PERKEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI DI KECAMATAN RIO PAKAVA KABUPATEN DONGGALA
PERKEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
DI KECAMATAN RIO PAKAVA KABUPATEN DONGGALA
12
3 Zakia Ulfah , Aziz Budianta , dan Iwan Alim Saputra 1 2 3 Mahasiswa Pendidikan Geografi Dosen Perencanaan Wilayah Kota Dosen Pendidikan GeografiProgram Studi Penddikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan kawasan transmigrasi di Kecamatan Rio Pakava
Kabupaten Donggala, khususnya yang terkait dengan perluasan areal pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan kawasan transmigrasi terhadap perluasan areal pertanian di
Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis peta. Data yang digunakan adalah data
sekunder peta penggunaan lahan tahun 1991 dan peta penggunaan lahan tahun 2017, sumber data berasal dari
kantor BAPPEDA Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan
penggunaan lahan di kawasan transmigrasi Kecamatan Rio Pakava tahun 1991 hingga tahun 2017 yaitu
perkebunan yang mengalami perluasan lahan seluas 7015.757 hektar atau 33.588%, Selanjutnya yang
mengalami perluasan lahan yaitu tegal/ladang yang mengalami perluasan seluas 2.902 hektar atau 0.013% dan
penggunaan lahan lain yang mengalami perluasan yaitu semak belukar seluas 487,46 hektar. Penggunaan lahan
yang mengalami penyusutan yaitu hutan. Pada tahun 1991 luas hutan sebesar 29873,77 hektar, sedangkan pada
tahun 2017 berubah luasan menjadi 18054.643 hektar. Penyusutan hutan yang terjadi dari tahun 1991 hingga
tahun 2017 sebesar 11819.127 hektar atau 56.584%. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan
kebun kelapa sawit di Kecamatan Rio Pakava yaitu: penguasaan lahan oleh petani, besar pendapatan unit usaha,
biaya produksi pada unit usaha yang rendah dan tersedianya gabungan kelompok tani.Kata Kunci : Kawasan Transmigrasi, Perubahan Penggunaan Lahan
ABSTRACT
This research was conducted in Rio Pakava District, Donggala Regency Central Sulawesi Province.
The problem in this study is how the development of the transmigration area in the Rio Pakava District of
Donggala Regency, especially those related to the expansion of agricultural areas. This research was conducted
with the aim to determine the effect of the development of the transmigration area on the expansion of
agricultural areas in the Rio Pakava District of Donggala Regency. The research method used is quantitative
descriptive. The analytical tool used in this study is map analysis. The data used are secondary data for 1991
land use maps and 2017 land use maps, the source of data comes from the Central Sulawesi Provincial
BAPPEDA office. The results showed that there had been changes in land use in the transmigration area of Rio
Pakava Subdistrict in 1991 to 2017, namely plantations that experienced an expansion of land area of 7015,757
hectares or 33,588%. Furthermore, land expansion was tegal / expansion of 2,902 hectares or 0.013 % and
other land uses that have expanded are shrubs covering an area of 487.46 hectares. Land use that experiences
shrinkage, namely forests. In 1991 the forest area was 29873.77 hectares, while in 2017 the area was changed
to 18054,643 hectares. Forest depreciation that occurred from 1991 to 2017 amounted to 11819,127 hectares
or 56,584%. Factors that influence the use of oil palm plantations in Rio Pakava District are: land tenure by
farmers, large business unit income, production costs at low business units and the availability of a combination
of farmer groups.Keywords: Transmigration Area, Changes in Land Use
PENDAHULUAN
Salah satu karakteristik dari penduduk Indonesia adalah persebarannya yang tidak merata dalam ruang wilayah Negara Kesatuan Republik indonesia (NKRI). Salah satu usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah tersebut adalah memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang/jarang penduduknya yang di kenal selama ini dengan program transmigrasi. Transmigrasi sebagai salah satu program pengembangan terutama diarahkan kepada pembangunan pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian yang dilakukan dengan pembukaan lahan-lahan baru atau ekstensifkasi. Penempatan transmigrasi pertama di Provinsi Sulawesi Tengah yakni pada tanggal
28 Februari 1962 sejumlah 52 Kepala Keluarga (KK) atau 243 jiwa yang berasal dari pulau Bali di tempatkan di Desa Nambaru Kecamatan Parigi Kabupaten Donggala yang sekarang telah menjadi Kabupaten Parigi Moutong. Provinsi Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Donggala hingga saat ini masih menjadi tempat favorit untuk penempatan transmigrasi karena ketersediaan lahan masih cukup, serta dukungan pemerintah daerah dan masyarakat lokal yang besar untuk program transmigrasi.
