PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI PROTEIN SEL TU

PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI PROTEIN SEL TUNGGAL DENGAN
MEMANFAATKAN LIMBAH CAIR TEPUNG TAPIOKA DAN DIUJI PADA
IKAN NILA Oerochormis niloticus
Ummi Mardhiah Batubara
Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, Jalan Dr. T. Mansyur No. 9 Medan, Kode Pos 20155
Sumatera Utara, Indonesia
Abstrak
Ikan merupakan komoditas potensial bernilai ekonomis dan penting untuk
dikembangkan sebagai jenis ikan budidaya. Pakan ikan merupakan faktor penting
penunjang keberhasilan budi daya ikan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian Protein Sel Tunggal dalam konversi protein konvensional pada
pakan ikan. Metode penelitian kultur PST ditumbuhkan pada media mieral
modifikasi, diukur kemampuan tumbuhnya pada limbah tepung tapioka, kemudian
dihitung berat sel dan kandungan proteinnya, dilakukan konversi PST pada pakan
ikan. Penelitian dilakukan Bulan November 2008 sampai September 2009. Hasil
penelitian parameter yang diamati panjang tubuh, penambahan bobot ikan, laju
pertumbuhan harian, nilai ubah pakan, dan mortilitas. Data yang diperoleh dianalisis
dengan ANAVA dan menunjukan bahwa mutu pakan yang dikonversi protein sel
tunggal dengan perlakuan 0%, 25%, dan 30% sama dengan perlakuan tanpa
pemberian PST. Simpulan dari penelitian penambahan Protein Sel tunggal (PST)

memberikan pengaruh terhadap panjang tubuh, penambahan bobot ikan, laju
pertumbuhan ikan harian, nilai ubah pakan, dan mortilitas Ikan.
Kata kunci: Pakan ikan, Protein Sel Tunggal (PST), Ikan Nila, Bobbot ikan.
Ikan
merupakan
komoditas
potensial yang bernilai ekonomis dan
penting untuk dikembangkan sebagai
jenis ikan budidaya. Pasokan ikan di
dunia saat ini sebagian besar berasal
dari hasil penangkapan di laut (Azwar
1997). Namun demikian, pemanfaatan
sumber daya di sejumlah negara dan
perairan internasional saat ini telah

berlebih. Data menunjukan bahwa
pasokan
ikan
dari
kegiatan

penangkapan laut di sebagian negara
diperkirakan tidak dapat ditingkatkan
lagi. Sehingga pasokan hasil perikanan
yang berasal dari pembudidayaan ikan
harus ditingkatkan dengan cara
mengembangkan usaha akuakultur
(Putro, 2003).

Secara tradisional ikan air laut
maupun ikan air tawar merupakan
suplai makanan berprotein hewani
yang biasa dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Salah satu contoh ikan air
tawar yang biasa dijangkau oleh
masyarakat adalah Ikan Nila. Ikan Nila
merupakan jenis konsumsi ikan air
tawar
dengan
bentuk
tubuh

memanjang dan pipih kesamping
berwarna putih kehitaman (Arie,
2000).
Pakan ikan merupakan faktor
penting dalam menunjang keberhasilan
budi daya ikan. Penyediaan pakan
yang tidak sesuai dengan jumlah dan
kualitas yang dibutuhkan dalam
budidaya ikan menyebabkan laju
pertumbuhan ikan menjadi terhambat,
sehingga produksi yang dihasilkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan
(Djajasewaka,
et
al.,
1993).
Melambungnya harga pakan ikan
buatan merupakan salah satu faktor
utama terpuruknya usaha budidaya
ikan, karena pakan ikan merupakan

komponen produksi yang mencapai
60-70% dari total biaya produksi
(Rasidi, 2002).
Protein
merupakan
peranan
penting yang berpengaruh terhadap
struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksi
ikan.
Ikan
mampu
mensintesis protein dan asam amino
dari senyawa nitrogen anorganik. Ikan
mendapat pasokan protein dari bakteri
yang mengandung protein dan atau
dari pakan buatan. Kualitas protein
pada pakan ikan tidak hanya

ditentukan oleh kandungan dalam

pakan ataupun daya cerna ikan, tetapi
lebih ditentukan oleh jumlah dan
keseimbangan berbagai asam amino
yang dikandungnya (Murtidjo, 2007).
Permintaan masyarakat terhadap
konsumsi ikan cenderung naik setiap
tahunnya. Pertambahan penduduk,
perbaikan kesejahteraan masyarakat,
dan peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap nilai gizi ikan merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
peningkatan permintaan konsumsi ikan
(Nikijuluw, 2010). Tersedianya ikan
air laut dan ikan air tawar merupakan
Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat
diperbarui,
namun
peningkatan

