Buku Guru PPKn SMALB Tunanetra

  Buku Guru PPKn TUNANETRA KELAS X

  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

  KURIKULUM 2013

SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

  Buku Guru PPKn SMALB Tunanetra

  Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

  Kontributor : Asep Ahmad Sopandi Penyunting materi : (tim pengarah) Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

  Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMALB Tunanetra : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. x, 322 hl. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X

  ISBN 978-602-282-653-8 (jilid lengkap)

  ISBN 978-602-282-654-5 (jilid 1) PPKn – Studi dan Pengajaran

  I. Judul I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  Cetakan ke-1, 2014 Disusun dengan huruf Bookman Oldstyle , 12pt

KATA PENGANTAR

  Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013.

Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan

pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Khusus struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB diantaranya terdiri atas. muatan umum; dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.

  Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas

mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat

esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013.

  Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit. PPKLK) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan

  

pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenis

bahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang

terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27

bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan,

Matematika, dan Seni Budaya.

  Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang

berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada

semua Penulis, Editor, dan Ilustrator serta team profesional dari

Dit. PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud dibawah

koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi

Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah

mengkoordinir penulis, penelaah/ editor, illustrator, dan tim

tehnis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaran Dit. PPKLK

sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB

untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan

menerapkan prinsip – prinsip pembelajaran dalam mengelola

kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan

dapat menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik

pada setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan

SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta

memiliki sikap ilmiah.

  Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH

  

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................. iv

Daftar Isi ........................................................................ vi

  Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang................................................... 1 B. Ruang Lingkup .................................................. 3 C. Pengembangan Materi ....................................... 3 D. Karakteristik Peserta Didik Tunanetra ...............10 E. Karakteristik Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ........................13 F. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter ......... 17 Bab II Model-Model Pembelajaran A. Model Pembelajaran Langsung ........................ 21 B. Model Pembelajaran Kooperatif ....................... 24 C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........... 27 D. Strategi Pembelajaran Kontekstual Masalah Dalam Pembelajaran ....................................... 30 Bab III Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar A. Petunjuk Umum ............................................. 35 B. Strategi Umum Pembelajaran Mengacu pada Buku Siswa .................................................... 38 C. Penggunaan Media dan Sarana Pembelajaran 43 D. Format Model Penilaian Pembelajaran ........... 44

  

Bagian Khusus ……………………………….……………….... 44

  Bab I Perlindungan dan Pemajuan HAM di Indonesia A. Pendahuluan .............................................................. 48 B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 51 C. Pengayaan Materi Bab I .............................................. 82 D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 83 E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 87 Bab II UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 A. Pendahuluan .............................................................. 90 B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 93 C. Pengayaan Materi Bab II ............................................. 112 D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 113 E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 117

Ujian Tengah Semester …………………………………...….. 119

Bab III Kedaulatan Negara dan Pemilihan Umum A. Pendahuluan .............................................................. 124 B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 127 C. Pengayaan Materi Bab III ............................................ 146 D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 146 E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 151

  Bab IV Hubungan Struktural dan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah A. Pendahuluan .............................................................. 154 B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 157 C. Pengayaan Materi Bab IV ............................................ 187 D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 187 E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 191

Ujian Semester I …………………………………..………..….. 198

Bab V Sistem Hukum dan Peradilan Nasional A. Pendahuluan .............................................................. 198 B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 201 C. Pengayaan Materi Bab V ............................................. 221 D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 221 E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 226 Bab VI Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika A. Pendahuluan .............................................................. 228 B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 231 C. Pengayaan Materi Bab VI ............................................ 255 D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 256 E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 261 Bab VII Kesadaran Berbangsa dan Bernegara dalam Kerangka Negara Kesatuan RI A. Pendahuluan .............................................................. 264

  B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran .............................. 267

  C. Pengayaan Materi Bab VII ........................................... 285

  D. Penilaian Pembelajaran ............................................... 286

  E. Interaksi Guru dan Orang Tua .................................... 290

  Ujian Semester II ……………………..…………..………..….. 291 Lampiran-Lampiran.