Penempatan transmigrasi di Kecamatan Rio Pakava di mulai pada tahun 1991 dengan total penempatan sejumlah 7 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) yaitu UPT Lalundu I sejumlah 400 KK, UPT Lalundu II sejumlah 520 KK, Lalundu III sejumlah 526 KK, Lalundu IV sejumlah 400 KK, Lalundu V sejumlah 325 KK, Bonemarawa sejumlah 100 KK dan Tinauka sejumlah 500 KK. Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Rio Pakava pada umumnya. Oleh sebab itu pembangunan di sektor pertanian tetap merupakan hal yang penting dalam mendukung pembangunan ekonomi pada sektor yang lain. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perkembangan kawasan transmigrasi di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala khususnya yang terkait dengan perluasan areal pertanian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mengukur atau menjelaskan secara cermat fenomena-fenomena dan gejala-gejala tertentu yang di maksudkan untuk menguji kebenaran di lapangan. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah:
1. Observasi dan Dokumentasi.
Observasi adalah teknik pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti di lapangan. Kegiatan observasi tidak dapat lepas dari pendokumentasian. (Sabari, 2010);
2. Studi Pustaka Penelitian kepustakaan yakni penelitian yang mengarahkan pada upaya memberi kerangka atau landasan teoritis bagi pembahasan masalah. Teknik studi kepustakaan adalah suatu teknik memperoleh data dengan cara mengumpulkan buku-buku dan dokumen yang ada kaitannya dengan objek penelitian, lalu dibaca, dianalisa kemudian dicatat dan ditulis.
Teknik analisis yang di gunakan adalah analisis peta. Analisis peta merupakan kegiatan membaca obyek-obyek atau detail-detail termasuk informasi yang ada dalam suatu peta. Misalnya menghitung jumlah sungai, mengukur panjang dan lebar sungai, mengukur jarak antar tempat dan mengukur luas wilayah.
Perubahan penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Rio Pakava dapat di peroleh dengan cara analisis peta digital yakni melakukan overlay (tumpang susun) peta penggunaan lahan tahun 1991 dan peta penggunaan lahan tahun 2017. Hasil overlay tersebut menghasilkan perubahan penggunaan lahan. Pengecekan lapang dilakukan dengan menggunakan GPS untuk mengambil data-data penggunaan lahan aktual serta untuk memverifikasi interpretasi peta sehingga data akhir memiliki keakuratan tinggi. Titik-titik cek lapang ditentukan dari poligon-poligon yang mengalami perubahan penggunaan lahan yang paling luas dan mewakili setiap wilayah administrasi. Selain itu, untuk memudahkan dalam pengecekan lapang, titik-titik yang dipilih yang dapat diakses dengan kendaraan beroda-2.
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis menjadi penting dan mampu memberikan analisis serta kesimpulan yang bisa diandalkan, salah satu pemanfaatan Sistem Informasi Geografis yaitu
Landuse Change. Adapun Tahapan yang dilalui dalam proses pemetaan penggunaan lahan dan
perubahan penggunaan lahan dengan SIG menurut Budianta dan Widyastuti dalam Head Out Perkuliahan Penggunaan Lahan (2011) yaitu: 1) Komputerisasi data
Komputerisasi data terdiri dari Sistem Informasi Geografis mengandalkan kemampuan komputer untuk mengolah, menyimpan & menyajikan informasi, dan Data grafis digital dalam SIG dapat disimpan dalam dua jenis format, yaitu Format Vektor & Raster;
2) Pengelolaan basis data (data base) Pengelolahan basis data terdiri dari a) Geo informasi terdiri dari dua jenis data yaitu data spasial/data grafis & data deskriptif yang digunakan untuk menyatakan suatu tampilan. b) Konsep relasional dapat pula diterapkan untuk tabeltabel biasa yang tersimpan dalam komputer.
