PEMEKARAN DESA WAY SINDI HANUAN KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT

  Universitas Lampung

PEMEKARAN DESA WAY SINDI HANUAN KECAMATAN KARYA PENGGAWA

KABUPATEN PESISIR BARAT

  

Hariyanti, Nurmayani, dan Upik Hamidah

  Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas lampung Jl Prof. Soemantri Bojonegoro No.1 Gedung meneng Bandar Lampung 35145

  E-mail :

  ABSTRAK

  Otonomi daerah yang dicanangkan pemerintah sejak Tahun 1999 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap mekanisme Pemerintahan Daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap daerah memberikan wewenang yang luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan menyelenggarakan rumah tangga pemerintahannya sendiri, dilain pihak guna menyempurnakan sistem penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan agar lebih efektif, pemerintah daerah menganggap perlu untuk melaksanakan pemekaran wilayah baik ditingkat Kabupaten, Kecamatan maupun Desa/pekon. Kebijakan pemekaran Desa di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat mengacu pada PERDA Lampung Barat tentang Pembentukan, Penghapusan dan atau Penggabungan Pekon.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pelaksanaan Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat, serta untuk mengetahui Faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan.

  Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat normatif dan empiris, yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi kepustakaan.

  Kesimpulan dari penelitian bahwa ada tiga (3) tahap dalam Pelaksanaan Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan Kabupaten Pesisir Barat yaitu tahap pertama, Penghimpunan/perumusan aspirasi masyarakat. Tahap kedua, pengajuan usulan pemekaran Desa dan Tahap ketiga,yaitu penyusunan Raperda. Adapun Faktor penghambat dalam pelaksanaan pemekaran Desa Way Sindi Hanuan yaitu terutama sumber daya aparatur Pemerintah Desa, masih kurangnya kesadaran aparatur Desa dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masarakat dan masih

  Universitas Lampung

  Kecamatan dan Kabupaten setempat serta Lambatnya pelayanan terhadap masyarakat dalam pengurusan surat pengantar dan sejenisnya di karenakan minimnya kualitas pendidikan aparatur terkait di Daerah Desa. Saran dalam penelitian ini adalah 1) sebaiknya aparatur Pemerintah Kecamatan dan Desa menjalankan secara sungguh-sungguh fungsi dan perannya sebagai aparatur Pemerintah khususnya di Desa. 2) Sebaiknya Pemerintahan Desa tidak mengajukan Permohonan untuk terjadinya pemekaran kalau tidak memenuhi syarat administratif untuk terjadinya pemekaran. 3) Sebaiknya Pemerintahan Desa mengajukan permohonan kepada pemerintah yang berwenang agar dapat memberikan pelatihan (penyuluhan) guna meningkatkan kinerja dan pengetahuan aparatur Desa dalam rangka pembinaan terhadap masyarakat. Kata Kunci: Pemekaran Desa, Otonomi Daerah, PERDA Regional autonomy launched by the government since 1999 has had a significant impact on the mechanisms of the Regional Government. In accordance with Law No. 32 Year 2004 on Regional Government, every region gives broad powers, real and responsible for arranging and organizing household own government, on the other hand in order to perfect the system of governance, development and social order to be effective, local government considers necessary to carry out the regional divisions both at district, sub-district and village / pekon. Expansion policy in the District Rural District of the West Coast penggawa work refers to PERDA West Lampung on the Formation, Elimination and or Merger Pekon.

  The problem in this research is the implementation of Redistricting Village Way How Sindi Hanuan work penggawa District of the West Coast District, as well as to find out what are the factors that become an obstacle in the Village Expansion Way Sindi Hanuan.

