Juknis Penggunaan Dak Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun 2018

  

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 61 TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS

NONFISIK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1)

huruf b dan ayat (9) huruf e Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, dan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) huruf f dan ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

  Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang 2. Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

  3. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang 4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang 5. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

  6. Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

  7. Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

  Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang 8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138); Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 9. tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

  10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

  11. Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 244);

  12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);

  

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018.

  Pasal 1 (1) Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 diberikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2018.

(2) Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan

Tahun Anggaran 2018 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018.

(3) Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan

Tahun Anggaran 2018 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan mendukung daerah dalam penyediaan dana pembangunan bidang kesehatan untuk mencapai target prioritas nasional bidang kesehatan.

Pasal 2 Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 terdiri atas: a.

  bantuan operasional kesehatan b. jaminan persalinan c. akreditasi puskesmas; d. akreditasi rumah sakit; dan/atau e. akreditasi laboratorium kesehatan daerah

  

Pasal 3

Bantuan operasional kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 huruf a diutamakan untuk upaya

kesehatan bersifat promotif dan preventif di setiap

jenjang pelayanan kesehatan, yang meliputi: a. bantuan operasional kesehatan untuk puskesmas;

  

b. bantuan operasional kesehatan untuk fasilitas rujukan upaya kesehatan masyarakat di dinas kesehatan daerah provinsi/kabupaten/kota dan balai kesehatan masyarakat; dan

c. bantuan operasional kesehatan untuk distribusi obat, vaksin dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta pemanfaatan sistem informasi logistik obat dan BMHP di instalasi farmasi kabupaten/kota.

  

Pasal 4

Jaminan persalinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi:

a. rujukan persalinan dari rumah ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang kompeten;

b. sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran (RTK);

dan

c. pertolongan persalinan, KB paskapersalinan dan

perawatan bayi baru lahir.

  

Pasal 5

Akreditasi puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c meliputi: workshop pendukung implementasi akreditasi a. puskesmas; pendampingan akreditasi puskesmas; dan b. survei akreditasi puskesmas.

  c.

  

Pasal 6

Akreditasi rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d meliputi: workshop pendukung pemenuhan standar akreditasi a. rumah sakit; pembinaan rumah sakit untuk persiapan akreditasi; b. dan survei akreditasi rumah sakit.

  c.

Pasal 7 Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 tercantum dalam

  

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

  

Pasal 8

(1) Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur Rumah Sakit Provinsi, dan Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota harus melakukan pelaporan secara berjenjang dan berkala setiap 3 (tiga) bulan.

(2) Kepala Daerah menyampaikan laporan pelaksanaan

kegiatan dan penggunaan Dana Alokasi Khusus

  Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 kepada Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri.

(3) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan

kompilasi laporan kepada Sekretaris Jenderal

  Kementerian Kesehatan melalui Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran.

  

(4) Kompilasi laporan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.

  

Pasal 9

Menteri Kesehatan, gubernur, dan bupati/wali kota

melakukan pembinaan dan pengawasan secara

berjenjang terhadap penggunaan Dana Alokasi Khusus

Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 sesuai

dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

Pasal 10 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018.

  Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

  Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2017 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NILA FARID MOELOEK

  Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Januari 2018 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 59

  Telah diperiksa dan disetujui:

Kepala Biro Hukum dan Kepala Biro Perncanaan Sekretaris Jenderal

Organisasi Dan Anggaran Kementerian Kesehatan Tanggal Tanggal Tanggal

  Paraf Paraf Paraf

  

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK

BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018

  

BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang A. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden dan implementasi Nawa Cita yang kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif, tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

  Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 298 ayat (7) menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan untuk kegiatan nonfisik.

  Tahun 2018 Pemerintah mengalokasikan anggaran DAK Bidang Kesehatan sebesar Rp. 26,005,347,699,000,- (dua puluh enam triliun lima milyar tiga ratus empat puluh tujuh juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) yang terdiri atas DAK Fisik Bidang Kesehatan sebesar Rp. 17,454,114,999,000,- (tujuh belas triliun empat ratus lima puluh empat milyar seratus empat belas juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan sebesar Rp. 8,551,232,700,000,- (delapan triliun lima ratus lima puluh satu milyar dua ratus tiga puluh dua juta tujuh ratus ribu rupiah). Khusus untuk DAK Nonfisik Bidang Kesehatan terdiri atas Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sebesar Rp. 6,689,644,740,000,- (enam triliun seratus delapan puluh sembilan milyar enam ratus empat puluh empat juta tujuh ratus