c) Digitasi dilakukan pada tiap lembar peta, sehingga perlu dikoreksi supaya apabila digabungkan tidak ada masalah penepatan tepi. d) Tiap tampilan (kontur, sungai, jalan, dll) antar dua tepi lembar harus bertemu tepat di garis batas. e) Pengorganisasian data-data tampilan peta dalam SIG dilakukan dengan menyimpan sebagai lapisan-lapisan (layers/coverage) atau tema- tema. Sebagai contoh suatu Peta Dasar (Peta Topografi) dapat terdiri dari lapisan-lapisan: batas administrasi, jaringan jalan, sungai, kontur, penggunaan lahan, dll;
3) Analisis perubahan penggunaan lahan
Analisis perubahan jenis penggunaan lahan dilakukan dengan cara a) Menumpang-tindihkan peta-peta jenis penggunaan lahan pada suatu periode tertentu. b) Dapat pula dilakukan dengan cara menumpang-tindihkan foto udara dengan foto udara yang lain & antara peta penggunaan lahan dengan foto udara. Peta-peta & foto udara yang digunakan harus mempunyai skala yang sama. c) Dengan menggunakan SIG, berarti penumpang tindihan peta dan/atau foto udara yang dikerjakan dengan bantuan komputer. Semua peta dan/atau foto udara yang digunakan harus disimpan di dalam komputer terlebih dahulu (Aziz Budianta, 2001 dalam Niluh Rita Ayu Rusmita 2014)
4) Dukungan perangkat keras & perangkat lunak SIG SIG/GIS memerlukan perangkat keras (hardware) paling tidak meliputi: Pusat pemroses data
(Central Prossesing Unit/CPU) dengan sistem operasinya & penyimpan (hard-disk) berkapasitas
sesuai dengan keperluan, Perangkat grafik yang dilengkapi dengan alat interaktif (joystick, thumb
wheels , mouse, tablet, light-pen, dll) Perangkat ini digunakan untuk menayangkan peta & proses
grafik interaktif pada waktu digitasi, Digitizer, Perangkat penggambar (plotter ) dan Perangkat lunak (software) dalam SIG harus mempunyai kemampuan mengatur pemasukan, pengolahan & penyajian, serta pengolahan basis data baik grafis maupun data deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penggunaan Lahan Tahun 1991
Penggunaan lahan adalah pemanfaatan lahan oleh manusia dengan berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhannya. Penggunaan lahan di Kecamatan Rio Pakava pada tahun 1991 terdiri dari Pemukiman 13.650 hektar atau 0.017%, Hutan 74966.854 hektar atau 94.357% , Semak Belukar 4252.153 hektar atau 5.352%, Kebun 146.226 hektar atau 0.184%, Sawah Tada Hujan 10.584 hektar atau 0.013%, dan Ladang 59.996 hektar atau 0.075%.
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Tahun 1991
2. Penggunaan Lahan Tahun 2017
Penggunaan lahan di Kecamatan Rio Pakava pada tahun 2017 terdiri dari Pemukiman 335.09 hektar atau 0.421%, Hutan 61251.78 hektar atau 77.095%, Semak Belukar 4973.966 hektar atau 6.620%, Kebun 12674.914 hektar atau 15.953%, Sawah 11.686 hektar atau 0.014%, Ladang 114.371 hektar atau 0.143% dan Lahan kosong 105.465 hektar atau 0.132%.
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2017 3.
Perubahan Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan tahun 1991 dan peta penggunaan lahan tahun 2017, menunjukan Kecamatan Rio Pakava mengalami perubahan pada penggunaan lahannya. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Rio Pakava dari tahun 1991 sampai tahun 2017 tidak semua mengalami perubahan yang mencolok. Hasil perhitungan yang paling besar mengalami perluasan yaitu kebun yang mengalami perluasan lahan seluas 12528.688 hektar atau sebesar 45.576 %. Selanjutnya yang mengalami perluasan lahan yaitu semak belukar yang mengalami perluasan seluas 721.813 hektar atau 2.625 %. Penggunaan lahan lain yang mengalami perluasan yaitu ladang dan pemukiman. Perluasan ladang sebesar 54.375 hektar atau perluasan 0,197% sedangkan pemukiman mengalami perluasan sebesar 321.44 hektar atau 1,169 %. Penggunaan lahan yang 74.996,854 hektar atau 94,395% sedangkan pada tahun 2017 berubah luasan menjadi 61251.78 hektar atau 77.077 %. Penyusutan hutan yang terjadi dari tahun 1991 hingga tahun 2017 sebesar 13745.074 atau 50.001%.
