MAKALAH MENEJEMEN PROYEK id. docx

MAKALAH MENEJEMEN PROYEK &
RESIKO
MAKALAH
MENEJEMEN PROYEK dan RESIKO #

Nama

: Nurul Aulia Rachman

NPM

: 25112527

Kelas

: 2KB05

Universitas Gunadarma
2013/2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya
dengan kerido’an-NYA Makalah dengan judul “Menejemen Proyek dan Resiko” ini
dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikanperbaikan lebih lanjut.

Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membutuhkan.

Bekasi,1 Oktober 2013
NurulAuliaRachman

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR .............................................................................................................i
DAFTAR
ISI .........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1

Latar

Belakang ....................................................................................................................1

1.Perumusan
Masalah ...........................................................................................................2
2.Pengertian
Proyek...............................................................................................................2
3.Tujuan

manajemen

proyek ..................................................................................................2
4. Pengertian

Resiko..............................................................................................................2
5. Manajemen
Resiko............................................................................................................3
BAB II Proses Perencanaan (Planning
Process)....................................................................4
1Penjadwalan
(Schedulling) ................................................................................................4
2.Pengendalian
(Controlling) ..............................................................................................4
3.Tujuan

manajemen

proyek..................................................................................................2
4. Pengertian
Resiko..............................................................................................................2
BAB III PENUTUP
1.Kesimpulan .....................................................................................................................
...10


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada perencanaan pembuatan proyek sebuah sistem, diperlukan berbagai macam
komponen yang terlibat didalamnya. satu hal yang harus diperhatikan / diutamakan
oleh seorang manajer proyek dalam melakukan perencanaan adalah menghitung, baik
secara

kualitatif

maupun

kuantitatif,

resiko

yang

akan


terjadi

dalam

proses

pengerjaan.
Dalam dunia IT tentu banyak terjadi persaingan, entah dari dari pihak perseorangan,
Perusahaan, maupun mancakup yang lebih luas lagi. Untuk itu kita harus mengenal
terlebih dahulu apa itu Resiko dalam Manajemen Proyek? Resiko Proyek adalah
peristiwa tidak pasti yang bila terjadi memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap
minimal satu tujuan proyek (waktu, biaya, ruang lingkup, mutu). Risiko mungkin
memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih
dampaknya terhadap manajemen.
Dan apabila kita garis besarkan secara keseluruhan maka yang dimaksud dengan
Manajemen Proyek dan Resiko adalah proses sistematis untuk merencanakan,
mengidentifikasi,

menganalisis,


dan

merespon

risiko

proyek.

Tujuannya

untuk

meningkatkan peluang dan dampak peristiwa positif, dan mengurangi peluang dan
dampak peristiwa yang merugikan proyek atau dapak negatifnya.
Dalam peenerapannya sebuah teknologi dalam perusahaan memerlukan perencanaan
yang strategis khususnya penerapan teknologi pada manajemen proyek, agar
penerapan dapat sesuai dengan tujuan bisnis yang diharapkan oleh perusahaan. Jika
penerapan teknologi informasi dalam manajemen proyek tidak sesuai dengan tujuan
bisnis yang diinginkan maka akan menimbulkan risiko. Risiko yang timbul akibat dari
penerapan


teknologi

informasi

yang

salah

dalam

manajemen

proyek

akan

menyebabkan proses bisnis yang tidak optimal, kerugian finansial, menurunnya
reputasi perusahaan, bahkan hancurnya perusahaan.


Pada kenyataaannya penerapan manajemen proyek teknologi informas itu sendiri
membutuhkan investasi yang cukup besar, dan seiring dengan teknologi yang terus
berkembang dari waktu ke waktu, membuat proses manajemen proyek pun menjadi
semakin sulit, karena harus memahami teknologi yang baru. Dengan adanya
manajemen risiko proyek yang didukung dengan penggunaan hardware diharapkan
dapat membantu perusahaan dalam hal meminimalkan tingkat kerugian yang tidak
diinginkan oleh.