empat puluh ribu rupiah) Jampersal sebesar

Rp. 1,563,433,900,000,- (satu triliun lima ratus enam puluh tiga milyar empat ratus tiga puluh tiga juta sembilan ratus ribu rupiah) Akreditasi Puskesmas sebesar Rp 721,763,900,000,- (tujuh ratus dua puluh satu milyar tujuh ratus enam puluh tiga juta sembilan ratus ribu rupiah) Akreditasi Rumah Sakit sebesar Rp. 72,000,000,000,- (tujuh puluh dua milyar rupiah) dan Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) sebesar Rp. 4,390,160,000,- (empat milyar tiga ratus sembilan puluh juta seratus enam puluh ribu rupiah). Peningkatan alokasi anggaran DAK Bidang Kesehatan tiap tahunnya untuk mendanai kegiatan fisik dan nonfisik, diharapkan dapat mendukung pembangunan kesehatan di daerah yang bersinergi dengan prioritas nasional, khususnya dalam mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.

  PengalokasIan DAK Bidang Kesehatan ini tidak untuk mengambil alih tanggung jawab pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembiayaan pembangunan kesehatan di daerah sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

  Dalam konsep pembangunan nasional, Kementerian Kesehatan

bertanggung jawab melaksanakan Program Indonesia Sehat yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam lingkungan hidup

yang sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal

melalui terciptanya perilaku hidup sehat sehingga terwujudnya

bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera serta terpenuhi, kebutuhan

dasar masyarakat di bidang kesehatan dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pelaksanaan program

Indonesia Sehat ini memerlukan kerangka regulasi dan kebijakan

pembiayaan pembangunan kesehatan yang komprehensif antar

pemerintah pusat dan daerah serta antar pelaku pembangunan

kesehatan.

  Mempertimbangkan tanggungjawab pengelolaan DAK Bidang

Kesehatan berada di tangan Gubernur/Bupati/Walikota yang secara

teknis dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan atau Direktur

Rumah Sakit Daerah, maka Kementerian Kesehatan menyiapkan

pilihan menu kegiatan sesuai prioritas nasional. Untuk itu,

pelaksanaan dan pengelolaan DAK tersebut harus menerapkan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) yakni

transparan, efektif, efisien, akuntabel dan tidak duplikasi dengan

sumber pembiayaan lainnya harus menjadi perhatian dan

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pelaksana

pembangunan kesehatan di daerah.

  Dalam rangka pelaksanaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan

Tahun 2018, Kementerian Kesehatan menyusun petunjuk teknis

sebagai pedoman penggunaan anggaran yang berisi penjelasan

rincian kegiatan pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK);

Jaminan Persalinan (Jampersal); Akreditasi Puskesmas, Akreditasi

Rumah Sakit, dan Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). B. Pengertian Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana

  1. yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

  Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan adalah Dana yang 2. bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi, serta pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin, dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepalauan dan daerah bermasalah kesehatan. Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan selanjutnya 3. disebut DAK Nonfisik adalah dana yang diberikan ke daerah untuk membiayai operasional kegiatan program prioritas nasional di bidang kesehatan yang menjadi urusan daerah guna meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang 4. memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan 5. pemerintahan bidang kesehatan. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan 6. perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan 7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

  Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu gubernur 8. dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu 9. bupati/walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

  

10. Dinas Kesehatan adalah perangkat daerah yang merupakan

unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang Kesehatan yang menjadi kewenangan daerah.

  

11. Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disingkat UPT adalah

organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional kesehatan dan/atau tugas teknis penunjang kesehatan dari organisasi induknya.

  

12. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

  

13. RS Daerah adalah Rumah Sakit yang didirikan dan

diselenggarakan oleh pemerintah daerah, harus merupakan unit pelaksana teknis daerah atau lembaga teknis daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  

14. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

  

15. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

  16. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah- masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan.

  C. Tujuan Tujuan Umum

  1. Mendukung daerah dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan bersumber DAK untuk mencapai target prioritas nasional bidang kesehatan. Tujuan Khusus 2.

  Mendukung upaya kesehatan bersifat promotif dan a. preventif; Mendukung pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui b. pendekatan keluarga; Mendukung pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP); c.

  Mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) d.

Bidang Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota;

Mendukung pelaksanaan akreditasi puskesmas di daerah; e.