  Lampiran 1. . Contoh Lembar Format Observasi ............... 296 Lampiran 2. Contoh Format Penilaian Individu ............... 298 Lampiran 3. . Contoh Format Penilaian Proses .................. 305 Lampiran 4. Contoh Lembar Penilaian Dokumen Laporan.. .................................................... 308 Lampiran 5. . Contoh Lembar Pengamatan Presentasi ....... 311 Lampiran 6. Contoh Format Penilaian Akhir ................... 318

  Glosarium ....................................................................... 315 Daftar Pustaka ............................................................... 318

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia

  menegaskan bahwa “setiap orang berhak mendapatkan kesempatan pendidikan sesuai dengan kemampuan dirinya”. Konsep dasar hak asasi manusia ini menekankan pentingnya pendidikan bagi semua (Educatian for All). Untuk itu Pemerintah Indonesia meyakini dan memandang bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang harus diberikan kepada setiap warganya dalam rangka memberikan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki warga negaranya, sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa, “Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

  Berdasarkan hal tersebut, pemerintah wajib memfasilitasi terpenuhinya hak memperoleh pendidikan bagi setiap warga Negaranya melalui wajib belajar bagi setiap warga serta bertanggung jawab atas penyelenggaraannya. Artinya, setiap warga Negara memperoleh kesempatan pendidikan tanpa perlakuan diskriminatif dari segi apapun, baik fisik, mental, emosional, sosial, maupun dari segi ras, suku, agama, golongan, atau karakteristik lainnya.

  Rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi. Kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan dirumuskan diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindakan yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai kemampuan siswa. Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis, atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, dan berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery

  learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas

  (project based learning) yang mencakup proses-proses mengamati, menanya, mencari informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.

  Buku guru untuk siswa Tunanetra ini disusun berdasarkan konsep Buku Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X SMALB-A. Di dalamnya memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku ini mengarahkan apa yang harus dilakukan siswa bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompeten tertentu; bukan buku yang materinya dibaca, diisi, lalu kemudian dihafal.

B. Ruang Lingkup

  Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk kelas X SMALB-A membahas tujuh lingkup materi yang dijabarkan sebagai berikut:

  1. Usaha-usaha perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia beserta penanganannya.

  2. Semangat berkonstitusi dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  3. Semangat demokrasi melalui pelaksanaan Pemilihan Umum untuk menjunjung tinggi kedaulatan rakyat Indonesia.

  4. Tugas dan wewenang lembaga-lembaga di Pemerintahan Pusat dan Daerah.

  5. Hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

  6. Semangat mengatasi ancaman untuk membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal

  Ika.

  7. Semangat untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Pengembangan Materi

  Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X SMALB-A memiliki empat Kompetensi Inti yang dijabarkan dalam 22 Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn terurai dalam empat Kompetensi Inti (KI). Kompetensi Inti 1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kompetensi Inti 2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. Kompetensi Inti 3 berisi Kompetensi Dasar tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan Kompetensi Inti 4 berisi Kompetensi Dasar tentang penyajian keterampilan. KI 1, KI 2, dan KI 4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI 3. Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 diajarkan secara tidak langsung pada setiap kegiatan pembelajaran, sedangkan Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4 diajarkan secara langsung.

  Rincian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X SMALB-A adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PPKn Kelas X

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan

  1.1 Menghayati nilai-nilai ajaran

  mengamalkan agama dan kepercayaan ajaran agama yang dalam kehidupan dianutnya sesuai bermasyarakat. dengan kemampuan anak

  1.2 Menghayati isi dan makna

  berkebutuhan

  pasal 28E dan 29 ayat (2)

  khusus. Undang-Undang Dasar

  Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.

2.1 Menghayati nilai-nilai

  Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  2.2 Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

  2.3 Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal UUD Negara RI Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.

