatik Rahayu , Ayu Ekasari

1)Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

E-ma

  

2) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

E-mail : ayuekasari@ymail.com

Abstrak

  

Persaingan yang semakin ketat dalam dunia Pendidikan Tinggi (PT) mengharuskan pengelola PT

untuk meningkatkan kualitas sebagai salah satu strategi bersaing. Memahami harapan para

stakeholder merupakan langkah awal untuk menghasilkan jasa yang berkualitas. Berdasarkan hal

tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi harapan user (dalam hal ini adalah

dunia kerja), dosen dan mahasiswa untuk merumuskan sebuah model instrumen yang dapat

mengevaluasi peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran di kelas yang dapat memuaskan

ketiga pihak tersebut. Penelitian dilaksanakan selama dua tahun. Pengumpulan data pada tahun

pertama telah dilakukan melalui focus group discussion (FGD) untuk mengidentifikasi harapan

stakeholders . Pada tahun kedua akan disusun sebuah instrumen untuk mengevaluasi kualitas

pembelajaran di kelas berdasarkan hasil FGD dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

  Kata kunci : Identifikasi, Instrumen, kualitas, stakeholders Pendahuluan

  Hasil penelitian dan studi literatur yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat tekanan dari para stakeholders, agar pihak pengelola Perguruan Tinggi (PT) meningkatkan kualitas kinerja mereka. Para employers menuntut lulusan PT agar mempunyai kompetensi sesuai kebutuhan dunia kerja, terutama berkaitan dengan soft skill (Edralin, 2009; Islahuzzaman and Pratminingsih, 2009; Rahayu, 2006; Rahayu, 2005; Rahayu, 2001). Pengangguran sarjana meningkat dari tahun ketahun, hal ini disebabkan oleh lemahnya kualitas PT dan Sistem Pendidikan Nasional yang tidak selaras dengan dunia kerja sehingga kompetensi lulusannya tidak dapat memenuhi kebutuhan di lapangan. Selain itu, mahasiswa juga menuntut agar pelayanan PT semakin customer service-oriented (Singh, 2009). Hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan masih adanya kesenjangan antara harapan mahasiswa terhadap kualitas PT dengan kinerja pelayanan yang sudah mereka terima ( Rahayu dan Ganawati, 2008; Rahayu, 2007; Rahayu, 2006; Rahayu dkk, 2005; Rahayu, 2003). Dari pihak dosen, hasil penelitian juga menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi dosen terhadap harapan mahasiswa dengan harapan mahasiswa yang sesungguhnya (Rahayu, 2006). Hal ini menjadi salah satu penyebab ketidakpuasan mahasiswa terhadap layanan pendidikan. Hasil penelitian tentang kepuasan kerja dosen juga menunjukkan masih adanya kesenjangan antara harapan terhadap aspek-aspek pekerjaan dengan kenyataan yang b mereka hadapi (Rahayu dkk, 2009 ). Hal ini yang mungkin menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja mereka dalam memberikan layanan pendidikan. Tekanan ini semakin meningkat dengan adanya era globalisasi, dimana persaingan tidak lagi terjadi antara PT dalam negeri tapi juga dengan PT asing. Untuk menghadapi tekanan ini sudah seharusnya pengelola PT melakukan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang sudah mereka berikan. Salah satu komponen kualitas pelayanan dari PT yang perlu dievaluasi berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas.

  Proses pembelajaran di kelas pada PT termasuk jenis jasa yang cenderung dikategorikan sebagai kelompok jasa murni, mengingat dominasi pelayanan yang diberikan dibandingkan unsur penawaran barangnya (Zeithaml et al., 2009). Oleh karena itu, karakteristik yang menonjol dari jasa pembelajaran di kelas ini adalah sifat simultan ( proses produksi dan konsumsi terjadi secara bersamaan) serta sifat heterogennya kualitas (kualitas jasa sangat bervariasi sebagai akibat dari ketergantungan kualitas pada partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelajarandi kelas pada PT ini). Pelayanan pendidikan PT yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas juga termasuk jenis jasa yang berbasis orang, dimana pelanggan (dalam hal ini adalah mahasiswa) dan penyedia jasa (dalam hal ini adalah dosen) terus berinteraksi selama proses pemberian jasa berlangsung. Hal-hal inilah yang menyebabkan pentingnya peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran di kelas. Sayangnya evaluasi proses pembelajaran di kelas yang sering ditemukan masih menekankan pada penilaian mahasiswa terhadap kinerja dosen di kelas saja. Evaluasi seperti ini tidak dapat memberikan informasi yang lengkap karena informasi tentang pelaksanaan peran mahasiswa itu sendiri tidak terdeteksi. Selain itu, praktik kurikulum yang masih banyak diterapkan adalah kurikulum content based, sehingga evaluasi tujuan pembelajaran dikelaspun masih menitikberatkan pada penguasaan isi pengetahuan dibanding menghasilkan kompetensi yang dibutuhkan para stakeholders, terutama kebutuhan pengguna lulusan. Evaluasi proses pembelajaran yang tidak komprehensif seperti inilah yang menjadi salah satu penyebab ketidakpuasan para stakeholders PT.

  Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2009), Edralin (2009); Omar (2006); Paswan and Young (2002), Gremler and McCollough (2002), Serva and Fuller (2004), Ulrich (2005) dan Peltier et al. (2005) menunjukkan bahwa peran dosen dan mahasiswa sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Dengan memodifikasi instrumen-instrumen yang digunakan oleh peneliti-peneliti tersebut dan menggabungkannya dengan informasi dari FGD dengan para stakeholders PT di Indonesia, penelitian ini mencoba mewujudkan sebuah model instrumen untuk mengevaluasi peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran di kelas yang dapat menghasilkan kompetensi sesuai harapan para stakeholders PT.

  Studi Pustaka

  Hasil studi literarur yang dilakukn oleh Widoyoko (2007) menunjukkan ada beberapa model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kualitas pembelajaran. Model yang pertama dikenal sebagai model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini menilai faktor konteks, masukan, proses dan produk atau output dalam mengevaluasi kualitas pembelajaran sehingga informasi yang dihasilkan sangat lengkap. Menerapkan model ini dalam mengevaluasi pembelajaran di kelas agak sulit karena untuk mengukur konteks dan masukan (seperti karakteristik mahasiswa dan dosen, kurikulum dan kondisi lingkungan) akan melibatkan banyak pihak sehingga membutuhkan biaya dan waktu yang banyak. Selain itu, dalam proses pembelajaran di kelas, faktor-faktor tersebut dianggap sudah given.

  Model yang kedua sering disebut model Kirkpatrick, sesuai nama penggagasnya. Model ini mencoba mengevaluasi kualitas pembelajaran dari sebuah program pelatihan pada tingkatan

  

Reaction, Learning, Behavior dan Result. Pada tingkat Reaction, kualitas pembelajaran dievaluasi

dari kepuasan peserta pembelajaran terhadap materi, fasilitas, strategi, media dan jadwal pelatihan.

  Fokus evaluasi pada tingkat Learning adalah perubahan pengetahuan dan sikap setelah mengikuti pembelajaran, biasanya berupa tes sesaat setelah pelatihan berakhir. Pada tingkat Behavior, fokus evaluasi adalah pada perubahan perilaku peserta pembelajaran setelah kembali ke tempat kerja. Fokus evaluasi yang terakhir adalah Result, yaitu hasil akhir yang merupakan dampak dari perubahan perilaku ditempat kerja seperti peningkatan kualitas produk (baik berupa barang atau layanan), penurunan biaya dan peningkatan profit. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan model CIPP, model Kirkpatrick ini hanya melakukan evaluasi pada tahap proses dan produk pembelajaran saja. Namun demikian, evaluasi produk yang dilakukan dalam model Kirkpatrick lebih komprehensif, karena tidak hanya menilai output saja tetapi juga outcome. Model ini juga masih agak susah diterapkan dalam mengevaluasi kualitas pembelajaran di kelas, mengingat pengukuran outcome membutuhkan jeda waktu yang cukup lama, karena penilaian prestasi kinerja mahasiswa oleh pengguna lulusan hanya bisa dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan kualih dan mendapat pekerjaan.

  Model ketiga adalah model yang mencoba memodifikasi kombinasi model CIPP dan Kirkpatrick, agar lebih mudah diterapkan untuk mengevaluasi kualitas pembelajaran di kelas. Model ini disebut sebagai model EKOP (Evaluasi Kualitas dan Output Pembelajaran). Modifikasi dan kombinasi dilakukan dengan cara mengevaluasi pembelajaran di kelas hanya pada tahap proses dan output saja.