  Mendukung pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (RS) di f. daerah; Mendukung pelaksanaan Akreditasi Laboratorium g.

  Kesehatan Daerah (Labkesda); Mendukung pelaksanaan pengelolaan obat dan vaksin di h.

  Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai standar; Mendukung upaya peningkatan ketersediaan obat dan i. vaksin esensial di Puskesmas.

  D. Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT-nya, yaitu Balai Kesehatan

  1. Masyarakat

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan UPT-nya, yaitu :

  2. puskesmas.

  a. balai kesehatan masyarakat; b. laboratorium kesehatan daerah; c. instalasi farmasi kabupaten/kota; dan d. Rumah Sakit Daerah.

  3. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun 2018 meliputi:

1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK):

  a. BOK Puskesmas

  b. BOK Kabupaten/Kota

  c. BOK Provinsi

  d. Distribusi obat, vaksin dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta dukungan pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik

  2. Jaminan Persalinan (Jampersal);

  3. Akreditasi Puskesmas;

  4. Akreditasi Rumah Sakit; 5. Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).

  Kebijakan Operasional F.

  DAK Nonfisik Bidang Kesehatan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Untuk dapat mengimplementasikan dengan baik, maka diperlukan kebijakan operasional yang meliputi: Kebijakan Umum

1. DAK Nonfisik Bidang Kesehatan bukan dana utama dalam a.

  penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah, sehingga daerah dituntut mewujudkan tanggung jawab dalam pembiayaan pembangunan kesehatan lebih kreatif serta inovatif dalam memadukan semua potensi yang ada untuk pembangunan kesehatan dan mengupayakan dengan sungguh-sungguh pemenuhan anggaran pembangunan kesehatan. Tahun 2018, Kementerian Kesehatan menetapkan target b. prevalensi stunting turun menjadi 28%. Untuk itu dilakukan upaya kesehatan terintegrasi dalam rangka penurunan prevalensi stunting dengan lokus di 100 Kabupaten/kota melalui intervensi gizi sensitif dan spesifik. Dalam rangka penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), c. daerah dapat memanfaatkan dana BOK sesuai dengan fungsi dan kewenangannya dalam pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat, misalnya Outbreak Respons Immunization (ORI), KLB diare, dsb. Pemerintah Daerah tetap berkewajiban mengalokasikan d. dana untuk kesehatan sebesar minimal 10% dari APBD sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat. Kepala Daerah dapat menetapkan peraturan kepala daerah e. terkait standar biaya dan pedoman pelaksanaan kegiatan sesuai kondisi daerah dengan tetap mengacu pada peraturan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun 2018. Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang f. Kesehatan tidak boleh duplikasi dengan sumber

pembiayaan APBN, APBD maupun pembiayaan lainnya.

Dinas Kesehatan Provinsi sebagai koordinator dalam g. perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi DAK Bidang Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS di Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapatkan DAK Bidang Kesehatan wajib berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Kegiatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) DAK h. harus mengacu kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018. Pemilihan kegiatan sesuai dengan prioritas dan permasalahan di masing-masing daerah yang diselaraskan dengan prioritas kegiatan dalam rangka mencapai prioritas nasional bidang kesehatan.

  Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, sesuai i. dengan pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengusulkan kepada Bupati/Walikota untuk melimpahkan wewenang KPA kepada kepala puskesmas dalam pelaksanaan BOK di lapangan.

  Daerah tidak diperkenankan melakukan pengalihan atau j. pergeseran anggaran dan kegiatan diantara DAK Nonfisik. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan DAK k. Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri.

  Kebijakan Khusus 2.

  Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) a.

  Dana BOK Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi 1) diarahkan untuk meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam upaya kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga; Pemanfaatan dana BOK Puskesmas untuk UKM Primer 2) utamanya untuk mendukung biaya operasional bagi petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau masyarakat di wilayah kerja puskesmas sehingga terbentuk perilaku masyarakat hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan keluarga dan masyarakat yang sehat; Dana BOK Provinsi dan BOK Kabupaten/Kota 3) diarahkan untuk mendukung Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) rujukan sekunder dan tertier sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden No. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan secara 4) akuntabel, transparan, efisien dan efektif guna menghasilkan luaran yang maksimal maka alokasi DAK Nonfisik khususnya BOK (BOK Puskesmas, BOK Kabupaten/Kota) dan Jampersal dapat digunakan untuk dukungan manajemen satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Puskesmas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan besaran maksimal 5% dari alokasi yang diterima, mengacu pada tugas dan fungsi serta ketentuan yang berlaku; Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib memenuhi 5) kebutuhan biaya distribusi obat, vaksin, dan BMHP ke puskesmas. Dana BOK distribusi obat, vaksin, dan BMHP dimanfaatkan untuk membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menjamin obat, vaksin, dan BMHP tersedia dalam jumlah yang cukup di puskesmas serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemantauan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