  2.4 Mengamalkan sikap toleransi antar umat beragama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

  2.5 Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.

  2.6 Mengamalkan nilai dan budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

  3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

  3.1 Memahami perkembangan kasus-kasus perlindungan dan pemajuan HAM sesuai dengan konsep dan nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  3.2 Menelaah kerangka umum dan isi pokok UUD Negara RI Tahun 1945.

  3.3 Memahami bentuk dan kedaulatan Negara dan pelaksanaan Pemilu yang termuat dalam isi pokok UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  3.4 Memahami hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  3.5 Memahami sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  3.6 Memahami indikator ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

  3.7 Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Mengolah,

  4.1 Merangkum dari berbagai

  menalar, dan media tentang peran menyaji dalam pemerintah dan masyarakat ranah konkret dan dalam perlindungan dan ranah abstrak pemajuan HAM di Indonesia sesuai dengan sesuai dengan konsep dan kemampuan anak nilai-nilai Pancasila dalam berkebutuhan kehidupan bermasyarakat, khusus terkait berbangsa dan bernegara. dengan

  4.2 Menyaji hasil telaah pokok-

  pengembangan pokok pikiran Pembukaan

dari yang Undang-Undang Dasar Negara

dipelajarinya di RI Tahun 1945. sekolah secara

  4.3 Melakukan wawancara dengan

  mandiri, dan narasumber tentang sistem mampu pemilu di Indonesia. menggunakan

  4.4 Menyajikan laporan tentang

  metoda sesuai hubungan struktural dan kaidah keilmuan. fungsional Pemerintahan

  Pusat dan Daerah menurut UUD Negara RI Tahun 1945.

  4.5 Membuat rangkuman tentang sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  4.6 Membuat rangkuman tentang cara mengantisipasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

  4.7 Membuat laporan tentang usaha menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Empat Kompetensi Inti (KI) yang kemudian dijabarkan menjadi 22 Kompetensi Dasar (KD) itu merupakan bahan kajian yang akan ditransformasikan dalam kegiatan pembelajaran selama satu tahun (dua semester) yang terurai dalam 36 minggu. Kegiatan pembelajaran selama 36 minggu dibagi menjadi dua semester, semester pertama dan semester kedua. Setiap semester terbagi menjadi 18 minggu. Selama 18 minggu, juga dilaksanakan ulangan/kegiatan lain seperti ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester yang masing-masing diberi waktu 2 jam/minggu. Dengan demikian waktu efektif untuk kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran wajib di SMALB-A disediakan waktu 2 x 40 menit x 32 minggu/per-tahun (16 minggu/semester).

  Keseluruhan isi materi pada Buku Siswa PPKn kelas X SMALB-A berjumlah 7 bab. Tiap bab pada Buku Siswa dapat diajarkan sesuai dengan jumlah kegiatan siswa dan bobot kedalaman materi yang bervariasi, serta keadaan siswa yang juga bervariasi. Secara garis besar, penggunaan Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X SMALB-A telah disesuaikan dengan pengaturan alokasi waktu, sebagaimana tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 Penggunaan Buku Berdasarkan Alokasi Waktu

  Pertemuan Minggu Ke-… Bab 1-5 6-8 9 10-12 13-17 18 19-22 23-28 29 30-35

  36 I

II UTS

  III

  IV US 1

  V VI UTS

  VII US 2

  Berdasarkan jumlah KD terutama yang terkait dengan penjabaran Kompetensi Inti (KI) 3, buku teks pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X disusun menjadi tujuh bab, yaitu:

  Bab I : Perlindungan dan Pemajuan HAM di Indonesia. Bab II : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bab III : Kedaulatan Negara dan Pemilihan Umum. Bab IV : Hubungan Struktural dan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah. Bab V : Sistem Hukum dan Peradilan Nasional. Bab VI : Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Bab VII : Kesadaran Berbangsa dan Bernegara dalam Kerangka NKRI.

