Konstruktivisme dalam Analisis Kebijakan pilitik
1
Tugas Esai 3
Nama : Deden Habibi Ali Alfathimy
NPM : 170210100122
MK
: Analisis Kebijakan Luar Negeri, HI FISIP Unpad Smt.V/2013 (mengulang)
Konstruktivisme dan Analisis Kebijakan Luar Negeri
Review: “The Relevance of Constructivism to Foreign Policy Analysis” – Maysam
Behravesh
Analisis kebijakan luar negeri atau foreign policy analysis (FPA), sebagai salah satu
bidang kaji di dalam studi Hubungan Internasional, tetap dipengaruhi oleh grand theories
Hubungan Internasional. Salah satu di antaranya, selain Realisme dan Liberalisme, adalah
Konstruktivisme. Konstruktivisme sendiri merupakan salah satu grand theory yang
berkembang belum lama, namun sangat ramai diperbincangkan. Salah satu prominent dari
pemikiran konstruktivisme ini adalah Alexander Wendt (Schouten, 2008).
Maysam Behravesh telah menulis artikel yang menghubungkan pemikiran
konstruktivisme dengan bidang kaji analisis kebijakan luar negeri dengan sangat baik di blog
e-International Relations (e-ir.info) yang berjudul “The Relevance of Constructivism to
Foreign Policy Analysis”. Beliau merupakan kandidat doktor (PhD) dalam Ilmu Politik di
Universitas Lund Mei 2012 setelah mendapat gelar MA (Hons) dalam Studi Inggris dari
Universitas Teheran, Iran, pada tahun 2011.
Dia memulai dengan menganggap bahwa kajian AKLN adalah kajian yang bebasmengambang. Dia sepakat dengan Houghton bahwa "dasar yang paling logis" bagi AKLN
supaya dapat didekati dan di mana ia dapat memberi kontribusi dan membangun kembali
sendiri ialah yang disediakan oleh "konstruktivisme sosial" yang memiliki pengaruh
signifikan terutama pada "pendekatan psikologis kognitif untuk mempelajari kebijakan luar
negeri."
Hubungan antara (sosial)-konstruktivisme mungkin diselidiki dalam tiga cara utama,
yaitu, dalam hal pelaku peran dan birokrasi dalam membentuk kebijakan luar negeri, proses
pengambilan keputusan, dan pengaruh sistem internasional atau masyarakat pada pelaksanaan
kebijakan luar negeri oleh negara-negara. Dengan perbedaan antara analisis konstruktivis dan
kebijakan luar negeri, seseorang dapat menunjukkan tingkat penyelidikan yang sebagian
besar "mikro" di AKLN, mengenai individu pembuat kebijakan '"belajar dan bias psikologis,"
dan "makro" dalam analisis konstruktivis konvensional, berfokus pada "konteks struktural
sosial yang lebih luas" dan menyelidiki "peran pembelajaran sosial" sebagai gantinya.
Aktor-aktor Birokrasi Nasional, Fungsinya dan Kepentingan
Arti-penting dan berartinya birokrasi nasional yang kompleks, termasuk di dalamnya
2
kantor asing, kementerian pertahanan, dewan keamanan nasional dan departemen
perdagangan dan pembangunan, dalam membuat kebijakan luar negeri negara yang seakanakan untuk melindungi dan memaksimalkan kepentingan nasional, berjalan begitu saja.
Padahal kita tidak tahu persis bahwa sebenarnya ada kepentingan-kepentingan dari masingmasing lembaga tersebut dalam perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. Oleh
karenanya, lebih jauh lagi, para penstudi AKLN dari Konstrktivisme tertarik juga pada
pengaruh yang ditimbulkan oleh aktor-aktor non-negara.
Proses Pengambilan Keputusan
Pandangan tradisional, baik neo-realis atau neo-liberal, dalam analisis kebijakan luar
negeri menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan, di mana aktor kolektif
berpartisipasi, memiliki dinamika yang "rasional". Aktor-aktor negara dan elit yang terlibat
dalam pengambilan keputusan yang seharusnya oleh banyak orang "instrumental rasional,"
berusaha untuk memaksimalkan utilitas melalui sarana dan mekanisme sebagai "tawarmenawar" dan transaksi menyimpulkan pada tingkat strategis dan taktis yang berbeda.
Sebaliknya, menurut para konstruktivis, itu sama saja dengan secara luas menyatakan
bahwa agen ini "boundedly rasional," yang berarti mereka tidak dapat mengerahkan
rasionalitas sempurna dalam proses pengambilan keputusan karena sejumlah kendala
agential dan struktural. Mengambil titik khas keberangkatan, sarjana konstruktivis AKLN,
bagaimanapun, mengadopsi pandangan "komunikatif" rasionalitas dan mengklaim bahwa
"agen komunikatif rasional" tertarik pada argumentasi dan persuasi satu sama lain melalui
dialog, bukan hanya menghitung biaya dan manfaat atau tergantung pada lingkungan
organisasi mereka untuk isyarat dan pedoman.
