KERAGAMAN DAN POTENSI ARDISIA KOLEKSI KEBUN RAYA CIBODAS

  Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), p-ISSN: 2540-752x Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, e-ISSN: 2528-5726

27 Agustus 2016

  

KERAGAMAN DAN POTENSI ARDISIA KOLEKSI KEBUN RAYA

CIBODAS

Suluh Normasiwi

  Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas

  • – LIPI Jl.Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO. Box 19 Cipanas – Cianjur, Jawa Barat 43253, Indonesia.

  

Telp/fax: 0263-512233

Email

Abstract

  

Ardisia a genus of flowering plants belongs to family Primulaceae is one of Cibodas

Botanic Garden living collections. The knowledge and utilization of Ardisia were very

limited due to the lack of information about these plants, especially in Indonesia. The aim

of this study is to inform the Ardisia species collection of CBG and their potential

utilization, in order to documenting the potencies of CBG plant collections and futher can

be used as a source in environment education activities. The results showed that there were

11 species of Ardisia that had some potency to be a medicinal plant, ornamental, or fruit

crops. Some of those species of Ardisia were already known and use in some region.

  Keyword: Potency, Ardisia, Collection, Cibodas Botanic Garden.

  Pendahuluan Primulaceae merupakan jenis tumbuhan yang di dominasi oleh semak penyusun vegetasi dasar hutan, pohon kecil, herba, semak memanjat dan beberapa jenis liana.

  Diperkirakan terdapat 32 genus dan 1000 spesies Primulaceae tersebar di seluruh dunia (Pascarella, 1997), 12 genus diantaranya berada di wilayah Malesia terutama Kalimantan yang mempunyai kekayaan Primulaceae tertinggi (7 genus) (Stone, 1989).

  Kebun Raya Cibodas (KRC) sebagai lembaga konservasi eks-situ tumbuhan dataran tinggi basah, berada di kaki Gunung Gede Pangrango pada ketinggian 1300- 1450 mdpl dengan topografi berbukit-bukit, memiliki tugas dan fungsi antara lain konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, pariwisata, dan jasa lingkungan. KRC telah mengkoleksi sebanyak 188 suku dan 1707 jenis dengan total 10280 spesimen tumbuhan (SiRegist KRC Februari 2016). Salah satu suku yang menjadi koleksi KRC adalah Primulaceae dan Ardisia merupakan marga dengan jumlah terbanyak dari suku Primulaceae yang dikoleksikan di KRC.

  Ardisia adalah salah satu marga terbesar pada suku Primulaceae, diperkirakan

  memiliki sekitar 400 - 500 spesies yang tersebar di seluruh wilayah tropis dan subtropis

  Suluh Normasiwi

  • – Keragaman Dan Potensi Ardisia....

  dengan jumlah sebaran tinggi di Panama, Colombia dan wilayah Malesia (Pipoly, 1996). Ardisia sering dikenal dengan sebutan coralberry, marlberry atau spiceberry ini ditemukan tumbuh di hutan dataran rendah hingga ketinggian 2500 m dpl. Identifikasi jenis-jenis Ardisia hingga ke tingkat spesies sulit dilakukan karena minimnya kunci identifikasi, sementara belum terdapat informasi terbaru dan akurat sehingga membingungkan peneliti untuk mengkaji tumbuhan dari jenis ini (Kobayashi & Mejia, 2005).

  Ardisia berpotensi sebagai tanaman obat dengan adanya kandungan derivat

  benzoquinone dan triterpenoid saponin (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). Studi fitokimia juga menunjukkan sifat obat dari genus ini, termasuk antioksidan, anti-HIV, dan anti-tumor, serta Banyak diantara spesiesnya yang umum digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati gejala batuk dan diare (Chen,1979). Buah maupun bagian tanaman Ardisia dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Asia (Sundriyal dan Sundriyal, 2001). Selain kandungan nutrisi dan obat-obatannya, Ardisia juga dikenal sebagai tanaman hias dengan bentuk buah berry yang menarik. Namun demikian, di Indonesia pemahaman dan pemanfaatan jenis Ardisia masih sangat terbatas dikarenakan minimnya informasi tentang tumbuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan jenis-jenis Ardisia yang dikoleksi KRC serta potensi pemanfaatannya, guna menambah data dokumentasi KRC mengenai potensi tumbuhan koleksi dan pengenalan pendidikan lingkungan.

