Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Surveilans Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan
Imunisasi
Subdit. Surveilans dan Respon KLB
Komitmen Global
FOKUS
1. Eradikasi polio
2. Eliminasi Campak
3. Difteri*
Peran Surveilans :
• Menentukan daerah Rawan/Risiko Tinggi
• Memantau Kemajuan Penanggulangan
• Rekomendasi kegiatan penanggulangan
Strategi Pelaksanaan Program Imunisasi
Prinsip Manajemen Program
Pengendalian Penyakit
1. Reduksi
Upaya menurunkan angka insiden, prevalen,
dan atau kematian sampai pada tingkat tertentu
di suatu daerah/lokasi
2.
3.
Eliminasi
Upaya menurunkan angka insiden menjadi
“nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan
daerah tertentu
Eradikasi
Upaya menghilangkan angka insiden dan
penularan di dunia
Kriteria Mencapai Komitmen
Global
Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun
berturut-turut yang dibuktikan dengan
Surveillans AFP sesuai standar sertifkasi
Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak
selama >12 bulan, dengan pelaksanaan
surveillance campak yang adekuat. (Regional
consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August
2009 & WHA, May 2010)
Cakupan Surveilans PD3I
Saat Ini
1.
2.
3.
4.
Penyakit
Penyakit
Penyakit
Penyakit
Campak
TN
Polio
Diptheria
Prinsip Manajemen Program
Pengendalian Penyakit
1. Reduksi
Upaya menurunkan angka insiden, prevalen,
dan atau kematian sampai pada tingkat tertentu
di suatu daerah/lokasi
2.
3.
Eliminasi
Upaya menurunkan angka insiden menjadi
“nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan
daerah tertentu
Eradikasi
Upaya menghilangkan angka insiden dan
penularan di dunia
Kriteria Mencapai Komitmen
Global
Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun berturut-turut
yang dibuktikan dengan Surveillans AFP sesuai standar
sertifkasi
Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak selama >12 bulan,
dengan pelaksanaan surveillance campak yang adekuat.
(Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009 & WHA,
May 2010)
Eliminasi TN
• Insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari
1 tetanus neonatorum (TN) dalam 1000 kelahiran hidup pada
setiap Kabupaten/kota.
Capaian di Indonesia Saat
ini
1.Campak menuju
eliminasi, target 2015
2.Polio menuju Eradikasi
Surveilans AFP
Definisi AFP ?
Semua anak 80 %
3. Zero reporting
: > 90 %
Strategi Surveilans AFP
• Menemukan kasus AFP minimal
2/100.000 penduduk < 15 tahun
• Upaya penemuan :
– di Rumah Sakit
– di Puskesmas dan Masyarakat
•
•
•
•
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Keterlibatan ahli
Pemeriksaan Ulang 60 hari
Zero Reporting
Kegiatan Surveilans AFP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penemuan kasus
Pelacakan Kasus
Pengumpulan Spesimen
Hot Case
Survey Status Imunisasi Polio
Nomor Epid
Nomor Laboratorium Kasus AFP dan
Kontak
8. Kunjungan Ulang (KU) 60 Hari
9. Umpan Balik dan Penyebarluasan
Informasi
