STUDI KINETIKA REAKSI PADA METANOLISIS MINYAK JARAK PAGAR

  

STUDI KINETIKA REAKSI PADA METANOLISIS MINYAK

JARAK PAGAR

M. Said, Wenny Septiarty, Tri Tutiwi

  

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Abstrak

  Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh rasio reaktan, temperatur, dan waktu reaksi

terhadap konversi minyak jarak menjadi metil ester dan mengetahui pengaruh temperature reaksi

transesterifikasi terhadap konstanta kecepatan reaksi. Metil ester merupakan bahan bakar alternatif yang

dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak jarak dengan methanol. Variabel yang diteliti adalah rasio

reaktan (minyak jarak : metanol), yaitu 1 : 2, 1 : 4, dan 1 : 6, temperatur reaksi yaitu 60°C,70°C, dan 80°C,

dan waktu reaksi yaitu 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa konstanta

  • -2 -1

  

kecepatan reaksi terbaik sebesar 7,4.10 menit diperoleh pada rasio reaktan 1 : 6 dan temperatur reaksi

  • -2 -1

  80°C. Sedangkan konstanta kecepatan reaksi terkecil sebesar 3,4.10 menit diperoleh pada rasio reaktan 1 :

  • -1 -

  6 dan temperatur reaksi 60 °C. Energi aktivasi yang didapat pada reaksi ini sebesar 38457,32 J mol menit

  1

  • -1 dengan faktor frekuensi sebesar 38739,69252 menit .

  Kata kunci : transesterifikasi, minyak jarak, metil ester, energi aktivasi

Abstract

This research has been done to know Effection of Reactant Ratio, Reaction Temperature, and Reaction Time to conversion of jatropha oil to produce Methyl Ester and to know the effection of

transeterification reactions temperature toconstant velocity of reactions. Methyl ester is an alternative fuel

oil produced from transesterification of jatropha oil and methanol. Variables that were examined are reactant o o ratios (jatrohpa oil : methanol), that are 1 : 2, 1 : 4, and 1 : 6, reaction temperatures that are 60

  C, 70

  C, o

80 C, and reaction times that are 10, 20, 30, 40, 50, and 60 minutes. The result of research show that the best

  • -2 -1

  o rate reactions is 7,4.10 minutes achieved at ratio of reactant 1 : 6 with reaction temperature is 80 C.

  • -2

  o While the least rate reactions is 3,4.10 achieved at ratio reactant is 1:6 with reaction temperature 60 C.

  • -1 -1

  

Activation energy that was got from this reactions is 38457,32 J mol menit with frekwention factor is

  • -1 38739,69252 menit .

  Key words : transesterification, jatrohpa oil, methyl ester, activation energy.

I. PENDAHULUAN Berbagai upaya diversifikasi energi perlu

  dilakukan untuk mengatasi kelangkaan BBM di Kebutuhan BBM mengalami peningkatan Indonesia. Salah satu upaya diversifikasi energi sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat adalah melalui penyediaan bahan bakar energi akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, yang dapat diperbaharui seperti biodiesel yang aktivitas industri, PLTD, aktivitas rumah tangga dapat dihasilkan dari minyak nabati seperti dan sebagainya. Berdasarkan data Automotive minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak Diesel Oil, konsumsi bahan bakar minyak di jarak pagar. Biodiesel digunakan sebagai bahan Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi bakar alternatif pengganti minyak diesel/solar. produksi dalam negeri dan diperkirakan dalam Penggunaan minyak kelapa dan minyak kelapa kurun waktu 10 – 15 tahun lagi, cadangan minyak sawit sebagai biodiesel dapat mengganggu stok Indonesia akan habis. Perkiraan ini terbukti minyak makan nasional, kebutuhan industri karena sering terjadi kelangkaan BBM di oleokimia dan ekspor CPO. Biodiesel yang beberapa daerah di Indonesia. dihasilkan dari minyak kelapa dan minyak kelapa

  Kondisi ini memicu kenaikan harga sawit memiki harga yang lebih tinggi BBM di berbagai negara termasuk Indonesia. dibandingkan minyak diesel dari bahan bakar

  16 Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Januari 2010 fosil. Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai biodisel memberikan peluang yang besar karena minyak jarak pagar tidak dapat dikonsumsi sebagai minyak makan (non edible oil).

  f.