BAB II
Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan sebuah proses terpadu dimana individu-individu sebagai
bagian dari organisasi yang dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
menjalankan dan mengendalikan aktifitas-aktifitas, yang kesemuanya diarahkan pada
sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan
berjalannya waktu. Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta
struktur organisasi yang solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktifitasnya haruslah
berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah
untuk


menuangkan

konsep,

ide-ide

manajemen.

Jadi

dapat

dikatakan

bahwa

manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat satu
sama lainnya.
Pengertian Proyek
Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai sasaran yang

dinyatakan secara kongkrit serta harus diselesaikan dalam suatu periode tertentu
dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang terbatas dan begitu kompleks
sehingga dibutuhkan pengelolaan dan kerjasama yang berbeda dari yang biasanya
digunakan. Menurut DI Cleland dan Wr. King (1987), proyek merupakan gabungan dari
berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi sementara untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Pengertian Manajemen Proyek.

Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
dan mengendalikan sumberdaya organisasi yang mempergunakan personil untuk
ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek untuk mencapai tujuan tertentu dalam
waktu tertentu dengan sumberdaya tertentu.
Tujuan manajemen proyek.
Suatu proyek pasti mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai
tujuan tersebut, suatu proyek biasanya mempunyai kegiatan yang berlangsung dalam
waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. Proyek dapat dibagi-bagi menjadi sub-sub
pekerjaan yang harus diselesaikan dengan batas waktu tertentu untuk mencapai
tujuan proyek secara keseluruhan dengan tepat waktu.
Ciri-ciri Manajemen Proyek
Mekanisme proyek dalam hubungannya dengan pengelolaan, organisasi dan sumber

daya mempunyai ciri-ciri tertentu sebagai berikut :
*Memimpin organisasi proyek dan beroperasi secara independen.
*Pembawa tunggal untuk mencapai satu tujuan proyek.
*Memerlukan bermacam-macam keahlian dan sumber daya.
*Bertanggung jawab menyatukan orang-orang dari berbagai fungsi/disiplin yang
bekerja.
*Memfokuskan pada ketepatan waktu dan biaya
Pengertian Resiko
Ada banyak definisi tentang resiko, resiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.
Manajemen Resiko
Manajemen

resiko

adalah

proses

pengukuran

atau

penilaian

resiko

serta

pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek
negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab
fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan
hukum). Manajemen resiko adalah rangkaian langkah-langkah yang membantu suatu
perangkat lunak untuk memahami dan mengatur ketidakpastian.
Jenis Resiko Teknologi :
- Komponen file tidak lengkap
- Sistem operasi tidak kompatibel, device tidak dikenal
- Perangkat keras tidak mendukung (mis: resolusi monitor, resolusi printer)
- Spesifikasi tidak memenuhi

Contoh kasus Manajemen Proyek dan Resiko
Contoh manajemen proyek diantaranya adalah : membangun sebuah stadion sepak
bola, megelola penelitian berskala besar, melaksanakan pembedahan transplantasi
organ tubuh, memasang lintas produksi, atau berjuang mendapatkan ijazah strata satu
di suatu perguruan tinggi.
1. Perusahaan memutuskan untuk tidak menambah utang baru untuk membangun
kembali gedung yang terbakar berserta asetnya, namun menerbitkan saham baru.
Penerbitan saham baru ini tidaklah murah karena perusahaan harus mengeluarkan
underwriting fees. Skenario lain yang mungkin muncul adalah pada saat yang sama,
perusahaan sebenarnya memiliki sebuah proyek investasi yang sangat prospektif dan
membutuhkan dana misalnya 2 triliun rupiah, yang kebetulan persis sebesar kerugian
akibat kebakaran tersebut. Seandainya perusahaan tidak memiliki uang di atas jumlah
itu, dana sebesar 2 triliun itu harus digunakan untuk membangun kembali pabrik dan
asetnya, akibatnya proyek investasi baru itu harus didanai dari sumber lain seperti
utang baru atau penerbitan saham baru.
2. Software House ABC merupakan sebuah perusahaan pembuatan perangkat lunak
yang memprioritaskan dirinya dalam pengembangan perangkat lunak produksi masal
untuk keperluan perusahaan dagang, khususnya dalam hal inventory dan payroll.
Salah satu proyek perangkat lunak yang sedang dikembangkan saat ini adalah MyBiz
2.