menerus terhadap konsumsi ikan tidak
sebanding dengan laju percepatan
perkembangan sumber daya ikan.
Sehingga perlu dibuat pakan ikan Nila
dari bahan baku alami yang relatif
murah, mudah didapatkan, dan banyak
jumlahnya. Dalam penelitian akan
memaparkan pemanfaatan bahan baku
alami yang dapat digunakan sebagai
konversi protein dalam pakan Ikan
Nila, yaitu Protein Sel Tunggal (PST)
yang dapat ditumbuhkan dalam limbah
tepung tapioka yang jumlahnya
melimpah dan menjadi salah satu
penyebab pencemaran lingkungkan
apabila dalam jumlah yang relatif
banyak.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada Bulan

November 2008 sampai September

2009 di Laboratorium Mikrobiologi
Departemen
Biologi
Universitas
Sumatera
Utara,
Laboratorium
Biokimia Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara,
Laboratorium
Teknologi
Hasil
Pertanian (THP) Fakultas pertanian
Universitas Sumatera Utara, dan
Laboratorium Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara
(BLHSU).


Sumber Isolat
Kultur Protein Sel Tunggal (PST)
diperoleh
dari
hasil
penelitian
sebelumnya yang diisolasi dari limbah
gliserol pabrik kelapa sawit PT. Flora
Sawita Sumatera Utara.

Pengukuran Laju Pertumbuhan
Bakteri
Laju pertumbuhan diukur dengan
metode Spektrofotometri pada panjang
gelombang 750 nm (Lowry et al,
1959). Laju pertumbuhan yang terlihat
dicatat setiap hari selama 7 hari. Laju
pertumbuhan setiap 0, 48,72, dan 96
jam dicatat sebagai nilai absorbansi. 10

ml isolat berumur 72 jam diinokulasi
pada media cair mineral modifikasi
dengan Na-asetat sebagai sumber C
hingga volume menjadi 200 ml.

5,0 ml pereaksi C, dihomogenkan dan
diinkubasikan selama 10 menit pada
suhu ruang. Kemudian ditambahkan
0.5 ml larutan Folin ciocalteru dan
dihomogenkan lagi selama 30 menit
pada suhu ruang. Absorbansinya
diukur
menggunakan
spektrofotometer Shimadzu UV-VIS
1601 A dengan panjang gelombang
750 nm (Lowry et al, 1959). Peramaan
garis regresi kurva standard larutan
protein ditentukan dengan metode
Least Square.


Kondisi Pertumbuhan
Semua kultur yang ditumbuhan
diberi cahaya lampu pijar 40 W,
dengan jarak 30 cm dari suhu ruangan
(Suryanto& Suwono. 2000).

Penentuan Kadar Protein
Bakteri yang menghasilkan Protein
Sel Tunggal (PST) yang mampu
tumbuh dalam limbah tapioka berumur
0; 48; 72; dan 96 jam. Kemudian,
diambil sebanyak 1 ml dan dimasukan
dalam tabung sentrifus setelah itu
tabung
disentrifugasi
dengan
kecepatan 6000 rpm selama 25 menit.
Hasil dari sentrifugasi berupa pelet dan
supernatan.
Supernatan

dibuang,
sedangkan pelet ditambahkan 0.5 ml

Pembuatan Kurva Standard
Dibuat kurva standard dalam
tabung reaksi sebanyak 0; 30; 120;
240; 300 µg/ml dan ditambahkan
Bovine Serum Albumin (BSA) dalam
setiap tabung reaksi dan ditambahkan

Bahan
Kultur Protein Sel Tunggal yang
ditumbuhkan pada medium mineral
modifikasi dan komposisi pakan ikan
yang dijual secara komersil.