  18 ( Ketaren, 1986 )

  2,5

  12 12,5

  55

  Abu Protein

  Karbohidrat Serat

  Komponen Jumlah (%) Minyak

  Tanaman jarak pagar merupakan jenis tanaman perdu dengan tinggi 1 – 7 m bercabang tidak teratur. Tanaman ini memiliki batang berkayu, berbentuk silindris dan jika tergores mengeluarkan getah. Daun tanaman jarak pagar lebar dan berbentuk jantung dengan panjang 5 -15 cm. Bunga tanaman ini merupakan bunga majemuk berbentuk malai dan berwarna kuning kehijauan. Buah tanaman jarak berbentuk telur dengan diameter 2 – 4 cm dan memiliki 3 ruang dengan masing-masing ruang terdapat satu biji yang berbentuk bulat lonjong berwarna coklat kehitaman. Biji ini mengandung minyak dengan rendemen 30 – 50 % dan mengandung toksin sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Tabel 1. Komponen kimia biji jarak

  2.2. Minyak Jarak Pagar (Crude Jatropha Curcas Oil)

  Biodiesel menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak.

  Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang umur mesin diesel karena biodisel lebih licin.

  Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang memiliki kandungan minyak sekitar 30 – 50 %. Minyak jarak pagar mengadung 16 – 18 atom karbon per molekul sedangkan minyak bumi 10 atom karbon. Kandungan atom karbon yang lebih besar pada minyak jarak pagar mengakibatkan viskositas minyak jarak pagar lebih tinggi (lebih kental) bila dibandingkan dengan viskositas minyak bumi. Minyak jarak pagar memiliki daya pembakaran yang masih rendah untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar (biodiesel). Proses transesterifikasi dapat digunakan untuk menurunkan viskositas minyak jarak pagar dan meningkatkan daya pembakarannya sehingga sesuai dengan standar minyak diesel untuk kendaraan bermotor. Proses transesterifikasi minyak jarak dilakukan dengan menggunakan alkohol untuk mengubah trigliserida menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.

  e.

  Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi, yaitu di atas 100 sedangkan cetane number bahan bakar diesel hanya 40.

  d.

  Biodiesel tidak beracun.

  c.

  Industri biodiesel dapat menggunakan lemak atau minyak daur ulang.

  b.

  Campuran dari 20 % biodisel dengan 80 % petroleum diesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi.

  Biodiesel adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan monoalkyl ester yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati). Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel dapat berasal dari kacang kedelai, kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak lagi melalui proses transesterifikasi. (Mardiah, Agus Widodo, Efi Trisningwati, dan Aries Purijatmiko, 2006) Keuntungan dari biodiesel : a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perancangan reaktor pada skala pilot plant dan sebagai pengembangan teknologi transesterifikasi menghasilkan metil ester sebagai bahan bakar alternatif.

  Biodiesel dapat digunakan baik secara murni maupun dicampur dengan minyak diesel pada mesin kendaraan tanpa mengalami modifikasi mesin. Biodiesel bersifat lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui (renewable) dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan terhadap piston karena termasuk kelompok minyak tidak mengering, mampu mengeliminasi efek rumah kaca dan kontinuitas ketersediaan bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan minyak diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap rendah dan angka cetana antara 57-62, terbakar sempurna dan tidak beracun.

II. FUNDAMENTAL

2.1. Biodiesel

2.3. Metanol

  Sifat Batasan Meto de Min Mak s

  2.5. Transesterifkasi

  Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk memulai reaksi dengan bahan lain. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat suatu reaksi, terlibat dalam reaksi tetapi tidak ikut terkonsumsi menjadi produk Pemilihan katalis ini sangat bergantung pada jenis asam lemak yang terkandung di dalam minyak tersebut. Jenis asam karakteristik fisik dan kimia biodiesel, karena asam lemak ini yang akan membentuk ester atau biodiesel itu sendiri (Mardiah, Agus Widodo, Efi Trisningwati, dan Aries Purijatmiko, 2006).

