KEDUDUKAN KEPALA DESA DALAM PENDAFTARAN TANAH KARENA PEMINDAHAN HAK Hardian Patria, Sudirman mechsan, dan Upik Hamidah
Universitas Lampung KEDUDUKAN KEPALA DESA DALAM PENDAFTARAN TANAH KARENA PEMINDAHAN HAK Hardian Patria, Sudirman mechsan, dan Upik Hamidah
Jurusan hukum administrasi negara Fakultas Hukum Universitas lampung Jl. soemantri Bojonegoro No.1 Gedung meneng Bandar Lampung 35145
Email :
ABSTRAK Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia tentunya tidak dapat kita pungkiri. Seiring bertambahnya waktu semakin berkembang pula pertumbuhan penduduk, namun tidak diiringi dengan bertambahnya bidang tanah. Sehingga sering terjadi perselisihan di tengah masyarakat mengenai kepamilikan atas tanag. Untuk itu perlu dilakukan pendaftaran tanah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum. Terdapat dua macam pendaftaran tanah yakni pendaftaran tanah pertama kali dan pendaftaran tanah pemeliharaan data, pada proses pendaftaran tanah tersebut terdapat kedudukan Kepala Desa. Kedudukan Kepala Desa dalam pendaftaran tanah sebelum adanya PP No.10 tahun 1961 dan PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah sebagai pejabat yanag berwenang dan mengeluarkan bukti kepemilikan atas tanah. Setelah adanya Peraturan Pemerintah yang mengetur, kedudukan Kepala Desa sebagai pemerintah desa dan yang mengetahui dalam bukti permulaan pada pendaftaran tanah pertama kali, serta mengeluarkan Surat Keterangan Tanah. Namun pada faktanya masih banyak Kepala Desa yang belum mengetahui kedudukannya dalam pendaftaran tanah pertama kali pada pemindahan hak karena jual-beli Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat normatif dan empiris, yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi kepustakaan, sumber data serta analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kedudukan Kepala Desa dalam pendaftaran tanah pertama kali melalui pemindahan hak karena jual beli mutlak diperlukan, yakni sebagai Pemerintah Desa yang mengetahui kebenaran data dan saksi terhadap suatu objek pendaftaran tanah serta mengeluarkan bukti permulaan untuk selanjutnya memperoleh akta
Universitas Lampung PPAT. Sebaliknya pada pendaftaran tanah pemeliharaan data kedudukan Kepala Desa tidak harus, melainkan dapat dimintakan sebagai saksi Kata Kunci : Kedudukan Kepala Desa, Pemindahan Hak ABSTRACT The importance of land for human life of course is something we cannot deny. As time goes by, population grows, but this growth is not followed by expanding land. Thus, problems often occur, especially regarding to land ownership. This condition provokes the need of the land ownership registration for the society. The legal basis for land ownership registration is contained in Article 19 Paragraph (1), 23 (1), 32 (1), 38 (1) UUPA. Land ownership registration is involving headman position. The position of headman in the first land
1 ownership registration on the land ownership transference through purchasing is absolutely necessary, because the headman is considered to know the origin of land in his area, so his presence is essential in terms of making preliminary evidence of first land ownership registration on the land ownership transference through purchasing. But the fact is there are many headmen do not know his position in the first land ownership registration on the land ownership transference. Therefore, the author is interested in bringing up a title “Position of Headman in Land ownership Registration Due to Land Ownership Transference.” The approach to the problem used in this research is both normative and empirical, the data obtained from interviews and literature study.
Based on the research results, it is found that the position of headman in the first land ownership registration on the land ownership transference through purchasing is absolutely necessary, which is as a village government who knows the authenticity of data and witness of the preliminary evidence in registering land ownership and issue SKT (Land Ownership Certificate) as follow-up to issue a temporary PPAT document/ sub-district head. Otherwise, in land ownership registration data maintenance, the headman position is not a must, but may be requested as a witness. Regarding to the number of headmen who do not know their position, the socialization of land ownership registration has been carried out by the district land office Tanggamus as competent authorities. The conclusion is that the position of village head in the first land ownership registration as village government who helps PPAT in making land ownership registration preliminary
Universitas Lampung about the position of headman in land ownership registration due to land ownership transference.
