FINANCIAL CAPABILITY STUDY OF MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES OWNER WITH SUPERIOR PRODUCT IN MADIUN REGENCY HALAMAN JUDUL ARTIKEL ILMIAH
FINANCIAL CAPABILITY STUDY OF MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES OWNER WITH SUPERIOR PRODUCT
Oleh : AGNISA SAHRUL RIFFIANTO 2012210007 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2016
FINANCIAL CAPABILITY STUDY OF MICRO, SMALL AND MEDIUM
ENTERPRISES OWNER WITH SUPERIOR PRODUCT
IN MADIUN REGENCY
Agnisa Sahrul Riffianto
STIE Perbanas Surabaya [email protected]
Prof. Dr. Tatik Suryani, Psi., M.M.
STIE Perbanas Surabaya [email protected] Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
Financial Capability is become the main topic in this study. The firts aim of this study is to
analyze and measure financial capability of MSME (Micro, Small and Medium Enterprises)
owner with superior products. The subjects of this study are MSME owner in Madiun
Regency, East Java, Indonesia. Financial Capabilty measure by Funding Decision, Proft
Sharing, Investment Decision and Financial Performance. By using triangulation method, this
study found that Fincancial Capability of the MSME owner still on low level. MSME's funding
decision is limited and not supported by third party like Bank. MSME's profit sharing is good
for MSME's development. But their perception about business development is not right.
MSME's Investment decision perception about land investment is wrong.
Keywords: Financial Capability, Funding Decision, Profit Sharing, Investment Decision,
Financial Performance PENDAHULUANSistem perdagangan bebas semakin gencar Berbeda dengan kondisi perusahaan besar dilakukan oleh beberapa kawasan negara. yang memiliki banyak alternatif untuk Termasuk di kawasan Asia Tenggara, mencari pendanaan seperti saham dan
Asean Economic Community akan segera obligasi. Permasalahan inilah yang
diberlakukan pada akhir tahu 2015 nanti. membuat UMKM semakin sulit Produk dari luar negeri bisa saja berkembang. Dan apabila permasalahan membanjiri pasar di dalam negeri, begitu yang ada tidak dicarikan solusi juga dengan produk dalam negeri bisa penyeleseiannya, maka pembangunan juga membanjiri pasar luar negeri. Semua ekonomi secara nasional akan terhambat. tergantung kepada kualitas produk dari Banyak penelitian yang menyatakan masing-masing negara. bahwa UMKM memiliki peranan yang
Banyaknya tantangan yang ada penting. Studi yang dilakukan di Malaysia memberikan hambatan dalam menunjukkan UMKM mampu menyerap pengembangan UMKM. Sisi finansial 38,9 persen tenaga kerja (Saleh & UMKM adalah pondasi sebuah Ndubisi, 2006). Narteh (2013) perusahaan dalam menjalankan kegiatan menyatakan bahwa UMKM sebagai mesin usahanya. Untuk mengembangkan skala pertumbuhan dan tulang punggung usaha yang lebih besar menjadi sebuah ekonomi tidak hanya bagi sebuah negara, peluang yang sulit untuk diwujudkan. tetapi dunia. Di Indonesia data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang diciptakan UMKM pada tahun 2010 mencapai nilai Rp 3.466,4 triliun (57,12 persen dari PDB). Jumlah unit usaha pada tahun 2010 mencapai 53,8 juta, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini tercatat 100.241 juta pekerja. Data Departemen Koperasi pada tahun 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan PDB- UMKM ternyata lebih besar daripada total PDB yang disumbangkan usaha besar.