  2.4. Katalis Natrium Hidroksida (NaOH)

  4

  , dan katalis basa NaOH dan KOH. (Yuli Setyo Indartono, 2006)

  2.6. Bahan bakar

  Spesifikasi minyak diesel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 3. Spesifikasi Minyak Solar

  Tabel 2. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Jarak Pagar

20 Indeks Bias

  Metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batubara, gas alam, atau kayu Metanol disebut juga metil alkohol merupakan senyawa paling sederhana dari gugus alkohol. Rumus kimianya adalah CH

  2 SO

  (sumber Bailey dikutip dari Ketaren, 1986)

  C 322 39,9 dyne/cm

  o

  C Cairan Bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meski disimpan dalam waktu yang lama 0,8783 kg/liter 71 cp 1,477 – 1,478 102,8 – 103,1 176 – 181 5 – 80% 0,4 – 4,0 Jernih (tidak keruh) 145 – 154 230

  o

  C) Bilangan Asetil Titik Nyala Titik Api Tegangan Permukaan pada 20

  o

  Angka Iodium Angka Penyabunan % FFA (asam oleat) Bilangan Asam Kelarutan dalam alkohol (20

  78 o C μ

  Karakteristik Nilai Wujud Warna ρ

  Transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam–asam lemak ke dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H

3 OH. Metanol berwujud cairan yang tidak berwarna, dan mudah menguap.

  • 3.0

  1.6

  Metanol merupakan alkohol yang agresif sehingga bisa berakibat fatal bila terminum, dan memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam penanganannya. Jika menghirup uapnya cukup lama atau jika kena mata dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan jika tertelan akan mengakibatkan kematian. (Andi Nur Alam Syah, 2006)

  Sebagian besar produksi metanol diubah menjadi formaldehid yang pada akhirnya digunakan untuk membuat polimer, juga digunakan sebagai pelarut. Memiliki berat molekul 32,042, titik leleh -98

  9. Conradson Carbon D-189

  0.1 D-130

  C) -

  O

  8. Copper Strip (3 hrs/100

  0.5 D- 1551

  7. Sulfur Content, %wt -

  65 D-97

  F -

  O

  6. Pour Point,

  5.8 D-445

  Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah metanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol rantai panjang, sehingga metanol ini mampu memproduksi biodiesel yang lebih stabil.

  o C.

  0.82

  64

  C dan titik didih

  o

  1. Spesifik grafity 60/60

  O

  F

  0.87 D- 1298

  O

  2. Colour ASTM

  D- 1500

  3. Cetane Number 45 - D-613

  4. Alternatively calculated C.I 48 -

  D-978

  5. Kinematic Viscosity 100

  F Cs

  • Nil D-974

  C sampai 80

  2) Dicampurkan methanol, dan katalis dengan perbandingan berat dari minyak jarak ratio

  1:2 ke dalam beker gelas. Kemudian dipanaskan sampai suhu 40ºC. 3)

  Campuran katalis dan methanol dimasukkan ke dalam labu leher tiga. 4)

  Selama 60 menit, sampel diambil sebanyak 10 ml setiap 10 menit pemanasan. Kemudian dimasukan ke dalam botol sampel yang didiamkan selama 24 jam agar terlihat dua lapisan, kemudian dipisahkan dengan pipet tetes. 6)

  Setelah didapatkan campuran lapisan gliserol (pada lapisan bawah) yang kemudian dianalisa dengan Metode Griffin untuk mengetahui konversi dari minyak jarak pagar. 7)

  Percobaan yang sama dilakukan kembali untuk suhu 70

  o

  C sampai 80

  o C.