  Metode

  Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober

  • – Desember 2015 dengan penelusuran data di unit registrasi dan katalog KRC serta pengecekan tumbuhan koleksi

  

Ardisia yang tersebar di beberapa lokasi kebun Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa

  Barat. Informasi terkait potensi masing-masing Ardisia koleksi dilakukan dengan telusur pustaka. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitiatif.

  Hasil dan Pembahasan

  Berdasarkan hasil pengamatan dan inventarisasi data koleksi KRC tercatat terdapat 11 jenis koleksi Ardisia yang diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat, hias, bahkan tanaman pangan. Beberapa jenis Ardisia telah dikenal di berbagai wilayah dan telah dimanfaatkan.

27 Agustus 2016

  Ardisia polycephala  Obat: Anti racun Tidak diketahui

  Ardisia crenata Sims. (coralberry, mata ayam, mata pelanduk) Ardisia crenata merupakan tumbuhan semak dengan tinggi 2

  Berikut adalah penjelasan pada setiap jenis yang dikoleksikan di KRC:

  Ardisia villosa  Tanaman hias  Obat : demam dan batuk Seluruh tanaman Tidak diketahui

  Ardisia solanaceae  Tanaman hias  Obat : Demam, diare, rematik Gegar otak dan memar  Penghasil warna kuning Seluruh tanaman Akar Kulit batang Buah

  Ardisia sanguinolenta  Obat : Obat batuk dan diare Liver Demam Akar Akar Buah

  Ardisia polysticta  Tanaman hias Seluruh tanaman

  Ardisia pendula  Sumber pangan fungsional : Antioksidan Tidak diketahui

  Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,

  Ardisia javanica  Obat : Cacar Kulit batang

  Ardisia fuliginosa  Obat: Kudis Getah Batang

  Ardisia elliptica  Tanaman hias  Obat: Antibiotik Antivirus  Sayuran : Lalapan dan masak Seluruh tanaman Buah kering Batang dan daun Tunas daun muda

  Ardisia crispa

 Obat: Anti-inflamasi dan anti-hyperalgesic

Antimetastatic dan atitumor Daun dan akar Tidak diketahui

   Tanaman hias  Obat: Kontraksi perut Tekanan darah rendah Penghambatan cAMP Gangguan menstruasi  Sayuran Seluruh tanaman Rhizome Seluruh tanaman Akar Akar Buah dan daun

  Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan spesies Ardisia Species Pemanfaatan BagianTanaman Bermanfaat Ardisia crenata

  p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726

  • – 3 m, daun panjang meruncing, dan buah berbiji yang berwarna merah. Tumbuhan ini biasanya tumbuh pada hutan dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). A. crenata memiliki sejarah panjang sebagai tanaman hias, hampir 200 tahun sejak pertama kalinya dikenalkan sebagai tanaman hias (Ku C, 2013). Tersebar melalui perdagangan internasional dari China, Jepang, Korea, bagian dari India dan Asia Tenggara, sebagai spesies hias ke Australia dan Amerika Serikat (Niu, et al., 2012). Tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman hias karena buah berrynya yang cantik berwarna merah cerah (Anonymous, 2011). Penelitian Sandoval-Mojica and Capinera (2011) menyatakan ekstrak A. crenata berpotensi dikembangkan sebagai herbisida.

  Suluh Normasiwi

  • – Keragaman Dan Potensi Ardisia....

  Di sisi lain, A. crenata di Tiongkok telah lama dikenal sebagai tanaman obat dengan berbagai kegunaan. Akar A. crenata mengandung triterpenoid saponin yang tinggi (Kitajima et al., 2006). A. crenata memiliki beberapa sifat obat termasuk utero- kontraksi, menurunkan tekanan darah, penghambat cAMP, dan antitrombin (Kobayashi dan de Mejia, 2005). Secara tradisional di Tiongkok, sebagai obat luar A.crenata digunakan untuk mengobati sakit kulit dan sakit telinga, sementara penggunaan internal sebagai obat demam, batuk dan diare, serta mengobati infeksi saluran napas dan gangguan menstruasi (Zaima et al., 2013). Buah dan daun A. crenata dinyatakan dapat dimakan, daunnya digunakan sebagai sayuran pada salad (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003).