Perkembangan bisnis yang saat ini sudah sangat berkembang pesat tidak diikuti dengan perkembangan UMKM khususnya di dalam negeri. Banyak peluang yang muncul namun tidak menjadi media untuk pengembangan UMKM. Hal ini terjadi karena banyak permasalahan yang dihadapi oleh UMKM. Studi yang dilakukan Wijono (2005) mengungkapkan permasalahan mendasar yang dihadapi UMKM adalah pertama, masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkannya; kedua¸ masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha; serta ketiga, keterbatasan akses terhadap sumber- sumber pembiayaan dari lembaga- lembaga keuangan formal khususnya dari perbankan. Permasalahan yang muncul tidak jauh disebabkan karena kurangnya kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki UMKM.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang sekarang mulai berkembang di Indonesia dan tumbuh pesat jumlahnya semenjak krisis ekonomi tahun 1997-an. Dimana banyak terjadi PHK oleh industri- industri menengah dan besar akibat krisis yang berkepanjangan. Banyak orang yang di PHK akhirnya mengembangkan usaha secara mandiri baik membuka usaha penjualan, pengolahan maupun jasa. UMKM menjadi pembahasan berbagai pihak bahkan UMKM ini dianggap penyelamat perekonomian Indonesia di masa krisis pada periode 1992-2000 (Manurung, 2007). UMKM ini mempunyai ciri khas yaitu modal yang kecil, resiko yang sedikit tinggi tetapi penerimaan juga tinggi, dan membawa kewirausahaan bagi pemiliknya. Konsep UMKM sangat berbeda dari satu negara dengan negara lain. UMKM di Indonesia telah mendapat perhatian dan dibina pemerintah dengan membuat portofolio kementerian yaitu Menteri Koperasi dan UMKM. Dengan adanya kementerian yang menangani khusus bidang UMKM, diharapkan UMKM di Indonesia berkembang dan diminati oleh sebagian besar angkatan kerja Indonesia.
PDB tahun 2010 UMKM berkontribusi sebesar 57,12%. Jawa Timur memiliki UMKM yang mencapai 34 juta dan menyumbang
54 persen dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur. Melihat besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB dan PDRB, maka pengembangan UMKM ini harus lebih diperhatikan. Dengan kondisi UMKM yang saat ini banyak memiliki kekurangan namun mampu memberikan kontribusi yang besar bagi PDB maupun PDRB, bisa jadi proporsi kontribusi dari UMKM akan bertambah.
UMKM dari Karesidenan Madiun adalah UMKM yang memproduksi jenang dari Ponorogo, batu akik dari Pacitan dan kulit dari Magetan. UMKM dari masing- masing kabupaten tersebut adalah produk unggulan dari masing-masing kabupaten. Masing-masing produk unggulan memiliki keunggulan tersendiri daripada produk dari kabupaten lainnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan di sub bab latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah pemilik UMKM produk unggulan di Karesidenan Madiun memiliki kapabilitas keuangan yang baik ditinjau dari kemampuan dalam melakukan keputusan pendanaan, pembagian laba, investasi dan kinerja keuangan?
Berdasarkan perumusan masalah penelitian, maka peneliti memiliki tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan mengkaji kapabilitas keuangan pemilik UMKM produk unggulan di Karesidenan Madiun yang ditinjau dari kemampuan dalam melakukan keputusan pendanaan, pembagian laba, keputusan investasi dan kinerja keuangan.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang kapabilitas keuangan UMKM yang berada di Karesidenan Madiun. Hasilnya diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi pelaku UMKM untuk memperkuat modal UMKM sehingga mampu bersaing dengan usaha yang skalanya lebih besar. Ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah berjalan kelak, masyarakat khususnya pemilik UMKM produk unggulan masing- masing daerah tidak mendapatkan kesulitan permasalah keuangan di UMKM yang dijalankan.
KERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN PROPOSISI Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UMKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak terdan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Tabel 1 Jenis UMKM No. Uraian Omzet
1. Usaha Mikro Maksimal Rp.
300.000.000
2. Usaha Kecil Rp. 300.000.000 s.d. Rp.
2.500.000.000 3. Usaha Menengah
Rp. 2.500.000.000 s.d. 50.000.000.000
Sumber: Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Terdapat dua pembagian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Pertama adalah usaha kecil dan kedua adalah usaha menengah. Usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang. Sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
Pendanaan
Kebijakan pendanaan adalah merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap struktur modal dan faktor leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun leverage keuangan. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa leverage keuangan merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki biaya tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada biaya tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi para pemegang saham. Jika perusahaan menetapkan kebijakan untuk menggunakan sumber dana dari utang, berarti leverage keuangan perusahaan meningkat, dan perusahaan akan menanggung biaya tetap berupa bunga (Riyanto, 1995).
Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan oleh manajemen keuangan. Untuk mendanai kebutuhan keuangan jangka pendek, maka manajemen keuangan dapat menggunakan sumber dana dari perbankan, sedang kebutuhan dana dalam jangka panjang dan jumlah yang besar dapat diperoleh dari pasar modal karena di pasar modal banyak investor (sumber dana), bahkan tidak terbatas.
Pemenuhan kebutuhan dana dapat berasal dari sumber intern maupun ekstern perusahaan. Sumber dana intern berasal dari keuntungan yang tidak dibagi atau keuntungan yang ditahan dalam perusahaan (retained earning). Sumber dana ekstern, yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi dan kredit dari bank, dikenal juga dengan sebutan pembelanjaan ekstern atau pendanaan ekstern (external financing). Pengertian struktur modal menurut Martono & Harjito (2008) menyatakan bahwa “Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri”.
Pembagian laba
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992). Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003).
Pembagian laba mengalokasikan mengenai penggunanaan laba. Laba bisa digunakan untuk kepentingan pribadi pemilik UKM, laba bisa digunakan untuk meningkatkan sarana dan infrastruktur UKM dan juga bisa dialihkan ke dalam aset lain. Setiap pengalokasian memiliki tujuan dan maksud tersendiri. Pemilik UKM bisa menggunakannya untuk kepentingan pribadi apabila memang dibutuhkan dan tidak merugikan UKM. Apabila pemilik UKM menginginkan laba tersebut berkembang atau dana dari laba itu bertambah, pemilik UKM bisa mengalokasikan untuk diinvestasikan ke dalam aset lain.
Keputusan investasi
Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan investasi sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun. Menurut Sutrisno (2007) perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal yaitu dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama untuk memperoleh dana tersebut. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan terjadinya over atau under
investment , yang akhirnya akan
merugikan perusahaan. Keputusan investasi jangka berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.
Di dalam pengambilan keputusan investasi ada alasan di dalamnya mengapa investor mengambil keputusan tersebut. Ahmad (2004) mengemukakan tiga motif atau alasan mengapa seorang investor melakukan investasi. Pertama, bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang. Kedua, mengurangi tekanan inflasi. Dan ketiga, dorongan untuk menghemat pajak.
Kinerja keuangan
Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut (Sukhemi, 2007). Kinerja keuangan mampu mencerminkan dua aspek sekaligus, yaitu prestasi dan kesehatan.
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas (Jumingan, 2006).
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012).
Berikut kerangka pemikiran penelitian ini:
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Proposisi penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori, maka proposisi dari penelitian ini adalah dalam menjalankan kegiatan operasional bisnis UMKM, pemilik UMKM memiliki pengetahuan kapabilitas keuangan yang ditinjau dari UMKM menerapkan alokasi keputusan pendanaan dalam kegiatan operasional bisnis. UMKM menerapkan alokasi keputusan pembagian laba dalam kegiatan operasional bisnis. UMKM menerapkan alokasi keputusan investasi dalam kegiatan operasional bisnis. Kinerja keuangan UMKM mengalami peningkatan di dalam kegiatan operasional bisnis.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapabilitas keuangan yang dimiliki oleh pemilik UMKM produk unggulan di daerah Karesidenan Madiun. Penelitian ini akan mengukur tingkat pengetahuan keuangan pemilik UMKM dalam menjalankan kegiatan operasional usahanya. Untuk mengukur tingkat kapabilitas keuangan terdapat tiga komponen yang diukur yaitu keputusan pendanaan, keputusan pembagian laba dan keputusan investasi. Selain itu penelitian akan meneliti pertumbuhan keuntungan dan penjualan. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya kontribusi kapabilitas keuangan pemilik UMKM terhadap pertumbuhan keuntungan dan penjualan.
Kebanyakan penelitian menggunakan grounded theory (teori dasar). Pendekatan yang dipilih di dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dipilih karena pendekatan kualitatif memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi (Neuman, 2011). Keputu san Pendan aan Keputu san
Pembag ian Laba
Keputu san Investas i
Kinerja Keuang an
Kapa bilita s Keua ngan Prakti k Mana jeme n
Keua ngan Data penelitian kualitatif meliputi dokumentasi peristiwa nyata, merekam apa yang orang katakan (dengan kata, sikap dan mada), mengamati perilaku tertentu, mempelajari dokumen tertulis atau memeriksa gambar visual (Neuman, 2011).
Batasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dibatasi pada kapabilitas keuangan pemilik UMKM produk unggulan di Karesidenan Madiun. Selain dari konteks wilayah, penelitian juga dibatasi pada kapabilitas keuangan yang meliputi keputusan pendanaan, pembagian laba, investasi dan kinerja keuangan yang pada akhirnya menyimpulkan kapabilitas keuangan pemilik UMKM produk unggulan.
Unit Analisis
Di dalam sebuah penelitian kualitatif kejelasan dari sebuah unit analisis penting dalam penelitian. Di dalam penelitian ini, unit yang diteliti adalah pemilik UMKM produk unggulan daerah di Karesidenan Madiun. Sesuai dengan tujuan penelitian, analisis akan difokuskan pada tingkat kapabilitas keuangan pemilik UKMK dalam menjalankan kegiatan operasional bisnisnya. Kapabilitas keuangan dapat diukur dengan mengkaji pendanaan, keputusan investasi dan pembagian laba masing-masing UMKM.
Informan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari informan kunci. Data primer diperoleh dari informan kunci yang pemilihannya didasarkan pada beberapa kriteria: a. Pemilik utama atau memiliki jabatan organisasi tertinggi di dalam struktur UMKM. Kriteria ini dimaksudkan agar data yang diperoleh sesuai dengan batasan penelitian dan judul penelitian yang sudah ditentukan.
UMKM yang dimiliki oleh informan harus UMKM produk unggulan daerah.
Kriteria ini dimaksudkan agar tidak asal mengambil UMKM yang ada. UMKM ada banyak jenis dan ragamnya di masing- masing daerah namun semuanya bukan merupakan produk unggulan daerah.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian di dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun dalam beberapa pertanyaan yang terdapat beberapa pilihan jawaban. Adanya pilihan jawaban tersebut bukan berarti informan tidak bisa memberikan jawaban seluas- luasnya, ada opsi untuk menjawab lainnya agar informasi yang digali lebih banyak sesuai dengan pengalaman, persepsi dan pendapatnya. Kuesioner ini sebagai alat bantu dalam melakukan wawancara dengan informan. Pertanyaan yang disusun dibentuk atas dasar kisi-kisi yang telah dibuat.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian kualitatif penting untuk merujuk pada data yang autentik (Neuman, 2011). Data yang autentik adalah data yang benar, data yang jujur serta berimbang dari sudut pandang pihak- pihak yang mengetahui fenomena yang dikaji.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu menggunakan beberapa metode sekaligus dalam suatu penelitian yang dilakukan secara linier atau silang untuk menguji apakah data yang diperoleh dalam penelitian adalah sah dan benar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan inventaris data, Yaitu mengumpulkan data dari hasil wawancara. Disusun secara rapi agar mempermudah peneliti. Inventaris data harus dituangkan ke dalam bagian-bagian tertentu antar responden sehingga dapat dibandingkan. Menyeleksi data yang sesuai. Memisahkan antara data yang berguna dan yang tidak sesuai dengan tujuan peneliti. Hal ini sangat berguna untuk menghindari pembahasan yang tidak sesuai dengan tujuan awal. Mengklasifikasikan data. Data yang telah diinventarisasi dan diseleksi akan dikelompokkan sehingga akan terlihat jenis dan hubungannya berdasarkana panduan wawancara yang telah dibuat. Menyusun data dengan menempatkan data tersebut pada posisi pokok bahasa sistematis. Bagian ini harus sesuai dengan alur analisis yang telah penulis susun berapa data yang dibutuhkan. Triangulasi sumber data. Cara ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan kuesioner atau dengan dokumen lainnya yang saling berkaitan.
Validitas dan reliabilitas data menurut Neuman (2011) dapat dilakukan dengan beberapa triangulasi, diantaranya adalah triangulasi pengukuran, triangulasi peneliti, triangulasi teori dan triangulasi metode. Di dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Yaitu dengan berbagai macam metode pengumpulan data akan ditarik kesimpulan.
Untuk meningkatkan reliabilitas, pengumpulan data kualitatif akan didukung dengan pendokumentasian yang lengkap secara audio maupun visual.