  Hasil studi literatur yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ukuran suksesnya pembelajaran dalam kelas yang penting dan banyak digunakan adalah evaluasi mata kuliah secara keseluruhan (Overall Course Evaluation). Evaluasi mata kuliah secara umum berkaitan dengan apakah mata kuliah tertentu mempunyai nilai tambah yang bermanfaat bagi mahasiswa yang mempelajari mata kuliah tersebut (Peltier et al., 2005; Zhu and McFarland, 2005; Gremler and McCollough, 2002; Clarke III et al., 2001). Hal ini sesuai dengan perkembangan teori pembelajaran yang sudah memberikan tuntunan tentang bagaimana mengevaluasi proses pengajaran yang akan mempunyai dampak besar pada pengembangan mahasiswa (Serva and Fuller, 2004). Jika dikaitkan dengan model-model evaluasi pembelajaran yang sudah dibahas sebelumnya, maka evaluasi mata kuliah secara umum ini merupakan tahapan evaluasi output dari pembelajaran. Hasil-hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peran dosen dan mahasiswa sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran di kelas (Peltier et al., 2005; Ulrich, 2005, Serva and Fuller, 2004; Paswan and Young, 2002; Gremler and Mc Collough, 2002). Dengan demikian, semua faktor yang dievaluasi dalam tahap proses pembelajaran (apakah iklim kelas kondusif atau tidak, apakah strategi, fasilitas dan media pembelajaran efektif atau tidak dan sebagainya) akan sangat tergantung pada pelaksanaan peran dosen dan mahasiswa itu sendiri.

  Hasil-hasil penelitian ini mendukung konsep tentang peran penting dari people dalam pemasaran jasa. Beberapa pakar pemasaran berpendapat bahwa untuk bisa berhasil dalam memasarkan jasa, konsep bauran pemasaran yang dikenal dengan 4P (Product, Price, Place dan

  

Promotion ) saja tidaklah cukup (Kotler and Keller, 2009; Zeithaml et al., 2009). People merupakan

  salah satu tambahan P, selain 4 P yang sudah disebutkan diatas (Product, Price, Place and

  

Promotion ), yang harus diperhatikan untuk keberhasilan pemasaran jasa. Hal ini disebabkan oleh

  karena jasa mempunyai karakteristik yang berbeda dengan barang. Jasa mempunyai karakteristik

intangible , dimana jasa tidak bisa dilihat dengan mata dan tidak bisa diraba layaknya barang.

Karena karakteristik inilah, seringkali konsumen menjadikan perilaku karyawan dari perusahaan sebagai petunjuk dari kualitas jasa itu sendiri. Jasa juga mempunyai karakteristik yang simultan (bersamaan) antara proses produksi dan konsumsinya. Karakteristik simultan ini menyebabkan penilaian kualitas jasa tidak saja pada hasil akhir tapi juga pada kualitas selama proses penyajian jasa berlangsung. Kemampuan atau kompetensi karyawan dalam menyajikan jasa, keramahan dan perhatian karyawan jasa terhadap konsumen, penampilan fisik karyawan dan suasana disekitar proses pelayanan turut menentukan kualitas sebuah jasa. Selain itu, kualitas jasa juga sangat ditentukan oleh partisipasi orang-orang yang terlibat dalam pengantaran jasa. Orang-orang yang terlibat dalam pengantaran jasa tidak hanya karyawan saja, tapi juga konsumen itu sendiri. Bahkan konsumen lain yang terlibat dalam sebuah penyajian jasa secara massal (seperti para mahasiswa dalam sebuah kelas) juga ikut mempengaruhi kualitas sebuah jasa.

  Karakteristik-karakteristik jasa yang seperti itulah menyebabkan peran people menjadi sangat penting dalam menentukan kualitas jasa, termasuk kualitas pendidikan tinggi, khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Peran mahasiswa dan dosen sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran tersebut.

  Mahasiswa merupakan salah satu pihak yang disebut people dari jasa PT. Sebagai pihak yang terlibat dalam proses jasa PT, mahasiswa menjadi salah satu faktor penentu kualitas PT tersebut. Jika dikaitkan dengan konsep level partisipasi people dalam pemasaran jasa, maka partisipasi mahasiswa termasuk pada level tinggi (Zeithaml et al.; 2009). Hal ini berarti, tercapainya kualitas PT sangat tergantung juga pada apakah mahasiswa tersebut mau melaksanakan perannya dengan baik.

  Dalam literatur pemasaran jasa, sudah diakui bahwa peran provider sangatlah menentukan kualitas sebuah jasa (Zeithaml et al., 2009). Demikian juga dengan jasa pendidikan tinggi, peran dosen sebagai salah satu provider pendidikan dalam menentukan kualitas pembelajaran di kelas sangat penting. Dosen dapat diibaratkan sebagai manajer dalam pembelajaran mata kuliah tertentu yang harus bertanggung jawab pada kualitas pengalaman pembelajaran mahasiswa (Ulrich, 2005; Peltier et al., 2005). Sebagai manajer, dosen seharusnya melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap proses pembelajaran mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya di kelas.