  Approach the problem in this research is an approach that is both normative and empirical, the data obtained from interviews and literature study. Conclusions from the study that there are three (3) stages in the implementation of the Village Expansion Sindi Hanuan Way West Coastal District is the first phase, The collection / formulation of the aspirations of the people. The second phase, the expansion proposal of the village and the third stage, namely the preparation of the draft law. The inhibiting factor in the implementation of the Village Way Sindi Hanuan expansion is mainly Village Government

  Universitas Lampung

  personnel resources, there is still a lack of awareness of village officials in providing the best service to their community and they still lack the supporting infrastructure and facilities provided by the organizers of the District government and the local district and the slow pace of service to the community in the management letter of introduction and the like because of the lack of quality in education-related personnel in the Region Village. Suggestions in this study were 1) should the District and Village Government officials seriously run the function and role as government officials, especially in the village. 2) Should the Village Administration does not file an application for the division if it does not qualify for the administrative division. 3) Should the Village Administration filed a petition to the government authorities in order to provide training (education) in order to improve the performance and knowledge of village officials in order to provide guidance to the public.

  

PENDAHULUAN mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan

A.

  daerah.

   Latar Belakang

  Penyelenggaraan otonomi daerah Sejalan dengan harapan dan cita-cita disamping merupakan amanat konstitusi, dimaksud maka dalam rangka juga merupakan kebutuhan obyektif dalam meningkatkan ekselarasi dan kualitas penyelenggaraan pemerintahan saat ini. penyelenggaraan pemerintahan daerah

  Guna memenuhi kebutuhan tersebut, sesuai dengan jiwa dan semangat otonomi penyelenggaran otonomi daerah harus daerah yang dituangkan dalam Undang- mampu mewujudkan penyelenggaraan

  Undang Nomor 32 tahun 2004, maka pemerintahan yang lebih efisien dan efektif, dipandang perlu untuk melakukan demokratis serta mampu menumbuhkan, pemekaran wilayah baik pada wilayah mendorong peran serta masyarakat untuk Kabupaten/Kota, Kecamatan maupun mewujudkan pemerataan pembangunan Desa. Pemekaran ini dimaksudkan agar dan keadilan. Adanya otonomi daerah proses penyelenggaraan pemerintah, diharapkan membuka peluang kepada pembangunan dan layanan publik dapat setiap daerah untuk lebih mampu dalam lebih merata, berkesinambungan serta memberdayakan segenap potensi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dimiliki daerah dan masyarakat dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan

  Universitas Lampung

  Salah satu bentuk otonomi daerah adalah pemekaran desa, dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan mayarakat hokum yang memiliki batas- batas wilayah yang berwenang untuk mengetur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa, tugas pembantuan dari pemerintahan dan Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- undangan yang diserahkan kepada Desa. Syarat pemekaran Desa yang diatur melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

  28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan,Penghapusan,Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan, terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh desa yang hendak dimekarkan yaitu terpenuhinya jumlah penduduk, luas wilayah untuk wilayah jawa dan Bali paling sedikit 1500 jiwa atau 300 KK; wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 100 jiwa atau 200 KK; dan wilayah Kalimantan , NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 750 jiwa atau 75 KK.

  1. Ruang Lingkup Penelitian

  Penelitian ini termasuk kedalam ruang lingkup ilmu Hukum Administrasi Negara yang mengkaji tentang pemekaran wilayah Desa terutama terhadap tahapan pelaksanaan pemekaran Desa dan syarat- syarat pemekaran Desa yang telah ditentukan melalui Peraturan Perundang- Undangan serta ingin mengetahui faktor penghambat pemekaran dan tujuan pemekaran Desa baru yaitu memperpendek rentang kendali percepatan pemerataan pembangunan dan perbaikan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

  B. Tujuan dan Keguanaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah :

  a) Untuk mengetahui dan memaparkan pelaksanaan pemekaran Desa Way

  Sindi Hanuan di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

  b) Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor yang menghambat perwujudan tujuan pemekaran

  Universitas Lampung

  pemekaran Desa Way Sindi Hanuan di sesuai dengan yang telah ditetapkan Kecamatan Karya Penggawa oleh undang-undang. Kabupaten Pesisir Barat yaitu dalam 3)

  Sebagai syarat Akademik untuk rentang kendali pemerintahan, mendapatkan gelar Sarjana Hukum di percepatan pemerataan pembangunan fakultas Hukum Universitas Lampung serta peningkatan pelayanan aparatur bagian Hukum Administrasi Negara. pemerintah.