  Jaminan Persalinan (Jampersal) b. Dana Jaminan Persalinan (Jampersal) digunakan untuk mewujudkan akses dan layanan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas terhadap fasilitas kesehatan. Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit c. Akreditasi puskesmas dan rumah sakit diarahkan untuk pemenuhan target prioritas nasional sesuai target RPJMN 2015-2019.

Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)

d. Akreditasi Labkesda diarahkan untuk mendukung pemenuhan target akreditasi sesuai dengan prioritas nasional/prioritas bidang dalam RPJMN 2015-2019.

  

BAB II

MANAJEMEN PELAKSANAAN

DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG KESEHATAN

TAHUN ANGGARAN 2018

Perencanaan Penganggaran A. Kepala Daerah yang menerima DAK Tahun 2018 dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang melaksanakan, perlu melakukan sinkronisasi antara rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh pusat dan daerah.

  DAK Nonfisik Bidang Kesehatan digunakan untuk mencapai 1. target prioritas nasional sesuai RKP 2018 dan RKPD 2018. Penyusunan kegiatan berdasarkan kebutuhan dan evidence 2. based permasalahan kesehatan sesuai prioritas, menu kegiatan dan pagu alokasi yang diterima untuk dimasukkan ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA).

  Rencana penggunaan mulai bulan Januari sampai dengan 3. Desember 2018 yang dituangkan dalam rencana kegiatan yang rinci setiap bulan.

  Penggunaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan sinergis antar 4. sumber daya yang tersedia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 Tahun 5. 2017 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2018, terkait pelaksanaan DAK: “apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2018 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DAK Tahun Anggaran 2018 diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2018 ditetapkan, maka Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DAK dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD tahun anggaran 2018 dengan pemberitahuan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran 2018 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD tahun anggaran 2018.

  ” Untuk pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan penting yang 6. berakhir sampai akhir tahun seperti jampersal, pemerintah daerah diharapkan membuat pedoman langkah-langkah akhir tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

  B. Pengelolaan Pengelolaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas disalurkan 1. melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dikelola oleh Puskesmas. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten/Kota dikelola 2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Provinsi dikelola Dinas

  3. Kesehatan Provinsi BOK Distribusi Obat dan BMHP disalurkan ke Dinas Kesehatan

  4. Kabupaten/Kota untuk dimanfaatkan oleh instalasi farmasi Kabupaten/Kota.

  Jaminan persalinan dikelola Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

  5. Akreditasi puskesmas dikelola Dinas Kesehatan 6.

  Kabupaten/Kota. Akreditasi rumah sakit dikelola rumah sakit.

  7. Akreditasi Labkesda dikelola oleh Dinas Kesehatan 8.

  Provinsi/Kabupaten/Kota.

  C. Pemantauan Dan Evaluasi Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi

  1. Pemantauan dan evaluasi DAK mencakup kinerja program dan kinerja keuangan. Lingkup pemantauan dan evaluasi meliputi: a. Kesesuaian antara kegiatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan dengan usulan kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja

  Pemerintah Daerah (RKPD).

  b. Kesesuaian pemanfaatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran

  • –Organisasi
Perangkat Daerah (DPA-OPD) dengan petunjuk teknis dan pelaksanaan di lapangan.

  c. Kesesuaian antara DPA-OPD dengan Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang sudah disepakati antara Kementerian Kesehatan dengan Daerah

  d. Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran pelaksanaan dengan perencanaan.

  e. Evaluasi pencapaian kegiatan DAK berdasarkan input, proses, output.

  Evaluasi dari segi kelengkapan dan ketepatan pelaporan f.

  g. Evaluasi pencapaian target Program Prioritas Nasional Bidang Kesehatan sesuai dengan target unit teknis, RKP 2018 dan Renstra Kemenkes 2015 – 2019. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi 2.