D. Karakteristik Siswa Tunanetra

  Dalam melayani pembelajaran bagi siswa tunanetra, diperlukan kedewasaan dan keluasan cakrawala berpikir tentang manusia. Pada umumnya kita memandang mereka sebagai orang yang berkekurangan atau berketerbatasan. Dan oleh karenanya kita selalu menganggap mereka memiliki kemampuan di bawah manusia normal. Cara pandang inilah yang selama ini menjadi pola tindak kita dalam membelajarkan mereka.

  Hakikat penciptaan manusia adalah bahwa setiap manusia memiliki keunikan yang tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Jika ada anak yang mengalami kekurangan di suatu sisi, pasti ada kelebihan di pihak lain. Tugas kita sebagai pelayan di bidang pendidikan adalah mengembangkan potensi yang tersimpan di balik keterbatasan fisik atau keterbatasan lain yang dimiliki oleh anak.

  Pendidikan adalah pemberian layanan yang berkualitas kepada setiap anak, tanpa kecuali. Layanan yang berkualitas yang dimaksud adalah layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa tunanetra. Dalam kaitanya ini, layanan pendidikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Artinya, sistem yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa tunanetra, bukan sebaliknya, kondisi anak yang menyesuaikan dengan sistem.

  Diagnosa seperti yang diberikan di masa lalu menyebabkan anak-anak diberi label yang mengakibatkan gurunya memfokuskan pada keterbatasan yang dapat disebabkan oleh kecacatannya. Ini dapat mengakibatkan guru tidak menyadari potensi yang ada pada diri anak. Oleh karena itu, guru harus dapat mengenal karakteristik yang ada pada siswa tunanetra diantaranya seperti berikut ini: 1. Karakteristik siswa tunanetra dalam Aspek Akademis.

  Tilman & Osborn (1969) menemukan beberapa perbedaan antara siswa tunanetra dan anak awas.

  a. Siswa tunanetra menyimpan pengalaman- pengalaman khusus seperti halnya anak awas, namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan.

  b. Siswa tunanetra mendapatkan angka yang hampir sama dengan anak awas, dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman (comprehention) dan persamaan.

  c. Kosa kata siswa tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif.

  2. Karakteristik Siswa tunanetra dalam Aspek Pribadi dan Sosial a. Ketunanetraan tidak secara langsung menyebabkan timbulnya masalah kepribadian.

  Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap negatif yang diterima siswa tunanetra dari lingkungan sosialnya.

  b. Siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan sosial, karena keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau contoh perilaku dan umpan balik melalui penglihatan.

  c. Beberapa karakteristik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya, adalah curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain.

  3. Karakteristik Siswa tunanetra dalam Aspek Fisik/Indera dan Motorik/Perilaku

a. Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa orang tersebut mengalami tunanetra.

  b. Hal itu dapat dilihat dari kondisi matanya yang berbeda dengan mata orang awas dan sikap tubuhnya yang kurang ajeg serta agak kaku.

  c. Siswa tunanetra pada umumnya menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas.

  d. Dalam aspek motorik/perilaku, gerakan siswa tunanetra terlihat agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotif, seperti menggosok-gosok mata dan menepuk-nepuk tangan.

  Berdasarkan karakteristik siswa tunanetra tersebut di atas, maka dibutuhkan metoda dan pemilihan bahan ajar yang tepat bagi siswa-siswi SMALB/A (siswa tunanetra).

  Ada beberapa kebutuhan lain yang juga diperlukan oleh siswa tunanetra berkaitan dengan permasalahan yang terjadi akibat masalah fisik dan gangguan lain yang dialami, yaitu (Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin): 1) kebutuhan komunikasi; 2) kebutuhan mobilisasi; 3) kebutuhan memelihara diri sendiri; 4) kebutuhan sosial; 5) kebutuhan psikologis; 6) kebutuhan pendidikan; dan 7) kebutuhan kekaryaan.