2. Kegunaan Penelitian METODE PENELITIAN

  Penelitian ini mempunyai dua kegunaan A. yaitu :

   Pendekatan Masalah a.

  Kegunaan Teoritis Jenis penelitian yang digunakan dalam

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu penelitian ini menggunakan dua macam memperluas juga memperdalam ilmu pendekatan, yaitu pendekatan yuridis hukum administrasi negara dan normatif dan pendekatan yuridis empiris : memberikan kontribusi pada hukum 1.

  Pendekatan Yuridis Normatif yaitu administrasi negara khususnya penelitian yang dilakukan dengan cara mengenai pelaksanaan pemekeran mempelajar bahan-bahan pustaka yang desaWay Sindi di kecamatan karya berupa literatur dan Perundang- penggawa kabupaten pesisir barat. undangan yang berkaitan dengan b. Kegunaan Praktis permasalahan yang akan dibahas,

  1) Memberikan masukan mengenai dalam hal ini adalah yang berkaitan usaha dalam mengoptimalkan peran dengan pelaksanaaan pemekaraan pemerintah dalam pelaksanaan Desa. pemekaran desa Way Sindi Hanuan 2.

  Pendekatan Yuridis Empiris yaitu di Kecamatan Karya Penggawa pendekatan yang dilakukan dengan cara Kabupaten Pesisir Barat. menggali informasi dan melakukan

  2) Sebagai rekomendasi strategis penelitian dilapangan guna mengetahui kepada instansi terkait dalam secara lebih jauh mengenai pelaksanaan pemekaran Desa Way permasalahan yang dibahas. Dalam hal Sindi Hanuan di Kecamatan Karya ini penulis melakukan wawancara Penggawa Kabupaten Pesisir Barat dengan Kantor Pemerintahan

  Universitas Lampung

  Kabupaten Pesisir Barat sebagai lembaga yang berwewenang dalam melaksanakan pemekaran Desa tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lapangan yang lebih akurat.

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

  1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara lisan dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui swawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara terhadap Kantor Pemerintahan Kabupaten Pesisir Barat.

  2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku- buku hukum, dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut : a.

  Penentuan sumber data sekunder (sumber primer dan sekunder), berupa Perundang-undangan (Undang-Undang dan Peraturan Daerah), dokumen hukum, catatan hukum, dan literatur Kecamatan (hasil penelitian, dsb); b.

  Menginvertarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah dengan cara membaca, mempelajari, mengutip/mencatat, dan memahami maknanya; c.

  Pengkajian data yang sudah terkumpul dengan cara menelaah literatur-literatur dan bahan kepustakaan lainnya agar mempermudah pembahasan penelitian ini serta untuk menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan rumusan masalah.

B. Sumber Data

  Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

  1. Bahan Hukum Primer Bahan- bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan Perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya.

  2. Bahan Hukum Sekunder Bahan- bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer. Berupa peraturan pelaksanan dan peraturan pelaksana tekhnis yang berkaitan dengan pokok bahasan, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

  3. Bahan Hukum Tersier

  Universitas Lampung

  Bahan-bahan penunjang lain yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan, memberikan informasi, petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, bukan merupakan bahan hukum, namun secara signifikan dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan hukum dilapangan, seperti hasil penelitian, buletin, majalah, artikel- artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

  Prosedur Pengolahan data adalah merupakan usaha untuk mengumpulkan bahan - bahan yang berhubungan dengan penelitian yang dapat berupa data, fakta, gejala, maupun informasi yang sifatnya valid (sebenarnya), realible (dapat dipercaya), dan obyektif (sesuai dengan kenyataan).

  1. Studi Kepustakaan

  Dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan melakukan kegiatan membaca, mencatat, ,mengutip, dan menelaah hal-hal yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

  2. Studi lapangan

  Studi Lapangan (field research). Studi lapang ini dimaksudkan yaitu penulis langsung melakukan penelitian pada lokasi atau obyek yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data Studi lapang ditempuh dengan cara sebagai berikut :

  1. Observasi, yaitu proses pengambilan data dalam penelitian dimana Peneliti atau Pengamat dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian.