Alur Pelaporan
Pelaporan
Alur
& Umpan
Umpan Balik
Balik
&
Surveilans AFP
AFP
Surveilans
DitjenPP
PP&
&
Ditjen
PL
PL
Kemenkes
Kemenkes
RIFP1
RI
FPL
Dinkes
Dinkes
FP1
LAB
Dinkes
Dinkes
Kab./Kota
Kab./Kota
Lisan
PWS KLB
(W2)
W1
Puskesmas
Puskesmas
Lisan
: umpan balik
: laporan
Masyarakat
Masyarakat
WHOWHOHQ
HQ
LAB
Provinsi
Provinsi
FP1
FPL
W1
WHOWHOSEAR
SEAR
O
O
FPS
FP-PD
Laboratori
Laboratori
um
um
Polio
Polio
Nasional
Nasional
Rumah
Rumah
Sakit
Sakit
Surveilans Campak
Defnisi Operasional Kasus
Campak
Kasus klinis:
• Demam,
• Bercak merah (rash) berbetuk
mokulopapular,
• Batuk/pilek atau mata merah
(conjunctivitis)
atau
Dokter mendiagnosa sebagai kasus
campak
Tahapan Pelaksanaan Surveilans
Campak
Tujuan
Sumber
Data
Data Rutin
KLB
Menurunkan Angka Kematian
Komponen
Sebelum
kampanye
campak
Setelah kampanye
campak
Eliminasi
Kasus sangat
sedikit
Tipe Surveilans
Data aggregat
Case Based data
(data individu)
Case Based data
Serologi
Sebanyak
mungkin
Semua kasus
Isolasi Virus
Tergantung
Kebutuhan Program
Beberapa KLB
Semua KLB
Transmisi Data
tabel
Line list
Laporan investigasi
kasus
Kebutuhan
informasi
Jumlah kasus
menurut tempat
dan umur
Age, sex, alamat,
status vaksinasi,
keadaan akhir,
serology
Age, sex, alamat,
status vaksinasi ,
keadaan akhir,
serology + investigasi
semua kasus yg ada
hubungan
epidemiologi
Tipe surveians
Case based data
Case based data
Case based data
Tersangka KLB
Ada peningkatan
kasus dari
perkiraan
5 per 100,000
populasi dalam 1
bulan
> 1 kasus
Serologi
Minimal 5 kasus
Minimal 5 kasus
Minimal 5 kasus
Isolasi Virus
Sesuai kebutuhan
program
Beberapa KLB
Semua KLB
Surveilans Campak Berbasis
Individu
Case Based Measles Surveillance CBMS
• Identitasnya secara individual, meliputi data:
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal laporan
diterima, tanggal pelacakan, pengambilan
sampel, status imunisasi dan riwayat sakitnya.
• Semua tersangka KLB campak harus dilakukan
penyelidikan PE
• Menggunakan Format C1 (rutin & KLB).
• Melakukan pemeriksaan serologis minimal 50%
kasus selama 1 tahun.
• Pelaksanaan surveilans campak diintegrasikan
dengan surveilans AFP.
Surveilans Campak & Rubella
pada daerah dengan kasus
sedikit
Memperkuat sistem
surveilans ke arah
surveilans individu
Memeriksakan
serum dari
beberapa kasus
Menigkatkan sensitifitas dengan
identifikasi seluruh kasus klinis campak
Konfirmasi
campak atau
rubella
Identifikasi KLB adanya 5 kasus dengan cluster dalam
waktu 4 minggu, dan melakukan investigasi
Mangemen kasus
dan pemberian
vitamin A
Investigasi
KLB
Sampel serum
5-10 kasus
Pencarian
kasus
tambahan
Menganalisis
data untuk
mengetahui
penyebab
KLB
Positif IgM campak
(2 atau lebih kasus)
Konfirmasi KLB
campak
Postif IgM Rubella
(2 atau lebih kasus)
Konfirmasi KLB
Rubella
Laporan
berjenjang
Campak dan rubella
IgM positif
KLB campuran
Respons
Program
Format Laporan Campak
Lokasi
Data
Rutin
Puskesma C1
s
Kabupate
n
Provinsi
C1
Form