E. Karakteristik Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

1. Pengertian

  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupaya mengantarkan warga negara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yang memiliki daya saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat (Zamroni dalam Darmadi, 2013).

  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan ini menggemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh komunitas politik, sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan.

  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas bangsa (Kymlicka dalam Darmadi, 2013).

  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Pendidikan ini merupakan bagian integral dari ide, instrumentasi, dan praksis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia (Udin Winataputra dalam Darmadi, 2013). Kehadiran kurikulum PPKn berupaya menanamkan sikap kepada warga negara Indonesia umumnya dan generasi muda khususnya agar: a. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa dan negara; b. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi nasional; c. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, trampil dan berkarakter;

  d. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara Indonesia secara adil dan tidak diskriminatif;

e. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat

  Indonesia yang demokratis dengan berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila;

  f. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

2. Tujuan

  Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X SMALB-A bertujuan agar siswa tunanetra memiliki kemampuan: a. Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat.

  b. Menghayati isi dan makna pasal 28E dan 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  c. Menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  d. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  e. Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.

  f. Mengamalkan sikap toleransi antar umat beragama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

  g. Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.

  h. Mengamalkan nilai dan budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

F. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter

  Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa. Budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sedangkan pengertian karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

  Pendidikan budaya karakter bangsa dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Nilai-nilai yang dikembangan dalam pendidikan budaya karakter bangsa:

  Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam 1.

  melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, serta toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

  Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya 2.

  menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

  Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai 3.

  perbedaan suku, agama, etnis, pendapat, sikap, tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

  Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku 4.

  tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya 5.

  sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

  Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk 6.

  menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

  Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah 7.

  tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

  Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak 8.

  yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

  Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu 9.

  berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

  10. Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

  11. Cinta tanah air, cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulia, dan penghargaan yang tinggi tehadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

  12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

  13. Bersahabat/komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

  14. Cinta damai, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

  15. Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu luang untuk membaca berbagai bacaan-bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

  16. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

  17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

  18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk Melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN A. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung merupakan sebuah

  model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan dan harus bisa menjadi model yang menarik.

  Praktiknya di dalam kelas, direct instruction (model pembelajaran langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model ini menuntut siswa mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

  Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Faiq (2013) adalah sebagai berikut:

  1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.

2. Adanya sintaks atau pola keseluruhan kegiatan pembelajaran.

  3. Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan siswa agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan sangat baik. Tujuan-tujuan pembelajaran pada mata pelajaran

  PPKn dapat dicapai melalui implementasi Direct

  Instruction (Model Pengajaran Langsung). Umumnya, para

  ahli teori pembelajaran membedakan pengetahuan ke dalam dua (2) jenis, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

  1. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan ‘mengenai sesuatu’ dan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Contoh pengetahuan deklaratif misalnya bahwa: ‘presiden RI dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.’

  2. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang ‘bagaimana melakukan sesuatu’. Contoh pengetahuan prosedural misalnya, ‘bagaimana tata cara dan langkah-langkah pelaksanaan pemilu di Indonesia’. Model pembelajaran ini dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung menurut Rusman (2012) adalah:

  1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

  mempersiapkan siswa

  Fase ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, memberi informasi tentang latar belakang pembelajaran, memberikan informasi mengapa pembelajaran itu penting, dan mempersiapkan siswa baik secara fisik maupun mental untuk mulai pembelajaran secara utuh.

  2. Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan

  Pada fase kedua ini guru berperan sebagai model dengan mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan secara benar. Guru harus memiliki kemampuan untuk menyajikan informasi secara bertahap selangkah demi selangkah sesuai struktur dan urutan yang benar.

  3. Membimbing pelatihan

  Pada fase ketiga guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang sedang diajarkan.

  

4. Mencek pemahaman dan memberikan balikan

(umpan balik)

  Pada fase keempat ini guru melakukan pengecekan apakah siswa dapat melakukan tugas dengan baik, apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik yang tepat.