  2. Wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara (interview), adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan).

C. Prosedur Pengolahan Data

  3. Dokumentasi, teknik ini bertujuan melengkapi teknik observasi dan teknik wawancara mendalam. Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara : a.

  Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

  b.

  Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai

  Universitas Lampung

  kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.

  c.

  Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan dat menurut pokok bahasan agar memudahkan dalam mendeskripsikannya.

  d.

  Penyusunan Data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

  Data yang telah diolah kemudian dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan dari penelitian di lapangan kedalam bentuk penjelasan secara sistematis sehingga memiliki arti dan memperoleh kesimpulan. Dari hasil analisis tersebut dapat didimpulkan secara induktif yaitu cara berfikir dalam mengambil suatu kesimpulan terhadap permasalahan yang dibahas secara umum kemudian didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

  III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Pesisir Barat

  Kabupaten Pesisir Barat (KPB), merupakan sebuah kabupaten termuda di nama Kabupaten Pesisir Barat berasal dari kata pesisir dan barat, dikarenakan Kabupaten Pesisir Barat berada pada pesisir pantai bagian barat, sehingga letak wilayahnya dijadikan sebagai nama kabupaten tersebut yaitu “Kabupaten Pesisir Barat “.

D. Analisis Data

  Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran kabupaten ini memiliki penduduk 449,345 jiwa, dan memiliki luas 2.445,89 km². Secara geografis wilayah Kabupaten Pesisir Barat terletak pada posisi 105°45'-103°48' Bujur Timur dan 3°45'-6°45' Lintang Selatan. Kabupaten Pesisir Barat mempunyai batas- batas wilayah sebagai berikut : a.

  Sebelah Utara Berbatasan dengan Provinsi Bengkulu b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan

  Universitas Lampung c.

  Sebelah Barat Berbatasan dengan Samudera Hindia d. Sebelah Timur Berbatasan dengan

  Kabupaten Lampung Barat Sesuai dengan UU No.22 tahun 2012 tentang pembentukan Kabupaten Pesisir Barat di Provinsi Lampung, ditetapkan bahwa ibukota Kabupaten Pesisir Barat adalah Krui, Berdasarkan hasil Musyawarah Tokoh-Tokoh Masyarakat bahwa ibukota terletak tepatnya di daerah pasar krui kecamatan pesisir tengah kabupaten pesisir barat. Pemilihan ibukota Kabupaten Pesisir Barat dikecamatan pesisir tengah merupakan solusi terbaik dalam hal pemerataan pembangunan, dikarenakan lokasinya cukup strategis berada dipusat kota. Secara Administrasi Kabupaten Pesisir Barat termasuk dalam wilayah lampung, Kabupaten Pesisir Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.22 tahun 2012 tentang pembentukan Kabupaten Pesisir Barat diprovinsi Lampung, Sebelum ditetapkan sebagai daerah otonomi baru, Kabupaten Pesisir Barat merupakan pemekaran dari wilayah kabupaten lampung barat diprovinsi lampung. Pada saat pembentukan Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari 11 kecamatan, yang meliputi : Bengkunat Belimbing, Bengkunat,Ngambur, Pesisir Selatan, Krui

  Selatan, Pesisir Tengah, Way Krui,Karya Penggawa, Pesisir Utara, Lemong.

  2. Gambaran Umum Kecamatan Karya Penggawa

  Kecamatan karya penggawa merupakan salah satu kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat. Kecamatan karya penggawa memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a)

  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pesisir Utara,

  b) Sebelah Selatan berbatasan dengan

  Kecamatan Way Krui,

  c) Sebelah Barat berbatasan dengan

  Samudra Hindia,

  d) Sebelah Timur berbatasan kota Liwa Lampung Barat.

  Lokasi kantor kecamatan ditentukan oleh berdasarkan hasil musyawarah panitia, perangkat kampung, ketua dan anggota BPD, tokoh masyarakat serta karang taruna ( Himpunan Muda-Mudi ). Wilayah Kecamatan Karya penggawa terdiri dari 8 Desa meliputi : Menyancang, Penengahan, La’ay, Penggawa V Tengah, Penggawa V Ulu, Way nukak, Kebuayan, Way Sindi.