  8) Kemudian diulang kembali untuk rasio reaktan 1 : 4 dan 1 : 6 pada suhu 70

  o

III. METODOLOGI PENELITIAN

  o C.

  C, dan rasio reaktan minyak jarak – metanol pada (1 : 2), (1 : 4), (1 : 6). Jumlah run penelitian adalah 54.

  9) Kemudian lapisan atas yang terbentuk (metil ester) dicuci dengan menggunakan air panas dengan temperatur sekitar 60

  o C.

  10) Air tersebut dicampurkan ke dalam corong pemisah, sehingga terbentuk dua lapisan.

  Lapisan bawah yang terbentuk (air) dibuang. 11)

  Kemudian lakukan pencucian berulang- ulang sampai lapisan bawah yang terbentuk (air) menjadi jernih. Dan didapatkan metil ester yang murni. 12)

  Terakhir lakukan pemanasan selama 2 jam pada metil ester sampai suhu 100ºC, lakukan sampai tidak ada lagi gelembung. 13) Metil ester yang didapat dianalisa.

  3.3.1. Analisa Kadar Gliserol

  Gliserol dianalisa dengan cara Asetin (Griffin, 1955). Sampel dibiarkan semalam didalam corong pemisah agar sisa metanol menguap hingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan gliserol berada di bawah dan metil ester di lapisan atas. Lapisan ester dipisahkan dengan gliserol, kemudian gliserol dianalisa dengan cara sebagai berikut : 1.

  Ambil 1,5 gr gliserol, masukkan ke dalam erlenmeyer.

  2. Lalu ditambahkan 3 gr natrium asetat dan 7,5 ml asam asetat anhidrid.

  3. Campuran dididihkan selama 1 jam dengan memasang pendingin balik.

  1) Masukkan minyak jarak ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan termometer, pemanas, dan kondensor. Kemudian dipanaskan sampai suhu 60ºC.

  o

  18 Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Januari 2010 Residue, %wt -

  F 150 - D-93

  0.1

  10. Water Content, % vol -

  0.05 D-95

  11. Sediment, %wt -

  0.01 D-473

  12. Ash Content, %wt -

  0.01 D-482 Neutralization Value

  1. Strong Acid KOH/g

  2. Total Acid Number, mg KOH/g -

  0.6 D-974

  3. Flash Point P.M.cc,

  O

  4. Dist. Rec. At 300

  C dengan interval 10

  O

  C, %vol 40 - D-86

  3.1. Analisa Bahan Baku

  Analisa bahan baku dilakukan untuk mengetahui asam lemak bebas, asam lemak total, dan berat jenisnya.

  3.2. Perlakuan Dan Rancangan Penelitian

  3.2.1. Perlakuan Penelitian

  Proses transesterifikasi minyak jarak dilakukan dengan memberikan perlakuan minyak jarak dengan metanol dengan variasi rasio reaktan tertentu dan ditambahkan katalis NaOH sebanyak 1 % dari volume minyak kedalam reaktor berpengaduk. Reaksi yang terjadi dalam reaktor berlangsung secara batch yang dikondisikan pada temperatur dan waktu reaksi tertentu. Konversi reaksi ditentukan pada berbagai variasi temperatur dan waktu reaksi tersebut.

  3.2.2. Rancangan Penelitian

  Konversi reaksi merupakan fungsi waktu reaksi dan temperatur reaksi. Waktu reaksi divariasikan dari 10 sampai 60 menit dengan interval waktu 10 menit, temperatur reaksi divariasikan dari 60

  o

  C sampai 80

  o

3.3. Prosedur Penelitian

  C, 80

  D-189)

  o

  C, 70

  o

  Hubungan temperatur dengan konversi reaksi ini dapat dilihat dengan memvariasikan temperatur pada rasio reaktan dan waktu reaksi yang konstan. Variasi temperatur pada penelitian ini ada tiga yaitu 60

  4.1. Pengaruh Temperatur Terhadap Konversi Reaksi

  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Analisa sifat – sifat fisis metil ester yang akan diuji adalah :

  Metil ester murni diuji sifat fisinya dengan cara ASTM (American Soceity for Testing Material) di laboratorium Penguji Pertamina UP-III Palembang, kemudian hasil pengujian dibandingkan dengan spesifikasi minyak diesel.