integrasi
Kabupaten
C1
Form
integrasi
Provinsi
Waktu
Data KLB
Bulana
n, tgl 5
C1 & C2
Bulana
n
Tgl 10
Rekap ke form
C KLB/K, jika
ada KLB
lampirkan C1
dan C2
Bulana
n
Tgl 15
Form C KLB/K,
direkap ke C
KLB/P, jika ada
KLB lampirkan
C1 dan C2
Waktu
Segera
tgl 5
Bulana
n
Tgl 10
Bulana
n
Tgl 15
Alur Pelaporan
Pelaporan
Alur
Surveilans
Surveilans
Campak
Campak
Indikator Surveilans
Campak
Surveilans Rutin :
1. Rate ks Non campak secara nasional
2. % Kabupaten melaporkan rate ks non campak
3. Ks Tersangka campak yang diperiksa IgM
4. Specimen Adequat untuk pemeriksaan IgM
5. Spesimen adekuat untuk pemeriksaan Virology
: ≥ 2/100.000 pop
≥ 2/100.000 pop
:
≥ 80 %
: ≥ 80 %
: ≥ 80 %
: ≥ 80 %
6. Kelengkapan laporan C-1 puskesmas
: ≥ 90 %
7. Ketepatan laporan C-1 puskesmas
: ≥ 80 %
8. Kelengkapan laporan surveilans aktif RS
: ≥ 90 %
KLB
1. KLB dg “Fully investigated”
:
100 %
2. KLB Pasti yang diperiksa Virology
: 100 %
3. Kelengkapan laporan C- KLB
: ≥ 90 %
Surveilans Difteri
Pengertian
Penyakit menular akut pada tonsil,
faring dan hidung, kadang-kadang
pada selaput mukosa dan kulit.
Difteri dapat menyerang pada setiap
orang yang tidak mempunyai
kekebalan.
Pengolongan Kasus
Kasus Probable
Kasus yang menunjukkan gejala-gejala
demam, sakit menelan,
pseudomembran, pembengkakan leher
dan sesak nafas disertai bunyi (stridor)
Kasus konfrmasi
Kasus probable disertai hasil
laboratorium Positif, berupa hapus
tenggorok & hapus hidung atau
hapus luka di kulit yang diduga
Difteri kulit.
Kegiatan Surveilans Difteri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penemuan Kasus
Pelacakan Kasus
Pelaporan
Pengolahan Data
Umpan Balik
Manajemen Surveilans:
Pelacakan
Penyelidikan Epidemiologi dilakukan
terhadap setiap adanya 1 kasus
difteri, baik dari rumah sakit ,
puskesmas maupun masyarakat,
yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosis, memastikan terjadi KLB
dan menentukan kasus tambahan
serta kelompok rentan.
Materi Wawancara
1. Indeks kasus atau paling tidak dari mana
kemungkinan kasus berawal
2. Kasus-kasus tambahan yang ada di sekitarnya
3. Cara penyebaran kasus
4. Waktu penyebaran kasus,
5. Arah penyebaran penyakit
6. Siapa, dimana, berapa orang yang kemungkinan
telah kontak (hitung pergolongan umur untuk
keperluan perencanaan prophilaksis dan
imunisasi/ORI ). Untuk mempermudah
kemungkinan penyebaran kasus, sebaiknya
dibuat peta lokasi KLB dan kemungkinan
mobilitas penduduknya
7. Persiapan pemberian prophilaksis dan imunisasi
Data Lain yang Diperlukan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Populasi berisiko
Cakupan imunisasi DPT3 dan DT
Peta wilayah
Kondisi Cool chain
Manj. Pengelolaan vaskin
Data kasus Difteri/ kasus serupa
difteri
7. Data kematia
Pengambilan Spesimen
Kontak
– Untuk kontak yang sudah
mempunyai gejala klinis, specimen
yang diambil adalah usap tenggorok
dan usap nasofaring (hidung)
– Untuk kontak yang tidak
mempunyai gejala klinis, specimen