  Pada tahun 2012 diketahui bahwa dari 14138 jiwa penduduk Kecamatan Karya Penggawa terdapat kelompok usia Produktif sebesar 9122 jiwa Atau 64,5 % dari total penduduk Kecamatan Karya

  Universitas Lampung

  Penggawa yang terdiri dari 4878 Perempuan dan 4244 laki-laki.

  Pemekaran desa terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan melalui Peraturan Perundang- Undangan. Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan Pemekaran Desa antara lain adalah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 Ayat (1) dan (2), Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

  Pasal 126 Ayat (1) serta Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2006. Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil Pemekaradan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2012 yang disahkan pada tanggalyang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri. Pada awalnya kabupaten Pesisir Barat terbentuk terdiri dari 11 kecamatan dan 11 Desa. Dari 11 Desa tersebut salah satu diantaranya adalah Desa Way Sindi Hanuan. Pembentukan Desa Way Sindi Hanuan adalah hasil

  Pemekaran dari Desa induknya yaitu Desa Way Sindi.

  Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pemekaran desa yang dilakukan oleh Kabupaten Pesisir Barat merupakan tuntutan yang mutlak dalam konteks ekonomi daerah yang dicanangkan pemerintah. Program pemekaran desa merupakan merupakan salah satu upaya pemerintahan Kabupaten Pesisir Barat dalam rangka lebih mengefektifkan rentang kendali pemerintahan dan pembanguna, disamping sebagai upaya lebih meningkatkan kemajuan dan kemandirian pada struktur pemerintahan dan kemasyarakatan dari suatu desa desa yang baru dibentuk. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di Kabupaten Pesisir Barat mengenai proses pemekaran Desa Way Sindi Hanuan, bahwa pada proses pemekaran desa tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PERMENDAGRI RI dan PERDA LAMBAR mengenai syarat-syarat dalam pemekaran desa.

B. Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

1. Persyaratan Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Erwin selaku Kepala Seksi Pemerintahan di Kecamatan Karya Penggawa pada tanggal 16 Desember 2013, menyatakan bahwa sebagaimana tujuan Pemekaran Desa di Kecamatan

  Universitas Lampung

  Karya Penggawa antara lain sebagai berikut dan pembangunan di Kecamatan :

  Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Desa sebagai wilayah pelayanan

  a) rentang kendali Mempermudah masarakat perlu dibina dan pemerintah Kecamatan dan Desa ditingkatkan sehingga jiwa kegotong terutama terhadap aspek pelayanan royongan dan pembangunan pemerintah dan pembangunan untuk masarakat desa lebih meningkat. bisa bejalan dengan efektif.

  b) Sasaran fisik, yaitu meningkatkan dan

  b) kemudahan bagi Memberikan membina upaya pemberdayaan masyarakat di desa yang baru dibentuk sumber daya manusia maupun sumber untuk mendapatkan pelayanan di daya alam serta potensi desa secara bidang administrasi pemerintahan, optimal bisa mendukung proses pembangunan dan sosial pembangunan desa di Kecamatan kemasyarakatan sesuai dengan

  Karya Penggawa Kabupaten Pesisir kepentingannya. Barat. Sehingga pembangunan yang

  c) Memberikan peluang yang luas kepada berkesinambungan bisa ditingkatkan pemerintah desa untuk sampai kepelosok desa disemua menyelenggarakan pengurusan bidang terutama bidang politik, administrasi pemerintahan, serta ekonomi, hukum, sosial dan budaya kebutuhan masarakat dengan potensi serta keagamaan. wilayah yang ada.