Audio atau suara melalui media rekaman. Visual atau gambar melalui foto. Dan juga
menggunakan Focus Group Discussion, yaitu pembahasan bersama dengan dosen mengenai data yang telah dikumpulkan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh langsung dari informan dari masing- masing UMKM. Informas adalah pemilik UMKM produk unggulan daerah.
Data penelitian diperoleh dengan metode pengumpulan data: a. Wawancara. Memiliki peran yang sangat penting di dalam penelitian ini. Kedalaman dan keakuratan data dapat diperoleh dengan metode ini. Wawancara dilakukan dengan metode semi terstruktur. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian untuk menggali informasi sedalam-dalamnya kepada informan.
Dengan metode semi terstruktur peneliti bisa mengembangkan pertanyaannya untuk meningkatkan kualitas data yang diperoleh.
b. Dokumentasi. Memiliki peran untuk membantu proses wawancara dalam bentuk media rekaman. Dengan adanya rekaman akan memperkuat data yang dihimpun. Selain itu, apabila ada informasi yang belum terhimpun ketika wawancara dilaksanakan, rekaman dapat diputar ulang untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
c. Kuesioner. Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan yang mengkaji kapabilitas keuangan. Fungsi dari kuesioner adalah mempermudah proses wawancara dengan informan.
Teknik Analisis Data
Data kualitatif menghasilkan data dalam jumlah yang besar, maka langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis data adalah pengkodean dan pengelompokkan (Sekaran & Bougie, 2010). Melalui pengkodean, data kualitatif dapat dikurangi, diatur dan diintegrasikan ke dalam bentuk teori. Tujuan utama pengkodean adalah untuk menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
Tahapan berikutnya dilakukan proses kategorisasi di mana unit kode diatur dan diklasifikasi ke dalam kategori- kategori tertentu (Sekaran & Bougie, 2010). Pemberian kode dan penyusunan kategori dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya dan landasan teori yang telah ada sebelumnya. Dengan kategorisasi data, pola dan hubungan antar data penelitian dapat terlihat. Untuk mempermudah, data akan ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, grafik, gambar atau terutama dalam bentuk matriks (Sekaran & Bougie, 2010).
Tahapan berikutnya adalah proses interpretasi yang akan dilakukan mengikuti pola teori yang disusun berdasarkan kajian sebelumnya yang disusun dalam proposisi penelitian. Dalam hal ini akan dilakukan triangulasi mode dan teori sebagaimana yang telah diuraikan. Langkah akhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan aktivitas untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya penarikan kesimpulan kebenaran dari proposisi yang telah ditetapkan dapat diketahui.
Di dalam penyusunan kuesioner, penulis melakukan diskusi tentang kesesuaian isi pertanyaan dengan kondisi empirik dan teori bersama expert. Kuesioner yang terakhir dipakai di dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sudah melalui proses perbaikan. Perbaikan kuesioner dilakukan dengan focus group discussion dengan tenaga ahli.
Asumsi yang digunakan dan strategi teknik analisis merupakan hal yang penting untuk menganalisis data penelitian di dalam penelitian kualitatif. Berikut akan diuraikan strategi umum dan asumsi yang digunakan serta strategi teknik analisis.
Strategi Umum dan Asumsi yang Digunakan
Sebelum diuraikan tentang asumsi yang digunakan, akan diuraikan strategi umum yang digunakan untuk menganalisis data. Merujuk kepada Yin (2009) dalam case
study , terdapat dua strategi umum untuk
menganalisis data, mendasarkan pada proposisi teoritis. alam strategi ini analisis dilakukan mengikuti proposisi yang dirumuskan dalam case study. Oleh karena itu analisis data dapat dilakukan dengan mendasarkan pada tujuan penelitian.
Asumsi yang digunakan adalah data yang dianalisis dan dibahas pada penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner dan dilengkapi dengan dokumentasi. Penelitian ini membahas tentang kapabilitas keuangan pemilik UMKM produk unggulan di Karesidenan Madiun, jadi tidak membahas UMKM produk unggulan di Karesidenan Madiun, tetapi analisis lebih difokuskan pada tingkat kapabilitas keuangan pemilik UMKM produk unggulan di Karesidenan Madiun. Diantara empat strategi teknik analisis data yang dapat digunakan dalam case
study , maka strategi yang digunakan
adalah strategi penjodohan pola (pattern-
matching). Analisis ini menurut Yin
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
(2009) adalah membandingkan pola yang didasarkan atas empirik dengan pola yang diprediksikan. Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan. Analisis pattern -matching dalam penelitian ini adalah membandingkan prediksi awal atau asumsi yang akan terjadi dengan fakta sebenarnya di lapangan. Selain itu, penjodohan pola dilakukan dengan membandingkan antara fakta di lapangan dan hasil penelitian- penelitian sebelumnya.