yang diambil hanya usap nasofaring
saja ( untuk efsiensi )
Algoritma untuk diagnosis, terapi dan follow up tersangka
difteri dan kontak terinfeksi
Tersangka/terbukti
difteri
Lapor ke Dinas Kesehatan
• isolasi
• Kultur c.diphteria hidung, tenggorok, kulit
• Serum untuk pemeriksaan antibodi
• Terapi serum antitoksin diphteria
• Terapi antibiotik
• Imunisasi aktif (Td) pada fase konvalesen
• Dua pasang kultur hidung dan tenggorok (selang ≥ 24 jam) minimal 2
mgg paska terapi antibiotik. Bila tanpa antibiotik, kultur dilakukan 2
mgg setelah keluhan (-), atau ≥ 2 mgg dari awal sakit
Identifikasi kontak erat
Tetapkan dan
monitor
tanda/gejala difteri
minimal 7 hari
Stop
Ada
Tidak ada
Kultur C.diphteria
Positif
Terapi antibiotik
Tetapkan status
vaksinasi difteri
Negatif
Stop
Hindari kontak erat dgn individu imunisasi tidak lengkap
• identifikasi kontak erat dan lakukan tindak pencegahan
• dua pasang kultur ulangan (selang ≥24 jam) minimal 2
minggu paska terapi
5 tahun yl
Segera berikan
booster
≥3 dosis,
terakhir < 5
tahun yl
Bila perlu beri
imunisasi ke-4 /
booster
Alur Pelaporan
Pelaporan
Alur
Surveilans Difteri
Difteri
Surveilans
Ditjen PP &
PL
Kemenkes RI
Laporan KLB Difteri
Laporan Surveilans
Integrasi PD3I Provinsi
STP
Dinas Kesehatan
Provinsi
Dinas
Kesehatan
Kab./Kota
: umpan balik
: laporan
Laporan KLB
Difteri
STP
Laporan KLB
Difteri
STP
Puskesmas
Laporan KLB Difteri
Laporan Surveilans
Integrasi PD3I Kab./Kota
STP
FP-PD
W1
Kasus
Rumah
Sakit
Format Pelaporan
W1 - Puskesmas
LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH
(dilaporkan dalam 24 jam)
No.
Kepada Yth
: ……………………………………………………………….
: ……………………………………………………………….
Pada tanggal/bulan/tahun
Desa/kelurahan
Di Kecamatan
Telah terjadi sejumlah
Dan sejumlah
: ................/……………../…………..
: ……………………………………..
: ……………………………………..
: …………………..penderita
:...............................kematian tersangka penyakit :...............
Diare
Campak
Tetanus Neonatorum
Hepatitis
Rabies
Kholera
Dipteri
Polio/AFP
Encephalitis
Pes/Anx
DHF
Pertusis
Malaria
Meningitis
Keracunan
DSS
Tetanus
Frambusia
Typhus Abd
................
Dengan gejala-gejala :
Muntah
Panas/demam
Mulut sukar dibuka
Berak-berak
Batuk
Bercak putih pada pharinx
Mengigil
Pilek
Meringkil pd lipatan paha/ketiak
Turgor jelek
Pusing
Pendarahan
Kaku kuduk
Kesadaran menurun
Gatal-gatal
Sakit perut
Pingsan
2010
10
Sumatera Selatan
Banyuasin
Pangkalan Balai
1
Pangkalan Balai,
Banyuasin
09
1
0
Banyuasin
10
CAP & TTD
Dr. Riantini
19760828 199903 2 002
03
2010
RS. Sumber Asih
09 / 03 / 2010
NIHIL
TTD
Dr, Carolina
TTD
Nurudin, SKM
Contoh:
Ketentuan: Tanggal kirim laporan mingguan dari Puskesmas/RS ke
Dinkes Kab./Kota
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS PUSKESMAS
(KASUS BARU)
STP.PUS
Propinsi
: __________________________
Tahun
:
Kabupaten
: __________________________
Bulan
:
Puskesmas
: __________________________
Jumlah kunjungan : …………..