Keywords: Head of Village Position, Assignment l. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah permukaan bumi yang di tempati oleh manusia, dimana pada saat ini perkembangan penduduk semakin meningkat namun tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya tanah. Pentingnya tanah bagi masyarakat dan kurangnya lahan bagi masyarakat sehing ga banyak terjadi perselisihan di tengah masyarakat, baik antar masyarakat, masyarakat dengan badan hukum, maupun masyarakat dengan pemerintah yang dilatarblakangi persoalan pertanahan khususnya dibidang kepemilikan atas tanah. Oleh karena itu diperlukannya pendaftaran tanah bagi masyarakat agar tidak terjadi perselisihan didalam masyarakat mengenai kepemilikan atas tanah Menurut Pasal 1 Angka (1) PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah yang menyebutkan Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian sertapemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dansatuan- satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang- bidang tanah yang sudahada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya
1 ..
Dalam pendaftaran tanah khususnya pendaftaran pertama kali karena pemindahan hak dibutuhkan kedudukan Kepala Desa dalam pembuatan alat bukti permulaan. Tugas pokok dan fungsi kepala desa dalam pendaftaran tanah terdapat dalam penjelasan Pasal 32 Angka (4),
Pasal 18, Pasal 59, Pasal 60 Huruf G Angka (3), dan Pasal 61 Ayat (2) Keputusan Kepala BPN No.3 Tahun 1997. Pada Faktanya Banyak Kepala Desa yang belum memahami kedudukannya dalam pendaftaran tanah, dan ada kalanya membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk membuat alat bukti permulaan
Universitas Lampung
dalam pendaftaran tanah, sehingga tidak sesuai dengan asas terjangkau dalam pendaftaran tanah. Sehingga mempersulit masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran tanah.Pada prakteknya PPAT dalam pembuatan akta memerlukan peran Kepala Desa untuk mengeluarkan bukti Permulaan dan banyak masyarakat desa yang tidak mengetahui kedudukan alat bukti permulaan yang dikeluarkan Kepala Desa tersebut dalam hal kepemilikan atas tanah.
Definisi desa, atau udik, menurut definisi
universal , adalah sebuah aglomerasi
permukiman di area perdesaan (rural). Di istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah yang dipimpin oleh tentang Desa,
2
disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan penjabaran diatas maka Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama (BPD). Fungsi kepala desa adalah sebagai berikut dalam Pasal
15 Ayat (1) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang di maksud dalam Pasal 14 Ayat (1) Peratutan Pemerintah No.73 Tahun 2005 Tentang Desa,
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi Desa Dan Kepala Desa
2.3 Prosedur Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah dibagi dalam dua bentuk yakni pendaftaran tanah pertama kali dan pendaftaran tanah pemeliharaan data. Pendaftaran tanah pertama kali menurut Pasal 1 Angka (9) PP No.24 Tahun 1997adalah kegiatan pendaftaran tanah yang objek atau sasarannya adalah tanah yang belum pernah didaftarkan, pendaftaran pertama kali dapat secara sistematis dan sporadik.
4 Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali meliputi: 3 Pasal 14 Ayat (1) Peratutan Pemerintah No.73
Tahun 2005 Tentang Desa
Universitas Lampung
a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik, b. Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya, c. Penerbitan sertifikat,
d. Penyajian data fisik dan yuridis,
e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran secara sistematik dan sporadik. Pendaftaran sistematik dilaksanakan atas prakarsa BPN ( Pemerintah ) yang didasarkan atas suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan yang berkesinambungan. Pelaksanaannya didasarkan pada wilayah yang ditunjuk oleh Mentri atas usul Kakanwil BPN Provinsi. Suatu lokasi pendafttaran tanah secara sistematik adalah seluruh atau sebagian wilayah desa/kelurahan.
menurut Pasal 1 Angka (12) PP No.24 Tahun 1997 adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan- perubahan yang terjadi kemudian.
6 5 FX.Sumarja.Hukum Pendaftaran Tanah.Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung .2010.h.41.
Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau yuridis objek pendaftaran tanah yang telah didaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan.