Keputusan Pendanaan
Hasil Kuesioner juga menunjukkan jawaban terbanyak yang dipilih oleh informan adalah uang sendiri sebanyak 49 persen. Masih belum menunjukkan pemanfaatan sumber pendanaan dari pihak lembaga keuangan. Penggunaan modal bersama sama halnya dengan uang pribadi, perbedaannya terdapat pada dana dari masing-masing pribadi dikumpulkan menjadi satu untuk mengembangkan usaha.
Hasil analisa dari keputusan pendanaan ini mendukung penelitian Rahman (2015) yang meneliti akses UMKM terhadap produk perbankan. Penelitian dilakukan di Bangladesh dimana Bangladesh adalah negara berkembang yang kondisinya sama seperti Indonesia. Banyak hambatan yang membuat UMKM kesulitan memanfaatkan lembaga keuangan. Begitu juga kondisi UMKM yang ada di Karesidenan Madiun. Dilihat dari keputusan pendanaan yang dilakukan oleh UMKM di dalam kegiatan operasional bisnis, UMKM belum menerapkan alokasi keputusan pendanaan yang tepat.
Pembagian Laba
Hasil kuesioner berdasarkan pilihan jawaban terbanyak oleh informan adalah pengembangan usaha sebesar 60 persen. Berkaitan dengan penjelasan pada keputusan pendanaan yaitu UMKM yang masih menggunakan sumber pendanaan dari uang sendiri karena tidak melakukan pinjaman.
Hasil analisa dari keputusan pembagian laba ini mendukung penelitian dari Sriyana (2010) yang melakukan penelitian di Bantul, Yogyakarta. Di dalam penelitian tersebut UMKM yang berada di daerah Bantul, Yogyakarta menggunakan sebagian labanya untuk pengembangan usaha. Hal ini terjadi karena akses UMKM ke produk perbankan masih susah. Program dari pemerintah untuk pengembangan UMKM belum maksimal dilaksanakan.
Pembagian laba yang dilakukan oleh UMKM baik apabila dialokasikan ke dalam pengembangan usaha mengingat sumber pendanaan UMKM banyak yang menggunakan sumber pendanaan pribadi.
Namun persepsi mengenai pengembangan usaha yang perlu diketahui oleh UMKM harus lebih luas. Kurangnya informasi mengenai pengembangan usaha yang benar memberikan hambatan di dalam pengembangan UMKM itu sendiri. Dilihat dari keputusan pembagian laba UMKM sudah tepat dalam mengambil keputusan, namun persepsi mengenai pengembangan usaha itu sendiri harus diperluas.
Keputusan Investasi
Hasil kuesioner menunjukkan produk keuangan memiliki jumlah terbanyak di dalam keputusan investasi yang dilakukan oleh pemilik UMKM. Produk keuangan yang dipilih adalah tabungan. Untuk produk keuangan lain seperti reksana dan deposito tidak pernah dipilih oleh pemilik UMKM untuk mengalokasi keputusan investasinya. Manurut Fahmi (2015) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tabungan dan deposito merupakan jenis investasi yang tidak dapat diperjualbelikan.
Hasil analisa keputusan investasi menunjukkan hasil yang mendukung penelitian dari Karadag (2015) yang dilakukan di Turkey. Di dalam penelitian tersebut karena kurangnya kemampuan manajerial UMKM dalam mengelola keuangan UMKM membuat banyak dana yang banyak menjadi menganggur. UMKM lebih memilih tabungan daripada melakukan investasi di produk bank lainnya. Banyaknya dana yang menganggur membuat UMKM tidak bisa mendapatkan pendapatan lain dari luar kegiatan operasional bisnis.