No
Jenis Penyakit
1
2
Golongan Um ur (tahun)
0-7 Hr
3
8-28 Hr
4
Dapat Dicegah dengan
Imunisasi
Subdit. Surveilans dan Respon KLB
Komitmen Global
FOKUS
1. Eradikasi polio
2. Eliminasi Campak
3. Difteri*
Peran Surveilans :
• Menentukan daerah Rawan/Risiko Tinggi
• Memantau Kemajuan Penanggulangan
• Rekomendasi kegiatan penanggulangan
Strategi Pelaksanaan Program Imunisasi
Prinsip Manajemen Program
Pengendalian Penyakit
1. Reduksi
Upaya menurunkan angka insiden, prevalen,
dan atau kematian sampai pada tingkat tertentu
di suatu daerah/lokasi
2.
3.
Eliminasi
Upaya menurunkan angka insiden menjadi
“nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan
daerah tertentu
Eradikasi
Upaya menghilangkan angka insiden dan
penularan di dunia
Kriteria Mencapai Komitmen
Global
Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun
berturut-turut yang dibuktikan dengan
Surveillans AFP sesuai standar sertifkasi
Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak
selama >12 bulan, dengan pelaksanaan
surveillance campak yang adekuat. (Regional
consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August
2009 & WHA, May 2010)
Cakupan Surveilans PD3I
Saat Ini
1.
2.
3.
4.
Penyakit
Penyakit
Penyakit
Penyakit
Campak
TN
Polio
Diptheria
Prinsip Manajemen Program
Pengendalian Penyakit
1. Reduksi
Upaya menurunkan angka insiden, prevalen,
dan atau kematian sampai pada tingkat tertentu
di suatu daerah/lokasi
2.
3.
Eliminasi
Upaya menurunkan angka insiden menjadi
“nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan
daerah tertentu
Eradikasi
Upaya menghilangkan angka insiden dan
penularan di dunia
Kriteria Mencapai Komitmen
Global
Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun berturut-turut
yang dibuktikan dengan Surveillans AFP sesuai standar
sertifkasi
Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak selama >12 bulan,
dengan pelaksanaan surveillance campak yang adekuat.
(Regional consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009 & WHA,
May 2010)
Eliminasi TN
• Insiden/angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari
1 tetanus neonatorum (TN) dalam 1000 kelahiran hidup pada
setiap Kabupaten/kota.
Capaian di Indonesia Saat
ini
1.Campak menuju
eliminasi, target 2015
2.Polio menuju Eradikasi
Surveilans AFP
Definisi AFP ?
Semua anak 80 %
3. Zero reporting
: > 90 %
Strategi Surveilans AFP
• Menemukan kasus AFP minimal
2/100.000 penduduk < 15 tahun
• Upaya penemuan :
– di Rumah Sakit
– di Puskesmas dan Masyarakat
•
•
•
•
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Keterlibatan ahli
Pemeriksaan Ulang 60 hari
Zero Reporting
Kegiatan Surveilans AFP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penemuan kasus
Pelacakan Kasus
Pengumpulan Spesimen
Hot Case
Survey Status Imunisasi Polio
Nomor Epid
Nomor Laboratorium Kasus AFP dan
Kontak
8. Kunjungan Ulang (KU) 60 Hari
9. Umpan Balik dan Penyebarluasan
Informasi
Alur Pelaporan
Pelaporan
Alur