  Melihat uraian- uraian mengenai tujuan Berdasarkan hasil wawancara dengan pokok, arah dan sasaran dari implementasi Bapak Ridwan diruangan bagian pemekaran desa di atas, dapat peneliti pemerintahan Pemda Pesisir Barat pada jelaskan bahwa secara konsep Pemekaran tanggal 16 desember 2013, menyatakan

  Desa Way Sindi Hanuan di Kecamatan bahwa sasaran pemekaran desa Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat dikecamatan Karya Penggawa Kabupaten merupakan suatu tindakan yang tepat bagi

  Pesisir Barat adalah didasarkan atas penyelenggara administrasi pemerintahan, beberapa aspek yaitu : pembangunan, dan pelayanan publik di a) kelembagaan, yaitu Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten

  Sasaran memberdayakan desa sebagai sumber Pesisir Barat, pada sisi lain Pemekaran seluruh data dan informasi bagi Desa akan mendorong untuk kegiatan penyelenggara pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

  Universitas Lampung

  pembangunan di Desa Way Sindi Hanuan sendiri, masyarakat bisa mengembangkan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten potensi-potensi yang ada di desa melalui Pesisir Barat. pembinaan yang baik, kamudian tercipta lapangan kerja ditingkat aparat desa akan Berdasarkan wawancara dengan Bapak mengurangi pengangguran. Ahmad diruang kerjanya diketahui secara teknis, desa yang akan dimekarkan di

  2. Tahap-Tahap pemekaran

  Kabupaten Pesisir Barat adalah dapat Adapun teknik dan pola pemekaran Desa berupa pengadaan desa baru dalam wilayah Way Sindi Hanuan Kecamatan Karya

  Kabupaten yang telah ada melalui Penggawa Kabupaten Pesisir Barat adalah pemecahan atau penggabungan. Pemekara dilakukan melalui beberapa pentahapan

  Desa dapat pula dilakukan melalui tindakan antara lain: pengadaan desa baru dalam wilayah desa maupun beberapa desa yang lainnya. Dia a)

  Penghimpunan/perumusan aspirasi masyarakat. juga mengatakan Pemekaran Desa Way

  Pemekaran Desa Way Sindi menjadi Sindi Hanuan ini adal keinginan dari masyarakat. Intinya masyarakat Desa Way Sindi Hanuan merupakan murni keinginan atau prakarsa menginginkan pelayanan yang lebih baik masyarakat setempat. Keinginan dana sendiri agar tercapai pemerataan untuk memekarkan diri ini muncul pembangunan, yang tadinya desa diawali dengan melihat dan mendapatkan satu dana, setelah membandingkan desa-desa lain yang dimekarkan akan mendapat dua dana, telah mekar sebelumnya, dimana kemudian dengan adanya desa baru akan terciptanya peluang kerja ditingkat desa-desa yang telah mekar tersebut mengalami kemajuan dan pemerintahan desa. Dia juga mengatakan perkembangan pembangunan yang dilihat dari tujuan pemekaran ini sendiri, masyarakat ingin mendapatkan pelayanan lebih cepat. yang lebih baik dan juga mendekatkan

  Sebagai langkah keseriusan untuk pelayanan. Waktu belum mekarkan Desa memekarkan diri, beberapa tokoh

  Way Sindikan Luas dan penduduknya masyarakat dihimpun melalui rapat banyak, pelayanan sudah baik tapikan akan yang melibatkan tokoh masyarakat, lebih baik kalau dimekarkan, jadi cakupan tokoh agama, lembaga-lembaga pelayanan tidak terlalu luas. Kamudian lainnya pada wilayah desa yang akan kalau dimekarkan bisa mendapatkan dana

  Universitas Lampung

  dimekarkan bertemu untuk membicarakan soal pemekaran ini.

  Setelah mereka sepakat kemudian mereka mengundang masyarakat secara untuk duduk bersama membahas dan membicarakan rencana pemekaran yang meliputi alasan-alasan pemekaran dan manfaat serta tujuan dari pemekaran itu, setelah mencapai kesepakan masyarakat secara keseluruhan, kemudian dibuatlah proposal permohonan pemekaran desa. Jadi hal-hal yang kurang atau belum dicantumkan dalam proposal sebelumnya, sudah dilengkapi di dalam proposal yang baru ini. Poposal tersebut diajukan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa, yang selanjutnya akan disampaikan kepada Bupati Lampung Barat melalui Camat.

  b) Tahapan

  Pengajuan Usulan Pemekaran Desa.