  Ardisia crispa (Thunb.)A.DC A.crispa adalah salah satu jenis Ardisia asli Indonesia, tersebar di Asia

  sepanjang Jepang dan Himalaya hingga Jawa dan Filipina. Tanaman ini sering keliru identifikasi dengan A.crenata karena kemiripan morfologisnya. A.crispa telah dikenal sejak lama sebagai obat tradisional, sebagai anti-inflamasi dan anti-hyperalgesic. Di wilayah Asia Tenggara dan Tiongkok, daun dan akar A.crispa dikonsumsi sebagai pereda nyeri dan bengkak. Jus akar juga diketahui dapat mengobati sakit telinga, batuk, demam, dan diare. Campuran daun dan akar digunakan sebagai obat gosok kulit (Roslida & Kim, 2008). Kang (2001) menyatakan bahwa A.crispa juga mengandung antimetastatic dan antitumor.

  Ardisia elliptica Thunb.

  Tanaman ini dikenal dengan nama Inkberry atau Buni keraton (Ind.) berasal dari wilayah Indochina, Malaysia, Indonesia, dan India. Pada awalnya A.elliptica dikenalkan sebagai tanaman hias, kemudian menjadi invasif di beberapa negara seperti Puerto Rico, Australia dan Amerika Serikat. Tercatat dalam PROSEA A.elliptica dimanfaatkan sebagai sayuran. Tunas daun muda dapat dijadikan sebagai lalapan maupun dimasak. Buahnya dapat dimakan, dengan rasa sedikit asam dan hambar (Lim, 2012). Seperti jenis Ardisia lainnya, A.elliptica memiliki kandungan obat antibakteri yang diperoleh dari ekstrak buah keringnya (Phadungkit & Luanratana, 2006), serta antivirus dari bagian batang dan daunnya (Chiang, 2003).

  Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), p-ISSN: 2540-752x Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, e-ISSN: 2528-5726

27 Agustus 2016

  Ardisia fuliginosa Blume

  Tanaman asli Indonesia A. fuliginosa tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimanan. Tidak banyak publikasi yang menyatakan manfaat dari tanaman ini. Di Jawa Barat A. fuliginosa digunakan untuk mengobati kudis, dengan cara memanaskan getah kering dari batang yang dicampur santan dan rimpang temulawak (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003) Ardisia javanica A.DC.

  A.javanica merupakan jenis Ardisia asli Indonesia, khususnya wilayah Jawa. Yamada (1976) menyatakan bahwa A, javanica adalah jenis tumbuhan pada lapisan bawah hutan yang cukup melimpah keberadaannya di Gunung Pangrango. Masyarakat suku Sasak Lombok Barat, menggunakan kulit batang A.javanica sebagai obat cacar, dengan mencampurnya dengan beras dan ditumbuk sebagai bahan pupur (Riswan dan Andayaningsih, 2008).

  Ardisia pendula Mez

  Tanaman yang di Malaysia dikenal sebagai Semambuk ini memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber makanan fungsional. Wahab et al. (2015) melaporkan bahwa A. pendula memiliki kandungan fenolik total tertinggi (28,21 gallic acid

  

equivalent / kg sampel kering) dan aktivitas antioksidan sebesar 86,1 %. Hal ini mampu

  menjadikan A. pendula sebagai sumber makanan baru dan sumber makanan fungsional karena kekayaan nutrisi dan antioksidannya.

  Ardisia polycephala Wall. Ex. A. DC.

  Akar dari A.polycephala merupakan salah satu dari tumbuhan semak yang digunakan oleh tabib di Thailand sebagai obat anti racun (Podimuang et al., 1971).

  Ardisia polysticta Miq.

  A.polysticta memiliki kemiripan morfologis dan filogeni dengan A.crenata sehingga sering terjadi kesalahan identifikasi antara kedua spesies tersebut.