  Pemantauan dan evaluasi DAK dilakukan oleh Kementerian a. Kesehatan atau bersama-sama dengan Kementerian/Lembaga terkait.

  Pemantauan dan evaluasi capaian indikator program b. dilakukan secara terpadu di setiap jenjang administrasi. Puskesmas/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kinerja program dengan menggunakan format yang ada sesuai ketentuan yang berlaku.

  D. Pelaporan Jenis Pelaporan

  1. Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan terdiri: Laporan semesteran yang memuat jenis kegiatan, lokasi a. kegiatan, realisasi keuangan, dan permasalahan dalam pelaksanaan DAK, yang disampaikan selambat-lambatnya 7 hari setelah akhir semester berakhir. Laporan tahunan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan yang b. memuat hasil kinerja satu tahun meliputi: realisasi keuangan, capaian kegiatan, disampaikan Dinas Kesehatan

  Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Menteri Kesehatan (melalui Sekretaris Jenderal) pada minggu ketiga bulan Januari tahun berikutnya. Untuk BOK dan Jampersal selain laporan pada point a dan c. b diwajibkan untuk membuat laporan rutin bulanan capaian program (sesuai indikator Renstra 2015-2019 dan RKP Tahun 2018), dengan menggunakan format,

mekanisme dan ketentuan yang sudah ditetapkan.

Untuk Akreditasi Puskesmas, rumah sakit dan Labkesda d. serta informasi pelaksanaan BOK distribusi obat dan BMHP selain laporan pada point a dan b mengisi laporan yang akan diatur kemudian melalui pimpinan unit utama terkait. Alur Pelaporan 2.

  Pelaksanaan di Puskesmas a. Kepala puskesmas menyampaikan laporan rutin bulanan capaian kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota menyampaikan laporan semesteran paling lambat 7 hari setelah semester selesai melalui pada aplikasi e-renggar Kementerian Kesehatan Pelaksanaan di Provinsi c.

  Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktur Rumah 1) Sakit Provinsi menyampaikan laporan semesteran paling lambat 7 hari setelah semester selesai melalui pada aplikasi e-renggar Kementerian Kesehatan

  Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi 2) laporan semesteran Kepala Dinas Kab/kota pada aplikasi e-renggar Kementerian Kesehatan paling lambat 14

hari setelah semester sebelumnya selesai. Kepatuhan pelaporan 3. Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan dijadikan pertimbangan dalam pengalokasian DAK tahun berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan

  

BAB III

DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG KESEHATAN Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) A. Umum 1. BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional bidang kesehatan, khususnya kegiatan promotif dan preventif sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Tahun 2018, Kementerian Kesehatan menetapkan target prevalensi stunting turun menjadi 28%. Untuk itu dilakukan upaya kesehatan terintegrasi dalam rangka penurunan prevalensi stunting dengan lokus di 100 Kabupaten/kota melalui intervensi gizi sensitif dan spesifik. BOK diarahkan untuk mendekatkan petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat melalui mobilisasi kader kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan yang dilakukan melalui pendekatan keluarga. Dalam mendukung operasional puskesmas, perlu dijamin pemenuhan ketersediaan obat dan BMHP di puskesmas melalui penyediaan biaya distribusi dan sistem informasi logistik secara elektronik yang baik di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

  Pemanfaatan BOK pada tahun 2017 bukan hanya untuk operasional puskesmas dan fungsi manajemen, tetapi juga untuk peningkatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: 1) sebagai fasilitas rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sekunder termasuk Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPT- nya; 2) kegiatan peningkatan distribusi obat ke puskesmas dan pemanfaatan sistem e-logistik di kabupaten/kota. Sedangkan pada tahun 2018 pemanfaatan BOK diperluas untuk Dinas Kesehatan Provinsi sebagai fasilitas rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tertier termasuk UPT-nya Balai Kesehatan Masyarakat. Dalam pengelolaannya BOK menggunakan mekanisme APBD. Tujuan 2.

  Tujuan Umum a.

  Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan 1) untuk upaya kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja, yang dilaksanakan terutama melalui pendekatan keluarga menuju keluarga sehat; Mendukung pemerintah daerah dalam menjamin

  2) ketersediaan obat, vaksin dan BMHP yang bermutu, merata, dan terjangkau di pelayanan kesehatan dasar pemerintah; dan Meningkatkan fungsi rujukan Upaya kesehatan 3) Masyarakat sekunder dan tersier dalam mendukung pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Primer di Puskesmas. Tujuan Khusus b.