  • Densitas (ASTM D-1298)
  • Flash point (ASTM D-93)
  • Water content (ASTM D
  • Colour ASTM (ASTM D-1500)
  • Ash Content (ASTM D-482)
  • Nilai kalor (Kalkulasi)
  • Conradson Carbon Residue (ASTM

8. Titrasi dengan HCl 1 N sampai warna merah hilang.

  • Distillation (ASTM D-86)
  • Centane Index (ASTM D-976)
  • Appearance (ASTM D-4176)

  o C untuk menghilangkan sisa metanol dan air.

  Metil ester yang merupakan hasil atas reaksi dipisahkan dari gliserol pada lapisan bawah dengan corong pemisah. Sebelum diuji sifat fisisnya, metil ester ini perlu dimurnikan dengan cara mencucinya dengan Aquades untuk mengikat gliserol yang masih tersisa. Setelah terbentuk dua lapisan, kemudian dipisahkan dengan memakai corong pemisah. Lapisan atas merupakan metil ester dipanaskan pada temperatur kurang lebih 100

  : Rapat massa minyak (gr/ml)

  M

  ρ

  C. hubungan temperatur dapat dilihat dengan jelas pada grafik

  o

  Dapat dilihat pada waktu reaksi 10 menit, pada temperatur 60

  C diperoleh konversi sebesar 4,34658 %.

  o

  C diperoleh konversi sebesar 6,1491 %, pada temperatur 80

  o

  C diperoleh konversi sebesar 4,71761 %, pada temperatur 70

  o

  o C).

  4.1. Grafik ini menunjukkan hubungan temperatur terhadap konversi reaksi pada rasio reaktan 1 : 2 dalam berbagai waktu reaksi.

  C cenderung konversi turun. Hal ini dapat disebabkan oleh pereaksi dalam hal ini metanol banyak yang menguap akibat dari pemanasan diluar titik didih dari metanol itu sendiri (68

  o

  80

  C. Sedangkan pada temperatur

  o

  Pada grafik 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi temperatur, maka akan semakin besar konversi reaksi yang dicapai untuk temperatur 60 – 70

  V M : Volume minyak (ml)

  : Asam lemak bebas (mgek/gr minyak)

  b

  HCl s b a g s r

  s

  : Berat campuran minyak – metanol (gr) W

  r

  G − = Keterangan : G : Gliserol yang terbentuk (mgek) W

  V V ( W W W W

  N )

  Gliserol yang terbentuk dihitung dengan persamaan Griffin :

  g

  7. Kemudian campuran dididihkan kembali selama 15 menit dan selanjutnya didinginkan.

  5. Campuran yang telah didinginkan dinetralkan dengan larutan NaOH 3 N dengan memakai indikator phenolpthalin kurang lebih 4 tetes sampai terbentuk warna merah muda. Selanjutnya ditambahkan lagi larutan NaOH 1 N sebanyak 10 ml.

  o C.

  C, kemudian ditambahkan air 50 ml dengan suhu yang sama 60

  o

  4. Campuran yang telah didinginkan sampai suhu 60

  : Berat sampel yang diambil (gr) W

  : Berat lapisan gliserol (gr) W

  : Asam lemak total (mgek/gr minyak) A

  G

  t

  X A : Konversi bagian G : Gliserol yang terbentuk, mgek A

  Keterangan :

  ρ − =

  A

  X M M b t

  ) x V ( x ) A A (

  a

  : Normalitas HCl (mgek/ml) Konversi dihitung dengan persamaan berikut :

  HCl

  : Volume HCl titrasi blanko (ml) V s : Volume HCl titrasi sampel (ml) N

  b

  V

  : Berat lapisan gliserol yang dianalisis (gr)