  Perbedaannya terletak pada daerah sebarannya, A.polysticta berada di Asia Tenggara dan A.crenata di Asia Barat (Ku et al., 2013). Oleh karena kemiripannya tersebut,

  

A.polysticta sering dijadikan tanaman hias sementara kandungan obatnya belum

diketahui.

  Suluh Normasiwi

  • – Keragaman Dan Potensi Ardisia....

  Ardisia sanguinolenta Blume

  Penyebaran dan distribusi tanaman A.sanguinolenta mulai dari India, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura dan Jawa. Tanaman ini sering disebut sebagai Lampeni Gede oleh masyarakat Sunda. Masyarakat Melayu menggunakan rebusan akar

  

A.sanguinolenta sebagai obat batuk, diare, dan pasca melahirkan. Dalam pengobatan

  tradisional Thailand pun memanfaatkan beberapa bagian tanaman A.sanguinolenta sebagai obat; akarnya untuk mengobati penyakit liver dan buah-buahan nya digunakan untuk mengobati diare dan demam.

  Ardisia solanaceae (Poir.) Roxb.

  Tanaman asli India, Pakistan, Srilangka, Asia Tenggara ini banyak ditanam sebagai tanaman hias. Di India, akar A.solanaceae digunakan sebagai obat demam, diare dan rematik, kulitnya untuk mengobati gegar otak dan memar. Disisi lain, buahnya berpotensi sebagai penghasil warna kuning. A.solanaceae juga mengandung antioksidan yang belum tereksplorasi secara maksimal.

  Ardisia villosa Roxb.

  Tanaman yang tersebar di Asia Tenggara ini, sering disebut Mata Pelanduk Gajah. A.villosa tumbuh pada hutan hujan dan hutan kering Dipterocarpaceae hingga ketinggian 1850 mdpl. Tanaman A.villosa dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional. Di Malaysia, daunnya digunakan mengobati edema, akarnya mengurangi sakit demam dan batuk. Di Tiongkok, tanaman ini digunakan untuk mengobati memar, reumatik, dan gangguan neuralgic (Wiart, 2006).

  Secara umum, tanaman Ardisia memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai tanaman obat. Mengingat kandungan obat yang terdapat pada tanaman Ardisia sangat tinggi. Di Indonesia, pemanfaatan jenis-jenis

  

Ardisia masih sedikit karena terbatasnya informasi dan pengetahuan masyarakat,

  bahkan beberapa masyarakat awam menjauhi jenis tanaman ini karena mengira jenis tanaman ini mengandung racun yang mengganggu metabolisme tubuh. Sejauh ini pemanfaatan Ardisia sebagai tanaman obat di Indonesia dan sebagian wilayah Asia diketahui secara tradisional ataupun turun temurun. Diperlukan penelitian dan pengujian kandungan fitokimia lebih lanjut untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada masing-masing bagian tanamannya, sehingga pemanfaatannya semakin besar.

  Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), p-ISSN: 2540-752x Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, e-ISSN: 2528-5726

27 Agustus 2016

  Disisi lain, beberapa jenis Ardisia juga berpotensi sebagai tanaman hias karena keindahan warna buahnya yang menarik. Tiga spesies Ardisia telah dikembangkan sejak abad ke-18 di Jepang sebagai tanaman hias melalui pemuliaan tanaman dan seleksi subsekuen terhadap daya tahan buah dan daun, yaitu Ardisia japonica Blume, Ardisia

  crispa A. DC, dan Ardisia crenata Sims (Kobayashi & Mejia, 2005).

  Kesimpulan

  Tercatat 11 jenis Ardisia koleksi Kebun Raya Cibodas yang telah diketahui potensinya sebagai tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia. Secara umum, hampir semua jenis Ardisia memiliki kandungan obat dan berfungsi sebagai obat dengan berbagai kegunaan. Disisi lain, beberapa jenis Ardisia daunnya dimanfaatkan sebagai sayuran dan buahnya dapat dimakan, serta digunakan sebagai tanaman hias karena buah berry nya yang menarik.

  Daftar Pustaka Abdul wahab, Ahdan R, Ahmad Aufa, Kong KW, Johar MH, Shariff Mohd, Ismail A.