& Umpan
Umpan Balik
Balik
&
Surveilans AFP
AFP
Surveilans
DitjenPP
PP&
&
Ditjen
PL
PL
Kemenkes
Kemenkes
RIFP1
RI
FPL
Dinkes
Dinkes
FP1
LAB
Dinkes
Dinkes
Kab./Kota
Kab./Kota
Lisan
PWS KLB
(W2)
W1
Puskesmas
Puskesmas
Lisan
: umpan balik
: laporan
Masyarakat
Masyarakat
WHOWHOHQ
HQ
LAB
Provinsi
Provinsi
FP1
FPL
W1
WHOWHOSEAR
SEAR
O
O
FPS
FP-PD
Laboratori
Laboratori
um
um
Polio
Polio
Nasional
Nasional
Rumah
Rumah
Sakit
Sakit
Surveilans Campak
Defnisi Operasional Kasus
Campak
Kasus klinis:
• Demam,
• Bercak merah (rash) berbetuk
mokulopapular,
• Batuk/pilek atau mata merah
(conjunctivitis)
atau
Dokter mendiagnosa sebagai kasus
campak
Tahapan Pelaksanaan Surveilans
Campak
Tujuan
Sumber
Data
Data Rutin
KLB
Menurunkan Angka Kematian
Komponen
Sebelum
kampanye
campak
Setelah kampanye
campak
Eliminasi
Kasus sangat
sedikit
Tipe Surveilans
Data aggregat
Case Based data
(data individu)
Case Based data
Serologi
Sebanyak
mungkin
Semua kasus
Isolasi Virus
Tergantung
Kebutuhan Program
Beberapa KLB
Semua KLB
Transmisi Data
tabel
Line list
Laporan investigasi
kasus
Kebutuhan
informasi
Jumlah kasus
menurut tempat
dan umur
Age, sex, alamat,
status vaksinasi,
keadaan akhir,
serology
Age, sex, alamat,
status vaksinasi ,
keadaan akhir,
serology + investigasi
semua kasus yg ada
hubungan
epidemiologi
Tipe surveians
Case based data
Case based data
Case based data
Tersangka KLB
Ada peningkatan
kasus dari
perkiraan
5 per 100,000
populasi dalam 1
bulan
> 1 kasus
Serologi
Minimal 5 kasus
Minimal 5 kasus
Minimal 5 kasus
Isolasi Virus
Sesuai kebutuhan
program
Beberapa KLB
Semua KLB
Surveilans Campak Berbasis
Individu
Case Based Measles Surveillance CBMS
• Identitasnya secara individual, meliputi data:
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal laporan
diterima, tanggal pelacakan, pengambilan
sampel, status imunisasi dan riwayat sakitnya.
• Semua tersangka KLB campak harus dilakukan
penyelidikan PE
• Menggunakan Format C1 (rutin & KLB).
• Melakukan pemeriksaan serologis minimal 50%
kasus selama 1 tahun.
• Pelaksanaan surveilans campak diintegrasikan
dengan surveilans AFP.
Surveilans Campak & Rubella
pada daerah dengan kasus
sedikit
Memperkuat sistem
surveilans ke arah
surveilans individu
Memeriksakan
serum dari
beberapa kasus
Menigkatkan sensitifitas dengan
identifikasi seluruh kasus klinis campak
Konfirmasi
campak atau
rubella
Identifikasi KLB adanya 5 kasus dengan cluster dalam
waktu 4 minggu, dan melakukan investigasi
Mangemen kasus
dan pemberian
vitamin A
Investigasi
KLB
Sampel serum
5-10 kasus
Pencarian
kasus
tambahan
Menganalisis
data untuk
mengetahui
penyebab
KLB
Positif IgM campak
(2 atau lebih kasus)
Konfirmasi KLB
campak
Postif IgM Rubella
(2 atau lebih kasus)
Konfirmasi KLB
Rubella
Laporan
berjenjang
Campak dan rubella
IgM positif
KLB campuran
Respons
Program
Format Laporan Campak
Lokasi
Data
Rutin
Puskesma C1
s
Kabupate
n
Provinsi
C1
Form
integrasi
Kabupaten
C1
Form
integrasi