  Metodologi Penelitian

  Pada tahun pertama, telah dilakukan FGD 3 kali. FGD pertama dengan peserta para pengguna lulusan dari beberapa perusahaan besar di Jakarta. FGD ini telah berhasil mengidentifikasi harapan kompetensi lulusan manajemen yang mereka butuhkan. FGD kedua dilakukan dengan peserta para dosen dari beberapa PT terbaik versi majalah Tempo 2008 di Jakarta. FGD ini berhasil mengidentifikasi harapan mereka berkaitan dengan peran mahasiswa dalam proses pembelajaran di kelas yang dapat menghasilkan kompetensi lulusan manajemen yang dibutuhkan dunia kerja. FGD ketiga dengan peserta para mahasiswa manajemen dari beberapa PT terbaik versi majalah Tempo 2008 di Jakarta, dan berhasil mengidentifikasi harapan mereka terhadap peran dosen dalam proses pembelajaran di kelas yang akan menghasilkan kompetensi lulusan manajemen sesuai kebutuhan dunia kerja. Pada tahun kedua, akan disusun sebuah instrumen untuk mengevaluasi kualitas pembelajaran di kelas berdasarkan hasil FGD dan hasil- hasil penelitian sebelumnya.

  Hasil dan Pembahasan

  Kompetensi lulusan S1 Manajemen yang diharapkan oleh pengguna lulusan hasil FGD dan penelitian sebelumnya adalah : kemampuan manajerial, analitis, berfikir kritis-strategis-sistematis- logis, komunikasi, beradaptasi, kerjasama, kreatifitas, memecahkan masalah, mendengar aktif, tanggungjawab, komitmen, wawasan, perilaku etis dan semangat atau motivasi untuk maju. Kompetensi-kompetensi inilah yang seharusnya menjadi ukuran hasil dari sebuah proses pembelajaran dikelas, tidak hanya sebatas penguasaan materi. Hal ini disebabkan menurut pendapat pengguna lulusan penguasaan pengetahuan materi sudah dianggap cukup dan hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa penguasaan materi hanya sedikit berperan bagi keberhasilan seseorang dalam dunia kerja.

  Untuk menghasilkan kompetensi seperti tersebut diatas, peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran di kelas sangat penting. Oleh karena itu, berdasarkan hasil FGD dan penelitian sebelumnya, proses pembelajaran dikelas seharusnya mengevaluasi peran dosen dengan item-item pengukuran yang berkaitan dengan dimensi instructor involvement, students instructor interaction,

  

course demand, class organization, knowledge material, media effective use, grading fairness dan

relationship with student. Peran seperti tersebut diatas yang diharapkan oleh mahasiswa untuk

  dilakukan dosen dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Selain itu, peran mahasiswa itu sendiri juga harus dievaluasi dengan item-item pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh mereka sudah melaksanakan peran seperti minat, sikap, motivasi, perilaku mereka dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

  Kesimpulan

  Model instrumen untuk mengevaluasi pembelajaran dikelas yang mengukur peran dosen, mahasiswa dan kompetensi yang dihasilkan seperti diuraikan dalam pembahasan tersebut diatas, diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih komprehensif baik bagi mahasiswa, dosen maupun bagi pengelola pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas. Dengan instrumen seperti ini, akan diperoleh informasi apakah proses pembelajaran sudah menghasilkan kompetensi yang diharapkan pengguna lulusan? Jika belum, dengan instrumen ini juga akan bisa diperoleh informasi apakah penyebabnya dosen yang tidak melaksanakan perannya dengan baik atau justru dari pihak mahasiswa sendiri yang belum melaksanakan peran yang seharusnya dilakukan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

  Clarke III, I.; Flaherty, T. B. And Mottner, S. 2001. Student Perception of Educational Technology Tools; Journal of Management Education; Vol. 23 No. 3; p. 169 – 177. Edralin, D M. 2009. The Outlook of Business Administration Courses and Its Graduates in the Philippines Amidst Global Challenges . SEAAIR Conference Proceedings, Penang, Malaysia. Gremler, D. D. And McCollough, M. A. 2002. Sudent Satisfaction Guarantees : An Empirical Examination of Attitudes, Antecedents and Consequences, Journal of Marketing Education; Vol.