3.3.2. Analisa Metil Ester

  Tabel 4. Hubungan Temperatur terhadap Konversi

  4.2. Energi Aktivasi

  Reaksi pada Rasio Reaktan 1:2 Nilai k ditentukan dari slope kurva -ln (1 dalam berbagai Variasi Waktu – x) Vs waktu t pada temperatur tertentu. Nilai Reaksi konstanta kecepatan reaksi (k) pada temperatur 60

  o

  • 80 C untuk rasio reaktan 1 : 6 dapat dilihat pada tabel 4.

  t (waktu), Konversi

  o o o

  Tabel 7. Nilai Konstanta Kecepatan Reaksi menit T = 60 C T = 70 C T = 80 C

  Temperatur Konstanta reaksi

  10 4,71761 6,14910 4,34657

  (T), K (k), (1/menit)

  20 6,88059 8,29129 28,13642 60 0,034 30 9,89581 13,47021 26,15160 40 10,62242 16,42147 17,57922

  70 0,064 50 7,64608 13,58537 14,70140 80 0,074 60 6,03849 10,50692 10,60512

  Tabel diatas dapat digunakan untuk menentukan Tabel 5. Hubungan Temperatur terhadap energi aktivasi (E) dan faktor frekuensi (A)

  Konversi Reaksi pada Rasio dengan menggunakan persamaan Arrhenius, yaitu Reaktan 1:4 dalam berbagai Variasi

  : Waktu Reaksi

  E / RT − k A e =

  t (waktu), Konversi

  E o o o ln k = ln A −

  menit T = 60 C T = 70 C T = 80 C

  RT

  10 73,04550 57,58089 51,16985 maka, y = ax + b, dengan : 20 80,12878 76,22693 73,84337 y : ln k 30 86,42400 88,14717 88,80204 a : - (E/R) x : 1/T 40 75,06968 69,88652 67,41450 b : ln A 50 39,60499 45,42248 41,06180 60 25,78250 38,08110 32,18946

  Tabel 8. Tabulasi Data ln k dan 1/T

  T (K) 1/T k ln k

  Tabel 6. Hubungan Temperatur terhadap Konversi Reaksi pada Rasio

  333.15 0.00300 0,034 -3,3814 Reaktan 1:6 dalam berbagai Variasi

  343.15 0.00291 0,064 -2,7489 Waktu Reaksi

  353.15 0.00283 0,074 -2,6037 Faktor frekuensi (A) dan –(E/R) diperoleh t (waktu), Konversi dati regresi linear data 1/T dan ln K pada tebel

  o o o

  menit T = 60 C T = 70 C T = 80 C diatas. Hasil regresi linear didapatkan faktor

  • 1

  10 16,82147 47,62897 74,47512 frekuensi (A) sebesar 0,056 menit dan –(E/R)

  • 4

  20 33,15699 54,09345 83,42322 sebesar -9,324 x 10 K/menit. Energi aktivasi 30 38,31131 83,12460 85,58229 didapatkan dengan mengalikan nilai –(E/R)

  • 1 -1

  dengan nilai R = 8,314 J mol K sehingga 40 41,14100 65,82436 78,01972

  • 1 -

  didapat energi aktivasi sebesar 7,752 Jmol menit 50 38,21062 62,94026 58,42320

  1 .

  60 31,47225 57,84328 47,79374

  4.3. Pengujian Sifat Fisis Metil Ester

  Kenaikan konversi pada setiap kenaikan Metil ester diuji sifat fisisnya dengan temperatur ini terjadi karena kesempatan partikel metode ASTM (American Society for Testing

  • – partikel untuk saling bertumbukan menjadi lebih

  Materia l) di Laboratorium Pertamina UP-III

  besar, karena menurut teori kinetika, kenaikan Palembang. Sampel metilester yang dianalisis temperatur akan memberikan input energi kepada

  o

  pada kondisi operasi temperatur 80

  C, waktu 30 partikel sehingga probability terjadinya tumbukan menit dan ratio reaktan 1:6. akan semakin besar, sehingga akan meningkatkan konversi reaksi yang dicapai.