Dalam

proses

pengembangannya,

seringkali

Software

House

ABC

harus

menghadapi resiko atau masalah yang sifatnya tidak terduga. Resiko yang muncul
akan menghambat jalannya proses pengembangan perangkat lunak. Metode yang
digunakan

untuk

mengatasinya

selama

ini

bersifat

reaktif

atau

hanya

akan

direncanakan jika resiko sudah benar-benar terjadi. Karenanya Software House ABC
membutuhkan sebuah metode manajemen resiko khususnya untuk proyek MyBiz 2 ini.
Penelitian

ini

dilakukan

berdasarkan

metodologi

manajemen

resiko

proyek

pengembangan perangkat lunak yang ada dan dilakukan melalui lima tahap yaitu
tahap perencanaan manajemen resiko, tahap identifikasi resiko, tahap analisa resiko,
tahap perencanaan respon resiko, dan tahap pengawasan dan kontrol resiko. Tujuan
dari penelitian ini adalah menerapkan manajemen resiko sesuai dengan metodologi
yang ada pada proyek MyBiz 2. Hasil yang diharapkan dari penelitian adalah
dokumentasi penerapan manajemen resiko proyek pengembangan perangkat lunak
MyBiz 2 di Software House ABC.

BAB II

Proses Perencanaan (Planning Process)
mencakup tentang penetapan sasaran, pendefinisian proyek dan pembentukan
organisasi tim, adapun dalam mengerjakan beberapa proyek sekaligus (umumnya pada
perusahaan besar), cara yang efektif untuk menugaskan tenaga kerja dan sumber daya
fisik adalah melalui organisasi proyek dengan spsesikasi :
1. Pekerjaan dapat didefinisikan dengan sasaran dan target waktu khusus
2. Pekerjaaan unik atau tidak biasa dalam organisasi yang ada
3. Pekerjaan terdiri dari tugas yang kompleks dan saling berhubungan serta memerlukan
ketrampilan khusus
4. Proyek bersifat sementara tetapi penting bagi organisasi
5. Proyek meliputi hampir semua lini organisasi,
Organisasi proyek dipimpin oleh seorang manajer proyek yang mengkoordinasikan
kegiatan proyek dengan departemen lain maupun membuat laporan kepada
manajemen puncak dan tanggungjawab manajer proyek adalah dapat menetapkan “
1. Seluruh kegiatan yang diperlukan diselesaikan dalam urutan yang tepat dan waktu
yang tepat.
2. Proyek selesai sesuai budget
3. Proyek memenuhi sasaran kualitas.
4. Tenaga kerja yang ditugaskan dalam proyek mendapat motivasi arahan dan informasi
yang diperlukan dalam pekerjaan mereka.

Penjadwalan (Schedulling)
Penjadwalan (Schedulling) yaitu menghubungkan antara tenaga kerja, uang, dan
bahan yang digunakan dalam proyek.
Penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang
harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan oleh setiap
aktivitas. Pendekatan yang populer digunakan adalah Diagram Gantt atau Metode
Bagan Balok (Bar Chart). Cara penjadwalan proyek yang lain adalah PERT (Project
Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method).
Penjadwalan proyek membantu dalam bidang:
1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

Pengendalian (Controlling)
Pengendalian proyek meliputi pengendalian terhadap sumber daya, biaya, kualitas dan
anggaran. Pengendalian proyek juga digunakan untuk merevisi rencana proyek dan

memungkinkan untuk mengganti/menggeser sumber daya ke tempat yang
memerlukan (mengelola ulang) sehingga tepat waktu dan biaya.Pengendalian proyek
melibatkan pengawasan ketat pada sumber daya, biaya, kualitas dan budget.
Pengendalian juga berarti penggunaan loop umpan balik untuk merevisis rencana
proyek dan pengaturan sumber daya kemana diperlukan.