  Munculnya isu pemekaran desa, yang kemudian dilanjutkan dengan agenda duduk bersama untuk melakukan musyawarah yang menghasilkan kesepakatan bersama untuk memekarkan diri, maka selanjutnya dibentuklah panitia pemekaran yang bertugas untuk mengurus kelanjutan daripada rencana pemekaran. Setelah dirumuskannya panitia pemekaran Desa Way Sindi Hanuan, selanjutnya panitia dimaksud membuat proposal usulan pembentukan Desa kepada Bupati Kabupaten Lampung Barat melalui Kepala Bagian Pemerintahan Kabupaten Lampung Barat. Dengan melampirkan profil desa yang meliputi profil desa induk, profil desa yang akan dibentuk dan peta kampung yang akan dimekarkan. Pembentukan panitia pemekaran Desa Way Sindi Hanuan ini ditunjuk dan dibentuk langsung oleh masyarakat, dimana kepanitian diketuai dan beranggotakan dari masyarakat setempat. Dalam hal pembentukan panitia pemekaran ini, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa Way Sindi Hanuan hanya sebagai fasilitator, dan tidak ikut serta atau menentukan keanggotaan dalam kepanitiaan. Setelah terbentuknya panitia pemekaran ini, yang selanjutnya mengemban tugas yang merupakan kepercayaan dari masyarakat, mulai dari pembuatan proposal, permohonan pemekaran desa, hingga terbentuknya desa baru yang merupakan keinginan dari masyarakat.

  Universitas Lampung

  c) Tahap Proses Penyusunan Raperda

  Sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

  Peraturan perundang-undangan menegaskan, bahwa Peraturan Daerah (Perda) dibentuk oleh DPRD yang dibahas bersama dengan Kepala Daerah untuk memperoleh persetujuan bersama. Dalam konteks ini, pembahasan dan persetujuan bersama atas Perda yang dibentuk itu berlansung di DPRD. Pembentukan Perda tidaklah terjadi begitu saja, melainkan diawali dengan proses penyusunan Rancangan Perda. Rancangan Perda tentang Pemekaran Desa yang telah disusun kemudian melalui Tim Verifikasi, Rancangan Perda tersebut disampaikan oleh Bupati ke DPRD. Rancangan Perda tersebut akan dibahas dalam Rapat Paripurna DPRD yang nantinya akan disusun dan disahkan menjadi Perda.

  Setelah Peraturan Daerah Kabupaten 2011 oleh Bupati Kabupaten Lampung Barat dan telah diundangkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Barat, maka usailah tahapan dalam pembentukan Desa Way Sindi Hanua Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Lampung Barat.

  Tahapan selanjutnya adalah mengadakan pemilihan perangkat pemerintahan Desa Way Sindi oleh masyarakat sendiri, yaitu pemilihan Kepala Desa secara langsung Sebagai tindak lanjut Pemerintah Daerah Lampung Barat dalam memperhatikan aspirasi masyarakat Desa Way Sindi Hanuan, maka diresmikanlah Desa Way Sindi Hanuan pada hari Kamis, tanggal 14 Juni 2012 oleh Bupati Lampung Barat. Prosesi peresmian desa Way Sindi Hanuan ini, sekaligus dirangkaikan dengan pelantikan Kepala Desanya yaitu Desa Way Sindi Hanuan .

  3. Faktor penghambat Dalam Pelaksanaan Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa pelaksanaan perwujudan tujuan dari

  Universitas Lampung

  Pemekaran Desa Way Sindi Hanuan karena sumber daya manusianya relatif Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten rendah. Pesisir Barat mengalami hambatan- 3.

  Sarana dan prasarana tidak mendukung hambatan yang sangat berpengaruh untuk terjadinya pemekaran. terhadap pelaksanaan hasil dari tujuan Pemekaran Desa yaitu, memperpendek B.