  2015. Nutritional values and biactive component of under-utilized vegetables consumed by indigenous people in Malaysia. Jurnal of the Science Food and Agriculture. Vol 95 : 2704 -2711 Anonymous, 2011. Coral Berry. Weed of Australia. http://keyserver.lucidcentral.org/.

  Diakses tanggal 15 Februari 2016. Chen C. 1979. Myrsinaceae. Flora Reipublicae Popularis Sinicae Tomus 58. Beijing:

  Science Press, 1-147 Chen, C., Pipoly, J.J., 1996. Myrsinaceae. In: Wu, Z., Raven, P.H. (Eds.), Flora of China. Science Press, Beijing, and Missouri Botanical Garden Press, St.

  Louis, pp. 1 –38. Chiang, L.C., Cheng, H.Y., Liu, M.C., Chiang, W., Lin, C.C., 2003. In vitro anti-herpes simplex viruses and anti-adenoviruses activity of twelve traditionally used medicinal plants in Taiwan. Biological and Pharmaceutical Bulletin 11, 1600 –1604. John J.Pipoly III. 1996. New species of Ardisia (Myrsinaceae) From Equador and Peru.

  SIDA, contributions to botany. Vol 17 (2): 445 – 458. Kang, Y.H., Kim, W.H., Park, M.K., Han, B.H., 2001. Antimetastatic and antitumor effects of benzoquinonoid AC7-1 from Ardisia crispa. International Journal of Cancer 93, 736 –740.

  

  Suluh Normasiwi

  • – Keragaman Dan Potensi Ardisia....

  

  Ku C, Hu J-M, Kuo C-H. 2013. Complete Plastid Genome Sequence of the Basal

  Asterid Ardisia polysticta Miq. and Comparative Analyses of Asterid Plastid Genomes. PLoS ONE 8(4): e62548. doi: 10.1371/journal.pone.0062548

  Lemmens, R.H.M.J dan N. Bunyapraphatsara (Eds.). 2003. Medicinal and Poisonous Plant 3. Plant Resources of Southeast Asia 12 (3). Backhuy Publisher, Leiden.

  Lim, T.K 2012. Chapter 10: Ardisia elliptica. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants.Volume 4, Fruits. pp 72

  • – 76 Methin Phadungkit and Omboon Luanratana. 2006. Anti-salmonella activity of constituents of Ardisia elliptica Thunb. Natural product research: formerly natural product letters. Vol 20 (7) : 693-696

  

  Pascarella, Jhon B. 1997. Breeding system of ardisia sw (Myrsinaceae). Brittonia. Vol 9 (1) : 45

  • – 53 Riswan, S dan D. Andayaningsih. 2008. Keanekaragaman tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional masyarakat Sasak Lombok Barat. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 4 (2) : 96 – 103.

  Roslida, A.H dan Kim, K.H.2008. PHCOG MAG: Research article anti-inflammatory and anti-hyperalgesic effects of A.crispa Thunb.D.C. Pharmacognosy magazine. Vol 4 no 16

  

  

  Stone, Benjamin. C. 1989. New and Noteworthly Malesian Myrsinaceae , III. On the genus Ardisia in Borneo. Proceedings of the academy of natural science of Philadelphia. Vol 141 : 262-306

  Sundriyal, M & R.C Sundriyal. 2001. Wild edible plants of the sikkim Himalaya: Nutritive values of selected species. Economic Botany. 55 (3) : 377 -390. Verapong Podimuang, Stang mongkolsuk, kunithosi yoshihira, shinsaku natori. 1971.

  Constituents of the three Thai medicine plants : A.polycepala (myrsinaceae),

  Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,

  p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726

27 Agustus 2016

  Rhabdia lycioides (Boraginaceae), and Balanophora polyandra (Balanophoraceae). Chemical and Pharmaceutical Bulletin. Vol 19 (1) : 207 – 208.

  Wiart, C. 2006. Ethnopharmacology of Medical Plants : Asia and the Pasific. Humana Press. New Jersey. Yamada, Isamu. 1976. Forest ecological studies of the montane forest of Mt.Pangrango, West Java. South East Asian Studies. Vol 13 (4) : 513-534.