7
2.4 Asas-Asas Dan Tujuan Pendaftaran Tanah
Dalam Pasal 2 PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, asas-asas dalam pendaftaran tanah adalah asas sederhana,aman,terjangkau,mutakhir dan terbuka.
8
a. Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama hak atas tanah.
5 Pendaftaran tanah pemeliharaan data
b. Asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum 7 FX.Sumarja.Hukum Pendaftaran Tanah.Penerbit
Universitas Lampung. Bandar Lampung .2010.h.61.
Universitas Lampung
sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
c. Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnys dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bias terjangkau oleh pihak yang memerlukan.
d. Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang menendai dalam pelaksanaannya dan keseimbangan dalam pemeliharaan datanya. Dan data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari. Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 3 PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah adalah sebagai berikut: a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagaipemegang hak yang bersangkutan;
b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar denganmudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidangtanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
9
2.5 Definisi Pemindahan Hak
Istilah peralihan hak atas tanah dengan pemindahan hak atas tanahtidak ada perbedaan yang tegas seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3 tahun 1997.Terkadang dapat dikesankan bahwa peralihan hak dan pemindahan hak diartikan sama, seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 pada Pasal 37 Tentang pemindahaan hak yang isinya menyatakan sebagai berikut:
1.Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah,pemasukan dalam peusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali
Universitas Lampung
3.3.2 Metode Pengolahan Data
kedudukan Kepala Desa dalam pendaftaran tanah pertama kali melalui pemindahan hak karena jua-beli mutlak diperlukan, karena kedudukan kepala desa
4.1 Kedudukan Kepala Desa Dalam Pendaftaran Tanah Pertama kali Melalui Pemindahan Hak Karena Jual-Beli
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4 Analisis Data
Interpretasi c. Sistematisasi
Editing b.
Setelah data tersebut terkumpul pengolahan dilakukan dengan caara sebagai berikut: a.
Pengumpulan data dilakaukan sebagai berikut: a .Studi kepustakaan b.studi lapangan
pemindahan hak melaluilelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurutketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan data
Penulisan penelitian ini sumber data yang digunakan berupa data primer, dan
3.2 Jenis dan Sumber Data
Upaya-upaya yang yang dilakukan dalam membahas dan memecahkan masalah yang ada dalam penelitian ini, dilakukan menggunakan dua macam pendekatan yaitu secara yuridis normatif dan yuridis empiris.
3.1 Pendekatan Masalah
2 Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri, Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftarpemindahan hak atas bidang tanah hak milik, dilakukan di antara perorangan warga negara Indonesia yangdibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor Pertanahan tersebutkadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar pemindahan hak yang yang bersangkutan.
III. METODE PENELITIAN
Universitas Lampung
melegalkan dan pihak yang mengetahui di
4.2 Kedudukan Kepala Desa Dalam
dalam dokumen-dokumen bukti permulaan Pendaftaran Tanah Pemeliharaan dalam pendaftaran tanah pertama kali Data Melalui Pemindahan Hak khususnya melalui jual beli. Tanpa adanya Karena Jual-Beli alat-alat bukti permulaan yang dikeluarkan pada pendaftaran tanah pemeliharaan data dan di legalkan oleh Kepala Desa maka karena jual-beli kedudukan Kepala Desa proses pendaftaran tanah pertama kali disebutkan dapat dimintakan sebagai saksi, karena pemindahan hak melalui jual-beli yang artinya tidak diwajibkan Kepala Desa tentunya tidak dapat berjalan. sebagai saksi dalam pendaftaran tanah
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini pemeliharaan data khususnya karena jual- adalah diagram mengenai kedudukan beli. Dengan demikian PPAT tidak kepala desa dalam pendaftaran tanah diwajibkan menunjuk Kepala Desa sebagai pertama kali melalui pemindahan hak saksi, melainkan dapat digantikan dengan karena jual-beli: orang lain yang lebih mengetahui bidak tanah yang akan di daftarkan.
4.3 Faktor Pendukung Dan Penghambat Akta Jual-beli Mengetahui:
Kepala Desa Dalam Menjalankan (Dibuat oleh PPAT
- saksi-saksi Kedudukannya Dalam Pendaftaran Sementara/camat) Tanah Karena Pemindahan Hak.