Dilihat dari pembahasan mengenai keputusan investasi UMKM memberikan kesimpulan bahwa UMKM tidak memiliki penghasilan lain selain dari kegiatan operasional bisnis. UMKM menggunakan tabungan dengan motif keamanan. UMKM lebih memilih investasi jangka panjang seperti tanah yang sifatnya tidak likuid. UMKM belum menerapkan keputusan investasi yang baik di dalam kegiatan operasional bisnis.
Kinerja Keuangan
Hasil kuesioner menunjukkan kondisi kinerja keuangan yang positif dari sebuah UMKM. Pertumbuhan penjualan sejalan dengan pertumbuhan keuntungan. Melihat kondisi saat ini banyaknya hambatan seperti naiknya bahan baku, naiknya harga BBM (Bahan bakar Minyak) dan turunnya nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun. Kondisi positif ini menjadi modal UMKM untuk eksisi di pasaran walaupun pasar yang dikuasai hanya pasar lokal. Setidaknya UMKM bisa melakukan kegiatan di pasar. Hasil analisa kinerja keuangan memiliki hasil yang sama dengan penelitian Janani (2010) yang melakukan penelitian terhadap pengusaha jenang ketan di daerah Ponorogo. Di dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa risiko bahan baku untuk usaha jenis jenang tidak susah. Banyak daerah yang memiliki stok bahan baku untuk produk jenis jenang.
Hasil pembahasan kinerja keuangan memberikan kesimpulan bahwa kinerja keuangan UMKM produk unggulan sudah baik karena didukung oleh mudahnya bahan baku yang dibutuhkan. Walaupun tidak ada laporan keuangan yang rutin, UMKM masih bisa menjalankan kegiatan usahanya. Kinerja keuangan UMKM memberikan hasil yang positif untuk ke depannya.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan triangulasi dari data kuesioner, wawancara dan teori yang sesuai, maka dapat ditarik kesimpulan berikut UMKM belum menerapkan alokasi keputusan pendanaan yang baik di dalam kegiatan operasional bisnis. Kurangnya informasi mengenai produk-produk keuangan dari lembaga keuangan bank maupun non-bank manjadi hambatan UMKM untuk melakukan pinjaman. UMKM tidak bisa memenuhi persyaratan kredit seperti laporan keuangan atau aset yang dijaminkan. Program pemerintah melalui Bank
Indonesia ataupun melalui lembaga lainnya tidak dimaksimalkan. Apabila dibandingkan dengan perusahaan besar dimana perusahaan besar mencari sumber pendanaan sebanyak mungkin untuk pengembangan usaha seperti menjual saham ataupun menerbitkan obligasi, hal ini berbanding terbalik dengan kondisi keputusan pendanaan UMKM.
UMKM belum menerapkan alokasi keputusan pembagian laba yang baik di dalam kegiatan operasional bisnis karena UMKM mengalokasikan labanya untuk pengembangan usaha dengan persepsi yang kurang benar. Perusahaan besar melakukan perluasan pasar untuk memperbesar perusahaannya. Persepsi UMKM untuk sebuah pengembangan usaha hanyalah pada pengembangan alat produksi, desain toko dan penambahan jenis produk. Pasar yang dituju hanyalah sebatas pasar lokal daerah. Tidak menutup kemungkinan produk unggulandaerah bisa dijual di daerah luar daerah tersebut misalkan seperti jenang dari Kota Kudus yang produknya bisa didapatkan di beberapa kota selain kota Kudus.
UMKM belum menerapkan alokasi keputusan investasi yang tepat dalam kegiatan operasional bisnis. Motif menggunakan tabungan di bank bukan karena keinginan untuk menambah pendapat di luar kegiatan usaha, melainkan untuk keamanan penyimpanan dana. Pemahaman antara jenis investasi yang likuid dan tidak belum dikuasai oleh pemilik
UMKM. Pemilik UMKM menganggap investasi tanah adalah sesuatu yang sangat menguntungkan, tanpa menyadari bahwa tanah bukan jenis investasi yang likuid. Produk bank seperti deposito tidak pernah dimanfaatkan oleh pemilik UMKM.
Kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh UMKM menunjukkan hasil yang positif di dalam kegiatan operasional bisnis. Penjualan dan keuntungan dari UMKM mengalami kenaikan. Hal ini juga didukung mudahnya akses bahan baku untuk memproduksi. Produk dari UMKM sendiri. Dengan keterbaatasan UMKM,
UMKM mampu meningkatkan penjualan dan keuntungannya.