Proses manajemen resiko meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative bagi perusahaan secara
signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada perusahaan air minum resiko yang
mungkin terjadi adalah:
Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada struktur
sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas penyimpanan, kualitas
sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan kegiatan operasional yang tidak tepat.
Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya penguapan air
di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan kebocoran (leakage) seperti
kebocoran pada pipa jaringan distribusi, dan tempat penyimpanan air/reservoir.
Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena adanya
pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate metering) seperti alat kalibrasi
meteran yang tidak akurat, alat meteran yang sudah tua, alat meteran yang berputar
rendah, dan adanya pemakaian air yang tidak terukur dengan meteran (unmetered
usage) seperti pemakaian yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak
illegal, pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak illegal) dan
pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan jalan, dan taman).
Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah yang tidak
terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan jaringan pipa.
Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air minum dapat
terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya sumber air minum/produksi air
minum selama pembangunan, pemeliharaan, atau pengoperasian infrastruktur
penyedia air.
Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena kenaikan tingkat
inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah, dan kenaikan harga
bahan bakar minyak.

Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat terjadi karena kondisi perekonomian
nasional yang tidak baik.
Sedangkan resiko pada tingkatan proses/aktivitas lifecycle asset management yang
mungkin terjadi dapat dilihat pada table 1.
b. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat
kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah
mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan
menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau
kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan dampak
kerugian yang ditimbulkannya.
c. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan
prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan
resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat
diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani.
Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun
peta resiko.

d. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko berupa
memindahkan resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga,
mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara
menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada pada proses
bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah
dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara
menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada
manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.

Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke
dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai
indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak
kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat
kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah mempertimbangkan pengendalian
yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak
terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.
e. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi
perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara
penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam
register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.
f. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas
bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko
dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang
berkepentingan berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan
eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar
lingkungan perusahaan, dan konsumen air bersih).
Walaupun penerapan proses manajemen resiko pada perusahaan air minum di
Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya,
namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice), maka
seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada
setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen
asset.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu disiapkan segala
infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman manajemen resiko (kebijakan,
pedoman umum, prosedur, dan formulir), struktur organisasi manajemen resiko (tugas,
wewenang, tanggung jawab personil untuk melaksanakan manajemen resiko), dan
sistem informasi pelaporan/pemantauan pelaksanaan manajemen resiko.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang tidak
terlepas dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko lebih menekankan pada proses
mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko yang melekat
pada proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses manajemen resiko
terhadap asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab
utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas bisnis
perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan pada aktivitas
manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset management).
Walaupun penerapan manajemen resiko pada perusahaan air minum di Indonesia
khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya, namun
karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice) maka seyogyanya
sudah mulai dapat diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada setiap
aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen asset
sehingga tujuan manajemen asset dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu solusi dalam
rangka memaksimalkan pengelolaan asset perusahaan air minum.

DAFTAR PUSTAKA

http://bppk.depkeu.go.id
http://wikipedia.org
http://acc.dau.mil
http://sieghartrain.blogspot.com/2011/12/makalah-manajemen-resiko.html
http://lussychandra.blogspot.com/2013/02/tingkatan-manajemen.html
http://www.manajemenperusahaan.com/manajemen-proyek-adalah/
http://nurulauliarachman.blogspot.com/2013/10/makalah-menejemen-proyek-resiko.html