  20 Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Januari 2010

  Tabel 9 Hasil Pengujian Sifat Metil Ester

3 D-1298 0.9088

  8 Flash point by PM °C D-93 143

  Material) terhadap metil ester hasil penelitian, sifat fisis metil ester memenuhi sifat fisis minyak solar, sehingga metil ester dapat digunakan sebagai energi terbarukan.

  4) Berdasarkan hasil pengujian sifat fisis dengan cara ASTM (American Society for Testing

  o C dan waktu reaksi 30 menit.

  Kondisi operasi yang paling optimal dengan konversi terbesar yaitu 88,80204 % diperoleh pada rasio reaktan 1 : 6 dengan temperatur reaksi 80

  Semakin tinggi temperatur reaksi, maka konstanta kecepatan reaksi semakin tinggi. 3)

  Semakin tinggi rasio reaktan (minyak jarak pagar : metanol), maka konversi reaksi yang dihasilkan juga semakin tinggi. 2)

  Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1)

  34.1 V. KESIMPULAN DAN SARAN

  11 Calculated Cetane Index - D-976

  0.10

  %wt D-189

  10 Condradson Carbon Residue

  9 Nilai kalor Kcal/kg Calculated 10666

  7 Ash content %wt D-482 0.018

  No Sifat Fisis Satuan Metode ASTM Metil Ester

  °C °C °C °C °C °C °C °C °C °C °C %vol

  1 Specific gravity 60/60

  o

  F kg/m

  2 Kinematic Viscosity Pada 100 °F cSt D-445

  19.80

  3 Distilasi T 95 Initial Boiling Point 10% vol. recovered 20% vol. recovered 30% vol. recovered 40% vol. recovered 50% vol. recovered 60% vol. recovered 70% vol. recovered 80 % vol. recovered 90% vol recovered Final Boiling Point Residue + loss

  D-86 306 310 326 328 331 332 333 346 352 359 361

  Medium yellow liquid

  2.00

  4 Water content % vol D-95

  0.2

  5 Colour - D-1500

  1.0

  6 Appearance - ASTM D-4176

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

  Penelitian lanjutan disarankan menggunakan reaktor pada skala yang lebih besar dengan kondisi optimum dari skala laboratorium.

VI. DAFTAR PUSTAKA

  Prihandana, Rama, dkk. 2005. Meraup Untung Pustaka. Hambali, Erliza,dkk. 2007. Jarak Pagar Tanaman

  Penghasil Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya.

  Hambali, Erliza,dkk. 2008. Divesifikasi Produk

  Olahan Jarak Pagar dan Kaitannya Dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Swasta di Indonesia.

  Bioenergy Alliance.

  Tim Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, 2008 dalam www.sbrc-ipb.com

  Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2007. dalam perkebunan.com

  Subair, Muhammad. 2008. dalam wwgo.id Fessenden&Fessenden.1982. Kimia Organik, ed.

  Ke-3. Jakarta: Erlangga

  Pertamina. 1997. Bahan Bakar Minyak. Direktorat Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri. Sudarmadji, S., Haryono, Bambang., dan Suhandi.

  1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian, ed. ke-4. Yogyakarta: Liberty Ismail, Syarifuddin. 2004. Kinetika Kimia. Inderalaya: Universitas Sriwijaya. Levenspiel, Octave. 1972. Chemical Reaction

  Engineering, second edition. United State of America.

  Prihandana, Rama, dkk. 2005. Menghasilkan

  Biodiesel Murah Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM. Tangerang: Agromedia

  Pustaka. Alamsyah, Andi Nur. 2006. Biodiesel Jarak Pagar. Bogor: PT. Agromedia Pustaka.

  Mardiah ; Widodo, Agus ; Trisningwati, Efi ; Purijatmiko, Aries. 2006. Pengaruh Asam

  Lemak dan Konsentrasi Katalis Asam terhadap Karakteristik dan Konversi Biodiesel pada Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi. Jurusan Teknik

  Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.

  22 Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Januari 2010