   SARAN

  rentang kendali pemerintahan, percepatan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pemerataan pembangunan dan perbaikan pembahasan, maka di sarankan agar kualitas pelayanan kepada masarakat. melakukakan pembenahan sebagai berikut :

  1. aparatur pemerintah Sebaiknya

  Kecamatan dan Kabupaten Pesisir

  KESIMPULAN DAN SARAN Barat hendaknya dapat menjalankan

  secara sungguh-sungguh fungsi dan A.

   Kesimpulan

  perannya sebagai aparatur pemerintah Berdasarkan uraian-uraian yang telah khususnya di Desa, agar disajikan pada bab-bab sebelumnya penyelenggaraan pelayanan kepada dikemukakan beberapa kesimpulan dari masyarakat di Desa lebih baik dan hasil pembahasan tentang Pemekaran Desa prima di segala aspek kehidupan Way Sindi Hanuan Kecamatan Karya masarakat. Penambahan sarana Penggawa Kabupaten Pesisir Barat yaitu: pendukung yang memadai akan

  1. Bahwa pelaksanaan pemekaran Desa meningkatkan pelayanan menjadi lebih Way Sindi Hanuan harus memenuhi baik, agar terciptanya masyarakat yang Tahap-tahap sebagai berikut: adil, sejahtera dan pemerataan a)

  Penghimpunan/perumusan aspirasi pembangunan bisa terwujud sesuai masyarakat harapan dan kesepakatan bersama.

  b) Tahap kedua pengajuan usulan 2.

  Sebaiknya Pemerintahan Desa tidak pemekaran Desa dan; mengajukan Permohonan untuk

c) Tahap ketiga penyusunan Raperda.

  terjadinya pemekaran kalau tidak 2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan memenuhi syarat administratif untuk pemekaran Desa Way Sindi Hanuan terjadinya pemekaran. yaitu kurangnya sosialisasi masyarakat

  3. Pemerintah Desa Sebaiknya setempat tentang syarat-syarat mengajukan permohonan kepada pemekaran sehingga kurang faham pemerintah yang berwenang agar dapat

  Universitas Lampung

  Pusat Dan Daerah Menurut UUD 1945. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

  Sumber Peraturan Perundang- Undangan Undang-Undang Dasar 1945.

  Tim Redaksi Fokusmedia, 2006, Pemerintahan Desa dan Kelurahan. Bandung.

  Soekanto, Soerjono 1982, Pemerintahan daerah Di indonesia . CV.Rajawali.

  bahasa Indonesia . balai pustaka, Jakarta

  Poerwadarmanta 1989. kamus besar

  penelitian. Restu agung , Jakarta

  Faroukh, Muhammad 2003. Metodelogi

  Bagir Manan, 1994, Hubungan Antara

  memberikan pelatihan ( penyuluhan ) kepada aparatur Desa / dusun yang di biayai oleh pemerintah guna meningkatkan kinerja dan pengetahuan aparatur Desa dalam rangka pembinaan terhadap masarakat sekitarnya.

  Daerah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

  Nurmayani, 2009. Hukum Administrasi

  Suara Pembaruan, 2002, Otonomi Daerah. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

  Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

  DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Tri Ratnawati, 2009, Pemekaran Daerah.

  5. Sebaiknya kepada aparatur Desa agar melakukan sistem kerja terbuka kepada masyarakat sekitarnya agar tidak ada unsur kecurangan terutama dalam pembangunan Desa dikarenakan mayoritas minimnya kualitas sumber daya manusia di Desa terkait.

  4. Sebaiknya kepada masyarakat Desa yang baru dimekarkan agar lebih meningkatkan partisipasi dan peran aktipnya dalam mendukung kelancaran proses Pemerintahan dan Pembangunan. Dengan adanya dukungan dari lapisan masarakat Desa, maka pelaksanaan tugas umum pemerintahan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat akan lebih berdaya guna dan berjalan lebih efektif.

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28

  Universitas Lampung

  Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan. Peraturan Daerah Lampung Barat Nomor

  28 Tahun 2000 Tentang Pembentukan, Penghapusan, dan atau Penggabungan Pekon.

  Sumber Internet:

  http://repository.unhas.ac.id/Skripsi.pdf?se quence=1