  Menyelenggarakan Program Indonesia Sehat dengan 1) Pendekatan keluarga; Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif dan

  2) preventif utamanya pelayanan di luar gedung; Menyelenggarakan fungsi manajemen untuk 3) mendukung kinerja; Menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya

  4) masyarakat; Menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dalam 5) mendukung program kesehatan; Menyelenggarakan fungsi rujukan UKM di Dinas

  6) Kesehatan Kabupaten/Kota; dan Provinsi beserta UPT Balai Kesehatan Masyarakat; dan Mendukung Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam

  7) menjamin ketersediaan obat, vaksin dan BMHP di puskesmas melalui penyediaan biaya distribusi obat, vaksin, dan BMHP ke puskesmas serta operasional sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Sasaran 3.

  Puskesmas dan jaringannya; a. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota beserta Balai Kesehatan b.

Masyarakat dan Instalasi Farmasi sebagai UPT-nya;

Dinas Kesehatan Provinsi beserta Balai Kesehatan c.

  Masyarakat sebagai UPT-nya Kebijakan Operasional

4. Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja a.

  puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi dalam upaya kesehatan promotif dan preventif; Dana BOK untuk mendukung peningkatan akses dan mutu b. pelayanan kesehatan masyarakat melalui program Nusantara Sehat di Puskesmas; Dana BOK untuk mendukung kelanjutan program Sanitasi c. Total Berbasis Masyarakat (STBM) agar terwujud desa stop buang air besar sembarangan (desa SBS); Dana BOK dimanfaatkan untuk penyelenggaraan Program d. Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga; Dana BOK dipergunakan untuk mendukung penurunan e. prevalensi stunting, outbreak respond dan kegiatan lainnya yang terkait pencapaian prioritas nasional; Pemanfaatan dana BOK bersinergi dengan sumber dana f. lain dengan menghindari duplikasi dan tetap mengedepankan akuntabilitas dan transparansi; Dana BOK untuk biaya distribusi obat, vaksin dan BMHP g. dimanfaatkan untuk membantu menjamin obat, vaksin dan BMHP tersedia dalam jumlah yang cukup di puskesmas; Dana BOK untuk biaya pemanfaatan sistem informasi atau h. aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik bertujuan untuk memperkuat pengelolaan obat dan BMHP di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota; Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan dana BOK diatur oleh daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  5. Ruang lingkup kegiatan BOK, utamanya untuk upaya kesehatan bersifat promotif dan preventif di setiap jenjang pelayanan kesehatan meliputi: d.

  BOK untuk puskesmas; e. BOK untuk fasilitas rujukan upaya kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota beserta Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPT nya; f. BOK untuk distribusi obat, vaksin, dan BMHP serta pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota; dan g.

  BOK untuk fasilitas rujukan upaya kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi beserta Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPT nya.

  6. Pengalokasian BOK Rincian Alokasi dana BOK untuk Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi terdapat pada Bab IV, dengan distribusi sebagai berikut : a.

  BOK Puskesmas : 1) Alokasi BOK Puskesmas dapat digunakan untuk dukungan manajemen OPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Puskesmas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan besaran maksimal 5% dari alokasi yang diterima, sebelum didistribusikan untuk masing-masing Puskesmas.

  2) Setiap puskesmas yang menjadi sasaran program Nusantara Sehat diberikan alokasi tambahan sebesar Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) per Tim Nusantara Sehat pertahun yang bersumber dari alokasi kegiatan BOK untuk puskesmas.

  3) Setiap puskesmas yang menjadi sasaran Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diberikan tambahan alokasi sebesar Rp7.500.000.- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) per desa STBM per tahun yang bersumber dari alokasi kegiatan BOK untuk puskesmas. Sisa alokasi dana kegiatan BOK untuk puskesmas 4) disetiap kabupaten/kota setelah dikurangi untuk kebutuhan Nusantara Sehat dan Desa STBM di atas didistribusikan kepada semua puskesmas secara proporsional oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan beban kerja, antara lain: luas wilayah kerja puskesmas; jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab puskesmas; jumlah UKBM, jumlah sekolah; dana kapitasi JKN yang diterima; jumlah tenaga pelaksana UKM. Khusus puskesmas yang ada Tim Nusantara Sehat dan 5) atau desa STBM maka besaran alokasi BOK Puskesmas menjadi penjumlahan dari point (2 + 3 + 4) tersebut di atas dan tergantung ada atau tidaknya point 2 dan 3 di atas. Alokasi BOK per Puskesmas ditetapkan melalui SK 6) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. BOK Kabupaten/Kota : b.

  Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai fasilitas 1) rujukan UKM sekunder menerima alokasi dengan

besaran sesuai yang ditetapkan dalam Bab IV.

  Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPT Dinas 2) Kesehatan Kabupaten/Kota menerima alokasi dengan besaran Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) per balai per tahun yang bersumber dari alokasi BOK untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

  BOK Provinsi : c.

  Dinas Kesehatan Provinsi sebagai fasilitas rujukan 1) UKM sekunder menerima alokasi dengan besaran sesuai yang ditetapkan dalam Bab IV.

  Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPT Dinas 2) Kesehatan Provinsi menerima alokasi dengan besaran

  Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) per balai per tahun yang bersumber dari alokasi BOK untuk Dinas Kesehatan Provinsi.

  d.

  BOK distribusi obat, vaksin, dan BMHP serta dukungan pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik dialokasikan untuk membiayai distribusi obat, vaksin, dan BMHP ke puskesmas dan penerapan sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

  7. Penggunaan Dana BOK Dana BOK yang diterima dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan dan Upaya Kesehatan Masyarakat di setiap jenjang (primer, sekunder dan tertier) serta kegiatan dukungan manajemen yang meliputi: a.

  Kegiatan Puskesmas Dana BOK yang telah dialokasikan di setiap Puskesmas dapat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan dan upaya kesehatan masyarakat oleh puskesmas dan jaringannya meliputi: 1)

  Menyelenggarakan kegiatan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga meliputi pendataan keluarga secara total coverage, analisis data, intervensi berbagai masalah kesehatan yang ditemukan serta memelihara dan mempertahankan kesehatan keluarga secara terintegrasi,

  2) Menyelenggarakan berbagai Upaya Kesehatan Masyarakat esensial dan pengembangan di wilayah kerjanya termasuk pelayanan kesehatan di luar gedung, pemenuhan kebutuhan pendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat, dan kerjasama lintas sektoral. Rincian kegiatan lihat tabel I 3) Menyelenggarakan fungsi manajemen Puskesmas yang meliputi Perencanaan, Penggerakan Pelaksanaan/Mini lokakarya Puskesmas dan

  Pengawasan/Pelaporan/Penilaian kinerja Puskesmas. Rincian kegiatan lihat tabel II. Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat yang 4) dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat meliputi pelayanan kesehatan keluar gedung khususnya untuk menjangkau daerah sulit/terpencil, pemberdayaan masyarakat, dan inovasi pelayanan kesehatan.

  Kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat tetap menjadi kesatuan dengan kegiatan puskesmas dimana tim tersebut berada.

Menyelenggarakan Kegiatan pemicuan STBM

5) Kegiatan untuk mewujudkan desa STBM oleh sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan puskesmas meliputi: pemicuan, Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi (IMAS) perilaku kesehatan, monitoring paska pemicuan, pembuatan dan update peta sanitasi dan buku kader, kampanye cuci tangan pakai sabun, kampanye hygiene sanitasi sekolah, dan surveilans kualitas air (pra dan paska konstruksi) serta verifikasi stop buang air besar sembarangan (SBS). Penyediaan tenaga kontrak promotor kesehatan di 6) puskesmas yang pengangkatannya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rincian dari masing-masing kegiatan disusun oleh Puskesmas bersama dengan Dinas Kesehatan

  Kabupaten/Kota mengacu pada Tabel I. Rincian Kegiatan Penggunaan BOK di Puskesmas. Kegiatan Balai Kesehatan Masyarakat b. Penggunaan BOK untuk Balai Kesehatan Masyarakat yang merupakan UPT kabupaten/kota bertujuan meningkatkan jangkauan pelayanan promotif dan preventif di luar gedung Balai Kesehatan Masyarakat, pemberdayaan masyarakat, kampanye, sosialisasi, advokasi perilaku hidup sehat termasuk menjalankan fungsi rujukan UKM dari dan ke puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan agar bersinergi dengan puskesmas setempat untuk mendukung outreach puskesmas melalui pendekatan keluarga. Rincian dari masing-masing kegiatan disusun Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota bersama Balai Kesehatan Masyarakat.