Provinsi
Waktu
Data KLB
Bulana
n, tgl 5
C1 & C2
Bulana
n
Tgl 10
Rekap ke form
C KLB/K, jika
ada KLB
lampirkan C1
dan C2
Bulana
n
Tgl 15
Form C KLB/K,
direkap ke C
KLB/P, jika ada
KLB lampirkan
C1 dan C2
Waktu
Segera
tgl 5
Bulana
n
Tgl 10
Bulana
n
Tgl 15
Alur Pelaporan
Pelaporan
Alur
Surveilans
Surveilans
Campak
Campak
Indikator Surveilans
Campak
Surveilans Rutin :
1. Rate ks Non campak secara nasional
2. % Kabupaten melaporkan rate ks non campak
3. Ks Tersangka campak yang diperiksa IgM
4. Specimen Adequat untuk pemeriksaan IgM
5. Spesimen adekuat untuk pemeriksaan Virology
: ≥ 2/100.000 pop
≥ 2/100.000 pop
:
≥ 80 %
: ≥ 80 %
: ≥ 80 %
: ≥ 80 %
6. Kelengkapan laporan C-1 puskesmas
: ≥ 90 %
7. Ketepatan laporan C-1 puskesmas
: ≥ 80 %
8. Kelengkapan laporan surveilans aktif RS
: ≥ 90 %
KLB
1. KLB dg “Fully investigated”
:
100 %
2. KLB Pasti yang diperiksa Virology
: 100 %
3. Kelengkapan laporan C- KLB
: ≥ 90 %
Surveilans Difteri
Pengertian
Penyakit menular akut pada tonsil,
faring dan hidung, kadang-kadang
pada selaput mukosa dan kulit.
Difteri dapat menyerang pada setiap
orang yang tidak mempunyai
kekebalan.
Pengolongan Kasus
Kasus Probable
Kasus yang menunjukkan gejala-gejala
demam, sakit menelan,
pseudomembran, pembengkakan leher
dan sesak nafas disertai bunyi (stridor)
Kasus konfrmasi
Kasus probable disertai hasil
laboratorium Positif, berupa hapus
tenggorok & hapus hidung atau
hapus luka di kulit yang diduga
Difteri kulit.
Kegiatan Surveilans Difteri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penemuan Kasus
Pelacakan Kasus
Pelaporan
Pengolahan Data
Umpan Balik
Manajemen Surveilans:
Pelacakan
Penyelidikan Epidemiologi dilakukan
terhadap setiap adanya 1 kasus
difteri, baik dari rumah sakit ,
puskesmas maupun masyarakat,
yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosis, memastikan terjadi KLB
dan menentukan kasus tambahan
serta kelompok rentan.
Materi Wawancara
1. Indeks kasus atau paling tidak dari mana
kemungkinan kasus berawal
2. Kasus-kasus tambahan yang ada di sekitarnya
3. Cara penyebaran kasus
4. Waktu penyebaran kasus,
5. Arah penyebaran penyakit
6. Siapa, dimana, berapa orang yang kemungkinan
telah kontak (hitung pergolongan umur untuk
keperluan perencanaan prophilaksis dan
imunisasi/ORI ). Untuk mempermudah
kemungkinan penyebaran kasus, sebaiknya
dibuat peta lokasi KLB dan kemungkinan
mobilitas penduduknya
7. Persiapan pemberian prophilaksis dan imunisasi
Data Lain yang Diperlukan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Populasi berisiko
Cakupan imunisasi DPT3 dan DT
Peta wilayah
Kondisi Cool chain
Manj. Pengelolaan vaskin
Data kasus Difteri/ kasus serupa
difteri
7. Data kematia
Pengambilan Spesimen
Kontak
– Untuk kontak yang sudah
mempunyai gejala klinis, specimen
yang diambil adalah usap tenggorok
dan usap nasofaring (hidung)
– Untuk kontak yang tidak
mempunyai gejala klinis, specimen
yang diambil hanya usap nasofaring