  5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

  Pada fase terakhir (kelima) ini guru kemudian menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks atau penerapan dalam kehidupan sehari- hari.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

  Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan kooperatif yang harus dikuasai siswa berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja, dan tugas. Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2010) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Untuk memuntaskan materi, siswa belajar dalam kelompok dan bekerja sama.

  2. Kelompok dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

  3. Jika dalam kelas terdapat siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

  4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

  Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Menurut Rusman (2012: 209), “Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”.

  Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk siswa tunanetra menurut Rusman (2012: 211) adalah:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

  Tahap Indikator Tingkah Laku Guru

  1. Menyampaikan Guru menyampaikan semua tujuan dan tujuan pelajaran yang ingin memotivasi dicapai pada pelajaran siswa tersebut dan memotivasi siswa.

  2. Menyajikan Guru menyajikan informasi informasi kepada siswa dengan jalan

  demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

  3. Mengorganisasi Guru menjelaskan kepada kan siswa ke siswa bagaimana caranya dalam membentuk kelompok belajar kelompok- dan membantu setiap kelompok kelompok agar melakukan belajar transisi efisien.

  4. Membimbing Guru membimbing kelompok- kelompok kelompok belajar pada saat bekerja dan mengerjakan tugas. belajar

  5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil

  belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

  6. Memberikan Guru mencari cara untuk penghargaan menghargai upaya atau hasil

  belajar siswa baik individu maupun kelompok.

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.

  Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

  Terdapat lima strategi penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL), yaitu: 1. Permasalahan sebagai kajian.

  2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.

  3. Permasalahan sebagai contoh.

  4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

  5. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

  Peran guru, siswa dan masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL), adalah sebagai berikut:

1. Peran Guru sebagai Pelatih a. Bertanya tentang pemikiran.

  b. Memonitor pembelajaran.

  c. Menantang siswa untuk berpikir.

  d. Menjaga agar siswa terlibat.

  e. Mengatur dinamika kelompok.

  f. Menjaga berlangsungnya proses.

2. Peran Siswa sebagai Problem Solver a. Peserta yang aktif.

  b. Terlibat langsung dalam pembelajaran.

  c. Membangun pembelajaran.

3. Peran Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi a. Menarik untuk dipecahkan.

b. Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.

  Masalah yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak perlu berupa penyelesaian masalah (problem solving) sebagaimana biasanya, tetapi pembentukan masalah (problem posing) yang kemudian diselesaikan. Melalui pendekatan PBM siswa mempresentasikan gagasannya.

  Siswa terlatih merefleksikan persepsinya, berargumentasi dan mengomunikasikan ke pihak lain, sehingga guru pun memahami proses berpikir siswa. Guru dapat membimbing serta mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Dengan demikian, pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga interaksi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa menjadi terkondisi dan terkendali. Rusman (2012: 243) mencantumkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagaimana tercantum dalam tabel 2.2 di atas.

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  Tahap Indikator Tingkah Laku Guru

  1. Orientasi Menjelaskan tujuan siswa pada pembelajaran, menjelaskan masalah logistik yang diperlukan, dan

  memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

  2. Mengorganis Membantu siswa asi siswa mendefinisikan dan untuk belajar mengorganisasikan tugas

  belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  3. Membimbing Mendorong siswa untuk pengalaman mengumpulkann informasi yang individu/kelo sesuai, Melaksanakan mpok eksperimen untuk mendapatkan

  penjelasan dan pemecahan

masalah.

  4. Mengembang Membantu siswa dalam kan dan merencanakan dan menyiapkan menyajikan karya yang sesuai seperti hasil karya laporan, dan membantu mereka

  untuk berbagi tugas dengan

temannya.

  5. Menganalisis Membantu siswa untuk dan melakukan refleksi atau mengevaluasi evaluasi terhadap penyelidikan proses mereka dan proses yang mereka pemecahan gunakan. masalah

D. Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran

  Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

  

Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang

  holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.