4. Penggunaan Lahan di Kawasan Transmigrasi
Penggunaan lahan di kawasan transmigrasi yang terdapat di 7 desa di Kecamatan Rio Pakava pada tahun 1991 yaitu Desa Minti Makmur terdiri dari hutan 1295.88 hektar dan Semak Belukar 46.03 hektar, Desa Polanto Jaya terdiri dari hutan 1275.85 hektar, semak belukar 43,66 hektar, Desa Polando Jaya terdiri dari hutan 770,71 hektar, kebun 3,82 hektar, tegal/lading 9,7 hektar, Desa Rio Mukti hutan 950,76 hektar dan semak belukar 336,48 hektar, Desa Panca Mukti hutan 354,69 dan semak belukar 681,26 hektar, Desa Pakava terdiri dari hutan 4669,8 dan semak belukar 70,28, Desa Bonemarawa hutan 12202.61 hektar dan semak belukar 904,1 hektar dan Desa Tinauka hutan 8353,47, kebun 3,82 hektar, tegal/ladang 7,63 hektar dan semak belukar 304.69 hektar.
Penggunaan lahan di kawasan transmigrasi Kecamatan Rio Pakava pada tahun 2017 yaitu Desa Minti makmur terdiri dari hutan 177,75 hektar, kebun 1062.05 hektar, dan Semak Belukar 131,82 hektar, Desa Polanto Jaya terdiri dari hutan 133,65 hektar, kebun 1167,16 hektar dan semak belukar 75,09 hektar, Desa Polando Jaya terdiri dari hutan 113,16 hektar, kebun 3130,08 hektar, semak belukar 165,82 hektar, Desa Rio Mukti semak belukar 165,82 hektar, kebun 130,08 hektar, Desa Panca Mukti hutan 131,28 hektar, kebun 963,75 hektar, semak belukar 18,02 hektar, Desa Pakava hutan 4170 hektar, kebun 172,32 hektar, tegal/ladang 21,33 hektar dan semak belukar 610,68 hektar, Desa Bonemarawa hutan 11702,69, kebun 1093,8 hektar, dan semak belukar 904,1 hektar dan Desa Tinauka hutan 8353,47, kebun 3,82 hektar, tegal/ladang 18,47 hektar, semak belukar 1023,55 hektar dan lahan kosong 86,43 hektar.
Berdasarkan hasil perhitungan yang paling besar mengalami perluasan yaitu kebun/perkebunan yang mengalami perluasan lahan seluas 7015.757 hektar atau 33.588%, Selanjutnya yang mengalami perluasan lahan yaitu tegal/ladang yang mengalami perluasan seluas 2.902 hektar atau 0.013% dan penggunaan lahan lain yang mengalami perluasan yaitu semak belukar yakni 487,46 hektar. Penggunaan lahan yang mengalami penyusutan yaitu hutan. Pada tahun 1991 luas hutan sebesar 29873,77 hektar, sedangkan pada tahun 2017 berubah luasan menjadi 18054.643 hektar. Penyusutan hutan yang terjadi dari tahun 1991 hingga tahun 2017 sebesar 11819.127 hektar atau 56.584%.
5. Perluasan Areal Pertanian di Kawasan Transmigrasi Kecamatan Rio Pakava
Penempatan transmigrasi di Kecamatan Rio Pakava di mulai pada tahun 1991 dengan total penempatan sejumlah 7 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) yaitu UPT Lalundu I sejumlah 400 Lalundu V sejumlah 325 KK, Bonemarawa sejumlah 100 KK dan Tinauka sejumlah 500 KK.
Transmigrasi umum adalah jenis transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah bagi penduduk yang mengalami keterbatasan dalam mendapatkan peluang kerja dan usaha. Dalam hal jenis transmigrasi umum dengan pola usaha pokok pertanian tanaman pangan dan/atau perkebunan, transmigran atau pnduduk setempat yang pindah ke permukiman baru sebagai bagian dari satuan pemukiman Pugar diberikan bidang tanah paling sedikit 2 hektar. Mekanisme perluasan areal melalui program transmigrasi dilakukan dengan cara membagikan lahan kepada transmigran sebagimana telah diatur oleh peraturan ketransmigrasian, bahwa setiap kepala keluarga transmigran mendapat lahan seluas 2 ha yang terdiri atas Lahan pekarangan (LP)0.25 hektar, Lahan Usaha I (LU I) seluas 0.75 hektar yang dibuka oleh pemerintah dan Lahan usaha II seluas 1 hektar dibuka transmigran sendiri.