Masyarakat Internasional (International society), Negara Kebangsaan (National
state)
Meskipun kekuatan pertumbuhan globalisasi semakin mengaburkan perbedaan antara
politik domestik dan internasional, kesenjangan domestik-internasional masih menjadi
perhatian konseptual dan teoritis dari para penstudi HI dan AKLN. Konstruktivisme barubaru ini bergerak untuk mengatasi masalah ini dengan membangun model "lintas-tingkat"
atau cross-level dan menekankan interaksi antara agen, perkembangan dan struktur di tingkat
nasional, regional dan internasional. Tidak hanya menguraikan hubungan antartingkatan,
model ini akan menghasilkan “identitas” dari masing-masing negara dalam pembuatan
kebijakan luar negerinya.[]
Konstruktivisme sebagai ‘Jodoh’ Analisis Kebijakan Luar Negeri
Maysam Behravesh mengemukakan relevansi teori Konstruktivisme dengan Analisis
Kebijakan Luar aNegeri yang secara mengejutkan sangatlah cocok satu sama lain. Mulai dari
kesadaran akan adanya diversitas aktor-aktor pembuatan kebijakan luar negeri hingga ke
tingkat individu dengan masing-masing kepentingannya, adanya proses komunikasi
antarmanusia dalam formulasi kebijakan luar negeri itu sendiri, serta tingkat analisis yang
kompleks namun dirangkum ke dalam konsep ‘cross-level’. Ini mencakup keluasan kajian
3
analisis kebijakan luar negeri (Smith, 2008).[]
Referensi:
Behravesh , Maysam (2011) ‘The Relevance of Constructivism to Foreign Policy Analysis’,
e-International
Relations,
http://www.e-ir.info/2011/07/17/the-relevance-ofconstructivism-to-foreign-policy-analysis/ (17-07-2011).
Schouten, P (2008) ‘Theory Talk #3: Alexander Wendt on UFO’s, Black Swans and
Constructivist International Relations Theory’, Theory Talks, http://www.theorytalks.org/2008/04/theory-talk-3.html (25-04-2008).
Smith, Steve, et al (2008) Foreign Policy: Theories, Actors, Cases. New York: Oxford
University Press.
Tugas Esai 3
Nama : Deden Habibi Ali Alfathimy
NPM : 170210100122
MK
: Analisis Kebijakan Luar Negeri, HI FISIP Unpad Smt.V/2013 (mengulang)
Konstruktivisme dan Analisis Kebijakan Luar Negeri
Review: “The Relevance of Constructivism to Foreign Policy Analysis” – Maysam
Behravesh
Analisis kebijakan luar negeri atau foreign policy analysis (FPA), sebagai salah satu
bidang kaji di dalam studi Hubungan Internasional, tetap dipengaruhi oleh grand theories
Hubungan Internasional. Salah satu di antaranya, selain Realisme dan Liberalisme, adalah
Konstruktivisme. Konstruktivisme sendiri merupakan salah satu grand theory yang
berkembang belum lama, namun sangat ramai diperbincangkan. Salah satu prominent dari
pemikiran konstruktivisme ini adalah Alexander Wendt (Schouten, 2008).
Maysam Behravesh telah menulis artikel yang menghubungkan pemikiran
konstruktivisme dengan bidang kaji analisis kebijakan luar negeri dengan sangat baik di blog
e-International Relations (e-ir.info) yang berjudul “The Relevance of Constructivism to
Foreign Policy Analysis”. Beliau merupakan kandidat doktor (PhD) dalam Ilmu Politik di
Universitas Lund Mei 2012 setelah mendapat gelar MA (Hons) dalam Studi Inggris dari
Universitas Teheran, Iran, pada tahun 2011.
Dia memulai dengan menganggap bahwa kajian AKLN adalah kajian yang bebasmengambang. Dia sepakat dengan Houghton bahwa "dasar yang paling logis" bagi AKLN
supaya dapat didekati dan di mana ia dapat memberi kontribusi dan membangun kembali
sendiri ialah yang disediakan oleh "konstruktivisme sosial" yang memiliki pengaruh
signifikan terutama pada "pendekatan psikologis kognitif untuk mempelajari kebijakan luar
negeri."