aseton dan dihomogenkan. Aseton
dibiarkan
menguap.
Kemudian
ditambahkan aquades dalam tabung
reaksi hingga volumenya 1 ml.
Kemudian diambahkan 5.0 pereaksi C
dan diinkubasi selama 10 menit pada
suhu ruang. Kemudian larutan
ditambahkan 0.5 ml Folin ciocalteru
dan dihomogenkan. Larutan diinkubasi
selama 30 menit pada suhu ruang.
Absorbansinya diukur menggunakan
spektrofotometer Shimadzu UV-VIS
1601 A dengan panjang gelombang
750 nm (Lowry et al, 1959). Kadar
protein
ditentukan
berdasarkan
persamaan regresi standard larutan
protein dengan metode Least square
(Glover&Mitcher, 2002).
Berat Sel
Biakan PST berumur 0,72 dan 120
jam masing-masing diambil 1 ml dan
dimasukan dalam tabung mikro yang
telah diukur massa tabungnya. Biakan
PST disentrifugasi selama 25 menit
dengan kecepatan 6.000 rpm. Hasil
sentrifugasi berupa supernatant dan
pelet. Bagian supernatant dibuang,
sedangkan bagian pellat ditimbang
massanya. Berat sel awal (pelet)
diketahui dengan memasukan dalam
persamaan rumus: Berat sel= (massa
tabung mikro+ pelet)-berat tabung
mikro. Pelet yang telah diketahui
massanya
kemudian
dikeringkan
dalam oven pada suhu 100oC selama
12 jam (Kim&Lee, 1990). Berat sel
kering dapat diketahui dengan

memasukan dalam persamaan rumus:
Berat kering= berat awal-berat akhir .
Pembuatan Pakan Ikan
Terdapat dua macam pakan ikan,
yaitu pakan ikan dalam jumlah yang
banyak (dedak) dan dalam jumlah
sedikit
(vitamin
dan
mineral).
Pembuatan pakan ikan yaitu dengan
cara bahan yang berupa tepung kering
(pelet) dicampurkan sedikit demi
sedikit dari yang jumlahnya sedikit
sampai yang lebih banyak. Biakan PST
ditambahkan sedikit demi sedikit
dalam bahan pelet yang sudah
tercampur sesuai dengan takaran yang
telah ditentukan. Setelah semua bahan
bercampur secara merata, pengadukan
tetap dilanjutkan sampai terjadi
perubahan warna. Setelah terjadi
perubahan warna adonan diangkat dan
didinginkan di atas tampah besar
(Murtidjo, 2007).
Pencetakan
pakan
ikan
menggunakan alat penggiling daging.
Hasil cetakan berupa batangan yang
melingkar
sedangkan
ukuran
diameternya tergantung pada ukuran
mata lubang alat penggiling (dies)
yang biasanya berukuran 2-5 mm.
Kemudian pakan dijemur diatas
tampah besar sampai kering. Selama
proses penjemuran perlu dilakukan
membolak-balik pakan agar pakan
ikan dapat kering secara merata.
Penjemuran dianggap cukup apabila
pakan sudah terasa kering, keras, dan
mudah patah. Pakan ikan yang bagus

kandungan airnya bekisar antara 1012% (Mudjiman, 1998).
Nazir
(2005:
235-236)
mengungkapkan, Rancangan Acak
Lengkap (RAL) sering digunakan pada
percobaan penelitian yang sifatnya
homogen. Kadar protein sebagai
variabel
bebas
dengan
variasi
kandungan protein 20, 25, dan 30%
dan jarak level 2% yakni 10% PST
untuk kadar protein 25%, 12% PST
untuk kadar protein 30% dan pakan
komersil sebagai variable kontrol.
Banyaknya ulangan pada setiap
perlakuan
berbeda
sehingga
menggunkan rumus: (n-1)(n-t) 15
dengan,
n=pengulangan
dan
t=perlakuan. Perlakuan perbedaan
konsentrasi pakan ikan yang diberikan:
Pakan ikan komersil  pi A
25%
 pi B
30%
 pi C
35%
 pi D
Berdasarkan
desain
percobaan
didapatkan pengulangan sebanyak 6
kali, dan total perlakuan adalah
(nxt)=(6x4)= 24, serangkaian metode
RAL didapatkan sebagai berikut:
piA1 piA2 piA3 piA4
piA5 piA6 piB1 piB2
piB3 piB4 piB5 piB6
piC1 piC2 piC3 piC4
piC5 piC6 piD1 piD2
piD3 piD4 piD5 piD6
penempatan tiap perlakuan dilakukan
secara acak (random) menggunakan
label angka sebagai banyaknya
ulangan dan diberi tanda untuk
mempermudah pengamatan.