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata tiap desa mengalami perluasan. Desa Minti Makmur mengalami perluasan sebesar 444.994 hektar, Desa Polanto Jaya mengalami perluasan sebesar 208.038 hektar. Selanjutnya yang mengalami perluasan yaitu Desa Rio Mukti dengan perluasan sebesar 410.517 hektar, Desa Panca Mukti sebesar 332.123 hektar, Desa Bonemarawa mengalami perluasan sebesar 12841.08 hektar dan Desa Tinauka sebesar 7628.034 hektar. Sedangkan desa Polanto Jaya mengalami penyusutan sebesar 24.943 hektar.
Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan Kecamatan Rio Pakava karena dari subsektor ini telah menyumbang PDRB yang relative besar. Kontribusi PDRB Kabupaten Donggala merupakan yang terbesar kelima dibandingkan kabupaten lainnya di Sulawesi Tengah. Hal ini dimungkinkan karena struktur utama dari pondasi ekonomi Kabupaten Donggala didominasi oleh sektor pertanian. Pada table 4.15 disajikan data produksi beberapa komoditas perkebunan yang dihasilkan oleh Kecamatan Rio Pakava tahun 2016. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dengan produksi terbesar, yaitu 16.970 ton.
Tabel 1. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Rio Pakava Tahun 2016 (Ton)
No Tanaman Perkebunan Jumlah
1 Karet -
2 Kelapa 338
3 Kelapa sawit 16.970
- 4 Kopi
5 Lada
0.1
6 Kakao 2.222
Jumlah 19530.1 Sumber : BPS Kecamatan Rio Pakava 2017 Masyarakat pedesaan pada umumnya adalah petani. Petani sebagai pihak yang mengusahakan pertanian memperoleh pendapatan dari hasil usaha taninya, yaitu berupa hasil penjualan dari produk- produk pertanian yang dihasilkannya sehingga masyarakat transmigrasi di Kecamatan Rio Pakava memanfaatkan sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit sebagai mata pencaharian.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan kebun kelapa sawit di Kecamatan Rio Pakava diantaranya :
1. Penguasaan lahan oleh petani
Lahan diperlukan sebagai ruangan atau tempat di permukaan bumi yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan segala macam kegiatan (Muta’ali, 2012). Luas lahan merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produksi usaha tani sehingga pendapatan rumah tangga petani dapat meningkat. Semakin luas lahan yang digarap serta ditunjang dengan penerapan teknologi usaha tani yang tepat atau semua faktor produksi dicukupkan maka akan cenderung memberikan produksi yang makin tinggi. Lahan usaha sudah di sertifikasi secara perorangan atas nama petani transmigran.
2. Besar Pendapatan Unit Usaha
Saat sekarang ini tanaman kelapa sawit merupakan tanaman andalan di Kecamatan Rio Pakava yang memberikan pendapatan masyarakat yang lebih baik dan terjamin dibandingkan dengan tanaman pertanian lain seperti padi, karet dan kopi. Faktor ekonomi seperti harga jual tanaman pangan yang rendah khususnya pada saat panen, membuat keuntungan berkebun kelapa sawit, dan harga sawit lebih stabil / terjamin. Meskipun tiba tiba harga kelapa sawit turun dibawah harga normal masyarakat mengaku tidak mengalami kerugian setidaknya lebih baik daripada berkebun cokelat dahulu. Dalam sebulan kelapa sawit dapat di panen sebanyak 3-4 kali dengan harga per kilo sebesar Rp.1200;
Biaya produksi pada unit usaha yang rendah 3. Pendapatan usaha tani kelapa sawit lebih tinggi dengan risiko lebih rendah, biaya produksi usaha tani kelapa sawit lebih rendah, dan terbatasnya ketersediaan air. Biaya perawatan kebun sawit usia produksi juga terbilang cukup terjangkau, para petani biasa memberi pupuk dua kali pertahun.