Ditinjau dari keputusan pendanaan, pembagian laba, keputusan investasi dan kinerja keuangan memberikan hasil bahwa kapabilitas keuangan pemilik UMKM produk unggulan daerah di Karesidenan Madiun belum memiliki kapabilitas keuangan yang baik.
Keterbatasan Walaupun penelitian ini sudah dirancang berdasarkan metode penelitian ilmiah yang benar, masih terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Kekurangan tersebut adalah diperlukan strategi untuk menjelaskan istilah manajemen keuangan kepada pemilk UMKM yang mudah agar pemilik UMKM bisa memahami bahasa manajemen keuangan.
Diperlukan strategi untuk menjelaskan istilah manajemen keuangan kepada pemilk UMKM yang mudah agar pemilik UMKM bisa memahami bahasa manajemen keuangan.
Kondisi UMKM banyak yang masih termasuk ke dalam kelompok usaha mikro. Di daerah karesidenan Madiun masih sulit menemui UMKM yang termasuk ke dalam kelompok usaha kecil atau menengah.
Perlu dilakukan wawancara lebih dari 1 (satu) kali agar informasi yang didapatkan lebih mendalam.
Terbatasnya triangulasi karena tidak ada pembanding sumber informasi dari informan dengan lingkungan sekitarnya.
Belum dilakukannya mapping (pengelompokan) antar jenis UMKM yang terdiri dari usaha mikro, kecil atau menengah.
Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dikembangkan untuk arah penelitian yang akan datang. Sarannya adalah sebagai berikut: Bagi pemilik UMKM Pembuatan catatan laporan keuangan menjadi hal yang penting di dalam sebuah perusahaan. Pengontrolan dan penganalisaan terhadap kebutuhan di masa yang akan mendatang dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat. Lembaga keuangan adalah mitra UMKM untuk berkembang. Lembaga keuangan bisa menjadi sumber pendanaan dengan fasilitas kredit yang diberikan. Lembaga keuangan bisa menjadi fasilitas investasi dengan produk-produk investasi yang diberikan. Arah pengembangan usaha harus jelas dengan memperhatikan bagaimana produk dari UMKM tersebut bisa masuk ke pasar di luar pasar lokal. Era MEA adalah tantangan yang besar bagi para pemilik UMKM khususnya UMKM yang memproduksi produk unggulan daerah masing-masing. Tanpa pengelolaan kapabilitas keuangan yang baik, tidak menutup kemungkinan peluang bersaing di pasar akan semakin susah mengingat UMKM adalah tulang punggung PDB Indonesia. Bagi Pemerintah Pembinaan bagi UMKM di masing- masing daerah dimulai dengan kegiatan pengarahan sampai dengan kebijkan- kebijakan yang membawa dampak positif kepada UMKM. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian di kota atau kabupaten lain akan memberikan kontribusi yang bagus untuk menilai kondisi UMKM di Indonesia. Dengan adanya penelitian yang menunjukkan UMKM Indonesia masih memiliki keterbatasan yang banyak untuk bersaing diharapkan muncul kebijakan pemerintah yang membantu UMKM dalam berkembang. Metode wawancara lebih diperdalam dengan menanyakan berbagai pertanyaan yang lebih kompleks dengan waktu yang lebih lama dan metode yang membuat informan dapat dengan mudah memahami bahasa manajemen keuangan.
DAFTAR RUJUKAN Baridwan, Z. 1992. Akuntansi Keuangan.
Yogyakarta: Erlangga. Fahmi, I. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Bandung: Alfabeta. Harnanto. 2003. Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: BPFE. Jumingan. 2006. Analisa Laporan
Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Manurung, A. H. 2007. Bisnis UKM.
Jakarta: Kompas. Neuman, L. 2011. Social Research
Methods. Boston: Pearson Education.
Riyanto,
B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
Saleh, A. S., & Ndubisi, N. O. 2006. An Evaluation of SME Development in Malaysia. International Review of Business Research Papers , 2, 1-14.
Sekaran, U., & Bougie, R. 2010. Research
Method for Business: A Skill Building Approach. New York: John
Wiley. Sukhemi. 2007. Evaluasi Kinerja Keuangan pada PT. Telkom Tbk.
AKMENKA UPY , 1.