Wadah Penelitian dan Ikan Uji
Wadah penelitian yang digunakan
adalah bak air berukuran 3m dan tinggi
0,5m (4xperlakuan) dan diberi
pembatas
kasa
masing-masing
berukuran 50cmx50cmx50cm (6x
ulangan). Volume bak air 78 liter.
Menggunakan air sumur dengan suhu
sebesar 22-27oC dan pH sekitar 7-7,2
(Arie, 2000).
Ikan Nila (Oreochormis niloticus)
digunakan
sebagai
percobaan
penelitian. Rerata bobot awal Ikan Nila
80g per-ekor dan rerata panjangnya 15
cm. Padat tebar ikan yang digunakan 4
ekor setiap ulangan sehingga jumlah
total 96 ekor.
Pengukuran Faktor Fisik-Kimia
Ikan
Kualitas air merupakan variabel
yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan ikan. Variabel yang
diperhatikan meliputi sifat fisika dan
kimia air. Sifat fisika berupa warna,
kekeruhan, dan suhu air. Sifat kimia
meliputi kandungan oksigen terlarut,
pH dan amoniak (Arie, 2000).
Parameter Pengujian Pakan Ikan
Formulasi yang diberikan adalah
pakan komersil dan pakan buatan
berupa pelet dengan protein yang
berasal dari PST. Kandungan protein
PST disesuaikan dengan kebutuhan
Ikan Nila yaitu ± 30% (Mudjiman,
1998). Pengujian dilakukan selama 28
hari, dan pemberian pakan dilakukan

sebanyak 3 kali sehari, yaitu pukul
10.00, 13.00, 16.00 WIB. Pengamatan
dilakukan setiap minggu selama 4
minggu dengan parameter laju
pertumbuhan
ikan
per
hari,
pertambahan massa ikan (bobot), nilai
ubah pakn (fcr), dan mortilias (SR).
Analisis Data
Data yang diperoleh berdasarkan
rancangan
peneltian
dianalisis
menggunakan Analysis of Varians
(ANAVA) yang ditinjau dari tiap unit
eksperimen
(Sudjana,
1994).
Sedangkan pengujian beda setiap
perlakuan dianalisis menggunakan Uji
Jarak Duncan (Duncan New Multiple
Range Test) (Sastrosupadi,1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Laju Pertumbuhan
Protein Sel Tunggal
Kultur Protein Sel Tunggal (PST)
yang
digunakan
dalam
laju
pertumbuhan adalah kultur baru yang
telah diremajakan setiap 3-4 hari
kedalam medium garam modifikasi
yang masih segar dan ditumbuhkan
dalam kondisi anaerob dengan bantuan
cahaya lampu 40 W pada suhu
30o±2oC.
Data
pertumbuhan
PST
menunjukan bahwa nilai optimum
pada jam ke 72. Dengan OD 0,1488
dan mengalami penurunan setelah jam
ke-72. Hal tersebut disebabkan karena
semakin berkurangnya nutrisi dan
terjadi persaingan selama proses
pertumbuhan
berlangsung
serta

penumpukan senyawa toksik hasil
metabolisme
yang
menyebabkan
pertumbuhan sel terhenti.
Penentuan Kadar Protein dan Berat
Sel
Kadar Protein Sel Tunggal (PST)
diukur pada jam 0,72 dan 120. Data
pengukuran seprti pada tabel:
Tabel Protein PST Pada Waktu
Inkubasi Berbeda
Jam Absobansi Kadar
keprotein
(µg/ml)
0
0,132
7,1296

Berat
kering
(mg/ml)
0,0536

72

0,235

59,8081 3,6865

120

0,173

28,0081 1,1098

Dari data diketahui bahwa
konsentrasi PST tertiggi pada waktu
inkubasi jam ke-72, yaitu sebesar
59,8081 µg/ml. Jumlah sel berbanding
lurus dengan kandungan konsentrasi
protein. Tetapi bertambahnya berat sel
tidak
selalu
diikuti
dengan
bertambahnya
jumlah
protein.
Perkembangbiakan organisme ditandai
adanya pertambahan jumlah sel yang
mengakibatkan
peningkatan
dari
seluruh kandungan sel termasuk asam
nukleat dan protein (Lay&Sugyo,
1992).
Karakteristik Pakan Ikan
Pakan ikan yang baik mengandung
protein sebesar 20-40%. Menurut
Mudjiman (2002) pakan ikan dapat
dibuat kering dengan berbagai bentuk,
diantaranya bentuk pelet, remeh

(crumbel), butiran (granular), tepung
(meal atau mash), dan roti kukus
(cake). Bentuk pelet ikan beragam
yaitu batang, bulat gilik (bulat
memanjang).
Ukuran pelet ikan disesuaikan
dengan
kebutuhan
ikan,
yaitu
berukuran sekitar 2-4 mm. Pakan ikan
yang dibuat dalam bentuk pelet
memiliki beberapa keunggulan yaitu
perubahan fisika dan kimia. Pakan
mudah dicerna oleh ikan yang
mengonsumsinya, karena pakan ikan
dalam bentuk pelet telah dimasak
dalam temperatur tinggi; menghindari
ikan memilih pakan bentuk yang
disenangi yaitu bentu tepung/ mash
saja; serta dapt meningkatkan efisiensi
pakan sekitar 2-6%, menghemat
tempat dan pengangkutan karena
volume pakan ikan lebih kecil akibat
proses pengepresan dan proses
pembuatan pelet memusnahkan bakteri
salmonella .