4.3.1 Faktor Pendukung
Surat Keterangan Tanah
1. Tingginya kesadaran masyarakat
Mengetahui:
(Dibuat oleh Kepala mengenai pentingnya pendaftaran
- saksi-saksi Desa)
tanah, dan yang ingin melaksanakan pendaftaran tanah pertama kali melalui jual-beli ke Kepala Desa.
4.3.2 Faktor Penghambat 1.
Surat perjanjian jual-beli 2. Surat keterangan kepemilikan
Mengetahui: 1. pemilik tanah belum memiliki KTP, 3. Surat pernyataan
KK, PBB, yang merupakan syarat untuk
- Kepala Desa penguasaan fisik
Universitas Lampung
mendaftarkan tanah pertama kali melalui pemindahan hak karena jual- beli, sehingga akan menghambat dalam pendaftaran tanah.
2. Kurangnya pemahaman Kepala Desa mengenai kedudukannya dalam pendaftaran tanah pertama kali karena pemindahan hak melalui jual-beli.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan tentang kedudukan kepala desa dalam pendaftaran tanah karena pemindahan hak yaitu:
1. Kedudukan Kepala Desa dalam pendaftaran tanah pertama kali karena pemindahan hak melalui jual-beli mutlak diperlukan, seperti yang dijelaskan dalam
Pasal 39 PP No.24 Tahun 1997, pasal Pasal 60 huruf (g) dan Pasal 61 Ayat (1) Keputusan Kepala BPN No.3 Tahun 1997. Kepala Desa memiliki peran sebagai pihak yang mengetahui atau saksi bahwa telah terjadi pemindahan hak terhadap suatu objek pendaftaran tanah. Selain itu Kepala Desa juga mempunyai kedudukan sebagai atau alas hak untuk melakukan pendaftaran tanah, sedangkan pada pendaftaran tanah pemeliharaan data kedudukan Kepala Desa dapat dimintakan sebagai saksi yang artinya tidak mutlak diperlukan.
2. Faktor yang mendukung adalah tingginya tingkat kesadaran masyarakat yang ingin melaksanakan pendaftaran tanah pertama kali melalui jual-beli ke Kepala Desa, dan faktor penghambatnya adalah masih banyaknya Kepala Desa yang belum memahami kedudukannya dalam pendaftaran tanah.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan penulis demi kelancaran bagi Kepala Desa dalam mengetahui kedudukannya dalam pendaftaran tanah khususnya karena pemindahan hak adalah : 1.
Meningkatkan pengetahuan para Kepala Desa mengenai kedudukannya dalam pendaftaran tanah khususnya karena pemindahan hak, baik melalui penataran, maupun suatu seminar yang diberikan kepada Kepala Desa 2. Perlunya penyuluhan kepada para
Kepala Desa dan masyarakat mengenai pentingnya pendaftaran tanah, dan mengenai kedudukan Kepala Desa
Universitas Lampung
Justitia, Surabaya. Sumarja, F.X. 2006. Hukum Pendaftaran Tanah . Unila. Bandar Lampung.
Keputusa BPN No.3 Tahun 1997 Tentang peraturan pelaksana PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Peratutan Pemerintah No.72 Tahun 2005 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria.
Sumber peraturan Perundang- Undangan: Undang-Undang Dasar 1945.
Penelitian Hukum . Raja Grafindo Persada. Jakarta.
,2010. Hukum Pendaftaran Tanah Di Sunggono, Bambang, 1997. Metodologi
Pemerintah Daerah Mengurus bidang Pertanahan. Laksbang
khususnya karena pemindahan hak melaui jual-beli.
Murhaini, Suriansyah, 2009. Kewenangan
, 1999. Hukum Agraria Indonesia. Eidisi Kedelapan, Djambatan.
. Eidisi Keduabelas, Djambatan.
Indonesia
Bandung. ,1966. Kumpulan Hukum Tanah. Alumni. Bandung. Harsono, Boedi, 2008. Hukum Agraria
Effendie, Bactiar,1993. Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah. Alumni.
DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:
3. Perlu adanya pengawasan, karena adakalanya Kepala Desa meminta bayaran yang cukup mahal dan mempersulit kepada warganya yang ingin membuat warkah-warkah bukti permulaan dalam pendaftaran tanah.
Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1979 Tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III).