  24 No. 2; p. 150 – 160.

  Islahuzzaman and Pratminingsih, S.A. 2009. Problem Based Learning as an Approach to Increase Students’ Soft Skills. SEAAIR Conference Proceedings, Penang, Malaysia. th Kotler, P. And Keller, K.L. 2009. Marketing Management. 12 Edition; Pearson Prentice Hall; New Jersey.

  Omar, H. M. 2009. A Participatory Action Research in Improving the Quality of English Language

Teaching in Island Primary School in Sabah ; SEAAIR Conference Proceedings, Penang, Malaysia.

Paswan, A. K. And Young, J. A. 2002. Student Evaluation of Instructor : A Nomological Investigation Using Structural Equation Modeling; Journal of Marketing Education; Vol. 24 No. 3; p. 193 – 202. Peltier, J. W.; Hay, A. And Drago, W. 2005. The Reflective Learning Continuum : Reflecting on Reflection; Journal of Marketing Education; Vol. 27 No. 3; p. 250 – 263. Rahayu, F., Murtanto and Dewi, R. 2009. Accounting Higher Education : An Expectation and Actual Performance of Service, International Conference Proceeding, Penang, 2009. Rahayu, F.; Ganawati dan Margaretha, F. 2009. Kepuasan Dosen dan Karyawan Jurusan

  

Manajemen FE Usakti . Laporan Penelitian tidak dipublikasikan, Dewan Riset Fakultas Ekonomi

Usakti.

  Rahayu, F. and Sofie. 2009. The Role of Instructor dalam Meningkatkan The Value of Learning Experience . Proseding Seminar Nasional, Maranatha, Bandung. Rahayu, F.; Ganawati dan Margaretha, F. 2008. Analisis Layanan Mahasiswa. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan, Dewan Riset Fakultas Ekonomi Usakti. Rahayu, F. 2008. Peran Dosen dan Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan, Dewan Riset Fakultas Ekonomi Usakti. ______. 2007. Does Culture Effect Higher Education Quality Expectation, Jurnal Penelitian Manajemen , FE Usakti Jakarta. ______. 2007. Analisa Kualitas Pelayanan Pendidikan Tinggi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Unnisula , Semarang. ______. 2006. Persepsi Dosen terhadap Harapan Mahasiswa tentang Kualitas Pendidikan Tinggi, Jurnal Penelitian Manajemen FE Usakti Jakarta. ______. 2006.Memahami Harapan Konsumen terhadap Kualitas Perguruan Tinggi di Bidang Manajemen . Proseding Seminar Nasional, IPB, Bogor. Rahayu, F.; Ekasari, A. and Murtanto. 2005. Students Perception on Service Quality of Higher Education : An Empirical Study . International Proceeding Conference, Usakti, Bali. Rahayu, F. 2005. Harapan Pasar terhadap Lulusan Universitas, Media Riset Bisnis dan manajemen, FE Usakti Jakarta 2005. Harapan Pasar terhadap Lulusan Universitas, Media Riset Bisnis dan Manajemen , FE Usakti Jakarta. Rahayu, F.dan Murtanto. 2005. Dimensi Kualitas Pendidikan Tinggi, Jurnal of Service Marketing, FE Usakti Jakarta.

  ______. 2001. Survei Harapan Dunia Kerja terhadap Lulusan PT. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan, Lembaga Penelitian Usakti. Serva, M. A. And Fuller M. A. 2004. Aligning What We Do and What We Measure in Business Schools : Incorporating Active Learning and Effective Media Use in the Assesment of Instruction; Journal of Management Education ; Vol. 28 No. 1; p. 19 – 38. Singh, K. 2009. Servant Leadership in Universities : A Case Study of Universiti Teknologi Mara . SEAAIR Conference Proceedings, Penang, Malaysia.

  Sarawak

  Ulrich, T. A. 2005. The Relationship of Business Major to Pedagogical Strategies; Journal of

  Education for Business ; Vol. 80 No. 5; p. 269 – 274.

  Widoyoko, S. E. P. 2007. Model Evaluasi Proses Pembelajaran IPS di SMP. Hasil Penelitian yang diunduh dari internet google scholar. Zeithaml, V.A; Bitner, M.J and Gremler, D.D. 2009. Services Marketing : Integrating Customer th Focus Across the Firm . 4 Edition; Mc Graw Hill; Boston. Zhu, F. X. And McFarland, D. 2005. Toward Assurance of Learning in Business Programs :

  • – Component and Measurements; Journal of American Academy of Business; Vol. 7 No. 2; p. 69 72.