Pertambahan
bobot (g)
Laju
pertumbuhan
harian (%)
Nilai
ubah
pakan (FCR)
Mortilitas

41,7

40

41,4

40

0,40

0,42

0,43

0,41

1,79

1,64

1,61

1,62

7

8

3

5

Berdasarkan analisis data yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pertambahan bobot, laju pertumbuhan
harian, dan mortilitas Ikan Nila setelah
diberi protein sel tunggal yang telah
dikonversi
pada
pakan
ikan
menunjukan perbedaan yang tidak
berbeda nyata. Nilai ubah pakan (FCR)
dari setiap perlakuan masih efisien
digunakan dalam pertumbuhan Ikan
Nila. Lovell (1989) menyatakan
pemberian pakan yang mengandung
energi dan protein yang seimbang akan
memperoleh pertumbuhan ikan yang
optimal. Jumlah protein yang tidak
sesuai
akan
mengakibatkan
pertumbuhan terhenti dan bobot tubuh
ikan akan berkurang.
Pengaruh Pemberian Pakan Ikan
Menurut Mudjiman (2002), jumlah
dan Analisis Data
pakan yang dikonsumsi oleh seekor
Pemberian pakan ikan selama 28
ikan berkisar antara 5-6% dari bobot
hari telah menunujukan terjadinya
tubuhnya per hari. Namun, nilai
perubahan terhadap pertambahan
tersebut dapt berubah karena faktor
bobot dan laju pertumbuhan harian
lingkungan. Aktifitas metabolisme
ikan.
akan memengaruhi tingkat frekuensi
Tabel Pengaruh Pemberian Pakan
pengambilan
pakan.
Frekuensi
Ikan Konvensional Pada Ikan Nila
pengambilan
pakan
ikan
juga
variabel
Pakan Kadar protein Seldipengaruhi oleh ukuran ikan. Ikan
komer
Tunggal
yang berbobot kurang dari 1,5 g
sil
25% 30% 35%
frekuensi makannya akan mencapai 8
Bobot awal (a)
78,3
75,0 71,6 75,0
kali dalam sehari. Apabila bobot ikan
Bobot akhir (g)
120
115
113
115

sudah lebih dari 1,5 g maka frekuensi
makan berkurang dan menjadi 3-4 kali
sehari (Subamia, et al., 2003).
Faktor Pendukung Budidaya Ikan
Nila (Oreochormis niloticus)
Air merupakan salah satu faktor
penting dalam budidaya ikan. Air
merupakan medium yang dibutuhkan
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan ikan. Keberhasilan
budidaya ikan bergantung pada
keadaan air. Data sifat air yang
digunakan dalam penelitian sebagai
berikut:
Tabel sifat Fisika dan Kimia Air
Variabel
Salinitas (permil)

Kisaran
3

Temperatur (oC)

27-28

pH

6,8-7,1

Oksigen terlarut OD
5-6
mg/l
Menurut Jangkaru et al., (1991)
Ikan Nila tumbuh dan bereproduksi
pada salinitas 0-29 permil dan dapat
tumbuh
namun
tidak
dapat
bereproduksi pada salinitas 29-35.
Arie (2000), menyatakan bahwa pada
dasarnya tidak ada kisaran pH yang
tetap untuk budidaya perikanan
walaupun secara umum disebutkan
kisaran pH yang baik untuk budidaya
ikan antara 6,3-9.
Ikan membutuhkan oksigen untuk
proses pernafasan dan metabolisme
tubuh. Kekurangan oksigen dapat
berakibat pada mortalitas ikan.
Konsentrasi oksigen terlarut yang