4. Tersedianya gabungan kelompok tani (GAPOKTAN)
Gabungan kelompok tani adalah gabungan dari seluruh kelompok tani yang ada di lingkungan desa. Gapoktan menyediakan sarana produksi seperti pengangkut buah (angkong) maupun alat pemetik buah kelapa sawit (dodos), sehingga para petani lebih mudah dalam bertani. Gapoktan juga menyediakan modal yang bisa dipinjam oleh para petani untuk meningkatkan produksi hasil kebunnya.
6. Keterkaitan Hasil Penelitian Dengan Bidang Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lembaga yang dirancang pemerintah untuk mengajarkan anak-anak menjadi seorang individu yang cerdas dan mampu memajukan bangsa adalah sekolah, karena di sekolah anak- anak dapat memperoleh pendidikan dibawah pengawasan guru. Penduduk Kecamatan Rio Pakava tergolong penduduk muda, berarti pada umumnya penduduknya masih berada pada usia sekolah (37.06%). Di kecamatan ini, program wajib belajar yang di canangkan pemerintah sudah dapat di terapkan. Hal ini dapat dilihat dari adanya sekolah mulai dari TK, SD, SMP sampai SMA.
Hasil penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, salah satunya dalam mata
pelajaran IPS kelas VII semester II dalam kurukulum KTSP 2006 dimana materi pembelajarannya adalah tentang penggunaan lahan, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan mencari informasi dari buku sumber atau media pembelajaran lain dan mengamati peta penggunaan lahan. Siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi atau informasi yang berkaitan dengan pembelajaran disekolah khususnya yang terkait dengan materi penggunaan lahan secara nyata di Kecamatan Rio Pakava. Apabila diperhatikan kondisi pendidikan sekarang masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti mengarahkan siswa ke arah konstektual yaitu memberikan pembelajaran yang nyata sesuai objek pembelajaran, sehingga media pembelajaran memegang peranan penting dengan fungsi sebagai alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) materi pembelajaran yang terkait dengan penelitian terdapat dalam mata pelajaran Geografi Kelas X dalam kurikulum 2013 tentang sistem informasi geografi (SIG) sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran secara langsung dan memberikan informasi penting tentang penggunaan SIG. Di tingkat perguruan tinggi hasil penelitian dapat di jadikan referensi materi perkuliahan di antaranya mata kuliah penggunaan lahan, sistem informasi geografi, geografi sosial, perkembangan wilayah dan kartografi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata tiap desa transmigrasi mengalami perluasan. Desa Minti Makmur mengalami perluasan sebesar 444.994 hektar, Desa Polanto Jaya mengalami perluasan sebesar 208.038 hektar. Selanjutnya yang mengalami perluasan yaitu Desa Rio Mukti dengan perluasan sebesar 410.517 hektar, Desa Panca Mukti sebesar 332.123 hektar, Desa Bonemarawa mengalami perluasan sebesar 12841.08 hektar dan Desa Tinauka sebesar 7628.034 hektar. Sedangkan desa Polanto Jaya mengalami penyusutan sebesar 24.943 hektar. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan di Kecamatan Rio Pakava khususnya perkebunan kelapa sawit. Diantara beberapa komoditas perkebunan yang ada di Kecamatan Rio Pakava, kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dengan produksi terbesar, yaitu 16.970 ton. Faktor
- – faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan kebun kelapa sawit di Kecamatan Rio Pakava yaitu: penguasaan lahan oleh petani, besar pendapatan unit usaha, biaya produksi pada unit usaha yang rendah dan tersedianya gabungan kelompok tani.
Hasil penelitian hanya menunjukan rata-rata perluasan areal pertanian tiap-tiap desa, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti luas areal pertanian berdasarkan jumlah transmigran yang ada ditiap-tiap desa.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala. (1990). .Potensi Desa Kabupaten Donggala. Pemerintah Kabupaten Donggala. Donggala. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. (2017). Kecamatan Rio Pakava dalam Angka 2017.
Pemerintah Kabupaten Donggala. Donggala. Budianta. Aziz, dan Widyastuti. (2011). Hand Out Perkuliahan Penggunaan Lahan. Tadulako University Press.
Irvan, Burhan. (2012). Kontribusi Transmigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Sosial Kabupaten
Parigi Moutong Tahun 1999-2009 . Tesis Program Pascasarjana Universitas Tadulako: Palu
Sabari Yunus, Hadi . (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Pustaka Pelajar: Yogyakarta . (2013). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sekretariat Negara Indonesia.