saja ( untuk efsiensi )
Algoritma untuk diagnosis, terapi dan follow up tersangka
difteri dan kontak terinfeksi
Tersangka/terbukti
difteri
Lapor ke Dinas Kesehatan
• isolasi
• Kultur c.diphteria hidung, tenggorok, kulit
• Serum untuk pemeriksaan antibodi
• Terapi serum antitoksin diphteria
• Terapi antibiotik
• Imunisasi aktif (Td) pada fase konvalesen
• Dua pasang kultur hidung dan tenggorok (selang ≥ 24 jam) minimal 2
mgg paska terapi antibiotik. Bila tanpa antibiotik, kultur dilakukan 2
mgg setelah keluhan (-), atau ≥ 2 mgg dari awal sakit
Identifikasi kontak erat
Tetapkan dan
monitor
tanda/gejala difteri
minimal 7 hari
Stop
Ada
Tidak ada
Kultur C.diphteria
Positif
Terapi antibiotik
Tetapkan status
vaksinasi difteri
Negatif
Stop
Hindari kontak erat dgn individu imunisasi tidak lengkap
• identifikasi kontak erat dan lakukan tindak pencegahan
• dua pasang kultur ulangan (selang ≥24 jam) minimal 2
minggu paska terapi
5 tahun yl
Segera berikan
booster
≥3 dosis,
terakhir < 5
tahun yl
Bila perlu beri
imunisasi ke-4 /
booster
Alur Pelaporan
Pelaporan
Alur
Surveilans Difteri
Difteri
Surveilans
Ditjen PP &
PL
Kemenkes RI
Laporan KLB Difteri
Laporan Surveilans
Integrasi PD3I Provinsi
STP
Dinas Kesehatan
Provinsi
Dinas
Kesehatan
Kab./Kota
: umpan balik
: laporan
Laporan KLB
Difteri
STP
Laporan KLB
Difteri
STP
Puskesmas
Laporan KLB Difteri
Laporan Surveilans
Integrasi PD3I Kab./Kota
STP
FP-PD
W1
Kasus
Rumah
Sakit
Format Pelaporan
W1 - Puskesmas
LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH
(dilaporkan dalam 24 jam)
No.
Kepada Yth
: ……………………………………………………………….
: ……………………………………………………………….
Pada tanggal/bulan/tahun
Desa/kelurahan
Di Kecamatan
Telah terjadi sejumlah
Dan sejumlah
: ................/……………../…………..
: ……………………………………..
: ……………………………………..
: …………………..penderita
:...............................kematian tersangka penyakit :...............
Diare
Campak
Tetanus Neonatorum
Hepatitis
Rabies
Kholera
Dipteri
Polio/AFP
Encephalitis
Pes/Anx
DHF
Pertusis
Malaria
Meningitis
Keracunan
DSS
Tetanus
Frambusia
Typhus Abd
................
Dengan gejala-gejala :
Muntah
Panas/demam
Mulut sukar dibuka
Berak-berak
Batuk
Bercak putih pada pharinx
Mengigil
Pilek
Meringkil pd lipatan paha/ketiak
Turgor jelek
Pusing
Pendarahan
Kaku kuduk
Kesadaran menurun
Gatal-gatal
Sakit perut
Pingsan
2010
10
Sumatera Selatan
Banyuasin
Pangkalan Balai
1
Pangkalan Balai,
Banyuasin
09
1
0
Banyuasin
10
CAP & TTD
Dr. Riantini
19760828 199903 2 002
03
2010
RS. Sumber Asih
09 / 03 / 2010
NIHIL
TTD
Dr, Carolina
TTD
Nurudin, SKM
Contoh:
Ketentuan: Tanggal kirim laporan mingguan dari Puskesmas/RS ke
Dinkes Kab./Kota
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS PUSKESMAS
(KASUS BARU)
STP.PUS
Propinsi
: __________________________
Tahun
:
Kabupaten
: __________________________
Bulan
:
Puskesmas
: __________________________
Jumlah kunjungan : …………..
No
Jenis Penyakit
1
2
Golongan Um ur (tahun)
0-7 Hr
3
8-28 Hr
4