dianjurkan untuk kesehatan ikan
optimum sebesar 5 mg/l. Apabila
kandungan oksigen menurun menjadi
3-4 mg/l ikan akan menjadi stres
(Irianto, 2005).
Ikan Nila merupakan jenis ikan
yang tinggi dalam mentoleransi
perubahan suhu dalam air. Kisaran
suhu yang dapat ditoleransi sekitar 1438oC. Dan suhu optimum untuk
pertumbuhan Ikan Nila sekitar 2530oC. Sedangkan Ikan Nila akan mati
pada suhu 6oC atau diatas 42oC.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan
bahwa
penambahan
Protein Sel tunggal (PST) memberikan
pengaruh terhadap panjang tubuh,
penambahan
bobot
ikan,
laju
pertumbuhan ikan harian, nilai ubah
pakan, dan mortilitas Ikan. Dari
analisis
data
yang
dilakukan
menunjukan bahwa mutu pakan ikan
dikonversi oleh Protein Sel Tunggal
dengan perlakuan 25%, 30%, dan 35%
tidak berbeda nyata dengan kandungan
pakan ikan komersil.
SARAN
Penambahan Protein Sel Tunggal
pada pakan ikan dapat menghasilkan
produksi Ikan Nila yang bagus, oleh
karena itu hendaknya pembudidaya
ikan, khususnya Ikan Nila dapat
menambahn PST dalam pakan Ikan
Nila, untuk mendapatkan produksi
yang bagus, selain itu kandungan Ikan
Nila menjadi lebih alami, karena pakan

ikan tidak mengandung bahan kimia
yang berbahaya.
Adanya penelitian lebih lanjut
tentang pemanfaatan Protein sel
Tunggal.
Daftar Rujukan
Arie, U. 2000. Pembenihan dan
Pembesaran
Nila
Gift.
Penenbar Swadaya. Jakarta.
Hlmn. 7-9, 18-20.
Azwar, Z. I. 1997. Pengaruh Askorbil
Fosfat Magnesium Sebagai
Sumber Vitamin C Terhadap
Penampilan Reproduksi Ikan
Nila
(Oreochormis
sp.)
Disertasi Pascasarjana. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Djajasewaka, H. A. Widiyati, dan
Prihadi, T. H. 1993. Optimasi
Padat Tebar Ikan Jambal Siam
(Pangasius
sutci)
dalam
Keramba
Jaring
Apung.
Prosiding
Seminar
Hasil
Penelitian
Perikanan
Air
TAwar . 227-231.
Glover, T.,& Mitcher, K. 2002. An
Introductions of Biostatistics.
New
York:
McGraw-Hill
Companies Inc. Hlmn: 332334.
Irianto, A.2005. Patologi Ikan
Teleostoi. Yogyakarta: UGM
Press.
Kim, J. K., Lee, B. K., 2000. Mass
Production
of
Rhodopseduomonas Palustris
as Diet for Aquaculure.

Aquaculture Engineering. 23:
281-293.
Lay, B. W., Sugyo, H. 1992.
Mikrobiologi. Jakarta: Garudda
Press.
Lowry, O. H., Rosebrough, N. J., Farr,
A. L., & Randall, R. J. 1951.
Protein Measurement with the
Folin phenol Reagen. Journal
Biology Chemistry. 193:265275.
Lovell, R., T. 1989. Nutrien of
Feeding fish. New York: Van
Nostrand reinhold. 210p.
Mudjiman, A. 1998. Makanan Ikan
cetakan XI. Jakarta: CV.
Kanisius. Hlmn. 27-29.
Murtidjo, A. 2007. Pedoman Meramu
Pakan Ikan Cetakan VI.
Jakarta: Kanisius.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian
Cetakan VI. Bogor: Ghalia
Indonesia. Hlmn. 235-236.
Nikijuluw, V. P. H. 2005. Konsumsi
Ikan Penduduk Indonesia,
Mungkinkah
Ditingkatkan?.
Dalam Widodo et al. 1997.
Prosiding
Simposium
Perikanan Indonesia II, Ujung
Pandang 2-3 Desember 1997.
273-281 pp.
Putro, S. 2003. Strategi Pemasaran
Produksi Perikanan Budidaya.
Pusat
Riset
Perikanan
Budidaya
Badan
Riset
Kelautan
dan
Perikanan
Departemen Kelautan dan
Perikanan. Hlmn. 67-69.

Rasidi. 2002. 302 Formulasi Pakan
Lokal
Alternatif.
Penebar
Swadaya. Jakarta. Hlmn. 1-3.
Suryanto, D., Suwono, A. 2000.
Selection and isolation of
aromatic hydrogen degrading
bacteria. Jarnal Mikrobiologi
Indonesia. 5 (2): 39-42.