Hubungan antara (sosial)-konstruktivisme mungkin diselidiki dalam tiga cara utama,
yaitu, dalam hal pelaku peran dan birokrasi dalam membentuk kebijakan luar negeri, proses
pengambilan keputusan, dan pengaruh sistem internasional atau masyarakat pada pelaksanaan
kebijakan luar negeri oleh negara-negara. Dengan perbedaan antara analisis konstruktivis dan
kebijakan luar negeri, seseorang dapat menunjukkan tingkat penyelidikan yang sebagian
besar "mikro" di AKLN, mengenai individu pembuat kebijakan '"belajar dan bias psikologis,"
dan "makro" dalam analisis konstruktivis konvensional, berfokus pada "konteks struktural
sosial yang lebih luas" dan menyelidiki "peran pembelajaran sosial" sebagai gantinya.
Aktor-aktor Birokrasi Nasional, Fungsinya dan Kepentingan
Arti-penting dan berartinya birokrasi nasional yang kompleks, termasuk di dalamnya
2
kantor asing, kementerian pertahanan, dewan keamanan nasional dan departemen
perdagangan dan pembangunan, dalam membuat kebijakan luar negeri negara yang seakanakan untuk melindungi dan memaksimalkan kepentingan nasional, berjalan begitu saja.
Padahal kita tidak tahu persis bahwa sebenarnya ada kepentingan-kepentingan dari masingmasing lembaga tersebut dalam perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. Oleh
karenanya, lebih jauh lagi, para penstudi AKLN dari Konstrktivisme tertarik juga pada
pengaruh yang ditimbulkan oleh aktor-aktor non-negara.
Proses Pengambilan Keputusan
Pandangan tradisional, baik neo-realis atau neo-liberal, dalam analisis kebijakan luar
negeri menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan, di mana aktor kolektif
berpartisipasi, memiliki dinamika yang "rasional". Aktor-aktor negara dan elit yang terlibat
dalam pengambilan keputusan yang seharusnya oleh banyak orang "instrumental rasional,"
berusaha untuk memaksimalkan utilitas melalui sarana dan mekanisme sebagai "tawarmenawar" dan transaksi menyimpulkan pada tingkat strategis dan taktis yang berbeda.
Sebaliknya, menurut para konstruktivis, itu sama saja dengan secara luas menyatakan
bahwa agen ini "boundedly rasional," yang berarti mereka tidak dapat mengerahkan
rasionalitas sempurna dalam proses pengambilan keputusan karena sejumlah kendala
agential dan struktural. Mengambil titik khas keberangkatan, sarjana konstruktivis AKLN,
bagaimanapun, mengadopsi pandangan "komunikatif" rasionalitas dan mengklaim bahwa
"agen komunikatif rasional" tertarik pada argumentasi dan persuasi satu sama lain melalui
dialog, bukan hanya menghitung biaya dan manfaat atau tergantung pada lingkungan
organisasi mereka untuk isyarat dan pedoman.
Masyarakat Internasional (International society), Negara Kebangsaan (National
state)
Meskipun kekuatan pertumbuhan globalisasi semakin mengaburkan perbedaan antara
politik domestik dan internasional, kesenjangan domestik-internasional masih menjadi
perhatian konseptual dan teoritis dari para penstudi HI dan AKLN. Konstruktivisme barubaru ini bergerak untuk mengatasi masalah ini dengan membangun model "lintas-tingkat"
atau cross-level dan menekankan interaksi antara agen, perkembangan dan struktur di tingkat
nasional, regional dan internasional. Tidak hanya menguraikan hubungan antartingkatan,
model ini akan menghasilkan “identitas” dari masing-masing negara dalam pembuatan
kebijakan luar negerinya.[]
Konstruktivisme sebagai ‘Jodoh’ Analisis Kebijakan Luar Negeri
Maysam Behravesh mengemukakan relevansi teori Konstruktivisme dengan Analisis
Kebijakan Luar aNegeri yang secara mengejutkan sangatlah cocok satu sama lain. Mulai dari
kesadaran akan adanya diversitas aktor-aktor pembuatan kebijakan luar negeri hingga ke
tingkat individu dengan masing-masing kepentingannya, adanya proses komunikasi
antarmanusia dalam formulasi kebijakan luar negeri itu sendiri, serta tingkat analisis yang
kompleks namun dirangkum ke dalam konsep ‘cross-level’. Ini mencakup keluasan kajian
3
analisis kebijakan luar negeri (Smith, 2008).[]
Referensi:
Behravesh , Maysam (2011) ‘The Relevance of Constructivism to Foreign Policy Analysis’,
e-International
Relations,
http://www.e-ir.info/2011/07/17/the-relevance-ofconstructivism-to-foreign-policy-analysis/ (17-07-2011).
Schouten, P (2008) ‘Theory Talk #3: Alexander Wendt on UFO’s, Black Swans and
Constructivist International Relations Theory’, Theory Talks, http://www.theorytalks.org/2008/04/theory-talk-3.html (25-04-2008).
Smith, Steve, et al (2008) Foreign Policy: Theories, Actors, Cases. New York: Oxford
University Press.